You are on page 1of 86

MOTIVASI

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.[1] Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.[2] Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat. Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi.[2] Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.[2]

Tips Memberi Pujian

Pujian adalah motivator eksternal. Tujuan mendisiplin adalah membangkitkan motivasi internal. Karenanya, memberi pujian tidak semudah membuka mulut. Cara memuji yang tepat, agar buah hati Anda membangun motivasi internal: 1. Puji perilaku anak, bukan si anak. Pujian seperti anak baik, akan disalah artikan oleh anak. Bagi anak, pujian anak baik terasa berat, karena bila ia tidak berperilaku baik, ia anak jelek. Pujilah secara spesifik, Hari ini kamu bangun tidur tidak nangis. Bagus itu. Pujian ini membuat anak akan mengulangi perilakunya. Besok kalau bangun tidur tidak usah menangis, apalagi berteriak-teriak memanggil bunda. Pujian ini mengirim pesan pada anak, ia diperhatikan. 2. Gunakan pujian untuk perilaku yang ingin Anda ubah. Misalnya berhenti merengek. Ketika anak bisa tidak merengek, beri dia pujian; Kamu tidak merengek. Bagus. Kamu sekarang punya mulut yang bagus untuk ngomong dengan baik. 3. Puji anak dengan tulus. Pujian kehilangan kekuatannya bila Anda bertepuk tangan untuk perilaku yang biasa. Misalnya, anak bisa makan sendiri di usia 3 tahun adalah wajar. Anda tak harus bertepuk tangan karena itu. Bila anak bertanggung jawab atas perbuatannya, misalnya menyapu ceceran gula yang ditumpahkannya, Anda boleh memujinya dengan tulus; Bagus, kamu bertanggung jawab pada perbuatanmu. Atau, di usia 3 tahun anak Anda berhasil makan tanpa berantakan, Anda boleh memujinya; Kamu pintar, makan tidak berantakan. 4. Gunakan standar yang nyata, misalnya Kamu akan lebih bagus pakai pita kuning itu daripada yang ungu karena bajumu ada warna kuningnya. Bukannya, Pita kuning akan membuatmu lebih cantik. Kalau pakai pita ungu itu kamu jadi nggak cantik. Dijamin, anak selamanya akan menghindari warna ungu karena merasa tidak cantik dengan warna itu. 5. Puji anak untuk sesuatu yang harus dia lakukan, bukan sesuatu yang dia suka lakukan. Misalnya, memberesi mainan sudah seharusnya dia lakukan. Bila anak mau melakukannya, beri pujian; Bagus, kamu bertanggung jawab pada mainanmu. 6. Pakailah seni memuji. Biasakan anak untuk merasa nyaman memuji orang lain dan dipuji. Misalnya, Ih, kamu ganteng lho. Atau, Cantiknya kamu pakai baju princess itu. Anak-anak dengan harga diri yang lemah sulit menerima pujian dan memuji orang lain. Bahasa tubuh dan kontak mata saat Anda mengucapkan pujian ini memperkuat ucapan Anda. Pastikan Anda tulus mengucapkannya. Bila Anda mendengar anak-anak saling memuji, pujilah diri Anda sendiri karena berhasil memberi contoh. 7. Hindari memberi pujian dengan maksud tersembunyi. Misalnya, Anda membelikan baju untuk si kecil tanpa persetujuannya dan dia tak suka memakainya. Hindari memuji dengan harapan ia mau memakai baju pilihan Anda. Kamu pasti cantik dengan baju ini. Pujian Anda akan terdengar tidak tulus. 8. Pujian untuk membentuk perilaku yang baik, tidak untuk membandingkan dengan anak lain. Kamu pintar lho, lebih pintar dari si X di umur kamu sekarang. Pujian ini mendorong anak untuk bersaing secara tidak sehat. Kalau pujian dimaksudkan untuk membandingkan, bandingkan anak dengan dirinya sendiri. Sekarang banyak yang sudah kamu bisa. Apa-apa bisa sendiri. Semakin besar, kamu akan tambah lagi kepintaranmu. Pujian yang salah 1. Bila Anda memuji anak karena kemampuannya:
y

Anak akan fokus pada yang 'tampak bagus', bukan pada proses belajarnya.

Anak yang dipuji karena kemampuannya cenderung menghindari tantangan. Ia akan memilih hal-hal yang mudah dilakukan karena hasilnya akan segera tampak dan mendapat pujian. Anak yang dipuji karena kemampuannya akan melihat kegagalan sebagai kebodohan. Anak yang dipuji karena usahanya akan termotivasi mencoba sesuatu yang baru dan menantang.

2. Bila Anda memuji anak karena kecerdasannya:


y

Anak melihat kegagalannya sama dengan kecerdasan yang rendah.

3. Pujian yang berlebihan:


y y y y y y

Sama dengan kritik pedas yang belebihan, menghasilkan kepribadian narsistis. Memberi pesan pada anak bahwa ketaatan dan perilaku baik adalah pilihan, boleh dilakukan boleh tidak. Menumbuhkan rasa overconfident, merasa bisa melakukan apa saja. Tidak realistis menilai diri sendiri. Sombong, merasa diri paling hebat. Kecanduan pujian, mengharapkan pujian setiap saat. Anak gelisah saat Anda tidak memuji karena anak tidak memperoleh sesuatu yang bisa membuatnya merasa nyaman.

4. Diberikan pada perilaku yang salah, memotivasi anak untuk berperilaku salah. 5. Untuk membandingkan dengan anak lain. Pintar. Kamu lebih pintar dari si X lho.
PENGERTIAN MOTIVASI Motif berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya to move . Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif juga membantu kita membuat prediksi tentang perilaku. Jika kita menyimpulkan motif dari contoh perilaku seseorang, dan jika kesimpulan kita itu benar, kita ada dalam posisi yang baik untuk membuat prediksi tentang apa yang akan dilakukan orang di masa yang akan datang. Seseorang yang memiliki dorongan yang kuat untuk menyakiti orang lain, akan menunjukan kekejaman dalam banyak situasi yang berbeda, seseorang yang cenderung memiliki motif berteman akan mencari teman itu dalam banyak situasi. Jadi, ketika motif tidak memberitahu kita apa yang sebenarnya terjadi, mereka memberi kita suatu gagasan/ ide tentang serangkaian halhal yang ingin dilakukan seseorang. Seseorang dengan suatu kebutuhan untuk berprestasi akan bekerja keras di sekolah, di bisnis, dalam permainan, dan dalam banyak situasi. Motif adalah keadaan umum yang membuat kita dapat memprediksi perilaku dalam banyak situasi yang berbeda. Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan factor- factor lain, baik factor eksternal (contohnya seperti, mahasiswa yang rajin belajar agar dapat cepat lulus dengan IPK yang baik), maupun factor internal (contohnya seperti, rasa lapar ingin makan, rasa haus ingin minum). Hal tersebut menunjukan bahwa perilaku itu didorong dan diarahkan ke tujuan. Biasanya individu yang menunjukan perilaku yang ingin mencapai suatu tujuan tersebut biasanya cenderung untuk menetap. Suatu istilah yang menunjuk ke kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan perilaku yang tetap ke arah tujuan tertentu disebut motivasi . Menurut Walgito, motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong

perilaku ke arah tujuan. Menurut walgito motivasi mengandung 3 (tiga) aspek, yaitu : a. Keadaan yang mendorong dan kesiapan bergerak dalam diri individu yang timbul karena kebutuhan jasmani, keadaan lingkungan, dan keadaan mental. b. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan tersebut. c. Sasaran dan tujuan yang dikejar oleh perilaku tersebut. Sedangkan menurut Plotnik, motivasi mengacu pada berbagai factor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu. Seseorang yang termotivasi menunjukan 3 (tiga) cirri sebagai berikut : a. Anda terdorong berbuat atau melaksanakan sesuatu kegiatan. b. Anda langsung mengarahkan energy anda untuk mencapai suatu tujuan tertentu. c. Anda mempunyai intensitas perasaan- perasaan yang berbeda tentang pencapaian tujuan itu. B. TEORI TENTANG MOTIVASI Teori motivasi berupaya untuk memberi serangkaian prinsip- prinsip untuk memberikan petunjuk pemahaman kita tentang dorongan, keinginan, kebutuhan, usaha, dan tujuan yang datang dari motivasi. a. Teori Drive Teori drive bisa diuraikan sebagai teori- teori dorongan tentang motivasi , perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan- keadaan yang mendorong dalam diri seseorang atau binatang. Secara umum teori drive mengatakan hal berikut, ketika suatu kedaaan dorongan internal muncul, individu didorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong, pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan atau memuaskan. b. Teori- teori Insentif Teori Insentif justru merupakan teori kebalikan dari teori drive, teori insentif adalah teori- teori dorongan tentang motivasi, karena cirri- cirri tertentu yang dimiliki, objek tujuan mendorong perilaku ke arah tujuan tersebut. Objek- objek tujuan yang memotivasi perilaku dikenal sebagai insentif. Satu bagian penting dari banyak teori insentif adalah bahwa individu- individu mengharapkan kesenangan dari pencapaian dari apa yang mereka sebut insentif positive dan dari penginderaan dari apa yang disebut insentif negative. Ide dasar dibelakang teori insentif motivation adalah bahwa cirri stimulus dari tujuan kadang dapat memicu suatu perilaku motivasi. c. Teori Oponen Proses Dasar dari teori ini adalah pengamatan bahwa banyak keadaan emosi- emosi diikuti oleh keadaan yang bertentangan atau berlawanan. Teori ini memberikan suatu cara berfikir tentang dasar dari beberapa motif yang dipelajari. Seperti contoh, pecandu heroin memerlukan suatu kebutuhan obat untuk tetap mempertahankan keadaan yang tidak menyenangkan bila berhenti. Dapat disimpulkan bahwa beberapa orang memerlukan suatu kebutuhan untuk sensasi supaya mendapat pengalaman setelah bahaya lewat. d. Teori Tingkat optimal Teori ini mungkin dapat disebut just right theory (teori yang baik- baik saja). Individu dimotivasi untuk berperilaku dalam suatu cara untuk mencapai tingkat dorongan (arousal) yang optimal. Maksudnya, jika dorongan itu terlalu rendah, seseorang akan mencari situasi atau stimulus yang menaikan dorongan itu, namun jika dorongan itu terlalu tinggi perilaku akan diarahkan ke arah penurunan dorongan sehingga akan mendapat hasil tingkat yang optimal.

C. MOTIF SEBAGAI INFERENSI, EKSPLANASI, PREDIKTOR a. Motif sebagai Inferensi Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi tidak dapat diketahui atau disimpulkan (inferenced) dari perilaku. Motif seseorang dapat diketahui dari apa yang dikatakan dan apa yang dilakukannya. Kita tidak harus sadar akan motivasi kita, oranglain dapat menyimpulkan tentang motivasi kita walaupun kita sendiri tidak menyadarinya. Perilaku tersebut dapat didorong oleh motivasi yang tidak disadari (unconscious motivation), yang merupakan konsep utama dalam teori psikoanalisis. b. Motif sebagai Eksplanasi Motif juga bisa berfungsi sebagai alat untuk melakukan penjelasan (explanation) mengenai perilaku. Kebanyakan penjelasan yang kita berikan setiap hari berkaitan dengan motivasi. Orang yang mengenal motivasi dapat menjelaskan mengapa anda berperilaku dengan cara tertentu. Karenanya para psikolog kepribadian dan klinis memberi tekanan begitu besar pada motivasi. c. Motif sebagai Prediktor Motif juga berfungsi untuk membantu melakukan prediksi tentang perilaku. Apabila seseorang dapat menyimpulkan dengan benar motif seseorang maka ia dapat memprediksikan perilakunya di masa yang akan datang. D. JENIS- JENIS MOTIVASI a. Motivasi Biologis Motivasi biologis secara luas adalah berakar dari fisiologis dari tubuh. Keadaan motif biologis ditimbulkan oleh hilangnya keseimbangan dan perilaku yang di motivasi didorong oleh hemeostatis yang tidak seimbang membantu memulihkan kondisi seimbang. Motivasi Lapar proses biologis yang menopang hidup memperoleh energy mereka dan substansi kimia dari makanan. Jadi, dapat dimengerti bahwa lapar adalah motif proses primer yang diperlukan untuk hidup. Sumber motivasi lapar adalah kontrak otot perut yang menjadi signal untuk perasaan lapar dan juga hypothalamus yaitu merupakan bagian dari otak yang secara kritis terlibat dalam motivasi lapar dan dalam sejumlah motif biologis lain. Motivasi lapar dan makan diaktifkan bukan hanya oleh factor- factor internal saja, tanda- tanda dab bau makanan yang lezat dapat mengarahkan meskipun keadaan kebutuhan internal tidak ada. Motivasi Haus Factor- factor stimulus memainkan peran yang sangat besar dalam memprakarsai minum. Tubuh memiliki seperangkat proses hemeostatis internal yang kompleks untuk mengatur tingkat cairan dan perilaku minum. Tingkat air dalam tubuh dipelihara oleh kejadian fisiologis dalam beberapa hormone yaitu hormone antidiuretic (ADH), yang mengatur penghilangan air melalui ginjal. Cellular dehydration dan hypovolemia menyumbang pada haus dan minum disebut double- depletion hypothesis. Bagaimana kedua mekanisme itu bekerja yang akan menghasilkan keringat, tubuh kehilangan air, osmoreseptor (bagian dalam/depan dari hypothalamus yang menghasilkan impulsimpuls syaraf ketika mengalami dehidrasi), dan volume darah telah menurun. Haus dimunculkan dan kita akan minum untuk membasahi sel- sel dan mengembalikan volume darah ke tingkat normal. Motivasi Seksual Motivasi seksual adalah social karena motivasi ini melibatkan oranglain. Seks dalam psikologi

