You are on page 1of 12

Membaca Kitab Tafsir TAFSIR SURAH AL-IMRAN AYAT 96-97

Fathu Rozy Hasrul Dosen Pembimbing : KH. Syarif Rahmat, RA, SQ, MA
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA

Tahun Akademik 2011/2012

Membaca Kitab Tafsir 1 Ushuluddin III

TAFSIR SURAH AL-IMRAN AYAT 96-97

Fakultas Ushuluddin Semester III

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA SELATAN

2011-2012

Makalah|Tafsir Surah al-Imran Ayat 96-97

Membaca Kitab Tafsir 2 Ushuluddin III A. REDAKSI SURAH AL-IMRAN AYAT 96-97

. .
Artinya: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. al-Imran : 96-97) Intisari kedua ayat diatas memiliki hubungan yang erat (munasabah) dengan ayat-ayat sebelumnya. Pada ayat sebelumnya berisi bantahan kepada orang-orang yahudi karena mereka mengecam ajaran Islam tidak sejalan dengan ajaran Ibrahim as. Anggapan mereka bahwa ada makanan-makanan yang dihalalkan oleh Islam, tetapi haram bagi kaum Yahudi. 1 Secara jelas, hal ini disebutkan dalam al-Quran surah al-Imran ayat ayat 93:

- :

:
Orang-orang Yahudi menduga bahwa keharaman beberapa makanan telah ditetapkan Allah sejak Nabi Ibrahim as, tetapi hakikatnya tidak seperti demikian. Memang ada makannan yang haram buat mereka, tetapi itu pada mulanya atas kemauan Nabi Yaqub atas dirinya sendiri sebagaimana disebutkan dalam ayat diatas. Nabi Yaqub ( ) mengharamkan daging unta dan susunya buat dirinya dan ini diikuti oleh keturunannya, lalu taurat pun merestui pengharaman itu bahkan menambahkan sekian banyak hal yang haram lagi sebagai sanksi atas pelanggran mereka. Dengan demikian, keharaman itu bukan sejak masa Nabi Ibrahim as.2 Adapun dalam kedua ayat diatas (surah al-Imran ayat 96 - 97), menjawab tuduhan yang dilontarkan kaum Yahudi yang beranggapan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul Maqdis. Allah menegaskan bahwa Kabalah sebagai rumah ibadah pertama untuk manusia yang didirikan oleh Nabi Ibrahim bersama putranya, Ismail. Setelah itu, dibangunlah masjid al-Aqsha beberapa abad kemudian oleh Nabi Sulaiman sekitar tahun 1005 sebelum masehi. Selanjutnya, Nabi Sulaiman menjadikannya sebagai kiblat pertama.3
1

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta : Lentera Hati, 2007), Cet X, Volume II, Hal. 153 2 Ibid, Hal. 153-154 3 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (______ : Darr al-Fikr, 1974), Juz IV, Cet. III, Hal. 7

Makalah|Tafsir Surah al-Imran Ayat 96-97

Membaca Kitab Tafsir 3 Ushuluddin III B. TAFSIR SURAH AL-IMRAN AYAT 96-97 DALAM KITAB TAFSIR JALALAIN

( ) , () ( ) ( ) ( ) . ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( 4 .
Artinya: Dan ayat ini turun ketika mereka mengatakan bahwa kiblat mereka lebih awal dari kiblat kaum Muslimin. (sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun) untuk tempat beribadah (bagi manusia) di muka bumi (ialah yang terdapat di Bakkah) dengan Ba sebagai nama lain dari Mekah. Dinamakan demikian karena Kabah mematahkan leher orang-orang durhaka lagi aniaya. Baitullah ini dibina oleh malaikat sebelum diciptakanNya Adam dan setelah itu baru dibangun pula baitul Aqsa dan jarak diantara keduanya 40 tahun sebagaimana tersebut dalam kedua hadis shahih. Pada sebuah hadis lain disebutkan pula bahwa Kabalah yang mula-mula muncul di permukaan air ketika langit dan bumi ini diciptakan sebagai buih yang putih maka dihamparkanlah tanah dari bawahnya (diberi berkah) hal dari allazi atau pemilik barakah (dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam) karena ia merupakan kiblat mereka. (padanya terdapat tanda-tanda yang nyata) diantaranya (Maqam Ibrahim ) yakni batu tempat berpijaknya Ibrahim sewaktu mendirikan Baitullah itu. Kedua telapak kakinya meninggalkan bekas padanya sampai sekarang dan tetap sepanjang zaman walaupun pemerintahan yang berkuasa sudah silih berganti. Diantaranya pula dilipat gandakan pahala kebaikan bagi yang shalat di dalamnya dan burung tidak dapat terbang diata Kabah (dan barang siapa memasukinya, menajadi amanlah dia) artinya bebas dari ancaman pembunuhan, penganiayaan dan lain-lain. (mengerjakan haji di baitullah itu menjadi kewajiban manusia terhadap Allah). Ada yang membaca hajju dan ada pula hijju sebagai masdar atau kata benda dari hajja dengan makna menyengaja. Lalu sebagai badal dari manusia ialah (yakni orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan kepadanya) yang oleh Nabi SAW ditafsirkan dengan adanya perbekalan dan kendaraan, menurut riwayat Hakim dan lain-lain. (barang siapa yang kafir) terhadap Allah atau terhadap keawajiban Haji (maka sesungguhnya Allah maha kaya terhadap seluruh alam) artinya tidak memerlukan manusia, jin dan malaikat serta amal ibadat mereka.

Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain (Surabaya : Darr al-Ilmi, ____), Jilid I, Hal. 57

Makalah|Tafsir Surah al-Imran Ayat 96-97

Membaca Kitab Tafsir 4 Ushuluddin III C. TAFSIR SURAH AL-IMRAN AYAT 96

:
Allah SWT memberitahukan banwa Baitullah (Kabah) adalah rumah yang pertama kali dibangun untuk manusia bagi kepentingan ibadah ( ) yang terletak di bakkah ( ) yaitu Makkah. Ayat ini membantah orang-orang Yahudi yang mengecam umat Islam yang berkiblat ke Mekah. Orang-orang Yahudi menduga bahwa Baitu Maqdis, yaitu kiblat mereka lebih utama dari Kabah. Pada sisi lain, mereka mencela Nabi Muhammad ketika memalingkan kiblatnya ke arah Kabah. Mereka beranggapan jika saja engkau (Muhammad) seorang nabi seperti semua Nabi dari keturunan Nabi Ishaq yang mengagungkan dan dan shalat menghadap Baitul Maqdis, maka pasti engkau mengagungkan hal-hal yang telah mereka agungkan dan tidaklah engkau berpaling dari padanya kemudian mengagungkan tempat lain. Hal ini berarti engkau telah menentang para Nabi terdahulu.5 Allah kemudian membalas tuduhan mereka dengan menyatakan bahwa sesungguhnya pertama yang dibangun untuk beribadah adalah Baitul Haram yang dibangun oleh Nabi Ibrahim Khalilullah as dan anak baliau, Nabi Ismail as untuk rumah ibadah. Dengan demikian, Nabi Muhamad SAW berada pada Millah Nabi Ibrahim as dan beliau menghadap dalam ibadah seperti Nabi Ibrahim dan Ismail. 6 Terkait dengan hal ini, Allah SWT memberikan penegasan dalam surah al-Imran ayat 95:

Artinya:

Katakanlah: Benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. (QS. al-Imran : 95) Makna adalah rumah, yaitu rumah tempat sarana beribadah bukan dalam arti bangunan tempat tinggal pertama. Oleh karena itu, teks ayatnya tidak menyebutkan ( ) tetapi ( .) Nabi Ibrahim adalah orang yang pertama yang menegakkan pilar-pilar Baitul Haram. Beliau yang mula-mula meletakkan tiang-tiang Kabah setelah runtuh diterjang angin topan pada masa Nabi Nuh as.7 Dalam kitab tafsir Jalalain disebutkan, Baitullah ini dibina oleh Malaikat sebelum diciptakannya Adam dan setelah itu baru dibangun pula Baitul Aqsa dan jarak diantara keduanya 40 tahun. 8 Sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim sebagai berikut:

