You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium pertukaran antara sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar, serta memiliki sifat protektif terhadap organisme dan khususnya terhadap darah sendiri. (Sylvia A. Price, dkk. 2002) Kelainan hematologi/darah yang sering terjadi adalah adanya penurunan sirkulasi jumlah sel darah merah. Kondisi ini dinamakan anemia, dapat terjadi akibat produksi darah merah dari sumsum tulang berkurang atau tingginya penghacuran sel darah merah dalam sirkulasi. Berkurang sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritropoesis, seperti asam folat, vitamin B12, dan besi. (Brunner & Suddarth. 2002) Anemia juga sering terjadi pada ibu hamil. Dikatakan anemia pada ibu apabila kondisi ibu dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Angka anemia ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes, 2008). Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang gizi (malnutrisi) 2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi

4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain Penyusun merasa tertarik untuk mengambil kasus anemia pada ibu hamil ini, karena mengingat masih tingginya angka anemia pada ibu hamil di Indonesia, dan dengan mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dari profesi keperawatan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh anemia pada masa kehamilan dan asuhan

keperawatannya pada ibu hamil dengan anemia.

2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengertian anemia pada ibu hamil b. Mengeetahui penyebab dari anemia pada masa kehamilan c. Mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Medis 1. Pengertian Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007). Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit. 2. Etiologi Sementara itu menurut Mochtar( 1998) adalah : a. b. c. Perdarahan Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll. d. e. Kelainan darah Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. penyebab anemia pada umunya

f.

Malabsorpsi

Penyebab anemia pada kehamilan : a. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin b. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil c. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan d. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) e. Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.

Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil a. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun b. Perdarahan akut c. Pekerja berat d. Makan < 3 kali dan makanan yang dikonsumsi kurang zat besi

3. Patofisiologi Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari

pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

4. Klasifikasi Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut : a. Anemia defisiensi besi (62,3%) Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlapau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada pendarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam

kehamilan , terutama pada trisemester terakhir. Apabila masuknya besi tidak bertambah dan kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih lebih pada kehamilan kembar. b. Anemia megaloblastik ( 29,0%) Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensi asam folat ( pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitamin B12( cynocobalamin). c. Anemia Hipoblastik ( 8, 0%) Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguan sumsum tulang kurang mampu membuat sel sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan. Darah tepi menunjukan gambara normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri ciri defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar Roentgen, racunatau obat obatan. d. Anemia hemolitik Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis henolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yakni : 1) Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada sferositosis, eliptositosis, anemia hemolitik herediter , thalasemia, anemia sel sabit, hemoglobinopatia C, D, G, H, I, dan paraxysmal noctural haemoglobinuria. 2) Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskular , seperti pada infeksi ( malaria, sepsis, dsb), keracunan arsenikum , neoarsphenamin, timah, sulfonamid, kinin,

paraquin, pimaquin, nitrofuratoin ( Furadantin), racun ular pada

defisiensi G6PD , antagonismus rhesus atau ABO, leukemia, penyakin Hodgkin, limfasarkoma, penyakit hati, dll. ( Ilmu Kebidanan, 451-457) 5. Gejala Klinis Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun( anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek ( pada anemia parah), dan keluhan mual muntah pada hamil muda, palpitasi. 6. Pemeriksaan Fisik Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat. Palpasi : turgor kulit, capillary refill, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus uteri, Kontraksi uterus Auskultasi : auskultasi DJJ dan denyut jantung ibu 7. Pemeriksaan Diagnostik. Pada pemeriksaan laboratorium ditemui : a. Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/% b. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% ) c. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik ) d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak 8. Penatalaksanaan a. Therapy pengobatan 1) Therapy oral Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal

jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam

dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya asupan nutrisi yang mengandung zat besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamil daripada wanita normal. Umumnya asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat daripada wanita normal.Pengobatan yang lain: a) Asam folik 15 30 mg per hari b) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari c) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari d) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 2) Therapi parenteral Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada gangguan penyerapan oenyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilannya sudah tua. Therapy parenteral ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran besi (imferon) atau sorbitol besi (Jectofer) b. Pencegahan 1) Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur. 2) Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar penyerapan zat besi. 3) Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit infeksi dan penyakit cacingan. 4) Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapat menghambat penyerapan zat besi. 9. Komplikasi Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. a. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus, missed abortus dan kelainan kongenital.

b. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. c. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Anamnesa a. Usia: Wanita usia < 20 tahun atau > 35 tahun merupakan faktor predisposisi terjadinya anemia selama kehamilan b. Keluhan utama: cepat lelah, sering pusing, mata berkunang kunang, malaise, lidah luka, konsentrasi hilang, nafas pendek ( pada anemia parah), mual dan muntah pada hamil muda, dan palpitasi. c. Aktivitas 1) Keletihan, kelemahan, malaise umum. 2) Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja 3) Toleransi terhadap latihan rendah. 4) Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak d. Sirkulasi 1) Riwayat kehilangan darah kronis, 2) Palpitasi. 3) CRT lebih dari dua detik e. Integritas Ego Cemas, gelisah, ketakutan f. Eliminasi 1) Konstipasi. 2) Sering kencing. g. Makanan / cairan 1) Nafsu makan menurun 2) Mual/ muntah h. Nyeri / kenyamanan Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala. i. Pernapasan Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifita j. Seksual 1) Dapat terjadi pendarahan pervagina 2) Pendarahan akut.sebelumnya 3) Tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya.

Pemeriksaan Fisik Inspeksi : konjungtiva pucat, wajah pucat. Palpasi : turgor kulit, capillary refill, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus uteri, Kontraksi uterus Auskultasi : auskultasi DJJ dan denyut jantung ibu

Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium ditemui : a. Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/% b. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% ) c. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik ) d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak

2. Diagnosa Diagnosa yang sering muncul adalah, a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah b. Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan/ke sel c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen d. Risiko cedera terhadap janin e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai anemia f. PK Anemia.

3. Rencana dan intervensi asuhan keperawatan a. Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x.... jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil: 1) Berat badan klien dalam batas normal. 2) Klien tidak mengalami mual-muntah 3) Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan Intervensi Mandiri 1) Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan mutrisi dulu/sekarang dengan menggunakan batasan 24 ja. Perhatikan kondisi rambut kuku dan kulit. R: kesejahteraan janin dan ibu tergantung pada nutrisi ibu selama kehamilan sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan. 2) Dapatkan riwayat kesehatan; catat usia (khususnya kurang dari 17 tahun, lebih dari 35 tahun). R: remaja dapat cenderung malnutrisi/anemia, dan klien lansia mungkin cenderung obesitas/diabetes gestasional. 3) Pastikan tingkat penegetahuan tentang kebutuhan diet. R: menentukan kebutuhan belajar khusus. Pada periode pranatal, laju basal metabolik meningkatkan (khususnya pada kehamilan lanjut) karena peningkatan aktivitas tiroid yang berhubungan dengan pertumbuhan fetus dan jaringan pada ibu, menjadi potensial risiko terhadap klien dengan nutrisi buruk. Penambahan 800 mg zat besi diperlukan selama kehamilan untuk perkembangan jaringan ibu/janin dan kondisi janin di dalam rahim. Selama trismester ketiga, kebutuhan terhadap zat besi minimal, dan diet seimbang dengan peningkatan kebutuhan kalori biasanya adekuat. 4) Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat tentang diet pranatal dan suplemen vitamin/zat besi setiap hari.

R: materi referensi yang dapat dipelajari dirumah kemudian meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang. 5) Evaluasi motivasi/sikap dengan mendengar keterangan klien dan meminta umpan balik tentang informasi yang telah diberikan. R: bila klien telah termotivasi untuk emmperbaiki diet, evaluasi lebih lanjut atau intervensi lain mungkin dapat diindikasikan. 6) Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai budaya dan hal-hal yang tabu selama kehamilan. R: dapat menunjukkan motivasi untuk mengikuti anjuran pemberi layanan kesehatan. Sebagai contoh beberapa budaya menolak zat besi, meyakini bahwa ini mengeraskan tulang ibu dan emmbuat sulit melahirkan. 7) Perhatikan adanya pika/ngidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan tingkat motivasi untuk memakannya. R: memakan bahan bukan makanan pada kehamilan mungkin didasarkan pada kebutuhan psikologis,fenomena budaya, respon terhadap lapar, dan/atau respon tubuh terhadap kebutuhan nutrisi. (misalnya mengunyah es dapat menandakan anemia). Catatan: mencerna kanji untuk pakaian dapat menimbulkan anemia defisiensi; dan mencerna lempung/tanah liat dapat mengakibatkan gangguan fekal/BAB. 8) Timbang berat badan klien; pastikan berat badan pregravid biasanya. Berikan informasi tentang penambahan pranatal yang optimum. R: ketidak adekuatan penambahan berat badan pranatal dan/atau di bawah berat badan normal masa kehamilan, meningkatkan risiko reetardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) pada janin dengan berat badan lahir rendah. Penelitian menemukan adanya hubungan positif antara kegemukan ibu pregravid dan peningkatan angka morbiditas perinatal berkenaan dengan kelahiran preterm.

9) Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/muntah. R: mual/muntah trimester pertama dapat berdampak negatif pada status nutrisi pranatal, khususnya pada periode kritis perkembangan janin. 10) Pantau kadar hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht). R: mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb kurang dari 12 g/dL atau kadar Ht kurang atau sama dengan 37 % dipertimbangkan anemia pada trimester pertama. 11) Ukur pembesaran uterus. R: malnutrisi ibu berefek negatif terhadap pertumbuhan janin dan memperberat penurunan komplemen sel otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran perkembangan janin dan kemungkinan lebih lanjut. Kolaborasi 1) Buat rujukan yang perlu sesuai indikasi (misalnya, pada ahli diet, pelayanan sosial) R: mungkin diperlukan bantuan tambahan terhadap pilihan nutrisi; dapat membatasi anggaran keuangan. 2) Rujuk pada program makanan wanita, bayi, anak-anak dengan tepat. R: yayasan penyelenggara program makanan suplemen membantu meningkatkan secara optimal nutrisi ibu/janin.

b. Dx 2 :

Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan

suplai oksigen ke jaringan/ke sel Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam,perfusi ke jaringan/ke sel efektif dengan kriteria hasil :

1) Tidak terdapat kelembaban)

perubahan karakteristik

kulit (rambut,

kuku,

2) Tidak terdapat kebiruan pada kulit 3) CRT dalam batas normal (kembali dalam kurun waktu kurang dari 2 detik) Intervensi : Mandiri 1) Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume darah. R: kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan,

kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta. 2) Lakukan pemeriksaan fisik CRT dengan menekan kuku pasien. R: keadaan capillary refill test yang tidak kembali dalam waktu kurang dari 2 dapat menandakan anemia. 3) Auskultasi dan laporkan DJJ, catat bradikardi, atau takikardi. Catat perubahan pada aktivitas janin (hipoaktif atau hiperaktif). R: mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan. Bila tetap deficit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi. 4) Catat kehilangan darah ibu mungkin dan adanya kontraksi uterus. R: Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif ddalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta. 5) Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri R: menghilangkan tekanan vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta atau janin dan pertukaran oksigen. Kolaborasi

1) Berikan suplemen oksigen pada klien R: meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.sehingga kapasitas oksigen yang dibawa janjin meningkat. 2) Lakukan/ ulang NST sesuai indikasi R: mengevaluasi secara elektronik respon DJJ terhadap gerakan janin, bermanfaat dalam menentukan kesejahteraan janin (tes reaktif) versus hipoksia (nonreaktif). 3) Ganti kehilangan darah/ cairan ibu. R: mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen. Bila penyimpanan oksigen menetap, janin kehabisan tenaga untuk melakukan mekanisme koping, dan kemungkinan SSP rusak / janin meninggal. c. Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien dapat beraktivitas dengan baik. Kriteria hasil : 1) Nadi dan tekanan darah dalam batas normal (nadi 60-100x/menit; TD 90/60-140/90 mmHg) 2) Pasien tidak mengeluh lemah dan lelah Intervensi : Mandiri 1) Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri/miring, dan penurunan aktivitas. R : Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks dan meningkatkan perfusi uterus. Tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus.

2) Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (mis. Lampu redup) R : Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman. 3) Berikan latihan gerak pada pasien secara bertahap (aktif dan pasif). R. aktivitas dan latihan sangat penting bagi pasien yang mengalami intoleransi aktivitas karena kurang latihan akan menyebabkan otot menjadi atrofi. 4) Kelompokkan aktivitas sebanyak mungkin, seperti pemberian obat, tanda vital, dan pengkajian. R : Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara interupsi untuk tindakan berikutnya 5) Berikan periode tanpa interupsi untuk istirahat/tidur. R : Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan, dan dapat

meningkatkan relaksasi. 6) Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan radio, dan menonton televisi, atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga. R : Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktivitas.

d. Dx 4 : Risiko cedera terhadap janin Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .x.diharapkan risiko cedera pada janin dapat tertanggulangi, dengan kriteria hasil : 1) Denyut jantung bayi dalam batas normal (120-160 x/menit) 2) Hasil USG tidak menunjukan tanda tanda abnormalitas. 3) Tinggi fundus arteri sesuai umur kehamilan Intervensi