dipercayai sebagai bagian yang penting dari kehidupan emosi kita, seks dapat menimbulkan kenikmatan intens, tetapi juga dapat memberi kita penderitaan yang dalam dan menyebabkan kita terlibat dalam berbagai keputusan sulit. Seks mempunyai ciri yang terangkai sebagai bagian dari dorongan biologis, yang pertama bahwa seks bukan diperlukan untuk mempertahankan hidup individu, kecuali bahwa seks diperlukan untuk kelangsungan hidup spesies itu. Kedua, perilaku seksual tidak ditimbulkan oleh kurangnya zat- zat tertentu dalam tubuh. Ketiga, setidaknya pada binatang tingkat tinggi, motivasi seksual mungkin lebih dipengaruhi oleh informasi pancaindera dari lingkungan. Manusia yang secara hormonal siap digetarkan secara seksual oleh perkataan oranglain, wajah, gaya, suara, cara berpakaian dan wewangian orang lain. Dengan kata lain kebanyakan perilaku seksual dihidupkan oleh stimulus yang bertindak sebagai intensif atau penguat. b. Motif Sosial Motif social adalah keadaan motif yang kompleks, atau kebutuhan yang kompleks, yang merupakan sumber dari banyak tindakan manusia. Disebut social karena dipelajari dalam kelompok dan biasanya melibatkan orang lain. Menurt Mc Clelland terdapat 3 (tiga) jenis motif social, yaitu : Kebutuhan Berprestasi Kebutuhan ini merupakan motif social yang dipelajari secara mendetail. Orang yang mempunyai kebutuhan ini akan meningatkan kinerjanya, dan dengan demikian akan terlihat kemampuan berprestasinya. Penelitian menunjukan bahwa orang yang mempunyai n-achievement tinggi, akan mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang n-achievment nya rendah. Dengan demikian dpat dikatakan bahwa untuk memprediksikan kinerja seseorang perlu diketahui dulu n-achievementnya. Kebutuhan Berfaliasi Afiliasi menunjukan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain. Orang yang kuat kebutuhan afiliasinya akan selalu mencari teman, dan berusaha mempertahankan hubungan yang telah dibina dengan orang lain tersebut. Sebaliknya orang yang kebutuhan afisiasinya rendah segan untuk mencari teman, dan tidak cenderung membina dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Kebutuhan Akan Kekuasaan Kebutuhan ini timbul dan berkembang dalam interaksi social. Orang yang mempunyai power needs tinggi suka melakukan control, mengendalikan atau memerintah orang lain.

Pengertian Motivasi
Oleh : Deni Arisandi Pada: March 16th, 2011

>Motivasi berasal dari bahasa Inggeris yaitu motivasion artinya dorongan, pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motive yang berarti mendorong, sebab dan daya penggerak. Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk beraktivitas gun amencapai suatu tujuan yang diharapkan (Suryabrata, 1984: 33). Hal serupa cmengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk tujuan teetentu pula. Motivasi merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat mempengaruhi dalam melakukan suatu aktivitas. Jadi seseorang yang melakukan aktivitas seperti halnya aktivitas

belajar supaya behasil dengan tujuan yang ingin dicapainya perlu memperhatikan dan selalu mengembangkan motivasi dalam dirinya, sehingga tujuan dan harapan dapat terkabulkan. Menurut Prayitno (1989: 10) ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga memiliki kemauan yang tinggi serta energi yang banyak untuk belajar. Anak yang memilki motifasi yang tinggi dalam belajar sedikit yang tertinggal belajarnya dan sedikit pulamelakukan kesalahan dalam belajarnya. Secara garis besar, motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri, sedangkan motivasi intrinsik ialah motivasi yang berasl dari dalam diri tampa adanya ransangan dari luar. Ada beberapa ciri anak yang memilki motivasi belajar tinggi hal ini dapat diketahui melalui proses belajar di kelas, sebagaimana yang dikemukakan oleh Brown (Tirtahardja, 1981: 31) sebagai berikut : tertarik pada guru artinya tidak membenci atau acuh, tertarik pada mata pelajaran mempunyai antusias tinggi, selalu bergabung dengan kelompok belajar di kelas, ingin identitas dirinya diketahui orang lain, kebiasan dan moralnya selalu dalam kontrol dan selalu mengingat dan mengulang pelajarannya.

Tulisan yg berhubungan dg Pengertian Motivasi


y

Fungsi Motivasi

Pentingnya motivasi bagi seseorang dalam melakukan sesuatu tidak dapat dipungkiri lagi, karena dengan adanya motivasi maka seseorang akan lebih bersemangat, tidak cepat berputus asa jika menghadapi suatu masalah dan bekerja, berusaha memperoleh hasil yang maksimal. Sebaliknya seseorang yang melakukan ...
y

Pengertian Motif

Motif adalah 1)kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force) sehingga motif sama dengan motivasi. 2) satu dorongan (drive), terutama digunakan untuk menyebut motif-motif dasar, sehingga motif berbeda dengan motivasi. Motif adalah dorongan, sedang motivasi ...
y

Pengembangan Motivasi

Dalam proses belajar perlu diperhatikan apa yang dapat mendorong anak agar dapat belajar dengan baik dan memiliki motivasi berpikir, memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar. Hal seperti di atas dapat ditanamkan pada diri anak ...
y

Peranan Keluarga dalam perkembangan anak

Pendidikan anak perlu mendapat perhatian dari keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan anak diawali dari pendidikan keluarga yang merupakan lembaga

pendidikan yang utama dan pertama. Sebagai lembaga pendidikan yang utama dan pertama maka keluarga merupakan peletak dasar atau pundamen bagi ...
y

Cara memotivasi anak untuk belajar di lingkungan keluarga

Cara orang tua dalam mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar anaknya, hal ini diperrtegas oleh Sutjipto Wirodjojo (Slamet, 1995: 61) yang menyatakan bahwa : Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat, besar ...
Pendahuluan
Anak anda adalah salah seorang daripada berjuta kanak-kanak di dunia yang memiliki sifat unik yang membezakannya dengan kanak-kanak yang lain. Cara terbaik pembelajaran seseorang kanak-kanak itu bergantung kepada banyak faktor: umur, gaya pembelajaran, dan personalitinya. Artikel ini akan menerangkan tentang beberapa gaya pembelajaran kanak-kanak untuk anda baca dan kemudian membuat penilaian terhadap anak anda. Ia diharap dapat membantu anda memilih aktiviti dan kaedah yang paling sesuai untuk pembelajaran anak-anak anda.

Kanak-kanak Melalui Peringkat Pembelajaran yang Berbeza


y y Seorang bayi belajar mengenal dunia dengan memberikan reaksi terhadap input yang dirasai melalui derianya. Daripada umur 2 sehingga 7 tahun kanak-kanak akan mula membina kebolehan untuk mencari sebab dan berfikir, namun ia masih bepusat kepada dirinya sendiri (self-centred). Selepas berumur 7 tahun, kanak-kanak biasanya akan menjadi kurang selfcentred dan boleh melihat di luar daripada dirinya. Sehingga mencapai umur 12 tahun, kebanyakan kanak-kanak boleh mula menaakul dan menguji idea-ideanya mengenai dunia.

Ini bermakna, bagi kanak-kanak kecil kita perlu untuk 'personalise' dan memberikan contoh-contoh yang mempunyai kaitan dengan diri mereka sementara kanakkanak yang lebih berumur memerlukan bantuan dalam membangunkan kepekaan diri terhadap dunia di sekeliling mereka. Ini juga bermakna bahawa kanak-kanak mesti berada pada tahap yang betul sebelum mereka bersedia mempelajari sesuatu. Misalnya, kanak-kanak yang lebih kecil bersedia untuk belajar konsep nombor, warna dan bentuk tetapi tidak bersedia untuk belajar perkaraperkara abstrak seperti tatabahasa dan sebagainya.

Pelajar jenis apakah anak-anak anda?


y Adalah penting untuk anda mengambil tahu dan memahami bagaimana anakanak anda dapat belajar dengan cara yang lebih baik atau dengan cara yang ia paling suka. Apakah kepekaan mereka yang paling utama? Adakah mereka sukakan gambar-gambar atau membaca? Jika demikian, anda bolehlah menggalakkan anak-anak anda menggunakan lukisan, gambar, peta dan gambarajah sebagai sebahagian daripada bahan pembelajaran mereka. Sebahagian kanak-kanak suka mendengar kepada penerangan dan membaca dengan kuat. Anda boleh menggunakan pembacaan cerita untuk menggalakkan

pembelajaran bagi kanak-kanak jenis ini. Kebanyakan kanak-kanak memang seronok belajar melalui nyanyian dan lagu. Adakah anak-anak anda suka untuk menyentuh benda dan bergerak bebas? Ada sebahagian kanak-kanak yang kelihatan sangat bertenaga dan lincah. Anda boleh menggunakan permainan (game) untuk menggalakkan mereka bergerak, pembacaan cerita atau mungkin dengan kaedah menari bersama mereka! Jika anak anda seorang yang pendiam, mempunyai kosakata yang baik dan boleh membaca dengan baik, permainan seperti 'word games', 'crosswords' dan carian perkataan sesuai digunakan untuk menggalakkan mereka belajar. Terdapat kanak-kanak yang memerlukan penerangan yang terang dan jelas mengenai peraturan (rules) dan corak (patterns) dan dalam masa yang sama mereka ini baik dalam menguasai matematik. Untuk kanak-kanak seperti ini, aktiviti seperti permainan teka-teki 'word puzzles', 'reading and writing puzzles', penyelesaian masalah (problem-solving), meletakkan benda-benda mengikut sususan atau kategori dan juga permainan komputer (computer games) menyediakan peluang pembelajaran yang ideal.

oleh

Apakah jenis interaksi yang disukai anak anda?


y Terdapat sebahagian kanak-kanak mudah mesra, mampu bersosial dengan baik dan boleh belajar sesuatu bahasa dengan cepat kerana mereka hendak berkomunikasi. Kanak-kanak jenis ini tidak takut untuk membuat kesilapan.

y y Terdapat sebahagian kanak-kanak lebih pendiam dan lebih reflektif. Mereka belajar dengan cara mendengar dan memerhati apa yang berlaku. Kanak-kanak jenis ini tidak suka melakukan kesilapan dan tidak akan memulakan sesuatu perkara atau tindakan sehinggalah mereka mendapat kepastian. Jika anak anda jenis yang mudah mesra, belajar secara berkumpulan dengan kanak-kanak lain mungkin lebih baik baginya. Sementara bagi anak yang jenis pendiam, ia lebih perlukan privasi, keadaan yang lebih senyap dan tenang untuknya mempelajari sesuatu bahasa. Salah satu cara yang anda boleh lakukan ialah dengan membacakan cerita dalam bahasa Inggeris ketika ia hendak tidur.

Memotivasikan Anak Anda


y Untuk mewujudkan motivasi dalam diri seseorang kanak-kanak, pembelajaran perlulah dalam keadaan yang seronok dan tidak memberikan tekanan (stressfree). Galakkan anak anda untuk menuruti kehendak dan minatnya sendiri. Sebagai contoh, jika anak anda meminati bolasepak, dia biasanya akan gemar untuk membaca cerita mengenai bolasepak walaupun tahap bahan cerita itu sukar sedikit. Jadi, dapatkanlah buku tentang bolasepak dalam bahasa Inggeris. Dalam banyak keadaan, minat dan motivasi akan membolehkan kanak-kanak mengatasi masalah kesukaran untuk belajar membaca bahan bahasa Inggeris itu.

Cubalah anda sediakan pelbagai aktiviti menarik untuk anak-anak anda belajar bahasa Inggeris. Lagu dan muzik bahasa Inggeris, video dan DVD, rancangan TV dalam bahasa Inggeris untuk kanak-kanak, sebarang jenis permainan (game) terutamanya permainan komputer dapat memotivasikan seseorang kanak-kanak.

Berapa lama anak anda boleh memberikan tumpuan?


y Kanak-kanak biasanya hanya mampu memberikan tumpuan untuk jangkamasa yang pendek. Oleh yang demikian, sewaktu anda membuat aktiviti dengan anak anda, misalnya menggunakan flash card, ataupun membuat gerakerja tertentu menggunakan buku atau kertas, pastikan anda berhenti sebentar untuk rehat ataupun tukar kepada aktiviti yang lain apabila anak anda dilihat mula bosan atau menunjukkan kenakalannya.

Membetulkan Kesilapan Anak Anda


y Kanak-kanak akan memberikan maklumbalas yang baik jika diberikan galakan dan pujian. Dengan memberikan pujian dan galakan, anak anda akan tahu bahawa apa yang ia lakukan itu betul dan baik dan biarkan mereka tahu perkara tersebut. Jangan banyak sangat mengkritik anak anda apabila mereka membuat silap. Membuat silap adalah suatu perkara yang lumrah apabila belajar bahasa Inggeris. Jangan menyentuh setiap satu kesilapan tatabahasa. Sebaliknya, galakkan anak anda menggunakan bahasa Inggeris untuk berkomunikasi.

