You are on page 1of 6

Tes uraian & objektif Tes Uraian adalah bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa

pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu dari mahasiswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri yang berbeda dengan jawaban mahasiswa lainnya (Bloom & Madaus, 1981). Menurut Grondlund (1982), tes uraian adalah kebebasan menjawab pertanyaan yang ditujukan pada seseorang, yang menuntutnya agar memberikan jawaban sendiri, relatif bebas, bagaimana mendekati masalahnya, informasi apa yang akan digunakan, bagaimana mengorganisasi jawabannya, dan berapa besar tekanan yang diberikan kepada setiap aspek jawaban. Nitko (1996) mengemukakan bahwa soal-soal tes uraian memperbolehkan seseorang bebas untuk mengekspresikan jawaban, ide-ide mereka sendiri dan hubungan antar ide-ide tersebut, serta mengorganisasi jawaban sendiri. Jawaban dari soal menginginkan seseorang untuk mengaplikasikan keahliannya untuk memecahkan masalah baru atau menganalisis situasi baru. Seorang mahasiswa bebas merespons derajat kebenaran atau kebaikan. Respon mahasiswa dapat dinilai oleh seorang pengajar ahli (dosen) yang mengetahui subjeknya terlebih dahulu. Tipe tes uraian sangat populer dikarenakan mudah ditulis, dan bagi sementara orang merupakan cara terbaik untuk mengungkap kemampuan mengorganisasi pikiran dan menyatakan pengetahuan secara lengkap. Soal tes uraian menuntut baik pengajar maupun pelajar atau mahasiswa berlatih untuk bernalar. Sementara itu, penilaian tidak hanya melihat hasil akhir tetapi proses jawabannya juga diperhatikan. Kendala tes uraian ini pemeriksaannya lebih sulit dan makan waktu banyak. Karena tes diberikan pada akhir tiap pokok bahasan dimana materi tidak cukup banyak maka akan sangat cocok dan tepat apabila diberikan tes bentuk uraian supaya mahasiswa benar-benar mendapatkan masukan materi secara mendalam dan mempunyai tingkat penalaran dan daya analisis yang tinggi. Hal ini akan menentukan apakah dosen harus mengganti strategi belajar atau metode belajar, disamping untuk mengetahui bagian-bagian mana dan materi pelajaran mana yang belum dikuasai oleh mahasiswa. Secara umum tes bentuk uraian adalah pertanyaan yang menuntut mahasiswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenisnya sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini menuntut kemampuan mahasiswa berpikir teratur atau bernalar, yakni berpikir logis, analitis dan sistematis serta dapat mengekspresikan gagasan melalui kemampuan berbahasa. Inilah kelebihan atau kekuatan tes uraian dari alat penilaian lainnya.

Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan) yang menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata (kalimat) sendiri. Jawaban tersebut dapat berbentuk mengingat kembali, menyusun, mengorganisasikan atau memadukan pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam rangkaian kalimat atau kata-kata yang tersusun secara baik. Oleh karena itu tes uraian sering juga dikatakan sebagai tes essay. Walau pun sebenarnya antara tes uraian dan essay memiliki perbedaan, yaitu dalam hal kedalaman dan keluasan materi yang diukur atau diungkap. Sebenarnya tes uraian lebih tepat digunakan untuk mengukur prestasi belajar yang lebih kompleks, walaupun tidak dipungkiri masih banyak para guru yang menggunakan jenis tes ini hanya untuk mengukur pengetahuan yang bersifat faktual dan dangkal.

