You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting tidak lain karena melalui kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalnya tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kedua bentuk itu, kata dan frasa, tidak dapat mengungkapkan suatu maksud dengan jelas, kecuali jika keduanya sedang berperan sebagai kalimat. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan. Tanda baca sepadan dengan jeda.

B. Rumusan Masalah Seperti yang telah diuraikan diatas, yang menjadi rumusan dalam makalah ini adalah. 1. Apa pengertian dari kalimat dan klausa? 2. Apa saja bagian-bagian dari kalimat ? 3. Bagaimana Hubungan kalimat dan klausa ? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kami sebagai mahasiswa dalam mata kuliah bahasa sekaligus untuk memperluas wawasan tentang kalimat dan Klausa, sedangkan manfaat yang diharapkan adalah dapat memahami pengertian kalimat dan apa saja bagian dari kalimat.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kalimat merupakan hal yang sangat penting apabila kita membahas tentang bahasa dan susunannya. Kalimat digunakan untuk membuat surat, mengungkapkan sesuatu serta berbicara diberbagai kesempatan. Kalimat merupakan hal yang harus diketahui sebelum kita membuat paragraf dan juga sebuah karya tulis lainya. Apabila kita tidak benar benar paham dengan kalimat, kita akan susah untuk mengungkapkan sesuatu dan akan terjadi kerancuan apabila nantinya kita membuat sebuah karya tulis. Kalimat yang baik akan mempengaruhi dari sebuah karya tulis, begitu juga sebaliknya. Sehingga kita harus hati hati dalam membuat kalimat dan menempatkan kata kata dalam sebuah kalimat. Dan sebagai mahasiswa sudah seharusnya kita bisa paham dan mengerti tentang kalimat, bisa membuat kalimat dan lebih lagi kita bisa menyusun sebuah karya tulis dengan kalimat kalimat yang berbobot dan bermutu. Berikut pengertian kalimat secara leksikal atau berdasarkan kamus besar Indonesia dan macam macam kalimat itu sendiri : 1. Arti kalimat secara leksikal atau arti kamus bahasa Indonesia adalah: Kalimat adalah susunan kata atau kelompok kata yang teratur dan mengandung maksud atau pikiran yang jelas. Kalimat adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri dan tidak merupakan bagian dari kesatuan yang lebih besar yang lain yang diakhhiri dengan intonasi final, terdiri atas satu atau lebih klausa. Kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran, perasaan dan perkataan. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jedah dan di akhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimiasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya.

Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapitakl dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) atau tanda seru (!). Sementara itu di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. B. Bagian Bagian Kalimat Dilihat dari segi bentuknya kalimat dapat di rumuskan sebagai konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih.Hubungan struktural antara kata dan kata atau kolompok kata dan kolompok kata yang lain,berbedah bedah.Sementara itu, kehidupan setiap kata atau kolompok kata dalam kalimat itu berbedah bedah pula.ada kata atau kolompok kata yang dapat di hilangkan dengan menghasilkan bentuk yang tetap berupa kalimat seperti pada (3b), dan ada pula tidak seperti pada (4b).antara kalimat dan kataterdapat dua satuan sintaksis antara yaitu klausa dan fraksa .Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri dua kata atau lebih ,yang mengandung unsur predikasi sedangkan frasa yaitu satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur predikasi 1. Kalimat Dan Klausa Kecuali dalam hal intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat yang telah di singgung pada,kalimat dalam bayak hal tidak berbedah dari klausa baik kalimat maupun klausa merupakan kontruksi sintasis yang mengandung unsur predikasi.Dilahat dari segi stuktur internalnya kalimat dan klausa kedua nya terdiriatas unsur predikat dan subjek dengan atau tanpa objek , pelengkap,atau keterangan. Klausa merupakan tataran didalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat. Dalam berbagai karya linguistik