Rutin dan Pengulangan


y Kanak-kanak perlu mengulangi sesuatu bahasa sebanyak yang mungkin agar bahasa tersebut dapat 'melekat' padanya. Jadi, jangan gusar untuk mengulang bahan yang anak anda gunakan untuk belajar bahasa Inggeris berkali-kali. Biarkan mereka mengulang sesuatu aktiviti, tajuk atau set perkataan. Kanakkanak biasanya suka untuk mengulang lagu atau cerita yang sama kerana pengulangan mampu memberikan mereka rasa keyakinan. Mengadakan rutin yang tetap untuk sesuatu kerja rumah (homework) juga adalah penting. Anda boleh menyemak apa yang mereka perlu lakukan untuk 'homework' dan tetapkan masa untuk anak anda lakukan setiap hari.

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI


A. Hakikat Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 1.13) sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. Anak bersifat unik. Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan. Anak bersifat aktif dan enerjik. Anak itu egosentris. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. 6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang. 7. Anak umumnya kaya dengan fantasi. 8. Anak masih mudah frustrasi. 9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak. 10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek. 11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial. 12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman. B. Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar anak menurut Masitoh dkk. (2009: 6.9 6.12) adalah : 1. 2. 3. 4. Anak belajar melalui bermain. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya. Anak belajar secara alamiah. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.

C. Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak. Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Belajar, bermain, dan bernyanyi Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya. 2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya (Masitoh dkk., 2005: 3.12). Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut. Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak. Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya. D. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran sebagai segala usaha guru dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Masitoh dkk., 20056.3). Ada bermacam-macam strategi pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru Taman Kanak-kanak. Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor penting, yaitu: a. karakteristik tujuan pembelajaran, b. karakteristik anak dan cara belajarnya, c. tempat berlangsungnya kegiatan belajar, d. tema pembelajaran, serta e. pola kegiatan (Masitoh dkk., 2005: 6.3). E. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Anak a. Pendekatan yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak juga merupakan makhluk yang aktif. Atas dasar fakta tersebut maka dikembangkan strategi pembelajaran berdasarkan: 1) pendekatan perkembangan dan 2) pendekatan belajar aktif. b. Karakteristik pembelajaran yang berpusat pada anak Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut (Masitoh dkk., 2005: 8.5 8.6).
y y y y y y

Prakarsa kegiatan tumbuh dari anak. Anak memilih bahan-bahan dan memutuskan apa yang akan dikerjakan. Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh inderanya. Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan objek. Anak mentransformasi dan menggabungkan bahan-bahan. Anak menggunakan otot kasarnya.

c. Sintaks pembelajaran yang berpusat pada anak Pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari 3 tahap utama, yaitu : tahap merencanakan, tahap bekerja, dan tahap review. 1) Tahap merencanakan (planning time) Pada tahap ini guru member kesempatan kepada anak-anak untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya. Guru, misalnya, menyediakan alat-alat bermain yang terdiri dari : a) balok-balok kayu, b) model buah-buahan, c) alat-alat transportasi, d) buku-buku cerita, e) peralatan menggambar, dan f) macam-macam boneka. 2) Tahap bekerja (work time) Setelah memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak kemudian dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang dipilih. Pada tahap ini anak mulai bekerja, bermain, atau memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Guru mendampingi siswa, memberikan dkungan dan siap memberikan bimbingan jika anak membutuhkan. 3) Review / recall Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya secara langsung. Pada tahap ini guru berusaha agar ana-anak mengungkapkan perasaannya dengan tepat. 2. Strategi Pembelajaran Melalui Bermain a. Rasional strategi pembelajaran melalui bermain Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang menyatu dengan dunia anak, yang di dalamnya terkandung bermacammacam fungsi seperti pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif, social, dst. Dengan bermain akan mengalami suatu proses yang menarahkan pada perkembangan kemampuan manusiawinya.

b. Sintaks pembelajaran melalui bermain Strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari 3 langkah utama, yaitu: tahap prabermain, tahap bermain, dan tahap penutup. 1) Tahap prabermain Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan : kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan. a) Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari : (1) guru menyampaikan tujuan kegiatan bermain kepada para siswa, (2) guru menyampaikan aturan-aturan yang harus diikuti dalam kegiatan bermain, (3) guru menawarkan tugas kepada masing-masing anak, misalnya membuat istana, membuat, menara, dst., dan (4) guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh setiap anak dalam melakukan tugasnya. b) Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan, misalnya menyiapkan bak pasir, ember, bendera kecil, dsb. 2) Tahap bermain Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan berikut : a) semua anak menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain, b) dengan bimbingan guru, peserta permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing, c) setelah kegiatan selesai setiap anak menata kembali bahan dan peralatan permainannya, dan d) anak-anak mencuci tangan. 3) Tahap penutup Tahap penutup dari strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari kegiatan-kegiatan : a) menarik perhatian dan membangkitkan minat anak tentang aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu, seperti mengulas bentuk-bentuk geometris yang dibentuk anak, dsb., b) menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman lain, misalnya di rumah, c) menunjukkan aspek-aspek penting dalam bekerja secara kelompok, d) menekankan petingnya kerja sama. 3. Strategi Pembelajaran Melalui bercerita a. Rasional strategi pembelajaran melalui bercerita Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat ditempuh dengan strategi pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005: 10.6) mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut.
y y y y

Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilainilai positif pada anak. Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilainilai moral dan keagamaan. Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.

y y

Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.

b. Sintaks pembelajaran melalui bercerita Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkahlangkah dimaksud adalah sebagai berikut. 1) Menetapkan tujuan dan tema cerita. 2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel, dst. 3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih. 4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari:
y y y y y y

menyampaikan tujuan dan tema cerita, mengatur tempat duduk, melaksanaan kegiatan pembukaan, mengembangkan cerita, menetapkan teknik bertutur, mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.

5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dilaksanakan penilaian dengan cara mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan isi cerita untuk mengembangkan pemahaman anak aka isi cerita yang telah didengarkan. 4. Strategi Pembelajaran Melalui Bernyanyi a. Rasional strategi pembelajaran melalui bernyanyi Honig, dalam Masitoh dkk. (2005: 11.3) menyatakan bahwa bernyanyi memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan pribadinya secara luas karena : 1) bernyanyi bersifat menyenangkan, 2) bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan, 3) bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan perasaan, 4) bernyanyi dapat membantu membangun rasa percaya diri anak, 5) bernyanyi dapat membantu daya ingat anak, 6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor, 7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berpikir dan kemampuan motorik anak, dan 8) bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok.

b. Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi Strategi pembelajaran dengan bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut. 1) Tahap perencanaan, terdiri dari: (a) penetapkan tujuan pembelajaran, (b) penetapan materi pembelajaran, (c) menetapkan metode dan teknik pembelajaran, dan (d) menetapkan evaluasi pembelajaran. 2) Tahap pelaksanaan, berupa pelaksanaan apa saja yang telah direncanakan, yang terdiri dari: (a) kegiatan awal : guru memperkenalkan lagu yang akan dinyanyikan bersama dan memberi contoh bagaimana seharusnya lagu itu dinyanyikan serta memberikan arahan bagaimana bunyi tepuk tangan yang mengiringinya. (b) Kegiatan tambahan : anak diajak mendramatisasikan lagu, misalnya lagu Dua Mata Saya, yaitu dengan melakukan gerakan menunjuk organ-organ tubuh yang ada dalam lirik lagu. (c) Kegiatan pengembangan : guru membantu anak untuk mengenal nada tinggi dan rendah dengan alat musik, misalnya pianika. 3) Tahap penilaian, dilakukan dengan memakai pedoman observasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai anak secara individual maupun kelompok. 5. Strategi Pembelajaran Terpadu a. Rasional strategi pembelajaran terpadu Anak adalah makhluk seutuhnya, yang memiliki berbagai aspek kemampuan, yang semuanya perlu dikembangkan. Berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat berkembang jika ada stimulasi untuk hal tersebut. Dengan pembelajaran terpadu, pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau bidang-bidang pengembangan, berbagai kemampuan anak yang ada pada anak diharapkan dapat berkembangan secara optimal. b. Karakteristik strategi pembelajaran terpadu Pembelajaran terpadu memiliki karakteristik : 1) dilakukan melalui kegiatan pengalaman langsung, 2) sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, 3) memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan semua pemikirannya, 4) menggunakan bermain sebagai wahana belajar, 5) menghargai perbedaan individu, dan 6) melibatkan orag tua atau keluarga untuk mengoptimalkan pembelajaran (Masitoh dkk., 2005: 12.10). c. Prinsip-prinsip strategi pembelajaran terpadu Strategi pembelajaran terpadu direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip: 1) berorientasi pada perkembangan anak, 2) berkaitan dengan pengalaman nyata anak, 3) mengintegrasikan isi dan proses belajar, 4) melibatkan penemuan aktif, 5) memadukan berbagai bidang pengembangan, 6) kegiatan belajar bervariasi, 7) memiliki potensi untuk dilaksanakan melalui proyek oleh anak, 8) waktu pelaksanaan fleksibel, 9) melibatkan anggota keluarga anak, 10) tema dapat diperluas, dan 11) direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman yang ditunjukkan anak (Masitoh dkk., 2005: 12.10). d. Manfaat strategi pembelajaran terpadu

Ada beberapa manfaat dari strategi pembelajaran terpadu, yaitu: 1) meningkatkan perkembangan konsep anak, 2) memungkinkan anak untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan, 3) membantu guru dan praktisi lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya, dan 4) dapat dilaksanakan pada jenjang program yang berbeda, utnuk semua tingkat usia, dan untuk anak-anak berkebutuhan khusus. e. Sintaks pembelajaran terpadu Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut (Masitoh dkk., 2005: 12.19 12.20). 1) Memilih tema Pemilihan tema untuk pembelajaran terpadu dapat bersumber dari: (a) minat anak, (b) peristiwa khusus, (c) kejadian yang tidak diduga, (d) materi yang dimandatkan oleh lembaga, dan (e) orang tua dan guru. Ada beberapa kriteria untuk pemilihan tema, yaitu: (a) relevansi topik dengan karakteristik anak, (b) pengalaman langsung, (c) keragaman dan keseimbangan dalam area kurikulum, (d) ketersediaan alat-alat, dan (e) potensi proyek. 2) Penjabaran tema Tema yang sudah diplih harus dijabarkan ke dalam sub tema-sub tema dakan konsep-konsep yang didalamnya terkandung istilah (term), fakta (fact), dan prinsip (principle), kemudian dijabarkan ke dalam bidang-bidang pengembangan dan kegiatan belajar yang lebih operasional. 3) Perencanaan Perencanaan harus dibuat secara tertulis sehingga memudahkan guru untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus ditempuh. Tentukan tujuan pembelajaran, kegiatan belajar, waktu, pengorganisasian anak, sumber rujukan, alat-permainan yang diperlukan, dan penilaian yang akan dilakukan. 4) Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan dilakukan dan dikembangkan kegiatan belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pada saat proses berlangsung dilakukan pengamatan terhadap proses belajar yang dilakukan oleh anak. 5) Penilaian Penilaian dilakukan pada saat pelaksanaan dan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk mengamati proses dan kemajuan yang dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran terpadu.

Pengertian dan Macam-macam Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) A. Kompetensi Setelah mempelajarai uraian materi dalam kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat mengerti dan memahami pengertian metode pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD) dan jenis-jenisnya serta dapat menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) B. Indikator Setelah mempelajari uraian materi dalam kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat : 1. Menjelaskan pengertian metode pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD) 2. Menyebutkan jenis-jenis metode pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD) 3. Menjelaskan pengaruh bermain bagi perkembangan anak 4. Menyebutkan langkah-langkah penerapan metode beenyanyi 5. Menyebutkan manfaat dari bercerita atau mendongeng 6. Menyiapkan rancangan kegiatan karya wisata 7. Menyiapkan rancangan kegiatan demonstrasi 8. Menyebutkan manfaat dari metode bercakap-cakap (dialog) 9. Menjelaskan rancangan pembelajaran TANDUR 10.Menjelaskan pijakan-pijakan yang ada dalam metode sentra dan lingkaran 1. Pendahuluan Metode pembelajaran merupakan salah satu instrumental input dalam setiap proses belajar mengajar yang menggunakan pendekatan IPO (Input Proses dan Output), termasuk dalam pembelajaran untuk anak usia dini. Instrument ini sangat menentukan keberhasilan setiap proses belajar mengajar, oleh karena itu pamong PAUD diharapkan dapat memilah dan memilih metode yang tepat, dalam arti sesuai dengan karakteristik tujuan kegiatan pembelajaran dan karakteristik anak usia dini, dalam setiap pembelajaran PAUD. Yang dimaksud dengan karakteristik tujuan pembelajaran anak usia dini adalah pengembangan enam aspek, yaitu pengembangan aspek moral dan nilai agama, fisik (motorik halus dan kasar), , kognitif, social-emosional dan seni. Adapun karakteristik anak usia dini meliputi : setiap anak unik, anak bukan miniatur orang dewasa, anak berkembang secara bertahap, anak belajar dari lingkungan, anak belajar dari pengalaman dan dunia anak adalah dunia bermain. Satu hal yang harus disadari oleh setiap pamong PAUD adalah bahwa setiap metode pembelajaran selalu mempunyai kekuatan dan sekaligus kelemahan, oleh karena itu merupakan langkah cerdas jika dalam pembelajaran, pamong PAUD menggabungkan beberapa metode, pembelajaran, sehingga dapat saling melengkapi.