: : : : : ) . (
5 6

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (______ : Darr al-Fikr, 1974), Juz IV, Cet. III, Hal. 4 Ibid, Hal 7 7 Muhammad Mutawalli Syarawi, Tafsir Syarawi (Kairo : Akhbarul Yaum, 1991), Jilid III, Hal. 1635 8 Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain (Surabaya : Darr al-Ilmi, ____), Jilid I, Hal. 57

Makalah|Tafsir Surah al-Imran Ayat 96-97

Membaca Kitab Tafsir 5 Ushuluddin III

Artinya: Dari Abu Dzarr Radiyallahu anhu, berkata : Aku berkata, Wahai Rasulullah, masjid apa yang pertama kali didirikan?. Beliau bersabda : Masjid Aqsa. Aku bartanya lagi : berapa lama jarak anatara keduanya?. Beliau pun menjawab : empat puluh tahun. Lalu kutanyakan lagi : kemudian mana lagi?. Beliau menjawab : dimana pun shalat mendatangimu, maka shalatlah di sana karena semua bumi itu adalah masjid. (HR. Bukhari dan muslim) Menurut pemahaman kami, hadis diatas menegaskan tentang masjid yang pertama kali dibangun, yaitu Masjidil Haram yang selisihnya 40 tahun lebih awal didirikan dari pada masjidil Aqsa. Selisih 40 tahun disini bukan menunjukkan selisih pembangunan antara Baitullah dan Masjidil Aqsa, akan tetapi hanya menunjukkan jarak waktu pembangunan antara Masjidil Haram denagn Masjidil Aqsa. Dengan kata lain, Baitullah yang terletak ditengah-tengah Masjidil Haram lebih awal pendiriannya dari kedua masjid ini. Para ulama berpendapat bahwa Kabah dibangun kembali oleh nabi Ibrahim mendahului Baitul Maqdis sekitar 9 abad. Nabi Ibrahim as. Meninggikan pondasi Kabah sekitar 1900 SM, sedangkan petugas-petugas Nabi Sulaiman membangun Baitul Maqdis sekitar 1000 SM.9 Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Jalalain bahwa Baitullah dibina oleh malaikat sebelum Adam diciptakan. Pada sebuah hadis lain disebutkan pula bahwa Kabalah yang mula-mula muncul di permukaan air ketika langit dan bumi diciptakan sebagai buih yang putih. Imam Syaukhani dalam tafsirnya menyebutkan bahwa terdapat ikhtilaf mengenai siapa yang pertama kali membangun Kabah. Ia menyebutkan, ada yang mengatakan Malaikat, ada yang mengatakan Adam serta pendapat lain menyebutkan Ibrahim adalah orang yang pertama kali membangunnya. Imam Syaukhani menjama pendapat-pendapat ini dengan mengatakan bahwa Malaikatlah yang pertama kali membangunnya, kemudian diperbaharui oleh Adam dan selanjutnya Ibrahim.10 Firman Allah SWT:

Artinya:

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati (QS. Ibrahim : 37) Menuru Syarawi, ayat diatas memberikan isyarat bahwa keberadaan Kabah telah ada sebelum Nabi Ibrahim as. Ini menjadi bukti bahwa Ismail telah tumbuh dan berkembang disisi Kabah. Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail hanya melakukan renovasi pembangunan Kabah dan meninggikannya.11 Keterangan ini diterangkan dalam ayat berikut:

:
9

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta : Lentera Hati, 2007), Cet X, Volume II, Hal. 159 10 Imam Syaukhani, Fathul Qadir (Kairo : Darr al-Hadis, 2003), Jilid I, Hal. 488 11 Muhammad Mutawalli Syarawi, Tafsir Syarawi (Kairo : Akhbarul Yaum, 1991), Jilid III, Hal. 1635