mungkin ada perbedaan konsep karena pengunaan teori analisis yang berbeda. Sebagaimana para ahli saling berbeda dalam mendefinisikan klausa. Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa yaitu : 1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya : a. Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P. b. Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. c. Klausa Tidak Lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan. 2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P. Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan : a. Klausa Positif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Contoh : Ariel seorang penyanyi terkenal. b. Klausa Negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P. Contoh : Ariel bukan seorang penyanyi terkenal. 3. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P. Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Klausa Nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina. Contoh : Dia seorang sukarelawan. b. Klausa Verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba. Contoh : Dia membantu para korban banjir. c. Klausa Adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva. Contoh : Adiknya sangat gemuk. d. Klausa Numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia. Contoh : Anaknya lima ekor. e. Klausa Preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona. Contoh : Sepatu itu di bawah meja. f. Klausa Pronomia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial. Contoh : Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah. 4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas : a. Klausa Bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Contoh : Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin. b. Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Contoh : Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.

c. Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat. Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat. Ada dua macam hubungan antar klausa yaitu hubungan koordinatif dan hubungan subordinatif. Hubungan antar klausa yang koordinatif terdiri dari 3 bagian yaitu hubungan aditif, hubungan adversative, hubungan arternatif. Sedangkan hubungan antarklausa subordinatif terdiri dari 14 bagian hubungan yakni: - Hubungan sebab - Hubungan akibat - Hubungan tujuan - Hubungan syarat - Hubungan waktu - Hubungan konsesif - Huibungan cara 1. Hubungan Koordinasi Dan Suborkonasi Seperti sudah di singgung pada kalimat di atas baik kalimat mejemuk setara maupun kalimat majemuk yang bertingkat mempunyai dua kalimat klausa atau lebih yang saling berhubungan. a. Hubungan Koordinasi Koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat. b. Hubungan Subordinasi Subordinsi mengabungkan dua klausa atau lebih sehingga terbukti kalimat majemuk yang salah satu klausa nya menjadi bagian klausa yang lain. 2. Ciri-Ciri Hubungan Koordinasi Dan Subordinasi Pembicaraan pada kalimat di atas belum memberikan ciri ciri hubungan koordinasi dan subordinasi secara eksplisit. Ciri ciri ini akan lebih terlihat dari segi sintaksisi dan semantisnya dalam pembicaraan berikut. - Hubungan alat - Hubungan perbandingan - Hubungan hasil - Hubungan atributif - Hubungan andaian - Hubungan optatif - Hubungan kenyataan

Ciri ciri Sintaksis Hubungan Kordinasi Ada empat ciri hubungan koordinasi a. Hubungan koordinasi menggabungkan koordinasi b. Pada umumnya posisi klausa yang di awali oleh koordinator dan atau dan tetapi tidak dapat di ubah. c. Urutan klausa yang teyap dalam hubungan koordinasi yang telah di bicarakan di atas berhubungan erat dengan pronominalisasi. d. Sebuah koordinator kemudiaan sesudah koordinator lain untuk memperjelas atau mempertegas hubungan antara kedua klausa yang di gabungkan. Ciri ciri Sintaksis Hubungan Subordinasi Ada tiga ciri sintastis dalam hubungan subordinatif a. Subordinasi menghubungan dua klausa yang salah satu di antaranya merupakan bagian dari klausa yang lain seperti telah di bicarakan pada di samping itu salah itu salah satu klausa yang dihubungkan oleh konjungtor subordinatif dapat pula berupa kalimat majemuk. b. Pada umumnya posisi klausa yang di wali oleh subordinator dapat berubah. c. Hubungan subordinatif memungkinkan adanya acuan kataforis. Dalam kalimat berikut ini pronomina dia dapat megacu pada nomina nama dari hasan walaupun tidak harus demikian  walaupun dia suka lagu koroncong ,hasan tidak mau membeli kaset itu  Meskipun mereka tidak puas,para demonstran itu dapat memahami kebijakan perusahaan. Ciri- ciri Semantik Hubungan Subordinasi Ada dua ciri semantik pada hubungan subordinasi.  Orang tua itu bunuh diri karena ia putus asa  Pemudah itu berhasil karena ia bekerja keras.