B. Jenis-jenis /Bentuk Tes Uraian Dilihat dari luas-sempitnya (scope) materi/masalah yang ditanyakan, soal tes bentuk essay atau uraian memiliki dua bentuk, yaitu essay atau uraian terbatas (restricted response items) dan essay atau uraian bebas (extended respons items). Beberapa tahun ke belakang, Depdikbud menyebut kedua jenis soal ini dengan istilah tes uraian objektif dan tes uraian non-objektif. Walau pun sebenarnya jika dilihat lebih dalam, kedua jenis tes terakhir ini (uraian objektif dan uraian non-objektif) merupakan bagian dari tes essay terbatas, karena pengelompokkan tes uraian menjadi uraian objektif dan uraian non-objektif hanya didasarkan kepada pendekatan pemberian skor saja. Perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dengan uraian non-objektif terletak pada kepastian pemberian skor. Pada soal bentuk uraian objektif, kunci jawaban dan pedoman penskorannya lebih pasti (diuraikan secara jelas halhal/ komponen yang di skor dan berapa skor untuk masing-masing komponen tersebut. Sedangkan pada soal uraian non-objektif pedoman penskoran dinyatakan dalam rentangan (0 4 atau 0 10), sehingga pemberian skor (penentuan kualitas jawaban) sedikit banyak akan dipengaruhi oleh unsur subjektif si pemberi skor. Untuk mengurangi subjektifitas ini, dapat dilakukan dengan cara membuat pedoman penskoran secara rinci dan jelas, sehingga pemberian skor dapat relatif sama. 1. Tes Uraian Objektif Tes uraian objektif adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih pasti, sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif (walaupun pemeriksa berbeda namun dapat menghasilkan skor yang relatif sama). Artinya model tes ini memiliki kunci jawaban yang pasti, sehingga jawaban benar bisa diberi skor 1 dan jawaban salah 0. Anthony J. Nitko (1996) mengatakan bahwa tes essay terbatas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar kompleks yang berupa kemampuankemampuan: a. menjelaskan hubungan sebab akibat b. melukiskan pengaplikasian prinsip-prinsip c. mengajukan argumentasi-argumentasi yang relevan d. merumuskan hipotesis-hipotesis dengan tepat e. merumuskan asumsi-asumsi yang tepat f. melukiskan keterbatasan-keterbatasan data g. merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara tepat h. menjelaskan metoda dan prosedur i. dan hal-hal sejenis yang menuntut kemampuan siswa untuk melengkapi jawabannya.

2. Tes Uraian Non-Objektif Tes Uraian Non-objektif adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan jawaban yang bebas, menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan (menguraikan dan memadukan gagasan- gagasan) pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis sehingga dalam penskorannya mengandung unsur subjektifitas (sukar dilakukan secara objektif) Tes essay bebas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar yang bersifat kompleks yang berupa kemampuan-kemampuan: a. menghasilkan, menyusun dan menyatakan ide-ide b. memadukan berbagai hasil belajar dari berbagai bidang studi c. merekayasa bentuk-bentuk orisinal, seperti mendisain sebuah eksperimen

d. mengevaluasi nilai suatu ide Merencanakan tes Uraian Seperti pada tes lain, untuk mendapatkan soal tes uraian yang baik, perlu direncanakan secara matang. Paling tidak si penyusun soal harus memahami atau mengingat kembali prinsipprinsip penilaian, dan mengingat kembali prosedur pengembangan tes secara umum. Secara umum perencanaan itu mencakup: 1. Merumuskan tujuan tes, untuk apa tes itu dilakukan. 2. Mengkaji/menganalisis: GBPP, pokok bahasan/topik/tema/konsep, buku sumber, rencana pembelajaran/satuan pelajaran, dan materi-materi pelajaran mana yang cocok untuk dibuat dengan soal uraian. 3. Membuat kisi-kisi 4. Penulisan soal disertai pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran 5. Penelaahan kembali rumusan soal (oleh sendiri atau orang lain) D. Pembuatan Kisi-kisi Kisi-kisi adalah format yang berupa matriks yang memuat informasi tentang suatu soal dan dijadikan pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi seperangkat tes. Dengan demikian jelas bahwa fungsi kisi-kisi di sini adalah sebagai pedoman dalam penulisan dan perakitan tes. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan: (1) mewakili isi kurikulum yang akan diujikan, (2) komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami, (3) soalsoal yang direncanakan dimungkinkan dapat dibuat sesuai dengan indikator yang direncanakan dalam kisi-kisi itu.

Kalau Anda ingin menggunakan salah satu bentuk tes, apakah tes uraian atau tes objektif pahamilah terlebih dulu keunggulan dan kelemahan tes tersebut. Jika Anda telah menentukan pilihan untuk menggunakan salah satu bentuk tes tersebut maka manfaatkanlah keunggulan tes tersebut dan tekanlah seminimal mungkin kelemahannya. Tes uraian memiliki beberapa keunggulan, jika dibandingkan dengan tes objektif antara lain: tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi, tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atau ide, serta lebih cepat dan mudah membuatnya. Tetapi tes uraian mempunyai kelemahan antara lain: hanya sedikit materi yang dapat ditanyakan untuk satu waktu ujian, adanya unsur subjektivitas dalam pemeriksaan hasil pekerjaan siswa, sulit memeriksa hasil pekerjaan siswa, sering terjadi hallo effect, carry over effect, dan order effect. Sedikitnya materi yang ditanyakan untuk satu waktu ujian dapat diatasi dengan tidak menggunakan tes uraian terbuka, tetapi menggunakan tes uraian terbatas. Penggunaan tes uraian terbatas ini sekaligus akan dapat mengurangi unsur subjektivitas dalam pemeriksaan karena dengan tes uraian terbatas maka jawaban siswa sudah lebih terarah pada apa yang dikehendaki oleh penulis butir soal. Hallo effect dapat diatasi dengan memeriksa hasil ujian siswa tanpa nama, sedangkan carry over effect dapat diatasi dengan memeriksa nomor per nomor butir soal untuk keseluruhan siswa. Order effect dapat diatasi dengan tidak memaksakan diri untuk terus memeriksa manakala kita sudah merasa jenuh untuk memeriksa. Keterampilan menulis tes yang baik (baik tes uraian maupun tes objektif) sangat diperlukan agar dapat menghasilkan tes yang baik. Secara garis besar tes uraian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tes uraian terbuka (Extended respons question) dan tes uraian terbatas (Restricted respons question). Tes uraian hendaknya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif. Jangan gunakan tes uraian hanya untuk mengukur proses berpikir rendah tetapi gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang kompleks. Tes uraian

terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menghasilkan, mengorganisasi, dan mengekspresikan ide; mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang; membuat desain eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu ide; dan sebagainya. Sedangkan tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memberikan alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan sebagainya. Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam menulis tes uraian adalah sebagai berikut. 1. Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes (kisi-kisi) yang ada. 2. Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif. 3. Gunakan tes uraian terbatas untuk menambah sampel yang dapat ditanyakan dalam satu waktu ujian. 4. Gunakan tes uraian untuk mengungkap pendapat, tidak hanya sekadar menyebutkan fakta. Untuk itu gunakan kata tanya seperti: jelaskan, bandingkan, hubungkan, simpulkan, analisislah, kelompokkanlah, formulasikan, dan lain sebagainya. Hindarkan penggunaan kata tanya seperti: sebutkan, karena kata tanya seperti itu biasanya hanya meminta siswa untuk menyebutkan fakta saja. 5. Rumuskan butir soal dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir. 6. Usahakan agar jumlah butir soal dapat dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan. 7. Jangan menyediakan sejumlah pertanyaan yang dapat dipilih oleh siswa. 8. Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa pada setiap butir soal. Setelah menulis butir soal, penulis diwajibkan untuk membuat pedoman penskoran sebagai berikut. 1. Apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain maka jawaban tersebut harus ditulis. 2. Tandai butir, kata kunci atau konsep penting yang harus muncul pada jawaban tersebut. 3. Adakah butir, kata kunci atau konsep yang lebih penting dari yang lain? 4. Beri skor pada setiap butir, kata kunci, atau konsep yang harus muncul pada jawaban tersebut. 5. Butir, kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor lebih dari yang lain. Tes yang baik adalah tes yang dapat mengukur hasil belajar siswa dengan tepat. Untuk dapat menghasilkan tes yang seperti itu maka tes tersebut harus dibuat melalui perencanaan yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan tes yang baik adalah sebagai berikut. 1. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin diukur. 2. Pilih pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang relevan untuk mencapai tujuan tersebut. 3. Tentukan proses berpikir yang ingin diukur. 4. Tentukan jenis tes yang tepat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran tersebut. 5. Tentukan tingkat kesukaran butir soal yang akan dibuat. 6. Tentukan jumlah butir soal yang sesuai untuk dikerjakan siswa dalam satu waktu ujian yang telah ditentukan. PENGEMBANGAN TES OBJEKTIF Kegiatan Belajar 1 Mengapa Menggunakan Tes Objektif? Tes objektif bukan tes yang jelek. Jika tes objektif dikonstruksi dengan baik maka tes objektif dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang proses berpikir mulai dari ingatan sampai dengan evaluasi. Jika dibandingkan dengan tes uraian maka tes objektif mempunyai beberapa keunggulan antara lain: 1. Hasil tes dapat diolah dengan cepat dan mempunyai ketetapan hasil pemeriksaan yang tinggi. 2. Dalam satu kali ujian dapat menanyakan banyak materi yang telah diajarkan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian validitas isi tes dapat dipertanggungjawabkan.