Makalah|Tafsir Surah al-Imran Ayat 96-97

Membaca Kitab Tafsir 6 Ushuluddin III

Makna kata ( )dalam ayat ini dipahami dalam arti manusia secara keseluruhan. Namun, pendapat lain memahaminya dalam artian manusia tertentu, yakni masyarakat kota Madinah dan sekitarnya baik kaum Muslimin, Nasrani ataupun Yahudi. Kata bakkah ( ) ada yang memahaminya sebagai tempat melaksanakan thawaf dimana terdapat Kabah. Kata ini terambil akar kata bahasa arab yang berarti ramai dan berkerumun. Makna ini sangat sesuai dengan keadaan kota Mekah yang selalui ramai oleh para pengunjung khusunya pada musim haji. Qatadah berkata sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya: sungguh Allah menjadikan Ummat manusia berdesak-desakan di tempat ini sampai kaum wanita mengerjakan shalat di depan kaum pria yang dimana hal itu tidak terjadi ditempat lain. Dalam Tafsir Jalalain halaman 57 disebutkan, dinamakan demikian karena Kabah mematahkan leher orang-orang yang aniaya lagi durhaka. Pendapat yang serupa dalam Tafsir Ibnu Katsir menyebutkan bahwa adalah salah satu nama kota Mekah menurut pendapat yang masyhur. Disebut demikian karena tempat ini membuat banyak orang dzalim atau aniaya bersimpuh dan menundukkan diri disana.12 Adapun ( )menunjukkan kota yang berada di Saudi Arabia secara keseluruhan dan Ia adalah kota haram. Dengan demikian, Bakkah terdapat di kota Mekah. Ada juga memahami kata Bakkah dalam arti kota Mekah. Memang tempat pengucapakan huruf Ba dan Mim boleh dikatakan sama, keduanya terucapkan melalui pendempetan bibir atas dan bibir bawah. Ini menjadikan Mekah terkadang terdengar atau terucapkan Bakkah. Ada juga yang memahami kata Bakkah terambil dari bahasa orang Kaldani, yaitu bahasa yang digunakan oleh Nabi Ibrahim as. yang bermakna kota. Seperti kota Bala Bakka di Lebanon yang bermakna kota Dewa Baal.13 Hamad bin Salamah menyebutkan dari Inbu Abbas, Ia berkata Makkah mulai darialFajj sampai Tanim, sedangkan Bakkah mulai dari Baitulah sampai al-Bathha. Para ulama juga menyebutkan bahwa Mekah mempunyai banyak nama, diantaranya Bakkah, Baitul Atiq, Baitul Haram, Baladul Amin wal Mamun, Ummu Rahm, Ummul Qura, Shalah, Arsy dan Qaadis karena menyucikan dari segala macam dosa, Muqaddasah, Nasah, Basah, Haathimah, Ras, Kautsa, Baldah, Bunyah dan Kabah.14 Kemudian Allah SWT menjelaskan keutamaan-keutamaan Baitullah ( .) Kata barakah diucapkan dalam pengertian dua makna, yaitu berkembang atau bertambah dan tetap atau lestari. Al-Barakah dan al-Hidayah ialah keutamaan materil dan spritual dari Baitu Haram. Walaupun Makkah barada di daerah yang gersang tetapi telah dilimpahkan kepadanya Berkah bumi berupa buah-buahan. Seperti difirmankan oleh Allah SWT: Artinya: ...Yang didatangkan ketempat itu buah-buahan dari segala macam (tmbuhtumbuhan)... (QS. al-Qasas : 57)
12 13

Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (Beirut : Darr al-Quranul Karim,____), Cet II, Hal. 301 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta : Lentera Hati, 2007), Cet X, Volume II, Hal. 159 14 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (Beirut : Darr al-Quranul Karim,____), Cet II, Hal. 301

Makalah|Tafsir Surah al-Imran Ayat 96-97

Membaca Kitab Tafsir 7 Ushuluddin III

Begitu juga bagi orang-orang yang mencintai Kabah, mereka memperoleh Hidayah sehingga rela melakukan perjalanan kepadanya walaupun dengan mengorbankan tenaga dan materil.15 Menurut Quraish Shihab, Mekah dan Bakkah terus menerus menghasilkan kebajikan. Kata ini mencakup kebajikan Duniawi dan Ukharawi. Kemudia bentuk jama pada kata ( ) menunjukkan bahwa ia menjadi petunjuk bukan buat satu alam tertentu saja atau satu kelompok dan generasi tertentu, tetapi banyak dan beragam sepanjang zaman.16
D. TAFSIR SURAH AL-IMRAN AYAT 97