2. Pengertian Metode Pembelajaran PAUD Menurut kamus bahasa Indonesia, metode dapat diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU sisdiknas, 2003). Dari pengertian tersebut, secara sederhana dapat diartikan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang sistematis dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam konteks pendidikan anak usia dini, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran anak usia dini, yaitu mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 3. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran PAUD Mengacu pada karakteristik tujuan pembelajaran dan karakteristik anak usia dini, metode yang tepat untuk pembelajaran anak usia dini diantaranya adalah : a. Metode Bermain "Bermain" (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas, sehingga arti utamanya mungkin hilang. Menurut Harlock (1991), arti bermain yang tepat adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Sementara Dworetzky (1990) dalam Moeslichatoen (1999) memberikan batasan, bahwa setidaknya ada lima kriteria dalam bermain, yaitu : (1) motivasi intrinsik, artinya kegiatan bermain dimotivasi dari dalam diri anak, bukan karena adanya tuntutan atau paksaan, (2) pengaruh positif, artinya kegiatan bermain merupakan tingkah laku yang menyenangkan atau menggembirakan, (3) bukan dikerjakan sambil lalu, bermain bagi anak merupakan kegiatan yang utama dan lebih bersifat purapura, (4) cara/tujuan, cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya, (5) kelenturan, kelenturan ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain bagi anak merupakan kegiatan yang menyenangkan, tidak ada paksaan, timbul dari dalam dirinya, merupakan kegiatan yang utama, bersifat pura-pura, mengutamakan cara dari pada tujuan, tidak mengutamakan hasil, dan bersifat lentur.

Ahli psikologi dan pendidik berpendapat, bahwa bermain merupakan pekerjaan anak-anak dan cermin pertumbuhan anak (Gordon & Browne, 1985). Bermain bagi anak usia dini merupakan kegiatan yang utama dalam kehidupannya, artinya seluruh waktu yang dimiliki anak, di mana saja, kapan saja, dan dalam kondisi apa saja, selalu dihabiskan untuk kegiatan bermain. Jadi bermain bagi anak usia dini merupakan kebutuhan, sama seperti kebutuhan yang lain, seperti kebutuhan akan makan dan minum, kesehatan, kasih sayang, pakaian, kemanan, kenyamanan dan lain-lain, sehingga ada sinyalemen yang menyatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain, anak belajar melalui bermain dan bermain seraya belajar. Melalui kegiatan bermain inilah seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki oleh anak dapat dikembangkan, seperti kecerdasan linguistic, logic-matematik, visual-spasial, interpersonal, intrapersonal, musical, kinestetik, natural dan spiritual. Bermain bagi anak sangat mempengaruhi perkembangannya, setidaknya ada 11 pengaruh bermain bagi perkembangan anak, yaitu : (1) perkembangan fisik, (2) dorongan berkomunikasi, (3) penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, (4) penyaluran bagi keinginan dan kebutuhan, (5) sumber belajar, (6) rangsangan bagi kreativitas, (7) perkembvangan wawasan diri, (8) belajar bermasyarakat, (9) standar moral, (10) belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin dan (11) perkembangan cirri kepribadian yang diinginkan (Harlock, 1991). Oleh karena itu dalam pendidikan anak usia dini metode bermain sifatnya adalah wajib adanya. Informasi apapun yang akan diberikan kepada anak, hendaknya dikemas dalam kegiatan bermain yang menyenangkan dan mengasyikkan. Untuk mencapai manfaat yang optimal, maka alat permaianan yang digunakan sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut : 1. Aman atau tidak berbahaya bagi anak, misalnya bentuk, warna dan bahan 2. Berdasarkan minat anak , jadi bukan pilihan orang lain 3. Sebaiknya beraneka ragam, sehingga anak bisa bereksplorasi dengan berbagai jenis mainan tersebut 4. Tingkat kesulitannya hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, jadi tidak terlalu sulit dan tidak telalu mudah 5. Kuat, dalam arti tidak mudah rusak, karena anak cenderung ingin tahu sehingga mungkin akan dibongkar, dibanting, dll. 6. Menarik, baik warna maupun bentuknya 7. Murah, mainan tidak harus membeli, namun dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar kita

b. Metode Bernyanyi Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak sangat menikmati lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan, lebih-lebih jika nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diikuti dengan gerakan-gerakan tubuh yang sederhana. Melalui nyanyian atau lagu banyak hal yang dapat kita pesankan kepada anak-anak, terutama pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama. Melalui kegiatan bernyanyi suasana pembelajaran akan lebih menyenangkan, menggairahkan, membuat anak bahagia, menghilangkan rasa sedih, anak-anak merasa

terhibur, dan lebih bersemangat, sehingga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih mudah dan lebih cepat diterima serta diserap oleh anak-anak. Dengan bernyanyi potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan, sehinggga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih lama mengendap di memori anak (ingatan jangka panjang), dengan demikian anak akan selalu ingat pesan-pesan yang diterimanya. Sebagai pamong PAUD dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif, termasuk dalam hal bernyanyi. Pamong PAUD sangat mungkin dapat mengganti syair lagu anak-anak yang sudah ada menjadi syair baru yang disesuaiakan dengan pesan-pesan yang akan diberikan, atau bahkan mungkin dapat menciptakan lagu-lagu baru. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, bila menciptakan lagu untuk anak-anak, adalah : (1) mengandung nilai-nilai agama atau pesan-pesan yang positif, (2) bahasanya indah dan mudah dimengerti anak, (3) tidak terlalu panjang, (4) iramanya mudah dicerna dan (5) syair dan liriknya bisa melibatkan emosi anak (gembira, semangat, kagum, dll). Dalam kegiatan bernyanyi ini akan lebih sempurna jika pamong PAUD dapat mengiringinya dengan alat-alat musik secara langsung, misalnya piano, organ, gitar, biola, seruling, harmonika, pianika, atau alat musik yang lain, sehingga suasana akan lebih hidup dan lebih menyenangkan. Berikut ini beberapa contoh lagu yang sudah diganti syairnya, sesuai dengan pesan-pesan yang diinginkan. 1. Lagu " balonku ada lima" diubah menjadi lagu "rukun Islam yang lima". Syairnya berubah sebagai berikut :

Dalam menyanyikan lagu langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang pamong PAUD antara lain adalah : (1) pilihlah lagu yang cocok, dalam arti sesuai dengan tema, situasi dan kondisi, (2) jika itu lagu baru (belum dikenal anak), sebaiknya nyanyikan terlebih dahulu minimal tiga kali, (3) bersama anak-anak nyanyikan lagi secara berulang-ulang, (4) bila perlu bagilah menjadi

beberapa kelompok, dan setiap kelompok bernyanyi bersama kelompoknya, (5) pilihlah beberapa anak yang mungkin sudah hafal lagu itu untuk menyanyi secara individu, (6) nyanyikan sekali lagi secara bersama-sama dan (7) ulangi lagi lagu tersebut pada hari yang lain. c. Metode Bercerita (Mendongeng) Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang sudah lama kita kenal, bahkan dijadikan sebagai kebiasaan atau tradisi bagi para orangtua untuk menidurkan anak-anaknya. Melalui cerita atau dongeng banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang dapat kita informasikan kepada anak-anak. Begitu juga pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada anak-anak melalui tokohtokoh yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut. Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau mendongeng antara lain adalah : (1) mengembangkan imajinasi anak, (2) menambah pengalaman, (3) melatih daya konsentrasi, (4) menambah perbendaharaan kata, (5) menciptakan suasana yang akrab, (6) melatih daya tangkap, (7) mengembangkan perasaan sosial, (8) mengembangkan emosi anak, (9) berlatih mendengarkan, (10) mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif, (11) menambah pengetahuan, dll. Tidak semua pamong PAUD mempunyai kemampuan untuk menghafal secara lengkap banyak cerita atau dongeng yang ada, oleh karena itu cerita atau dongeng tidak harus disampaikan secara lisan, namun bisa juga disampaikan dengan membacakan buku cerita. Yang penting bagaimana cara mengemas cerita atau dongeng sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, mengasyikkan, meningkatkan gairah belajar, memberi semangat anak, menarik perhatian, dinamis (tidak monoton), memberi perasaan yang lucu, melibatkan anak baik secara emosi atau fisik, penuh ekspresi (tidak berlebihan), menimbulkan rasa ingin tahu, waktunya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak (tidak terlalu lama), dll. Oleh karena itu sebagai pamong PAUD hendaknya mempunyai inventaris buku-buku cerita yang sesuai dengan kehidupan dan perkambangan anak sebagai sumber cerita. Bahkan jika mungkin dapat menciptakan cerita atau dongeng sendiri sesuai dengan tema, situasi dan kondisi anak-anak. Agar cerita atau dongeng yang dismpaikan dapat dicerna dan diserap anak, maka sebaiknya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan erat dengan kehidupan anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak. Misalnya tema tentang : (1) kehidupan anak dalam keluarga, sekolah atau masyarakat, (2) binatang, seperti binatang ternak, binatang hidup di air, dll, (3) tanaman, seperti aneka bunga, tanaman pertanian, dll, (4) peristiwa dalam masyarakat, seperti pasar malam, musim panen,

idul fitri, dll, (5) profesi masyarakat, seperti polisi, petani, nelayan, dll, dan (6) tema-tema lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Sebagai seorang pamong PAUD, sebaiknya melakukan persiapanpersiapan sebelum bercerita atau mendongeng kepada anakanak. Beberapa persiapan yang dapat dilakukan antara lain : (1) menetapkan tujuan dan tema cerita, (2) menetapkan bentuk cerita, (3) menyiapkan alat dan media yang digunakan, (4) menetapkan langkah-langkah bercerita, (5) membaca dan memahami isi cerita. Dengan persiapan yang matang, maka kegiatan bercerita akan lebih terarah, fokus dan tidak melebar kemana-mana, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Metode Karya Wisata Karya wisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati atau mengobservasi, memperoleh informasi dan mengkaji dunia secara langsung, seperti binatang, tanaman, dan benda-benda lain yang ada disekitar anak. Melalui kegiatan karya wisata, anak-anak akan memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan menggunakan seluruh panca indera, sehingga apa yang diperoleh dari lapangan dapat lebih berkesan dan pada gilirannya akan lebih lama mengendap di memori anak. Melalui kegiatan karya wisata diharapkan dapat (1) merangsang minat anak terhadap sesuatu, (2) memperluas informasi yang diperoleh di kelas, (3) memberi pengalaman belajar secara langsung, (4) menumbuhkan minat anak terhadap sesuatu, (5) menambah wawasan anak, (6) menjadi sarana rekreasi, (7) memberi perasaan yang menyenangkan, (8) sarana mempererat hubungan antara orangtua dengan pamong PAUD, orangtua dengan orangtua, dan anak dengan anak. Kegiatan karya wisata dapat dilakukan diluar lembaga sesuai dengan tema yang sedang dibicarakan dalam bentuk "puncak tema". Misalnya : (1) tema binatang, anak-anak dapat diajak ke kebon binatang, (2) tema tanaman, anak-anak diajak ke kebun raya, pasar bunga, taman kota, dll, (3) tema profesi, anak-anak diajak berkunjung ke kantor polisi, rumah sakit, dll, (4) tema transportasi, dapat diajak berkunjung ke stasiun, pelabuhan, terminal, dll, (5) tema alat komunikasi, dapat mengunjuingi kantor pos, stasiun televisi, kantor penerbit, dll, (6) tema negara, dapat mengunjungi tempat-tempat bersejarah, seperti musium, taman pahlawan, tugu pahlawan, dll, (7) tema alam, dapat berkunjung ke pantai, pegunungan, dll, (8) dan tema-tema lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing lembaga. Mengingat metode karya wisata ini selalu dilakukan di luar lembaga, tentu akan membutuhkan dana tambahan untuk pelaksanaanya, misalnya untuk transportasi, dokumentasi,

konsumsi, retribusi, publikasi, dll. Agar kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan program lembaga, maka disarankan untuk melibatkan banyak pihak untuk menanganinya, utamanya orangtua anak. Dengan melibatkan banyak pihak diharapkan dapat meringankan beban yang harus dipikul oleh orang tua dan lembaga, misalnya melibatkan perusahaan sebagai sponsor, tokoh masyarakat sebagai donatur, lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan kegiatan ini. Sebelum pelaksanaan kegiatan karya wisata, sebaiknya pamong PAUD membuat rancangan kegiatan, sehingga kegiatan dapat dilakasanakan dengan baik sesuai dengan tujuan. Secara umum rancangan kegiatan yang dapat disiapkan oleh pamong PAUD meliputi : (1) menetapkan sasaran dan lokasi, sesuai dengan tema, (2) melakukan observasi lokasi dan hubungan dengan pihak pengelola lokasi, (3) merumuskan program kegiatan, yang meliputi : menentukan tujuan, adanya jaminan untuk mencapai tujuan, waktu, dana dan antisipasi adanya hambatan, (4) membentuk panitia pelaksanaan (bila perlu), (5) menyiapkan bahan dan alat serta perlengkapan yang diperlukan, (6) merumuskan tatatertib kegiatan, (7) meminta ijin dan partisipasi orangtua . e. Metode Demonstrasi Metode ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesuatu dengan penjelasan, petunjuk dan peragaan secara langsung. Melalui metode ini diharapkan anak-anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu kegiatan, yang pada gilirannya anak-anak diharapkan dapat meniru dan melakukan apa yang didemonstrasikan oleh pamong. Misalnya ketrampilan melipat kertas (origami), menggambar sesuai pola, menggulung, menggunting dan sebagainya. Melalui kegiatan demontrasi pamong dapat memperlihatkan secara nyata apa yang harus dilakukan anak, mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dan konsep, mengamati dengan cermat dan teliti. Kegiatan demontrasi dapat memberi ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak. Anak akan melihat bagimana suatu peristiwa berlangsung, lebih menarik, dan merangsang perhatian serta lebih menantang. Disamping itu melalui kegiatan demontrasi dapat membantu meningkatkan daya pikir dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berfikir konvergen dan berfikir evaluatif. Kegiatan demontrasi dapat memberi kesempatan kepada anak untuk memperkirakan apa yang akan terjadi, bagaimana hal itu dapat terjadi, dan mengapa hal itu dapat terjadi. Dengan demikian akan merangsang anak berusaha untuk memperhatikan ilustrasi dan apa yang sedang dilakukan pamong serta mendengarkan penjelasan pamong. Selain itu anak juga akan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang

dihadapi dan berusaha untuk melakukan kegiatan sebagaimana yang dilakukan oleh pamong, serta merangsang anak untuk berfikir secara kritis dan menggunakan kemampuannya untuk menalar. Sesuai dengan tujuan metode demontrasi yaitu memberi pengalaman belajar melalui melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan, maka kegiatan yang sesuai dengan metode ini adalah : (1) kegiatan demontrasi yang dimulai dengan penjelasan. kegiatan ini berkaitan dengan cara membuat bentuk (bangunan0 dan cara menggunakan alat, misalnya : menarik garis lurus dan lengkung, menggunting pola, membentuk model, mengatur meja makan, mengatur tempat tidur dan cara menggunakan alat, dan sebagainya, (2) kegiatan demonstrasi dalam bentuk dramatisasi. Kegiatan ini pada umumnya untuk menanamkan nilai-nilai sosial, nilai-nilai moral dan nilai-nilai keagamaan. Sebelum pamong PAUD menerapkan metode demontrasi, sebaiknya membuat rancangan terlebih dahulu, sehingga kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan. Secara umum rancangan yang dapat dibuat meliputi : (1) menetapkan tujuan dan tema kegiatan, (2) menetapkan bentuk demonstrasi yang dipilih, (3) menyiapkan alat dan bahan, (4) menetapkan langkah-langkah kegiatan dan (5) menetapkan penilaian kegiatan. f. Metode Bercakap-cakap (Berdialog) Bercakap-cakap atau berdialog dapat diartikan saling mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan kebutuhan secara verbal, untuk mewujudkan bahasa reseptif yang meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain dan bahasa ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat, gagasan, perasaan dan kebutuhan kepada orang lain. Bercakap-cakap dapat dilakukan antara pamong dengan anak, atau anak dengan anaik. Melalui kegiatan bercakap-cakap (dialog) diharapkan dapat : (1) meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif, misalnya menyatakan pendapat, perasaan, keinginan, bertanya, dan sebagainya, (2) meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain, (3) meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, baik sesama teman atau pamong, (4) memberi kesempatan kepada anak untuk membangun jati dirinya, melalui kesempatan untuk berdialog, (5) memperluas pengetahuan, wawasan dan berbendaharaan kata , (6) meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak, seperti mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain.

Dalam pembelajaran untuk anak usia dini, sebaiknya komunikasi dua arah dalam bentuk bercakap-cakap atau dialog hendaknya selalu dikedepankan, sementara komunikasi yang searah (ceramah) sebaiknya diminimalisir, sehingga suasana pembelajaran akan tampak hidup, lebih menarik dan melibatkan banyak anak. Berikan kesempatan kepada anak untuk bercerita apa saja yang mereka ketahui dan apa saja yang sudah mereka lakukan, baik di rumah, di lembaga PAUD atau di masyarakat. Bebaskan mereka untuk bertanya tentang apa saja, dan apapun yang yang diutarakan atau ditanyakan anak, hendaknya direspon secara positif, meskipun celoteh anak-anak sering menyimpang dari tema yang sedang dibicarakan. Sebagai seorang pamong PAUD, hendaknya berupaya untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam berdialog. Upayakan menggunakan kata-kata yang positif, penuh dengan penghargaan dan pujian, serta kata-kata yang santun dan lembut, misalnya kata "terima kasih", "al-hamdulillah", "luar biasa", "ma'af", "permisi", "pintar", "jempol dua", "subhanallah" dan lain-lain. Jika anak-anak sering mendengar katakata tersebut, mereka akan meniru dan membiasakan diri berkatakata yang baik, merasa dihargai pekerjaannya, merasa dihormati hak-haknya, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan termotivasi untuk lebih giat lagi. Sebaliknya, pamong PAUD hendaknya berupaya untuk menghindari kata-kata yang negatif, kurang sopan, kasar, tidak santun, besifat melarang, misalnya kata "jangan" , "tidak", "bodoh", "nakal", "malas", dan sebagainya. Jika anak-anak sering mendengar dan akrab dengan kata-kata tersebut, maka dampaknya akan fatal terhadap perkembangan anak nanti. Mereka akan meniru, merasa tidak dihargai, tidak dihormati, dikecilkan, dibatasi ruang geraknya, dihalangi kemauannya, bahkan sampai pada merasa disakiti hati dan perasaannya, yang nantinya akan membuat anak menjadi rendah diri, tidak percaya diri dan tidak termotivasi dalam pembelajaran. g. Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak, semata-mata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian dan membangun motivasi anak, bukan untuk melihat hasilnya. Oleh karena itu sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat memaksa, mendikte, membatasi kreativitas anak, terus menerus, dalam bentuk pekerjaan rumah, atau tugas-tugas lain yang membuat anak justru merasa tertekan, terpaksa, membuat anak bosan bahkan mungkin sampai pada tingkat frustasi. Berikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan kreatrivitas anak, meningkatkan imajinasi anak, melatih motorik, membuat anak lebih bergairah, lebih bersemangat, merasa senang, nyaman,

menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi bel;ajar dan tugas-tugas lain yang membuat anak merasa nyaman dan aman ketika belajar di lembaga PAUD. Dengan demikian tugas yang diberikan dapat mendorong anak-anak untuk lebih tertarik dan betah berada di lembaga PAUD, bukan sebalinya. Misalnya tugas untuk menggambar bebas, mewarnai, menempel, meronce, menggunting, dan sebagainya. h. Metode Quantum Teaching Metode ini tergolong relatif masih baru dalam PAUD, karena pada umumnya metode ini digunakan untuk pendidikan formal. Metode ini dalam penerapannya menekankan pada dua hal, Beberapa alasan mengapa metode ini diterapkan dalam PAUD, antara lain : (1) metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran untuk semua usia, termasuk untuk anak usia dini, (2) metode ini menekankan dua aspek, yaitu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan melejitkan prestai anak, (3) metode ini mengorkestrasi berbagai interaksi dalam momen belajar, seperti unsur belajar yang efektif, unsur belajar yang mempengaruhi kesusksesan anak dan unsur yang mengubah kemampuan dan bakat alamiah menjadi cahaya yang bermanfaat, (4) menunjukkan cara menjadi pendidik yang lebih baik, (5) menguraikan cara baru yang dapat mempermudah pembelajaran, (6) adanya penggubahan yang meriah dengan segala nuansanya, (7) menggabungkan perpaduan unsur seni dan pencapaian tujuan yang terarah dan (8) mengakomodasi berbagai metode yang lain. Melalui metode Quantum Teaching peran otak kanan dan otak kiri dapat dioptimalkan, metode ini juga mampu mengakomodasi modalitas belajar anak (visual, auditorial dan kinestetik), selain itu metode ini juga mengoptimalkan potensi kecerdasanmajemuk yang dimiliki anak, sehingga dengan menggunakan metode ini suasana belajar akan lebih bergairah, hidup, menyenangkan, tidak membosankan, dinamis, nyaman, sehingga anak-anak lebih betah dan krasan selama belajar. pembelajaran, (6) adanya penggubahan yang meriah dengan segala nuansanya, (7) menggabungkan perpaduan unsur seni dan pencapaian tujuan yang terarah dan (8) mengakomodasi berbagai metode yang lain. Melalui metode Quantum Teaching peran otak kanan dan otak kiri dapat dioptimalkan, metode ini juga mampu mengakomodasi modalitas belajar anak (visual, auditorial dan kinestetik), selain itu metode ini juga mengoptimalkan potensi kecerdasanmajemuk yang dimiliki anak, sehingga dengan menggunakan metode ini suasana belajar akan lebih bergairah, hidup, menyenangkan, tidak membosankan, dinamis, nyaman, sehingga anak-anak lebih betah dan krasan selama belajar.

pembelajaran, (6) adanya penggubahan yang meriah dengan segala nuansanya, (7) menggabungkan perpaduan unsur seni dan pencapaian tujuan yang terarah dan (8) mengakomodasi berbagai metode yang lain. Melalui metode Quantum Teaching peran otak kanan dan otak kiri dapat dioptimalkan, metode ini juga mampu mengakomodasi modalitas belajar anak (visual, auditorial dan kinestetik), selain itu metode ini juga mengoptimalkan potensi kecerdasanmajemuk yang dimiliki anak, sehingga dengan menggunakan metode ini suasana belajar akan lebih bergairah, hidup, menyenangkan, tidak membosankan, dinamis, nyaman, sehingga anak-anak lebih betah dan krasan selama belajar. Pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Teaching mengacu pada rancangan pembelajaran yang berbentuk TANDUR, yaitu (1) Tumbuhkan, kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan jalinan & kepemilikan bersama, memanfaatkan pengalaman anak, mencari tanggapan yes dari anak, saling memahami dan mendapatkan komitmen untuk menjelajah. Melalui kegiatan tumbuhkan ini diharapkan anak sudah terkondisi dan siap untuk menerima informasi dari pamong, (2) Alami. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi pengalaman kepada anak, memanfaatkan pengetahuan & keinginan anak dan memanfaatkan hasrta alami otak untuk menjelajah, (3) Namai, melalui kegiatan ini menamai dibangun diatas pengetahuan dan keingintahuan, menamai diberikan saat mengajarkan konsep ketrampilan berfikir strategis, dan memuaskan hasrat alami otak untuk memberi identitas, mengurutkan & mendefinisikan, (4) Demontrasikan, bertujuan untuk memberi peluang kepada anak untuk menterjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka dalam pembelajaran lain dan kehidupan mereka, (5) Ulangi, dapat memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan rasa aku tahu bahwa aku tahu ini, dilakukan dengan multi modalitas dan multi kecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya, dan (6) Rayakan, yang dapat memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan & kesuksesan anak, sebagai bentuk pengakuan untuk menyelesaikan sebuah usaha. i. Metode Sentra dan Lingkaran (Seling) Metode ini menekankan pada pembelajaran pada system sentra, sementara intervensi pamong dalam pembelajaran lebih diminimalisir. Metode ini lebih memberi keleluasaan kepada anakanak untuk bebas bermain di sentra-sentra yang sudah disiapkan. Pembelajaran dengan menggunakan metode ini mengacu pada empat pijakan yang ada, yaitu : 1. Pijakan lingkungan main. Dalam pijakan ini, kegiatan yang dilakukan oleh pamong PAUD antara lain : a. mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup (tiga tempat main untuk setiap anak)

b. merencanakan intensitas (sejumlah waktu yang dibutuhkan untuk bermain) dan densitas (berbagai macam cara setiap jenis main yang disediakan) pengalaman

c. memiliki berbagai bahan yang mendukung tiga jenis main, yaitu sensorimotor, pembangunan dan main peran d. memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan e. menata kesempatan main untuk mendukung hubungan social yang positif. 2. Pijakan Pengalaman Sebelum Main Dalam pijakan ini kegiatan yang dilakukan oleh pamong PAUD antara lain : a. membaca buku yang berkaitan dengan pengalaman atau mendatangkan nara sumber b. menggabungkan kosakata baru dan menunjukkan konsep yang mendukung perolehan ketrampilan kerja (standar kinerja) c. memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahanbahan d. mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main e. menjelaskan ranmgkaian waktu main f. mengelola anak untuk keberhasilan hubungan social g. merancang dan menerapkan urutan transisi main. 3. Pijakan Pengalaman Main Setiap Anak Dalam pijakan ini kegiatan yang harus dilakukan oleh pamong PAUD meliputi : a. memberikan anak waktu untuk mengelola dan memperluas pengalaman main mereka b. mencontohkan komunikasi yang tepat c. memperkuat dan memperluas bahasa anak

d. meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan pada hubungan teman sebaya e. mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan main anak 4. Pijakan Pengalaman Setelah Main Dalam pijakan yang terakhir ini, peran pamong PAUD adalah : a. mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya b. menggunakan waktu membereskan maianan, sebagai pengalaman belajar positif melalui pengelompokkan, urutan dan penataan lingkungan main secara tepat Empat pijakan tersebut merupakan pijakan yang bersifat umum yang harus dilakukan oleh pamong PAUD dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode sentra. Adapun uraian secara khusus dapat disesuaikan dengan sentra yang

disiapkan, misalnya sentra bermain peran mikro, bermain peran makro, pembangunan terstruktur, pembangunan bahan alam (sifat cair), sentra persiapan, sentra musik dan olah tubuh, sentran imtak, dan sebagainya. D. Rangkuman 1. Metode pembelajaran PAUD adalah cara yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran anak usia dini. 2. Beberapa metode pembelajaran yang cocok yang dapat digunakan dalam pembelajaran anak usia dini antara lain adalah metode : 1. Bermain 2. Bernyanyi 3. Bercerita (mendongeng) 4. Karya Wisata 5. Demonstrasi 6. Bercaka-cakap (berdialog) 7. Pemberian Tugas 8. Quantum Teaching 9. Sentra dan Lingkaran E. Kata-Kata Kunci 1. PAUD singkatan dari Pendidikan Anak Usia Dini 2. Input adalah masukan 3. Output adalah keluaran 4. Quantum Teaching adalah metode pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran yang menyenangkan dan melejitkan prestasi anak melalui orkestrasi dengan segala nuansanya yang ada dalam lingkungan belajar 5. TANDUR singkatan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Uraikan dan Rayakan 6. Pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah salama kegiatan belajar, dimana mitra yang lebih terampil menyesuaikan dukungan terhadap kinerja anak pada saat ini 7. Seling singkatan dari Sentra dan Lingkaran