3. Hubungan Semantis Antaraklausa Dalam Kalimat Majemuk Sementara Seperti yang sudah di bicarakan pada kalimat di atas,klausa yang terdapat dalam kalimat majemuksetara di hubungkan oleh koordinator seperti dan serta lalu kemudian ,tetapi ,padahal, sedangkan baik,

....maupun.....,tidak......,tetapi........,dan bukan melainkan ......, Dalam bagian ini akan di bicarakan hubungan semantis antaraklausa yang mempergunakan koordinator seperti ini. a. Hubungan Penjumlahan Yang di maksud dengan hubungan penjumlahan ialah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, peristiwa, atau proses.  Penjumlahan yang menyatakan sebab akibat Dalam hubungan ini klausa kedua merupakan akibat dari klausa pertama.  Penjumlahan yang menyatakan urutan waktu Klausa kedua menyatakan urutan dari peristiwa yang terjadi pada klausa pertama  Penjumlahan yang menyatakan pertentangan Klausa kedua menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang di yatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang di nyatakan dalam klausa pertama . Seperti koordinator yang dapat di pakai adalah misalnya,sedangkan dan padahal.  Perjumlahan yang menyatakan perluasan Klausa kedua memberikan informasi atau penjelasan tanbahan untuk melengkapi pernyataan pada klausa pertama.koordinatoryang dapat di pakai adalah misalnya ,dan,serta, dan baik. b. Hubungan Perlawanan Yang di maksud dengan hubungan perlawanan ialah hubungan yang menyatakan bahwa apa yang di nyatakan dalam klausa pertama berlawanan atau tidak sama, dengan apa yang di nyatakan dalam klausa kedua.

1) Perlawanan Yang Menyatakan Penguatan Klausa kedua memuat informasi yang menguatkan informasi yang

dinyatakan dalam klausa yang pertama.Dalam klausa yang pertama biasanya terdapat tidak/bukan saja ataupun tidak/bukan hanya,tidak/ bukan sekedar dan pada klausa kedua terdapat tetapi /melainkan juga. 2) Perlawanan Yang Menyatakan Implikasi Klausa kedua menyatakan sesuatu yang merupakan perlawanan terhadap implikasi klausa pertama. 3) Perlawanan Yang Menyatakan Perluasan Berlainan dengan hubungan yang menyatakan hubungan perluasan pada kalimat mejemuk setara yang memakai dan, hubungan perluasan yang memakai perluasan tetapi menyatakan bahwa informasi yang terkandung dalam klausa kedua hanya merupakan informasi tanbahan untuk melengkapi apa yang dinyatakan oleh klausa pertama dan kadang kadang malah memperlemahnya. c. Hubungan Pemilihan Yang dimaksudkan dengan hubungan pemilihan ialah hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang di nyatakan oleh klausa klausa yang di hubungkan.atau hubungan pemilihan itu sering juga menyatakan pertentanggan. 4. Hubungan Semantis Antaraklausa Dalam Kalimat Majemuk Bertingkat Seperti halnya uga dengan kalimat majemuk setara , hubungan semantis antaraklausa dalam kalimat majemuk bertingkat ditentukan juga oleh macam koordinator yang di pakai dan makna leksikal dari kata atau frasa dalam klausa masing masing. 1) Hubungan Waktu Klausa subordinatif ini menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama.Hubungan dapat di bedakan lagi menjadi a) Waktu batas permulaan b) Waktu bersamaan