Artinya:

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. al-Imran : 97) Firman Allah : padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (diantaranya) maqam Ibrahim ( ) maksudnya bukti-bukti yang jelas pada Kabah. Dalam ayat ini terdapat beberapa kata majemuk yaitu kata ( )dan ( .) Adapun kata ( ) yang disebutkan setelah kata majemuk ayat dan Bayyinah menunjukkan bahwa maqam adalah salah satu tanda dan isyarat dari sekian banyak keagungan Allah di Baitullah. Jadi, salah satu dari beberapa tanda itu ialah Maqam Ibrahim. Huruf Mim pada kata maqam dibaca fathah berarti tempat berdiri, adapun jika Mim dibaca dhammah berarti tempat tinggal. Dengan demikian, Maqam Ibrahim ialah sebuah tempat yang dijadikan pijakan oleh Nabi Ibrahim ketika meninggikan tiang-tiang dan dinding-dinding Kabah.17 Ibnu katsir menukil dalam tafsirnya bahwa Mujahid berkata, bekas telapak kedua kaki Ibrahim as yang terdapat pada maqam itu merupakan tanda yang nyata. Pada awalnya, maqam Ibrahim menempel pada dinding Baitullah, kemudian dimundurkan kearah timur oleh Umar bin Khattab pada masa pemerintahannya sehingga memudahkan memudahkan thawaf dan tidak menggangu orang yang shalat di sisinya seusai thawaf. Mengenai hal ini, Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk shalat disana melalui firmannya yang berbunyi: Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. (QS. Al-Baqarah : 125)
15

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (______ : Darr al-Fikr, 1974), Juz IV, Cet. III, Hal. 7 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta : Lentera Hati, 2007), Cet X, Volume II, Hal. 159 17 Muhammad Mutawalli Syarawi, Tafsir Syarawi (Kairo : Akhbarul Yaum, 1991), Jilid III, Hal. 1644
16

Makalah|Tafsir Surah al-Imran Ayat 96-97

Membaca Kitab Tafsir 8 Ushuluddin III

Mengenai firman-Nya ( ) maqam Ibrahim, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ia berkat : Tanah haram seluruhnya adalah maqam Ibrahim. Nabi Ibrahim adalah bapak dari para Nabi yang jejak peninggalannya masih ada di bumi ini. Adapun menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Mishbah, maqam Ibrahim ialah tempat beliau berdiri membangun Kabah yang mencakup seluruh arah dimana Kabah itu mengarah. Sehingga, ada yang memahami maqam Ibrahim adalah seluruh Masjid al-Haram. Ada juga yang memahami istilah itu sebagai satu tempat yang ditandai dengan sebuah batu bekas telapak kedua kaki Ibrahim as. dimana beliau pernah shalat. Batu tersebut kini diletakkan di dalam sebuah bejana kaca.18 Selanjutnya, dilukiskan ketenangan dan rasa aman yang diraih oleh mereka yang berkunjung ke sana dengan firman-Nya ( ) dan barang siapa memasukinya, menjadi amanlah dia maksudnya amanlah (selamatlah) orang-orang yang masuk ke dalamnya. Orang-orang Arab semuanya telah sepakat untuk mengagungkan dan menghormati Baitullah. Maka barang siapa masuk ke dalamnya, amanlah jiwanya dari segala bentuk permusuhan dan penganiayaan. Aman pula darah dan kehormatannya selama ia masih berada di dalamnya. Memang hal ini telah berlangsung lama dari generasi ke generasi di masa jahiliyah sekalipun di antara mereka terdapat sikap saling mendengki, berbeda watak dan keinginan.19 Hal ini telah diakui oleh Islam, yang semuanya berkat doa Nabi Ibrahim:

Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini yang aman sentosa (QS. al-Baqarah : 126)