Strategi & metode pengembangan kegiatan pembelajaran PAUD

Strategi & metode pengembangan kegiatan pembelajaran PAUD


LATAR BELAKANG MASALAHStrategi secara umum merupakan suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Seperti halnya dalam kegiatan belajar mengajar maka strategi bisa diartika sebagai polapola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Sedangkan metode adalah cara yang ditetapkan sebagai hasil dari kajian strategi itu sendiri artinya suatu cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh sebab itu untuk lebih jelasnya masalah penulisan tentang strategi pembelajaran ( learning strategy ) kita simak dalam bab pembahasan, karena sebagai pendidik ataupun guru akan lebih mudah dalam melaksanakan suatu kegiatan khususnya dalam kegiatan belajar mengajar apabila telah mampu dan menguasai suatu strategi ataupun metode yang pas dengan kegiatan yang kita laksanakan. PENGERTIAN STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARANStrategi merupakan pola umum menentukan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatakan pola umum, sebab suatu strategi pada hakikatnya belum mengasah pada hal-hal yang bersifat praktis, masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh. Sedangkan untuk mencapai tujuan, strategi memang disusun untuk tujuan tertentu. Tidak ada strategi tanpa adanya tujuan yang harus dicapai. Misalkan dalam suatu permainan sepak bola untuk memenangkan pertandingan kita dapat menggunakan strategi menyerang atau bertahan. Maka stelah kita menyusun strategi baru kita tentukan pola atau metode menyerang atau bertahan yang itu pola yang harus dilakukan. Setelah kita menetapkan pola yang sesuai dengan strategi yang diinginkan, baru membicarakan teknik atau tektik permainan. Demikian juga halnya dalam proses pembelajaran / learning. Untuk mencapai tujuan pembelajaran (ingat pembelajaran adalah peristiwa yang bertujuan). Perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai dengan optimal. Tenpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu tidak mungkin tujuan dapat tercapai. Dalam konteks pembelajaran KBK, strategi dapat di katakan sebagai pola umum yang berisi tentang rentan kegiatan yang dapati dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Pola atau cara yang ditetapkan sebagai hasil dari kajian strategi itu dalam proses pembelajaran dinamakan dengan metode pembelajaran. Jadi dengan demikian metode pada dasarnya berangkat dari suatu strategi tertentu. Sedangkan cara untuk menjalakan metode yang ditetapkan itu dinamakan dengan teknik atau taktik sifat-sifatnya lebih praktis yang disusun untuk menjalankan suatu metode dan strategi tertentu. Dengan kata lain taktik dan teknik itu menunjukkan cara yang dilakukan seseorang yang sifatnya lebih tertumpu pada kemampuan dan pribadi seseorang. Misal ada dua orang guru sama-sama menggunakan metode ceramah yang ditampilkan keduanya bisa berbeda, baik ditinjau dari bahasa yang digunakan, intonasi suara, cara memberikan ilustrasi dan sebagainya. Disamping istilah strategi, metode dan taktik, dalam konteks pembelajaran ada juga istilah lain yang dinamakan model mengajar (models of teaching) istilah ini dipopulerkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil. Dalam bukunya yang sangat terkenal Models of Teaching (1971) menurut Joyce model itu lebih luas dari suatu strategi, karena suatu model mengajar menyangkut 4 hal pokok yaitu, tahapan-tahapan model, sistem sosial yang diharapkan, prinsip-prinsip reaksi guru dan peserta didik, serta penunjang yang diisyaratkan. Istilah lain yang lebih umum dari istilah strategi dan model pembelajaran adalah istilah pendekatan. Pendekatan memang tidak sama dengan strategi atau model. Pendekatan adalah istilah yang diberikan untuk hal yang bersifat lebih umum. Dan strategi adalah penjabaran dari pendekatan yang digunakan itu (Roy Killen, 1998). Menurut Killen ada dua pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru dan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik. Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasar strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Namun tidak semua metode itu cocok untuk pelaksanaan kegiatan di TK. Karena TK mempunyai model khas yang telah dirancang dalam KBK seperti metode karya wisata, tanya jawab, bercakap-cakap, bercerita, eksperimen, sosio drama, proyek dan pemberian tugas dan metode demonstrasi. KEDUDUKAN METODE DALAM BELAJAR MENGAJARKegiatan belajar mengajar yang melahirkan interseksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Nah untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang pendidik harus memahami kedudukan metode dalam sebuah pembelajaran karena metode sebagai salah satu komponen yang ikut andil dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Diantara kedudukan metode dalam belajar mengajar yaitu: 1. Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik Menurut Sardiman A.M (1988:90) metode ini adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya artinya metode ini berfungsi sebagai

alat perangsang dari luar yang membangkitkan belajar seseorang. 2. Metode Sebagai Strategi Pengajaran Dalam kegiatan belajar mengajar Dra. Roestiyah N.K (1989:1) guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien mengena pada tujuan yang harapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metide mengajar. Dengan demikian metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Karena dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam yang relatif lama. Daya serap anak didik juga bermacam-macam ada yang cepat ada yang sedang dan ada pula yang lambat. Dan untuk perbedaan daya serap anak didik tersebut memerlukan strategi pengajaran yang tepat yaitu metode. 3. Metode Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar atau pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponenkomponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan atau pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODEKetika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagia besar anak didik membuat kegaduhan, ketika anak didik menunjukkan kelesuan, ketika minat anak didik semakin berkurang dan ketika anak didik sebagian besar tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan. Ketika itulah guru mempertanyakan faktor penyebab dan berusaha mencari jawabannya secara tepat, karena bila tidak, maka apa yang guru sampaikan akan sia-sia. Boleh jadi dari sekian keadaan tersebut salah satu penyebabnya adalah faktor metode. Karenanya efektivitas penggunaan metode patut dipertanyakan. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Misalkan guru menggunakan metode ceramah sedangkan tujuan pengajarannya adalah anak dapat memperagakan sholat dengan baik. Maka hal itu kegiatan belajar mengajar yang kurang kondusif. Seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang harus menyelesaikan diri dengan metode. PENGGUNAAN METODE DI TAMAN KANAK-KANAKSebagaima dikemukakan bahwa metode itu merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Akan tetapi tidak selamanya berfungsi secara memadai. Oleh karena itu dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan dalam program kegiatan anak di TK guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajari. Yang dimaksud dengan karakteristik tujuan adalah pengembangan kognitif, pengembangan kreativitas, pengembangan bahasa, pengembangan emosi, pengembangan motorik dan pengembangan nilai serta pengembangan sikap dan nilai. Untuk mengembangkan kognisi anak dapat dipergunakan metode-metode yang mampu menggerakkan anak agar menumbuhkan berfikir dapat menalar. Mampu menarik kesimpulan dan genalisasi, caranya adalah dengan memahami lingkungan dengan sekitarnya, mengenal orang dan benda-benda yang ada, memahami tubuh dan perasaan mereka sendiri. Selain itu melatih anak menggunakan bahasa untuk berhubungan dengan orang lain dan melakukan apa yang dianggap benar berdasar nilai yang ada dalam masyarakat (HildeBrand, 1986). Untuk mengembangkan krativitas anak, metode-metode yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. Dalam mengembangkan kreativitas anak metode yang dipergunakan mampu mendorong anak mencari dan menemukan jawabannya, membuat pertanyaan yang membantu memecahkan, memikirkan kembali, membangun kembali dan menemukan hubungan-hubungan baru. Untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak dengan menggunakan metode yang dapat meningkatkan perkembangan ( development ) kemampuan berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Guru memberi kesempatan anak memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan berbicara. Untuk mengembangkan emosi anak, menggunakan metode-metode menggerakkan anak untuk mengekspresikan perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan secara verbal dan tepat. Untuk mengembangkan motorik anak, dapat dipergunakan metode-metode yang menjamin anak tidak mengamali cidera. Oleh karena itu guru perlu menciptakan lingkungan yang aman dan menantang (Gordon dan Brown, 1985). Bahan dan alat yang digunakan dalam keadaan baik, tidak menimbulkan perasaan takut, cemas dalam menggunakannya. Untuk mengembangkan nilai dan sikap anak, dapat digunakan metode-metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan yang didasari oleh nilai-nilai agama dan moral Pancasila, agar anak dapat mengalami hidup sesuai dengan norma yang dianut masyarakat (Depdikbud, 1994). Pemberian pengalaman belajar yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan kerja, kebiasaan menghargai waktu dan kebiasaan memlihara lingkungan. Selain dari tujuan kegiatan, karakteristik anak juga ikut menentukan pemilihan metode, karena pada umumnya anak TK adalah anak yang selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, senang bereksperimen dan menguji, mampu mengekspresikan diri secara kreatif, mempunyai imajinasi dan senang berbicara.

BEBERAPA METODE PENGAJARAN DIMENSI PERKEMBANGAN ANAK TKSeperti telah dikemukakan tidak semua metode pengajaran cocok bagi program kegiatan anak TK. Misal metode ceramah kurang cocok bagi program kegiatan belajar anak TK karena metode ceramah menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama padahal rentang waktu perhatian anak relatif singkat. Berikut metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia TK yaitu bermain, karya wisata, bercakap-cakap, bercerita, tanya jawab, demonstrasi, sosiodrama, eksperimen metode proyek dan pemberian tugas. Akan tetapi yang dapat kami jelaskan dalam makalah ini ada empat metode yaitu : 1. Metode Bermain Menurut pendidik dan para ahli psikolog, bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak (Gordon dan Brown, 1985:266). Bermain berupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Melalui bermain anak memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditentukan pada caranya dari pada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu (Dworetsky 1990:359). Menurut Dearden (Hetherington dan Parkei, 1979) bermain merupakan kegiatan yang nonserius dan segalanya ada dalam kegiatan itu sendiri yang dapat memberikan kepuasan bagi anak. Sedangkan menurut Hildebrand (1986:54) bermain berarti berlatih, mengeksploitasi, merekayasa, mengulang latihan apapun yang dapat dilakukan untuk mentrasformasi secara imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa. Menurut Dworetsky ada lima kriteria dalam bermain: a. Motivasi intrinsik, tingkah laku bermain di motivasi dari dalam diri anak. b. Pengaruh positif, tingkah laku itu menyenangkan atau mengembirakan untuk dilakukan. c. Bukan dikerjakan sambil lalu, karena itu tidak mengikuti pola atau aturan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat purapura. d. Cara/tujuan, cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya, karena anak lebih tertarik pada tingkah laku itu sendiri daripada keluaran yang dihasilkan. e. Kelenturan, bermain itu perilaku yang lentur, kelenturan ditujukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi. Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak (Frank dan Theresa Caplan) Hildebrand (1986:55-56) a) Bermain membantu pertumbuhan anak b) Bermain merupakan kegiatan yang dilkukan secara sukarela c) Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak d) Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai e) Bermain mempunyai unsur berpetualang didalamnya f) Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa g) Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembetukan hubungan antar pribadi h) Bermain memberikan kesempatan untuk menguasai diri secara fisik i) Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian j) Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu k) Bermain merupakan cara anak mempelajari peran orang dewasa l) Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar m) Bermain menjernihkan pertimbangan anak n) Bermain dapat distruktur secara dinamis o) Bermain merupakan kekuatan hidup p) Bermain merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup manusia Sedangkan fungsi bermain yaitu: 1) Mempertahankan keseimbangan, artinya bermain dapat menyalurkan kelebihan tenaga anak. 2) Menghayati berbagai pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari untuk menumbuhkan kebiasaan pada anak. 3) Mengantisipasi peran yang akan dijalani dimasa yang akan datang, maksudnya anak dapat mempersiapkan perannya kelak, misal memakai dasi. 4) Menyempurnakan keterampilan-keterampilan yang dipelajari, misal mendendarai sepeda dari roda 3 ke roda 2. 5) Menyempurnakan keterampilan memecahkan masalah, misal mengapa pohon layu kalau tidak disiram. 6) Meningkatkan keterampilan berhubungan dengan anak lain. Bermain dapat digolongkan pada 4 bentuk (Gordon dan Brown) a) Bermain secara soliter, yaitu anak bermain sendiri b) Bermain secara paralel, yaitu anak bermain sendiri secara berdampingan, tidak ada interaksi antara anak yang satu dengan yang lain c) Bermain asosiatif yaitu bermain berkelompok, misal bertepuk air beramai-ramai dan sebagainya