Mandiri 1) Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin. R: Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi/oksigenasi ibu mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen

janin/plasenta. Janin yang tidak mendapatkan cukup oksigen untuk kebutuhan metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat yang menimbulkan kondisi asidosis. 2) Ajari ibu untuk mengobservasi gerakan janin R: secara normalnya dalam kandungan janin bergerak dan merupakan tanda yang sehat pada janin. Jika janin tidak bergerak perlu diwaspai terjadi cedera pada janin akibat kekurangan nutrisi. 3) Kaji terhadap mual/muntah berlebihan. R: Memajankan perkembangan janin pada status asidotik dan malnutrisi dan dapat memperberat IUGR dan pertumbuhan otak yang buruk. 4) Bantu dalam screening dan kelainan genetik. R: Kelainan seperti anemia sel sabit mengharuskan tindakan yang khusus untuk mencegah efek negatif dalam pada pertumbuhan janin. 5) Diskusikan efek negatif yang potensial terjadi akibat kelainan genetik R: Retardasi pertunbuhan intrauterus/pascanatal, malformasi dan retardasi mental dapat terjadi. 6) Pantau DJJ selama krisis sel sabit R: Asidosis /hipoksia ibu, khusus pada trimester ketiga mengakibatkan laju morbiditas. kelainan SSP janin. Krisis dapat

berulang

mempredisposisikan klien dan janin pada peningkatan mortalitas dan

7) Lakukan pemeriksaan leofold untuk mengetahui keadaan janin terutama mengukur tinggi fundus. R: tinggi fundus sesuai usia kehamilan merupakan satu tanda bahwa pertumbuhan janin dalam kandungan ibu tidak mengalami gangguan. Kolaborasi 1) Berikan suplemen oksigen sesuai kebutuhan R: meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin, khususnya pada adanya anemia berat atau bila sirkulasi maternal menurun 2) Ultrasonografi R: Penyakit anemia dapat mengakibatkan IUGRnya menurun

e. Dx 5 ; Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai anemia Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat. Kriteria hasil : 1) Dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian anemia 2) Dapat mengikuti instruksi dan prosedur perawatan 3) Dapat menunjukkan prilaku kesehatan yang positif untuk

menanggulangi anemia

Intervensi : Mandiri 1) Kaji kesiapan klien untuk belajar.

R : Faktor-faktor seperti ansietas atau kurang kesadaran tentang kebutuhan terhadap informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar. Penyerapan informasi ditingkatkan bila klien termotivasi dan siap untuk belajar. 2) Libatkan orang terdekat dalam proses belajar-mengajar. R : Dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan ansietas yang nantinya menguatkan prinsip-prinsip belajar dan mengajar. 3) Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang. R : Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan/atau tindakan. 4) Anjurkan periode istirahat reguler 2 sampai 3 kali sehari pada posisi miring kiri setelah pulang. Bila tirah baring dilanjutkan, anjurkan klien menggunakan sebagian waktu dalam sehari di tempat tidur. R : Tingkatkan relaksasi dan kurangi kelelahan. Bila klien bangun dan bergerak, istirahat di kamar tidur dapat memaksimalkan istirahat. Namun, klien yang sepenuhnya tirah baring dapat merasa terisolasi dan bosan tanpa perubahan pandangan. 5) Anjurkan pemberian intake yang adekuat, banyak nutrisi untuk kebutuhan ibu dan janin. R : Intake nutrisi yang adekuat dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan janin terutama zat besi, asam folat, vit. B 12, dll. Dan berikan informasi kepada pasien tentang dampak obat-obatan terutama SF yang dapat menyebabkan mual dan muntah oleh karena itu ajarkan cara memakan obat dengan benar misalnya mengkonsumsi buahbuahan yang mengandung vitamin C untuk membantu mempercepat reabsorpsi obat dan menganjurkan pasien untuk tidak meminum kopi atau teh selama meminum obat karena akan memperlambat reabsorpsi obat.

4. Evaluasi

a. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya mual muntah b.Tidak terdapat perubahan karakteristik pada kulit(rambut, kuku,dan kelembapan) c. Pasien dapat beraktivitas dengan baik dengan tidak mengeluh lemah dan lelah d.Tidak adanya risiko cedera pada janin dengan tinggi fundus sesuai kehamilan e. Pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat dengan mengikuti tindakan dan prosedur perawatan.

You might also like