You are on page 1of 4

Manfaat Minyak Pala Minyak pala dihasilkan dari semua bagian buah pala, kulit, daging dan biji

pala. Kandungan minyak dalam bagian-bagian buah pala memiliki khasiat yang berbeda. Berbagai penelitian mengenai kandungan minyak dalam buah pala sudah dilakukan di berbagai negara, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Science and Technology Authority. Menurut para peneliti tersebut, kulit dan daging dari buah pala banyak mengandung minyak atsiri dan zat samak. Bagian fuli atau bunga pala juga mengandung zat yang hampir sama, yaitu atsiri, zat samak, dan zat pati. Biji pala mengandung zat yang lebih banyak, yaitu berupa atsiri, elemisi, pektin, miristisin, saponin, enzim lipase, asam oleanolat dan lemonena. Biji dari buah pala dipercaya dapat menyembuhkan berbagai gangguan pada sistem pencernaan dan dapat meredakan rasa mual pada perut. Kandungan berbagai zat dalam minyak yang dihasilkan oleh buah pala berguna untuk meredakan stres. Aroma yang dihasilkan bisa merenggangkan saraf-saraf yang menegang. Minyak pala bisa dijadikan media terapi bagi Anda yang sudah tertidur dalam waktu cepat. Cara penggunaan: Oleskan pada seluruh bagian tubuh dan Anda akan merasakan kehangatan serta sensasi menenangkan dari minyak pala. Selain berguna untuk relaksasi, minyak dari buah pala juga dapat digunakan untuk pemijitan. Teksturnya yang licin sama seperti minyak-minyak yang lain, memudahkan untuk menjadi media pijat yang baik. Minyak pala dipercaya dapat meringankan gejala encok, keseleo, serta pegal-pegal.

Manfaat lebih dari pala


Posted by Masenchipz on October 4, 2008 Tanaman multiguna dan komoditas ekspor Indonesia nonmigas utama ini kaya akan vitamin C, kalsium, dan fosfor. Pala juga biasa digunakan sebagai obat diare, kembung, mual, serta untuk meningkatkan daya cerna dan selera makan.

Salah satu oleh-oleh khas yang wajib diburu kalau berlibur ke Bogor dan Cianjur adalah manisan buah. Buah yang banyak diolah menjadi manisan adalah pala, mangga, kedondong, pepaya, kemang, kebembem, dan jambu biji. Di Bogor, yang merupakan salah satu sentra produksi pala, manisan pala paling populer. Konon, manisan pala telah dikenal di Bogor sejak zaman Belanda, yaitu ketika petinggipetinggi VOC banyak berdiam di kota hujan tersebut. Ada dua jenis manisan pala, yaitu manisan pala basah dan manisan pala kering. Selain sebagai manisan, daging buah pala juga dapat diolah menjadi jeli, sirop, dodol, chutney, selai, sari buah, wine, dan cider pala. Bagian buah pala yang paling tinggi nilai ekonominya adalah biji dan fuli. Biji umumnya digunakan pada makanan manis dan kaya rempah, seperti produk roti, dan juga sebagai bumbu dalam masakan daging serta produk minuman dan dessert. Sementara itu, fuli digunakan sebagai bahan flavor pada produk roti, seperti cake, cookies, pie, dan topping, juga sebagai bumbu pada masakan laut, pikel, dan minuman. Populer Sejak Baheula Tanaman pala termasuk dalam kelas Angiosperma, subkelas Dicotyledonae, ordo Ranales, family Myristiceae dan Myristica, terdiri dari 15 genus dan 250 species. Dari 15 genus tersebut, 5 di antaranya terdapat di daerah tropis Amerika, 6 di daerah tropis Afrika, dan 4 genus di daerah tropis Asia, termasuk Indonesia. Tanaman pala (Myristica fragrans) merupakan salah satu tanaman rempah-rempah asli Indonesia yang daerah produksinya tersebar dari Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Aceh, dan Papua. Pada awal masa perdagangan (VOC), pala merupakan rempah-rempah yang dicari layaknya emas. Hingga kini, peran pala sebagai mata dagang tradisional Indonesia di dunia masih sangat besar. Indonesia merupakan produsen utama pala dengan memasok sekitar 74 persen dari kebutuhan pala dunia (Puslitbangtri, 1990). Pada zaman penjajahan Belanda, tanaman pala disebarkan ke berbagai pelosok daerah di Indonesia. Oleh karena itu, pala memiliki beberapa nama khas daerah, seperti falo (Nias), palo (Minangkabau), pahalo (Lampung), pala (Sunda), paala bibinek (Madura), kalapelane (Seram), parang (Minahasa), dan gosoka (Halmahera, Tidore, dan Ternate). Tanaman pala merupakan tanaman multiguna karena setiap bagiannya dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli, dan minyak atsiri dari pala merupakan yang paling banyak dieskpor, serta digunakan dalam industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli, dan daun digunakan dalam industri obat-obatan, parfum, dan kosmetik. Dalam industri obat-obatan, buah pala memiliki beragam khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Dalam dosis rendah, pala dapat digunakan untuk mengurangi flatulensi (kembung perut), meningkatkan daya cerna dan selera makan, serta untuk mengobati diare, muntah, dan mual (Chevallier, 2001).

