You are on page 1of 3

ADAB SEORANG PELAJAR MUSLIM I. Akhlak seorang pelajar 1.

Jika seorang pelajar ingin meraih kesempurnaan ilmu, hendaklah ia menjauhi kemaksiatan dan senantiasa menundukkan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan untuk dipandang. Karena yang demikian itu akan membukakan beberapa pintu ilmu, sehingga cahayanya akan menyinari hatinya. Jika hati telah bercahaya maka akan jelas baginya kebenaran. Sebaliknya, barangsiapa yang megumbar pandanyannya maka akan keruhlah hatinya dan selanjutnya akan gelap dan tertutup atasnya jalan dan pintu ilmu. 2. Para pelajar hendaknya mewaspadai tempat-tempat yang menyebabkan laghwun (kesia-siaan) dan majelis keburukan. Karena barangsiapa yang sudah mendapatkan ilmu, hingga mencapai derajat yang tinggi dan mencapai hikmah yang banyak, lalu ia bergaul dengan tempat-tempat kemaksiatan, maka ilmu yang akan diraihnya akan ternodai dengan kemaksiatan, dan hikmah yang telah diperoleh akan menguap darinya. 3. Bidah sangat berbahaya bagi kebersihan hati. Sesungguhnya bidah akan mencemari hati sehingga ia menjadi buta dan tidak mampu melihat makna ilmu dan tidak bisa memahaminya sesuai dengan yang semestinya. Hati yang telah tercemari dengan noda bidah tidak mampu memahami kitabullah, karena tidak ada yang dapat memahami isi Al Quran kecuali hati yang suci. 4. Hendaknya para pelajar benar-benar menjaga waktunya, dan jangan sekali-kali membuangnya dengan membicarakan hal-hal yang tidak berfaidah, berbohong, dan obrolan yang tidak jelas ujung pangkalnya. Dan janganlah sekali-kali mengatakan sesuatu yang tidak memiliki ilmu tentangnya. 5. Termasuk sifat seorang pelajar, hendaknya ia tidak berbicara kecuali jika sudah jelas hakikatya dan telah tampak baginya mashlahatnya. Bukanlah suatu aib serta tidak akan mengurangi kedudukan dan derajatnya jika ia tidak mengetahui sesuatu kemudian ia mengatakan, wallahualam. 6. Jika membanggakan diri dengan harta, kedudukan dan kenikmatan dunia dicela oleh syariat, maka membanggakan diri dengan ilmu dan menganggap dirinya banyak memiliki ilmu merupakan tindakan yang amat buruk. 7. Hendakalh diketahui oleh setiap pelajar, bahwa hanya dengan ilmu derajat seseorang tidak bisa terangkat, kecuali jika ilmu tersebut diamalkan. Dalam menfsirkan ayat Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu (Q.S. l Araf : 176), Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa hanya dengan ilmu, derajat seseorang tidak bisa terangkat, karena Allah telah mengkhabarkan dalam ayat tersebut bahwa Dia telah mendatangkan kepada sekelompok orang ayat-ayat tersebut, dan ia tidak bisa mengangkat derajat mereka, sesungguhny aderajat orang yang berilmu hanyalah terangkat sesuai dengan kadar pengamalannya. (Raudhatul Muhibbin : 194). 8. Jika para pelajar menghendaki ilmunya selalu terjaga dan tidak mudah hilang, maka hendaklah ia mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya. Diantara salaf ada yang berkata, usaha kami untuk menjaga ilmu kami yang kami miliki bersandar pada amal kami. Sebagian lagi mengatakan, ilmu itu menuntut untuk

diamalkan, jika tuntutan ilmu telah terpenuhi maka ia akan menetap, dan jika tidak terpenuhi maka ia akan pergi dan menghilang. Maka mengamalkan ilmu adalah faktor yang paling utama bagi terjaganya ilmu, dan meninggalkan amal adalah faktor hilangnya ilmu. Dengan demikian tidak ada yang dapat menjaga dan memelihara ilmu kecuali amal. 9. Apabila pemahaman yang buruk yang juga diiringi dengan niat buruk adalah pangkal bidah dan kesesatan serta penyebab segala kesalahan dari pokok hingga cabangnya, maka wajib atas para pelajar untuk memiliki pemahaman yang baik dan niat yang lurus, supaya hatinya terjauhkan dari noda-noda bidah dan penyimpangan dalam pemikiran. 10. Apabila hikmah adalah barang yang hilang dari seorang mumin, maka kapan saja ia menemukannya ia lebih berhak untuk memilikinya. Sifat ini lebih berhak untuk dimiliki oleh seorang pelajar, sehingga ia senantiasa mencari hakikat suatu masalah dan berusaha untuk mendapatkannya dari mana saja sumbernya, sebagaimana wajib atasnya untuk tidak taashhub kepada pendapat seseorang. 11. Jika pelajar itu memiliki keutamaan dengan mendapat balasan dari Allah berupa dilapangkannya jalan menuju jannah, maka sepatutnya para pelajar mengingat pahala yang besar tersebut agar menjadi pendorong baginya untuk senantiasa giat mencari ilmu. II. Adab-adab Guru dan Para Penuntut Ilmu Tentang pembahasan ini kami menukil dari apa yang ditulis oleh Syaikh Ali bin Muhammad yang terkenal dengan sebutan Adh Dhanna Al Mishri, dalam kitab beliau yang berjudul Fathul Karim Al Mannan Fii Adabi Hamlatil Quran secara singkat. Diantara adab-adab seorang muallim adalah : 1. Hendaknya ia adalah seorang muslim yang telah baligh dan berakal, tsiqah dan terpercaya sangat dhabit dan terhindar dari segala tuduhan fasiq dari perbuatan yang akan menjatuhkan harga diri. 2. Hendaknya ia mengiikhllashkan niatnya hanya untuk mencari ridha Allah semata, bukan untuk mencari dunia atau pujian manusia atau kedudukan maupun pangkat dari ilmu yang dimilikinya. 3. Tidak boleh tamak terhadap apa yang diperoleh dari ilmu yang disampaikannya, baik berupa harta atau penghormatan maupun hanya sedikit. 4. Tidak diperbolehkan mengambil upah dari ilmu yang diajarkannya, kecuali ilmu qiraah / tajwid. (Dalam hal ini para ulama berselisih pendapat tentang bolehnya menerima upah dari mengajarkan ilmu agama. Namun pendapat jumhur memperbolehkan menerima upah yang diberikan jika bukan atas keinginan sang muallim dan ia tidak mensyaratkan sesuatu berupa upah atas pekerjaannya itu). 5. Hendaknya ia menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia dan terpuji, yaitu bersikap zuhud terhadap dunia dan mengambil sedikit bagian darinya, tidak terlalu ambil peduli dengan dunia dan ahlinya. Ia juga senantiasa memiliki sikap lemah lembut dan bermanis muka, melazimi sifat wara dan khusyu, tenang dan berwibawa, tawadhu dan merendah hati serta membersihkandirinya dari penyakit riya, hasad, dengki, ghibah, mencela selainnya meskipun yang dicela lebih hina

darinya. Ia juga harus menghindari sikap ujub dan sombong, demikian pula banyak bergurau yang merupakan pekerjaan yang hina.

You might also like