Atas dasr inilah, berkatalah Imam Abu Hanifah, barang siapa yang wajib atas dirinya hukuman mati di tanah hill (selain Makkah dan Madinah) karena qisas, murtad atau zina kemudian dia berlindun ke tanah haram, maka qisas tidak boleh dilaksanakan tetapi tidak boleh diberi tempat, makan, minum dan berjualan sampai ia terpaksa keluar darinya.20 Jaminan keamanan ini juga merupakan satu tanda dari kemuliaan dan keagungan Allah yang dilimpahkan di Bakkah. Sedemikian besar dan luas cakupan perlindungan keamanan dan ketentraman yang harus diberikan itu sampai dilikiskan dalam surah al-Baqarah ayat 125 dengan kata ( )yakni keamanan. Kabah yang dilukiskan sebagai amna memberi kesan bahwa keamanan itu bukan saja menyatu dengan Kabah, tetapi wujudnya sendiri adalah keamanan sehingga siapa yang mengunjungi dan merasakan kehadirannya sebagai rumah Allah pasti merasakan keamanan. Betapa tidak, bukankah yang itu berada di rumah Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang lagi Maha Kuasa dan Maha Damai.21

18

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta : Lentera Hati, 2007), Cet X, Volume II, Hal. 161 19 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (______ : Darr al-Fikr, 1974), Juz IV, Cet. III, Hal. 8 20 Ibid, Hal. 8 21 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta : Lentera Hati, 2007), Cet X, Volume II, Hal. 162

Makalah|Tafsir Surah al-Imran Ayat 96-97

Membaca Kitab Tafsir 9 Ushuluddin III

Menurut Syarawi dalam tafsirnya, diantara tanda-tanda lain yang terdapat di Masjidil Haram sebagai berikut: 22 Tanda-tanda nyata yang tampak di dalam Baitul Haram yang dapat dilihat oleh seluruh orang yang mengunjunginya, Tanda pada susunan shaf shalat yang mengitari Kabah. Shaf-shaf yang berada diluar Baitul Haram nampak rapi dan sejajar, sedangkan di dalam Baitul Haram shaf itu seperti lingkaran yang mengitari Kabah. Tanda-tanda keajaiban lainnya yaitu Hajar Aswad. Manusia berusaha sekuat tenaga agar dapat mencium batu ini padahal batu adalah unsur jenis terendah dan manusia adalah unsur tertinggi. Demikianlah Allah menjadikan posisi derajat manusia yang tinggi menjadi rendah ketika berhadapan dengan Hajar Aswad. Lebih dari itu, Allah mendatangkan perintah lain yang berkaitan dengan batu, yaitu pelemparan Jumrah. Kedua perintah ini menyadarkan manusia bahwa pelaksanaan yang kita lakukan dalam manasik Haji tidak lepas karena semata-mata melaksanakan perintah Allah. Tanda lainnya yaitu, air zam-zam yang terletak disamping Kabah. kronologi terjadinya air zam-zam terdapat dalam kisah Hajar yang mengajarkan kita Sai. Pelajaran yang dapat diambil dari sai ialah agar mau berusaha mengikuti hukum kausalitas dengan tetap yakin kepada Zat yang Maha Kuasa. Mengenai firman-Nya ( ) mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Menurut jumhur Ulama, ini adalah ayat yang menunjukkan kewajiban Haji.23 Haji merupakan salah satu rukun Islam yang hukumnya wajib atas umat Muhammad bagi yang sanggup untuk memenuhi panggilan ini. Dalam hal ini, terkandung pengagungan yang luar biasa terhadap Baitul Haram. Tradisi ini berlangsung dari satu masa ke masa berikutnya. Kemusyrikan yang melanda masyarakat Arab dan penyembah berhala tidaklah menjadi penghalang terselenggaranya hal tersebut. Dalam Tafsir Jalalain disebutkan mengenai kata ( ,)ada yang membaca hajju dan ada pula Hijju sebagai masdar dari kata benda dari Hajja dengan makna menyegaja. Adapun kata ( ) yakni orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan kepadanya, yang oleh Nabi SAW ditafsirkan dengan adanya perbekalan dan kendaraan menurut riwayat Hakim dan lain-lain.24 Jika kita perhatikan lebih seksama, maka kita akan dapati perintah melaksanakan Haji ini dilanjutkan dengan firman Allah ( ) barang siapa kufur atau mengingkari. Kategori mengingkari dalam ayat ini dapat berarti orang yang tidak melaksanakan ibadah haji karena enggan atau tampa udzur syari karena sesengguhnya kufur itu ada dua yaitu kufur kepada Allah dan Kufur atas Nikmat-nikmat-Nya.25