Komponen myristicin yang terkandung dalam daging buah memiliki kemampuan sebagai agen insektisidal dan dianggap berkontribusi terhadap sifat halusinogen yang dapat menyebabkan halusinasi (Dorsey, 2001). Di beberapa daerah, daging buah pala dibuang sebagai limbah setelah diambil biji dan fulinya. Hal tersebut patut disayangkan karena daging buah pala merupakan komponen terbesar dari buah pala segar (83,3 persen), dibanding fuli (3,22 persen), tempurung biji (3,94 persen), dan daging biji (9,54 persen). Pemanfaatan buah pala secara optimal akan dapat meningkatkan pendapatan petani. Sebab, dengan pengembangan produk olahan strategis yang memanfaatkan limbah daging buah pala, bisa memberikan keuntungan ganda. Kaya Komponen Volatil Tanaman pala dapat tumbuh baik pada tanah dengan struktur gembur dan penuh humus, derajat keasaman tanah 5,5-6,5, pada dataran rendah hingga 700 m dari permukaan laut, dengan curah hujan antara 2.000-3.000 mm/tahun. Tanaman pala merupakan tanaman berumah dua (deoceous) yang berarti bunga jantan dan betina tidak terletak pada satu pohon. Ada juga pohon yang berkelamin dua atau hemaphrodit, tetapi jarang sekali terjadi. Tanaman pala mulai berbunga setelah berumur 6-10 tahun, tergantung dari keadaan tanah dan iklim. Bunganya berwarna pucat, kecil, lunak, dan berbau harum serta berbentuk malai. Malai bunga jantan terdiri dari 1-10 bunga dan malai bunga betina 1-3 bunga. Jangka waktu pertumbuhan buah dari mulai persarian hingga masak petik tidak lebih dari sembilan bulan (Rismunandar, 1990). Tanaman pala dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 meter, mahkota pohon yang bervariasi antara bentuk piramidal (kerucut), lonjong (silindris), dan bulat. Mulai berbuah setelah berumur 8-9 tahun, hasil maksimum pada umur 25 tahun dan dapat bertahan sampai umur 60 tahun. Pohon pala yang telah berumur 10-12 tahun menghasilkan buah sekitar 800-2.000 buah per tahun dari 2-3 kali panen (Hadad, 2001). Buah pala berbentuk seperti buah pir, ujungnya meruncing, kulitnya licin, berdaging, dan cukup banyak mengandung air Buah pala mempunyai daging buah keras, berwarna keputih-putihan, mengandung getah putih, dan rasanya kelat. Diameter buah pala bervarisi dari 3-9 cm. Bila buah telah masak di pohon, daging buah terbuka sehingga biji pala yang berwarna cokelat menjadi mudah terlihat. Biji pala kaya akan lemak sehingga dapat diekstrak untuk menghasilkan minyak pala. Daging buah pala kaya kalsium, fosfor, vitamin C dan A, serta sedikit zat besi. Daging buah pala mengandung 29 komponen volatil (senyawa yang mudah menguap) dengan 23 komponen telah teridentifikasi dan 6 komponen lain belum teridentifikasi. Komponen yang paling banyak terkandung dalam minyak atsiri daging buah pala adalah -pinen (8,7 persen), -pinen (6,92 persen), ?-3-karen (3,54 persen), D-limonen (8 persen), -terpinen (3,69 persen), 1,3,8mentatrien (5,43 persen), -terpinen (4,9 persen), -terpineol (11,23 persen), safrol (2,95 persen), dan myristicin (23,37 persen) (Hustiany, 1994).
Pasar Gadang salah satu sentra perdagangan komoditi perkebunan yang dihimpun dari sejumlah sentra di Sumbar, termasuk dari provinsi tetangga seperti Jambi dan Bengkulu.

Menurut dia, permintaan komoditi tersebut tidak terpengaruh perkembangan dolar AS karena memang barang tersebut selalu dibutuhkan oleh negara-negara tujuan ekspor seperti Amerika, Afrika dan negara Timur Tengah. Harga biji pala kualitas bagus kini Rp35 ribu/kg, kualitas sedang Rp30 ribu/kg dan rendah Rp20 ribu/kg. Sementara untuk bunganya dijual lebih tinggi Rp50.000/kg. Menurutnya, mutu pala petani Sumbar cenderung tergolong rendah, akibat kurang pedulinya petani menangani proses pasca panen. "Pala asal Sumbar rata-rata bermutu rendah, karena produknya dicampur antara mutu menengah dan rendah, akibatnya harga jual menjadi rendah dibandingkan daerah lainnya," katanya. Pala yang dipasok petani Sumbar kebanyakan diolah menjadi minyak pala. Jika kualitas bagus tiap 100 kg dihasilkan 12 kg minyak pala. Minyak pala Sumbar cukup diminati, dan menjadi bahan dasar produk kecantikan, sabun, dan campuran minuman keras. Terkait pengembangan tanaman pala tersebut, Pemda Sumbar mulai serius mengembangkannya dengan mengalokasikan dana asal Pemerintah Pusat untuk pengadaan bibit dan bantuan perawatannya. "Pala cukup potensial untuk dikembangkan karena harganya terus membaik dan kebutuhannya meningkat tajam," kata Kelapa Dinas Perkebunan Sumbar, Masrul Zen. Dia menyebutkan, daerah yang diusulkan untuk pengembangan komoditi pala tersebut adalah Kabupaten Agam, karena dinilai cukup potensial baik dari segi iklim dan kondisi tanahnya. Pala kini menjadi satu komoditi unggulan perkebunan di Sumbar, selain tiga yang sedang dikembangkan yakni karet, coklat dan kakao. Sejumlah tanaman perkebunan lainy yang dikembangkan adalah kopi, kelapa sawit, kulit manis, cengkeh dan tebu. Areal kebun pala rakyat di Sumbar, berdasarkan data kini seluas 5.724 hektar dengan produksi 2.530 ton.

You might also like