10

c) Waktu lagi menjauh d) Waktu batas terjadinya peristiwa atau keadaan 2) Waktu Batas Permulaan Untuk menyatakan hubungan waktu batas permulaan, di pakai subordinator seperti sejak dan sedari. Contoh: Sejak aku diserahkan kepada orang tuaku kepada nenek, aku kamar nenek yang luas. 3) Waktu Bersamaan Hubungan waktu bersamaan menunjukkan bahwa peristiwa atau keadaan yang di nyatakan dalam klausa utama dan klausa subordinatif terjadi pada waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan. Contoh: Peristiwa itu terjadi se waktu keluargaku sedang dalam suasana berkabung. 4) Waktu Berurutan Hubungan waktu berurutan menujukka bahwa yang di nyatakan dalam klausa utama lebih dahulu atau lebih dahulu kemudian dari pada yang dinyatakan dalam klausa subordinatif. Contoh : Ia baru kembali ke desa setelah biaya untuk melanjutkan sekolahnya tidak ada. 5) Waktu Batas Akhir Hubungan waktu batas akhir di pakai untuk menyatakan ujung suatu proses, dan subordinator yang di pakai adalah sampai dan hingga Contoh : Gotong royong itu berjalan dengan sekolah. 6) Hubungan Syarat Hubungan syarat terdapat dalam kalimat yang klausa utama. Subrodinator yang lazim dipakai adalah jika ( lau) , kalau dan asal ( kan) lancar sampai kami menyelesaikan tidur di depan

11

Contoh : Jika anda mendengarkan nya saya tentu senang sekali menceritakanya . 7) Hubungan Tujuan Hubungan tujuan terdapat dalam kalimat yang klausa subrodinator nya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari pada yang di sebut dalam klausa utama.Subrodinator yang biasa di pakai untuk menyatakan hubungan itu adalah agar, supaya, untuk, dan biar. 8) Hubungan Pengandaian Hubungan pengapdian terdapat dalam kalimat yang majemuk yang klausa subrodinatof nya menyatakan andaian terlaksananya apa yang dinyatakan klausa utama. Subrodinatof yang lazim dipkai adalah seadainya andaikata dan sekirahnya. 9) Hubungan Pembandingan Hubugan perbaingan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatif nya menyatakan pembandingan,kemiripan, atau prefensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan yang di nyatakan pada klausa subordinatif itu 10) Hubungan Hasil Hubungan hasil terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatif nya menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan dalam kalimat utama. 11) Hubungan Cara Hubungan cara terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan cara pelaksanaan dari apa yang di nyatakan oleh klausa utama. Contoh : Elly pical mencoba bertahan dengan menghindar 12) Hubungan Alat Hubungan alat terdapat pada kalimatyang klausa subordinatif nya menyatakn alat yang dinyatakan oleh klausa utama. Subordinator yang di pakai sama dengan di pakai untuk hubungan cara, yakni dengan dan tanpa.

12

13) Hubungan Komplementasi Dalam hubungan komplementasi, klausa subordinatif melengkapi apa yang di nyatakan oleh perba klausa utama atau nominan subjek,baik dinyatakan maupun tidak. 14) Hubungan Atributif Hubungan atributif di tandai oleh subordinator yang. Ada dua macam hubungan atributif a) Hubungan atributif takrestriktif b) Hubungan atributif restriktif 15) Hubungan Perbandingan Hubungan perbandingan terdapat dalam kalimat mejemuk bertingkat yang klausa subordinatif dan klausa utamanya mempunyai unsur yang sama tarafnya sama (ekuatif) atau berbedah ( komparatif ). Unsur yang dilepaskan adalah unsur yang menyatakan sifat yang terukur yang ada pada klausa utama dan klausa subordinatif. 2. Konstituen Kalimat Seperti di singgung di atas,kalimat merupakan kontruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih.Ini berarti bahwa kalimat merupakan satuan terbesar untuk menerima sintaksis dan kata yang terkecil.Walaupun kalimat dapat di uraikan menjadi untaian kata, penguraian itu tidak langsung dari kalimat ke kata. Di antara kalimat dan kata biasanya ada satuan antara yang berupah kolompok kata.Baik kalimat maupun kelompok kata yang menjadi unsur kalimat dapat di pandang sebagai suatu kontruksi.Satuan satuan yang membentuk suatu konstuksi disebut konstituen kontruksi tersebut. a. Unsur Wajib Dan Unsur Takwajib Seperti telah di singgung pada kalimat di atas minimal terdiri atas unsur predikat dan unsur subjek.Kedua unsur kalimat itu merupakan unsur