22 23

Muhammad Mutawalli Syarawi, Tafsir Syarawi (Kairo : Akhbarul Yaum, 1991), Jilid III, Hal. 1646-1649 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (Beirut : Darr al-Quranul Karim,____), Cet II, Hal. 302 24 Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain (Surabaya : Darr al-Ilmi, ____), Jilid I, Hal. 57 25 Muhammad Mutawalli Syarawi, Tafsir Syarawi (Kairo : Akhbarul Yaum, 1991), Jilid III, Hal. 1652

Makalah|Tafsir Surah al-Imran Ayat 96-97

Membaca Kitab Tafsir 10 Ushuluddin III

Ibnu Abbas, Mujahid dan Ulama lainnya berkata, barang siapa mengingkari kewajiban ibadah Haji, berarti ia telah kafir dan Allah tidak butuh terhadapnya. Dengan demikian, perlu dicatat bahwa siapa yang kafir menyangkut ayat ini mempunyai aneka makna. Antara lain durhaka, kikir tidak mensyukuri nikmat dan tidak percaya pada ajaran Islam.26 Menurut Tafsir Lebih lanjut mengenai ayat ( ) dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa Allah Maha Kaya terhadap seluruh alam yaitu tidak memerlukan manusia, jin, dan malaikat serta amal badah mereka. Said bin Mansur mengatakan dari Sofyan dari Ibnu Abi Najih dari Ikrimah, Ia berkata : ketika turun ayat ( ,) orang-orang yahudi mengatakan, kami pun orang-orang Islam. Lalu Allah SWT menurunkan firmannya untuk membantah dan menghujat mereka, yakni Nabi SAW bersabda kepada mereka : sesungguhnya Allah telah mewajibkan kaum muslimin beribadah haji ke Baitullah bagi orang-orang yang sanggup menunaikannya. Maka mereka mengatakan : Haji itu tidak diwajibkan kepada kami.27 Allah kemudian berfirman: Artinya: Barang siapa yang kafir, maka sesungguhnya Allah maha kaya terhadap seluruh alam. Allah SWT sama sekali tidak tergantung pada kebaikan ataupun keburukan makhluknya. Allah Maha Kaya atas seluruh alam sebagaimana keterangan yang disebutkan dalam ayat diatas.

Wallahu Alam bi as-Shawab !!!

26

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta : Lentera Hati, 2007), Cet X, Volume II, Hal. 163 27 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (Beirut : Darr al-Quranul Karim,____), Cet II, Hal. 303

Makalah|Tafsir Surah al-Imran Ayat 96-97

Membaca Kitab Tafsir 11 Ushuluddin III

Daftar Pustaka

Katsir , Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir, Beirut : Darr al-Quranul Karim,_______ Al-Mahalli, Jalaluddin. dan as-Suyuti, Jalaluddin. Tafsir Jalalain, Surabaya : Darr alIlmi, _______ Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, Jakarta : Lentera Hati, 2007 Syarawi, Muhammad Mutawalli. Tafsir Syarawi, Kairo : Akhbarul Yaum, 1991 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (_______ : Darr al-Fikr, 1974), Juz IV, Cet. III, Hal. 7 Syaukhani, Muhammad. Fathul Qadir, Kairo : Darr al-Hadis, 2003

Informasi bagi teman-teman yang berminat mengunduh makalah ini dapat membuka situs (http://www.scribd.com/zsultra). Lebih dari itu, saran dan kritiknya sangat diharapkan yang dapat disalurkan melalui alamat email (rul19bs1@gmail.com). Terima Kasih !!!
Semangat Terus UNITY

Makalah|Tafsir Surah al-Imran Ayat 96-97

You might also like