3. Jika dikonstruksi dengan baik tes objektif dapat mengukur semua jenjang proses berpikir dari yang sederhana (ingatan) sampai dengan yang kompleks (evaluasi). Di samping keunggulan tersebut tes objektif juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain: tes yang dibuat cenderung mengukur proses berpikir rendah, dan jika siswa tidak mengerti akan jawaban dari suatu butir soal mereka dapat menjawab dengan cara menebak. Kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan cara terus berlatih untuk menulis tes objektif yang baik sehingga penulis benar-benar terampil dalam menulis terutama untuk menulis tes objektif yang dapat mengukur proses berpikir yang lebih tinggi dari hanya sekadar ingatan. Untuk meminimalkan upaya siswa menebak jawaban maka dalam pelaksanaan ujiannya dapat dicantumkan pemberitahuan bahwa dalam ujian ini akan diberlakukan formula tebakan. Jika siswa menjawab salah atau asal menebak maka akan berakibat pada penurunan skor yang diperoleh. Kegiatan Belajar 2: Bagaimana Menulis Tes Objektif? Secara umum tes objektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu: tes benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Tetapi dari ketiga macam tes tersebut maka tes pilihan gandalah yang paling banyak digunakan di sekolah terutama digunakan pada saat ujian akhir tahun atau akhir semester. Apabila dilihat konstruksinya maka tes pilihan ganda terdiri dari dua hal pokok yaitu stem atau pokok soal dengan 4 atau 5 alternatif jawaban. Satu di antara alternatif jawaban tersebut adalah kunci jawaban. Alternatif jawaban selain kunci disebut dengan pengecoh (distractor). Semakin banyak alternatif jawaban yang ada (misalnya 5) maka probabilitas menebaknya akan semakin kecil. Ada lima ragam tes pilihan ganda yang sering digunakan yaitu: melengkapi pilihan (ragam A), hubungan antarhal (ragam B), analisis kasus (ragam C), ganda kompleks (ragam D), dan membaca diagram, table, atau grafik (ragam E). Beberapa hal harus diperhatikan dalam menulis tes pilihan ganda agar diperoleh kualitas tes yang baik, yaitu: 1. Inti permasalahan yang akan ditanyakan harus dirumuskan dengan jelas pada pokok soal. 2. Hindari pengulangan kata yang sama pada pokok soal. 3. Hindari penggunaan kalimat yang berlebihan pada pokok soal. 4. Alternatif jawaban yang dibuat harus logis, homogen, dan pengecoh menarik untuk dipilih. 5. Dalam merumuskan pokok soal, hindari adanya petunjuk ke arah jawaban yang benar. 6. Setiap butir soal hanya mempunyai satu jawaban yang benar. 7. Hindari penggunaan ungkapan negatif pada pokok soal. 8. Hindari alternatif jawaban yang berbunyi semua jawaban benar atau semua jawaban salah. 9. Jika alternatif jawaban berbentuk angka, urutkan mulai dari yang besar atau yang kecil. 10. Hindari penggunaan istilah yang terlalu teknis pada pokok soal. 11. Upayakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung soal yang lain. Kegiatan Belajar 3 Bagaimana Merencanakan Tes Objektif yang Baik? Agar tes objektif yang akan ditulis tidak melenceng dari materi yang telah diajarkan selama proses pembelajaran maka tes tersebut harus ditulis berdasarkan kisi-kisi. Kisi-kisi inilah yang harus menjadi pedoman bagi penulis dalam menulis setiap butir soal. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain sebagai berikut. 1. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi harus diupayakan serepresentatif mungkin. 2. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang akan digunakan apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau gabungan antara keduanya harus diperhitungkan terutama terkait dengan materi, jumlah butir soal, dan waktu tes yang disediakan.

3. Jenjang kemampuan berpikir yang akan diujikan. Jenjang kemampuan berpikir yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang kemampuan berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran. 4. Sebaran tingkat kesukaran. Penentuan sebaran tingkat kesukaran butir soal sebenarnya tergantung pada interpretasi skor yang akan digunakan. Jika akan digunakan pendekatan penilaian acuan kriteria maka sebaran tingkat kesukaran butir soal tidak perlu dipikirkan tetapi jika akan digunakan pendekatan penilaian acuan norma maka sebaran tingkat butir soal harus diperhatikan, 5. Waktu ujian yang disediakan. Waktu ini akan membatasi jumlah butir soal yang akan ditanyakan. 6. Jumlah butir soal. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung pada waktu ujian yang disediakan

Tes obyektif secara keseluruhan harus diperhatikan: 1. Tidak menyulitkan dalam membaca soal. 2. Dalam menulis soal hindarkan hanya mengutif dari buku. 3. Jawaban-jawaban hendaknya memperlihatkan suatu bentuk sistematis tertentu. 4. Jangan merupakan pernyataan jebakan. 5. Hidarkan ambiguitas menimbulkan kesalahpahaman. 6. Jangan memberikan soal yang tidak bergunan. 7. Soal harus dirumuskan yang dapt ditangkap oleh yan di uji seperti maksud si pembuat soal.

Harga 8 buah buku tulis dan 6 buah pensil Rp14.400,00. Harga 6 buah buku tulis dan 5 buah pensil Rp11.200,00. Jumlah harga 5 buah buku tulis dan 8 buah pensil adalah .(c) a. Rp13.600,00 b. Rp12.800,00 c. Rp12.400,00 d. Rp11.800,00

You might also like