13

yang kehadiranya selalu wajib. Di samping itu kedua unsur kalimat kadang kadang ada kata kata atau kolompok kata yang dapa di hilangkan tanpa mempengaruhi status bagian yang tersisa sebagai kalimat tetapi ada pula yang tidak . b. Keserasian Makna Pada dasarnya orang membuat kalimat berdasarkan pengetahuan nya tentang dunia di sekelilingnya sehingga mustahil lah rasanya kita temukan kalimat seperti : 1) Batu itu memukul anjing kami 2) Kuda kami merokok lima butir jeruk. c. Keserasian Bentuk Selain tuntutan akan adanya keserasian makna, bahasa indonesia seperti halnya dengan kebanyakan bahasa di dunia ini, menuntut adanya keserasian bentuk di antara unsur - unsur kalimat khususnya antara nomina dan promina dan, dalam batas tertentu antara nomina dan verba. Penggunaan pronomina sebagai penganti nomina dan frasa nominal yang menyatakan orang tunduk pada kendala jumlah seperti jumlah tanpak pada contoh berikut. C. Struktur Kalimat Dasar Yang di maksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang (i) terdiri atas satu klausa,(ii) unsur unsur nya lengkap,(iii)susunan unsur unsur nya menurut urutan yang paling umum dan tidak mengandung pertayaan atau pengingkaran.Dengan kata lain kalimat dasar di sini identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur unsur nya paling lasim. Pada kalimat di atas telah di singgung bahwa untuk kata terdapat antara lain ketegori seperti berikut : a. Verba (V) b. Preposisi (Prep) Konjungtor (Koni) Interjeksi (Interj) Prartikel (Part)

Adjektiva (Adj) Adverbia (Adv) Nomina (N)

14

1. Pola Kalimat Dasar Pada bagan 9.3 di atas tampak lima fungsi sintaktis yang di gunakan untuk pemerian kalimat. Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fumgsi sintaksis itu terisi, tetapi tidak paling tidak harys ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Kehadiran konstituen lainnya banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat. 2. Kalimat Dasar Dan Konstituennya Unsur-unsur kalimat pada bagan 9.4 di atas tidak memperlihatkan secara jelas hubungan struktural unsur kalimat. Akan tetapi, kalau di perhatikan kelima tipe kalimat yang terakhir, akan tampak bahwa kehadiran objek, pelengkap, atau keterangan wajib itu sangat di tentukan oleh bentuk dan jenis verba predikat. Verba menjadi pada dia menjadi ketua koperasi termasuk tipe S-P-Pe-I, sedangkan verba tingal pada kami tingal di jakarta termasuk tipe S-p-ket, walaupun kedua verba itu termasuk verba taktransitif. Dari uraian di atas tampak bahwa verba predikat dalam bahasa indonesia mempunyai peranan yang diminan karena menentukan kehadiran konstituen lain dalam kalimat. 3. Pola Kalimat Topik-Komen Pola-pola dasar pada bagan 9.4 dapat pula di lihat sebagai susunan kalimat yang terdiri atas dua bagian, yakni topik dan komen. Jadi, dalam kalimat seperti orang itu menyerahkan sebuah bingkisan frasa orang itu adalah topik sedangkan menyerahkan sebuah bingkisan adalah komen. Pola itu terdiri atas topik yang merupakan pokok pembicaraan, dan komen yang memberi penjelasan terhadat pokok tersebut. Topik merupakan hal yang di anggap diketahui oleh pendengar atau pembaca sedangkan komen adalah ihwal yang merupakan penjelasan tentang topik tersebut. Dalam bahasa indonesia pola ini dapat pula diwujudkan dalam kalimat seperti berikut. a. Rumah kami, atapnya bocor b. Orang itu, ayahnya bekerja di pabrik c. Para mahasiswa, tuntutanya telah dipenuhi

15

d. Maryati, suaminya meninggal tahun lalu D. Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Kalimat Pada bagan 9.4 terlihat enam tipe pada dasar yang pengelompokannya didasarkan pada urutan fungsi unsur kalimat. Dalam kenyataan pemakain bahasa, banyak kalimat yang urutan unsurnya menyimpang dari pola urutan di atas. Untuk dapat mengetahui fungsi unsur kalimat, Kita perlu mengenal ciri umum tiap-tiap fungsi sintaksis itu. Di bawah ini berturut- turut akan dibicarakan fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap dan keterangan. 1. Fungsi Predikat Seperti telah dikemukakan di atas, predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan, jika ada, konstituen objek, pelengkap dan atau keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat kalimat biasannya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. a. Ayahnya guru bahasa inggris (P-FN) b. Adiknya dua (P-Fnum) c. Ibu sedang ke pasar (P-Fprep) d. Dia sedang tidur (P-FV) e. Gadis itu cantik sekali (P-Fad) 2. Fungsi Objek Berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu setelah langsung predikatnya. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan

memperhatikan (1) jenis predikat yang dilengkapinya dan (2) ciri khas objek itu sendiri. Verba tansitif biasanya di tandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks kan dan i serta prefiks meng-umumnya merupakan pembentuk verba transitif. Pada contoh (46) berikut icuk merupakan objek yang dapat dikenal dengan mudah oleh kehadiran verba transitif bersufiks-kan : menundukkan. 3. Fungsi Pelengkap Orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan pelengkap. Hal itu dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu memang terdapat

16

kemiripan. Baik objek

maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan

keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba. 4. Fungsi Keterangan Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Seperti telah dikemukakan pada 9.3.2, keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan di tenggah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial. Perhatikan contoh berikut. a. Dia memotong rambutnya b. Dia memotong rambutnya di kamar c. Dia memotong rambutnya dengan gunting d. Dia memotong rambutnya kemarin E. Jenis Keterangan Di samping kesembilang jenis keterangan di atas ada pula,ada pula jenis keterangan lain yang selalu berbentuk klausa yaitu keterangan syarat, keterangan pengandaian,keterangan konsesif,dan keterangan hasil 1. Interpretasi Ganda Dalam bahasa indonesia terdapat kontruksi kalimat yang fungsi konstituennya dapat mempunyai tafsiran yang berbedah.Di bawah ini akan di bicarakan dua macam konstruksi kalimat yaitu kalimat yang predikatnya berupa frasa preposional dan kalimat yang subjeknya berupa frasa verbal. 2. Frasa Preposisional Sebagai Predikat Pada kalimat di atas telah di kemukakan bahwa frasa preposisional dapat berfungsi sebagai predikat kalimat Contoh : a. Ibu ke pasar b. Ayah di kamar c. Pak ali dari bandung d. Gelang ini untuk rita

17

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan B. Saran Makalah ini disusun dengan ringkas agar pemahaman mudah dipahami, namun demikian masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk melengkapi kekurangan dari makalah ini

18

DAFTAR PUSTAKA

Abas Lautfi.1967.Pengantar Linguistik dan tatabahasa indonesia. Bandung jajasan penerbit Unipersitas Padjadjaran.

1972.Lingustik Deskriptif dan Nabu Baasa melayu. Kuala lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka 1974 Bahasa melayu Baru I- V.Kuala lumpur

Abdul bAzis Jaafar 1959.

Nabu Melayu.Singapore : Peter chong.

Abdulhaji.1983.Pengantar tata bahasa Tradisional Bahasa Indonesia.Yokyakarta : IKIP 1983 Pengatar sintaksis Bahasa Indonesia.Cet.Kedua.Yogyakarta

Lukman

Abdullah Hasan 1974 the

morpology of malay.kuala Lumpur.Dewan

Bahasa dan pustaka.

1986 Penerbitan kata dalam bahasa melaysia.Petaling jaya.Penerbit Jaya :penerbit fajaR Bakti.

19

You might also like