d) Bermain secara kooperatif, yaitu anak secara aktif menggulang hubungan dengan anak-anak lain untuk melaksanakan kegiatan bermain 2. Metode Karya Wisata Bagi anak TK karya wisata berarti memperoleh kesempatan untuk mengobservasi, memperoleh informasi/mengkaji segala sesuatu secara langsung (Hildebrand, 1986). Karya wisata juga berarti membawa anak TK ke obyek-obyek tertentu sebagai pengayaan pengajaran, pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam kelas (Welton dan Mallon 1981:414) a. Pengertian karya wisata bagi anak Taman Kanak-Kanak Karya wisata merupakan salah satu metode melaksanakan kegiatan pengajaran di Taman Kanak-Kanak dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya dengan pengamatan yang diperoleh dari panca indra menganai bentuk, warna, ukuran dan sebagainya. b. Manfaat karya wisata bagi anak TK Karya wisata dapat dipergunakan untuk merangsang minat mereka terhadap sesuatu, memperluas informasi yang telah diperoleh di kelas, memberika pengalaman menganai kenyataan yang ada, dan dapat menambah wawasan (Hildebrand) c. Tujuan karya wisata bagi anak TK Sesuai dengan kemungkinan yang diperoleh anak TK dari kegiatan karya wisata yakni menumbuhkan minat, meningkatkan perbendaharaan, pengetahuan, memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan hidup masyarakat, maka tujuan karya wisata dapat diarahkan pada pengambangan aspek perkembangan anak TK yang sesuai, yaitu aspek kognitif, bahasa, emosi, kreativitas dan kehidupan bermasyarakat serta penghargaan pada karya dan jasa orang lain. d. Sasaran karya wisata Dunia binatang, dunia tanaman, dunia kerja, kehidupan manusia, misal di kota, desa, pesisir, pegunungan. e. Rancangan karya wisata 1) Rancangan persiapan karya wisata oleh guru - Menetapkan sasaran yang diprioritaskan sesuai dengan tema kegiatan belajar yang dipilih, misal tema binatang. - Mengadakan hubungan dan pengenalan medan sasaran karya wisata, guru harus mengenal betul sasaran yang akan dituju. - Merumuskan program kegiatan melalui karya wisata, yaitu a) tujuan pendidikan yang ingin dicapai, b) keseusian karya wisata, c) banyaknya waktu yang harus disesuaikan, d) biaya yang dibutuhkan, e) antisipasi bahaya yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya. - Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan untuk karya wisata seperti: kamera, pluit, tali bekal dan lain-lain. - Menetapkan tata tertib karya wisata, misal kapan harus berkumpul, makan dan sebagainya. - Permintaan idzin dan partisipasi orang tua. - Persiapan guru dikelas. 2) Rancangan pelaksanaan kegiatan karya wisata Yaitu merupakan kegiatan penyiapan akhir bahan dan peralatan yang harus dibawa dalam melaksanakan karya wisata. 3) Rancangan penilaian karya wisata Apabila karya wisata telah dilaksanakan, perlu adanya penilaian untuk mengetahui, keberhasilan sebagaimana tujuan pendidikan TK. 3. Metode Bercakap-Cakap a. Pengertian metode bercakap-cakap bagi anak TK Bercakap-cakap mempunyai arti saling mengkomunikasikan fikiran dan perasaan secara visual (Hildebrand 1987:279). Bercakapcakap dapat pula diartikan sebagai dialog atau sebagai perwujudan bahasa reseptif dan ekspresif dalam satu situasi. (Gordon dan Browne 1985:314) Bercakap-cakap mempunyai makna penting bagi perkembangan anak TK karena bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Melalui peningkatan keterampilan menyatakan perasaan atau gagasan. Oleh karena itu penggunaan metode bercakap-cakap bagi anak TK akan membantu perkembangan dimensi sosial, emosi, kognitif terutama bahasa. Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Proses dua arah dalam bercakap-cakap diperlukan keterampilan mendengar dan berbicara. Ada tiga hal yang harus dilakukan oleh pendengar dalam komunikasi antar pribadi (Hetherington dan Parke 1979) 1) Mengukur pemahaman yang didengar secara pasti 2) Bila mengetahui bahwa pesan yang disampaikan itu tidak jelas, ia dapat memberitahukan kepada si pembicara 3) Ia dapat menentukan informasi tambahan yang dibutuhkan agar dapat menerima pesan tersebut Becakap-cakap mengandung arti belajar mewujudkan kemampuan berbahasa reseptif dan ekspresif. Sebagai bukti penguasaan bahasa reseptif ialah semakin banyknya kata-kata baru yang dikuasai oleh anak yang diperolehnya dari kegiatan bercakap-cakap. Artinya anak banyak mengenal kosa kata dari berbagai tema yang memacu pengembangan berbagai aspek perkembangan anak. Sebagai bukti berkembangnya kemampuan berbahasa ekspresif ialah semakin seringnya anak mengatakan keinginan, kebutuhan, pikiran dan perasaan kepada orang lain secara lisan.

b. Manfaat kegiatan bercakap-cakap bagi anak TK Dalam bercakap-cakap diperlukan kemampuan berbahasa baik reseptif maupun ekspresif. Bahasa reseptif meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami bicara orang lain. Sedangkan bahasa ekspresif meliputi kemampuan menyatakan gagasan, perasaan dan kebutuhan kepada orang lain. Menurut Bruner bahasa itu memegang peranan penting yang sangat penting bagi perkembangan kognitif anak dan perkembangan bahasa. Fungsi bahasa menurut Hillady (Hetherington 1979:254) 1) Sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan untuk menyatakan keinginannya saya ingin . 2) Berfungsi mengatur, melalui bahasa anak dapat mengengalikan tingkah laku orang lain. Dinyatakan dengan lakukan itu . 3) Sebagai hubungan antara pribadi, bahasa dapat digunakan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosial. 4) Berfungsi bagi diri sendiri, anak mengatakan pandangannya, perasaannya dan sikapnya yang unik melalui bahasa dan melalui bahasa anak membangun jati diri. 5) Berpikir heuristik, sesudah anak dapat membedakan dirinya dengan lingkungan, anak menggunakan bahasa yang dikuasainya untuk memiliki dan memahami lingkungan. Jadi bahasa mempunyai fungsi mempertanyakan atau katakan padaku mengapa begitu . 6) Fungsi imajinatif, dengan bahasa anak dapat menghindari diri dari kenyataan yang memasuki alam semesta yang dibangunnya sendiri. Bahasa membiarkan diri untuk berpura-pura atau berfungsi puitis. 7) Fungsi informatif, anak dapat mengkomunikasikan informasi baru kepada orang lain dengan menggunakan bahasa dalam bentuk aku punya sesuatu untuk kuceritakan . c. Tujuan kegiatan bercakap-cakap bagi anak TK Sesuai dengan kemungkinan manfaat yang diperoleh anak TK dalam kegiatan belajar dengan menggunakan metode becakapcakap yakni keberanian mengaktualisasikan diri dengan bahasa ekspresif, menyatakan apa yang dilakukan sendiri/orang lain, berhubungan dengan orang, membangun jati diri dan memperluas pengetahuan dan wawasan. Maka tujuan bercakap-cakap dapat diarahkan pada pengembangan aspek-aspek pengembangan kognitif, bahasa, sosial, emosi dan konsep diri. d. Rancangan kegiatan becakap-cakap bagi anak TK 1) Rancangan persiapan guru a) Menetapkan tujuan dan tema kegiatan b) Menetapkan rancangan bentuk percakapan yang dipilih Monolog, merupakan percakapan yang dilakukan oleh anak, orang seorang, dihadapan teman-temannya dan guru. Tiap-tiap anak diberi kesempatan berdiri di depan kelas/di tempat duduknya untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan berkaitan dengan tema. Dialog, merupakan percakapan yang melibatkan dua orang atau lebih, antara anak dengan anak yang lain, antara anak dengan guru. 2) Rancangan pelaksanaan kegiatan bercakap-cakap a) Menarik perhatian dan minat siswa, misal dengan menyanyikan lagu-lagu sesuai dengan tema yang ditetapkan. b) Mengkomunikasi tujuan yang ingin dicapai c) Melaksanakan bercakap-cakap dibawah bimbingan guru dan pengaturan lalu lintas percakapan d) Menutup percakapan 3) Rancangan penilaian bercakap-cakap Sesuai dengan tujuan dan tema yang dipilih maka evaluasi kegiatan bercakap-cakap dapat dirancang dengan teknik evaluasi melalui observasi. Yang diobservasi adalah frekwensi masing-masing anak dalam mengungkapkan pikiran, perasaan keinginan dan sikan anak terhadap topik yang dibicarakan. 4. Metode Bercerita Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan dari suatu generasu ke generasi berikutnya (Gordon dan Browne 1985:324). Bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Seorang pendongeng yang baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu yang menarik dan hidup. Keterlibatan anak terhadap dongeng yang diceritakan akan memberikan suasana yang segar menarik dan menjadi pengalaman yang unik bagi anak. Bercerita mempunyai makna penting bagi perkembangan anak TK, karena melalui bercerita kita dapat mengkomunikasikan nilainilai budaya, sosial, keagamaan, menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam, membantuk mengembangkan fantasi anak, dimensi kognitif anak dan bahasa anak. a. Pengertian metode bercerita bagi anak TK Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan/dengan cara bertutur kata kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Adapun teknik-teknik bercerita antara lain: 1) Membaca langsung dari buku cerita 2) Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dan buku

Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, mengikat perhatian anak pada jalannya cerita. 3) Menceritakan dongeng Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama. Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari suatu generasi ke generasi yang berikutnya. Misal menyampaikan pesan-pesan kebajiakan dan sebagainya. 4) Bercerita dengan menggunakan papan flaneli 5) Bercerita dengan media boneka 6) Dramatisasi suatu cerita Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal (Gordon dan Browne). Seperti si kancil pencuri ketimun. 7) Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan b. Manfaat metode cerita bagi anak TK Metode bercerita dapat menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah. Juga dapat memberi pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan serta dapat mengembangkan aspek perkembangan dasar anak yang meliputi bahasa, kognitif, seni, afektif dan psikomotor. Misal cerita bawang putih dan bawang merah dan sebagainya. c. Tujuan kegiatan bercerita bagi anak TK Bercerita dapat memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan keagamaan. Pemberian informasi lingkungan fisik yang meliputi segala sesuatu yang ada di sekitar anak yang non manusia serta lingkungan sosial. d. Rancangan kegiatan bercerita bagi Anak TK 1) Rancangan persiapan guru - Menetapkan tujuan dan tema yang dipilih - Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih - Menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlukan - Menetapkan rancangan langkah-langkah bercerita - Menetapkan rencangan penilaian kegiatan bercerita 2) Adapun langkah-langkah bercerita sebagai berikut: Mengkomuniskan tema dan tujuan Mengatur tempat duduk Sebagai pembukaan guru menggali pengalaman-pengalaman anak dalam kegiatan yang berkaitan dengan peristiwa cerita Pengembangan cerita yang dituturkan guru Menetapkan cara bertutur agar dapat menggetarkan perasaan anak dengan cara memberi gambaran anak-anak yang bernasib baik dan buruk. Misal cerita banjir Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita KESIMPULAN 1. Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Karena strategi pada hakikatnya belum mengarah pada hal-hal yang bersifat praktis, masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh. Strategi dalam konteks KBK dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi tentang rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Metode adalah pola atau cara yang ditetapkan sebagai hasil dari kajian strategi itu sendiri dalam proses pembelajaran. Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan 2. Kedudukan metode dalam belajar mengajar Sebagai alat motivasi ekstrinsik Sebagai strategi pengajaran Sebagai alat untuk mencapai tujuan 3. Efektivitas penggunaan metode apabila proses belajar mengajar kurang kondusif dan tidak sesuai dengan tujuan kegiatan sehingga metode perlu disesuaikan dengan beberapa komponen-komponen pengajaran. 4. Penggunaan metode di TK harus sesuai dengan karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar. 5. Macam metode yang sesuai dengan perkembangan anak TK yaitu metode bermain, metode karya wisata, metode bercakapcakap, metode bercerita, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode sosiodrama, metode eksperimen, metode proyek dan metode pemberian tugas.

STRATEGI dan PEMBELAJARAN


Posted on May 12, 2010 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU
HAKIKAT PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN DI TAMAN KANAK-KANAK Pengertian Pendidikan dan Komponen-komponen Pendidikan Dalam arti luas pendidikan adalah segala bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan seoptimal mungkin sejak lahir sampai akhir hayat. Dalam arti sempit, pendidikan identik dengan persekolahan di mana pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang terprogram dan terencana secara formal. Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut meliputi: 1) tujuan pendidikan, 2) peserta didik, 3) pendidik, 4) kurikulum, 5) fasilitas pendidikan, dan 6) interaksi edukatif. Para ahli pendidikan anak berpendapat bahwa pendidikan TK merupakan pendidikan yang dapat membantu menumbuhkembangkan anak dan pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. Pada hakikatnya pendidikan TK/usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya adalah upaya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hakikat Pembelajaran di Taman Kanak-kanak Pada hakikatnya anak itu unik, mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan, bersifat aktif dan energik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, antusias terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, kaya dengan fantasi, mudah frustrasi, dan memiliki daya perhatian yang pendek. Masa anak merupakan masa belajar yang potensial. Kurikulum untuk anak usia dini/TK harus benar-benar memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangan dan harus dirancang untuk membuat anak mengembangkan potensi secara utuh. Baik Kurikulum TK 1994 maupun Kurikulum TK 2004 pada dasarnya sama memuat aspek-aspek perkembangan yang dipadukan dalam bidang pengembangan yang utuh yang mencakup bidang pengembangan perilaku melalui pembiasaan dan bidang kemampuan dasar. Pembelajaran anak usia dini/TK pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi bermain (belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar), pembelajaran yang berorientasi perkembangan yang lebih banyak memberi kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang tepat. Pendekatan yang paling tepat adalah pembelajaran yang berpusat pada anak KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA TK Hakikat Perkembangan Perkembangan dan pertumbuhan merupakan satu proses dalam kehidupan manusia yang berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai akhir hayat. Perkembangan juga diartikan sebagai perubahanperubahan yang dialami oleh seorang individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik itu menyangkut aspek fisik maupun psikis. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara bertahap dan berurutan. Perkembangan memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut. 1) Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti. 2) Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. 3) Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu. 4) Perkembangan terjadi pada tempat yang berlainan. 5) Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas. 6) Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan.

Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang pembabakan atau periodisasi perkembangan ini. Pendapat-pendapat tersebut secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktis, dan psikologis. Karakteristik Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak Perkembangan anak usia TK yang terentang antara usia empat sampai dengan enam tahun merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, serta bahasa. Ketika anak mencapai tahapan usia TK (3 sampai 6 tahun), terdapat ciri yang sangat berbeda dengan usia bayi. Perbedaannya terletak pada penampilan, proporsi tubuh, berat dan panjang badan, serta keterampilan yang mereka miliki. Dilihat dari tahapan menurut Piaget, anak usia TK berada pada tahapan praoperasional, yaitu tahapan di mana anak belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol. Melalui kemampuan tersebut anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Pada tahap ini emosi anak usia prasekolah lebih rinci atau terdiferensiasi, anak cenderung mengekspresikan emosi dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering mereka perlihatkan dan sering berebut perhatian guru. Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons terhadap dirinya. Bagi anak prasekolah, kegiatan bermain menjadikan fungsi sosial anak semakin berkembang. Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan menyanyi. Sejak usia dua tahun anak sangat berminat untuk menyebut nama benda. Minat tersebut terus berlangsung sehingga dapat menambah perbendaharaan kata. PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak menuntut pendidik yang memiliki kemampuan profesional, sosial dan pribadi yang baik. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik atau guru Taman Kanakkanak adalah memahami perkembangan anak. Pemahaman tentang karakteristik perkembangan anak memberikan kontribusi terhadap pendidik untuk merancang kegiatan, menata lingkungan belajar, mengimplementasikan pembelajaran serta mengevaluasi perkembangan dan belajar anak. Prinsip-prinsip perkembangan anak meliputi: (1) anak berkembang secara holistik, (2) perkembangan terjadi dalam urutan yang teratur, (3) perkembangan anak berlangsung pada tingkat yang beragam di dalam dan di antara anak, (4) perkembangan baru didasarkan pada perkembangan sebelumnya, (5) perkembangan mempunyai pengaruh yang bersifat kumulatif. Prinsip-prinsip perkembangan anak tersebut memberikan implikasi bagi pendidik dalam menentukan tujuan, memilih bahan ajar, menentukan strategi, memilih dan menggunakan media, serta mengevaluasi perkembangan dan mendukung belajar anak secara optimal. Dasar Pemikiran dan Pengertian Pembelajaran yang Berorientasi Perkembangan

Ada beberapa hal yang mendasari munculnya praktik pembelajaran yang berorientasi perkembangan, antara lain meningkatnya praktik pembelajaran yang bersifat formal di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini, kuatnya tuntutan dan tekanan orang tua dan masyarakat terhadap pengajaran yang lebih bersifat akademik, kesalahpahaman masyarakat tentang konsep pendidikan anak usia dini. Pembelajaran yang berorientasi perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu (1) berorientasi pada usia, (2) berorientasi pada anak secara individual, dan (3) berorientasi pada konteks sosial budaya anak. Praktik pembelajaran yang berorientasi perkembangan menekankan pada hal-hal sebagai berikut: (1) anak secara holistik, (2) program pendidikan yang bersifat individual, (3) pentingnya kegiatan yang diprakarsai anak, (4) fleksibel, lingkungan kelas menstimulasi anak, (5) pentingnya bermain sebagai wahana belajar, (6) kurikulum terpadu, (7) belajar melalui bekerja, (8) memberikan pilihan kepada anak tentang apa dan bagaimana caranya belajar, (9) penilaian bersifat kontinu, dan (10) bermitra dengan orang tua untuk mendukung perkembangan dan belajar anak. Pembelajaran yang Berorientasi Perkembangan Untuk Anak Usia Taman Kanak-kanak Prinisp-prinsip pembelajaran yang berorientasi perkembangan dapat diidentifikasi dari beberapa dimensi, sebagai berikut. Menciptakan iklim yang positif dan kondusif untuk belajar. Membantu keeratan kelompok dan memenuhi kebutuhan individu. Lingkungan dan jadwal hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi aktif, mengambil inisiatif, melakukan eksplorasi terhadap objek dan lingkungannya. Pengalaman belajar hendaknya dirancang secara konkret dan memberi kesempatan kepada anak untuk memilih kegiatannya sendiri. Mendorong anak-anak untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan berbahasa secara menyeluruh yang meliputi kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis dini. Strategi pembelajaran dirancang agar anak dapat berinteraksi dengan anak lainnya secara individual dan dalam kelompok kecil. Motivasi dan bimbingan diberikan agar anak mengenal lingkungannya, mengembangkan keterampilan sosial, pengendalian dan disiplin diri. Kurikulum diorganisasikan secara terpadu untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak yang meliputi aspek fisik motorik, sosial emosi, kognitif, bahasa, dan seni. Penilaian terhadap anak dilakukan secara kontinu, melalui observasi. Mencatat dan mendokumentasikan hal-hal yang telah dilakukan anak dan cara melakukan kegiatan tersebut. PERENCANAAN PEMBELAJARAN Pengertian dan Komponen-komponen Pembelajaran Perencanaan pembelajaran adalah rencana yang dibuat oleh guru untuk memproyeksikan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh guru dan anak agar tujuan dapat tercapai. Perencanaan pembelajaran mengandung komponen-komponen yang ditata secara sistematis dimana komponenkomponen tersebut saling berhubungan dan saling ketergantungan satu sama lain.

Komponen-komponen perencanaan pembelajaran meliputi: Tujuan merupakan komponen pertama dalam perencanaan pembelajaran merupakan proyeksi tentang hasil belajar atau kemampuan yang harus dicapai anak setelah belajar. Materi adalah bahan yang akan diajarkan agar tujuan tercapai. Kegiatan belajar mengajar adalah proyeksi kegiatan belajar yang harus dilakukan anak agar tujuan tercapai. Media dan sumber belajar merupakan salah satu komponen yang memberi dukungan terhadap proses belajar. Evaluasi merupakan suatu proses memilih, mengumpulkan informasi untuk membuat keputusan. Evaluasi sebagai alat untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan. Prosedur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Salah satu tugas guru adalah membuat perencanaan pembelajaran. Jenis-jenis perencanaan di TK meliputi Perencanaan Tahunan, Perencanaan Semester, Perencanaan Mingguan (SKM), Perencanaan Harian (SKH). Perencanaan Tahunan, memuat keterampilan, kemampuan, pembiasaan-pembiasaan dan tema-tema yang sesuai dengan minat anak dan dekat dengan lingkungan anak. Perencanaan semester merupakan penjabaran dari perencanaan tahunan yang dibagi ke dalam dua semester. Perencanaan Mingguan berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai kemampuan yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan tema pada minggu itu. Perencanaan Harian (SKH) merupakan perencanaan operasional yang disusun oleh guru dan merupakan acuan dalam melaksanakan pembelajaran. SKH dijabarkan dari SKM. HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN Konsep Belajar dan Prinsip-prinsip Belajar Anak Belajar adalah proses perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan latihan. Prinsip-prinsip belajar merupakan suatu ketentuan yang harus dilakukan anak ketika ia belajar. Anak adalah pebelajar aktif. Ketika bergerak anak mencari stimulasi yang dapat meningkatkan kesempatan untuk belajar. Anak menggunakan seluruh tubuhnya sebagai alat untuk belajar. Anak secara energik mencari cara untuk menghasilkan potensi maksimum. Belajar anak dipengaruhi kematangan. Guru harus memahami bagaimana kematangan anak dapat dicapai dan apa yang perlu dilakukan untuk memfasilitasi matangan tersebut. Belajar anak dipengaruhi oleh lingkungan. Tidak hanya lingkungan fisik tetapi juga lingkungan belajar. Anak belajar melalui kombinasi lingkungan fisik, sosial dan refleksi. Dengan pengalaman tersebut anak memperoleh pengetahuannya. Tugas guru bagaimana menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak memperoleh pengalaman fisik, sosial dan mampu merefleksikannya. Anak belajar dengan gaya yang berbeda. Ada yang tipe visual, tipe auditif dan tipe kinestetik. Anak belajar melalui bermain. Melalui bermain anak dapat memahami menciptakan memanipulasi simbolsimbol dan mentransformasi objek-objek tersebut

Variabel Strategi Pembelajaran Tujuan. Karakteristik tujuan perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajran, apakah berkaitan dengan, pengembangan kognitif, bahasa, sosial emosi, fisik, moral agama , motorik. Tema, tema pembelajaran di TK, meliputi 20 tema, masing-masing tema memiliki karakteristik tersendiri. Dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran karakteristik tema merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan. Kegiatan. Kegiatan perlu pula dipertimbangakan karena belajar di TK tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas tetapi juga ada kegiatan belajar di luar kelas. Anak. Anak perlu dipertimbangkan, karena anak memilki karakteristik dalam perkembangan dan belajarnya anak itu unik dan memilki potensi untuk belajar. Media dan Sumber belajar. Media dan sumber belajar yang dipilih harus dapat mendukung terlaksananya proses belajar yang efektif dan relevan dengan strategi pembelajaran yang dipilih guru. Guru-guru merupakan faktor penentu dalam keberhasilan belajar anak. Kepiawaian guru dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak. PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN Pengertian dan Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak belajar. Terdapat beberapa kriteria yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu (1) karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk pengembangan aspek kognitif, aspek afektif atau psikomotor. Atau apakah pembelajaran itu bertujuan untuk mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa, dan estetika; (2) karakteristik anak sebagai peserta didik baik usianya maupun kemampuannya; (3) karakteristik tempat yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan; (4) karakteristik tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak; dan (5) karakteristik pola kegiatan yang akan digunakan apakah melalui pengarahan langsung, semi kreatif atau kreatif. Semua kriteria ini memberikan implikasi bagi guru untuk memilih stratgei pembelajaran yang paling tepat digunakan di Taman Kanak-kanak Karakteristik Cara Belajar Anak Anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Beberapa karakteristik cara belajar anak itu antara lain (1) anak belajar melalui bermain; (2) anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya; (3) anak belajar secara alamiah, dan (4) anak belajar paling baik jika yang dipelajarinya menyeluruh, bermakna, menarik, dan fungsional. Bermain sebagai salah satu cara belajar anak memiliki ciri-ciri simbolik, bermakna, aktif, menyenangkan, suka rela, ditentukan oleh aturan, dan episodik. Para ahli teori konstruktivisme mempunyai pandangan tentang cara belajar anak yaitu bahwa anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya melalui kegiatan mengeksplorasi objek-objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya dan melalui interaksi sosial dan pembelajaran dengan orang dewasa.

Lingkungan yang diciptakan secara kondusif akan mengundang anak untuk belajar secara alamiah tanpa paksaan sehingga apa yang dipelajari anak dari lingkungannya adalah hal-hal yang benar-benar bermakna, fungsional, menarik dan bersifat menyeluruh. JENIS-JENIS STRATEGI PEMBELAJARAN DI TAMAN KANAK-KANAK Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Umum di Taman Kanak-kanak Ada beberapa jenis strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan di Taman Kanak-kanak. Strategi pembelajaran tersebut pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak dalam belajar, namun, tidak berarti peranan guru pasif. Guru harus berperan sebagai fasilitator yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran kepada anak dalam proses belajar. Jenis-jenis strategi pembelajaran umum tersebut adalah: (1) meningkatkan keterlibatan indra, mempersiapkan isyarat lingkungan, (3) analisis tugas, (4) scaffolding, (5) praktik terbimbing, undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah laku/tindakan, (8) refleksi kata-kata, (9) contoh atau modelling, penghargaan efektif), (11) menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12) do-it-signal, (13) tantangan, pertanyaan, dan (15) kesenyapan. (2) (6) (10) (14)

Strategi-strategi pembelajaran tersebut dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi. Strategi Pembelajaran Khusus di Taman Kanak-kanak Terdapat beberapa jenis strategi pembelajaran khusus yang dapat diterapkan di Taman Kanak-kanak. Penerapan strategi pembelajaran khusus tersebut pada prinsipnya sama dengan penerapan strategi pembelajaran umum, yaitu harus mempertimbangkan karakteristik tujuan, karakteristik anak dan cara belajarnya, karakteristik tempat yang akan digunakan, dan pola kegiatan. Jenis-jenis strategi pembelajaran khusus tersebut adalah (1) kegiatan eeksploratori, (2) Penemuan Terbimbing, (3) Pemecahan Masalah, (4) Diskusi, (5) Belajar Kooperatif, (6) Demonstrasi, dan (7) Pengajaran Langsung. Di samping strategi pembelajaran di atas, guru Taman Kanak-kanak dituntut untuk dapat menggunakan strategi pembelajaran lainnya sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA ANAK Rasional Pembelajaran yang Berpusat pada Anak Anak pada hakikatnya memiliki potensi untuk aktif dan berkembang. Pembelajaran yang berpusat pada anak banyak diwarnai paham konstruktivis yang dimotori Piaget dan Vigotsky. Anak adalah pembangun aktif pengetahuannya sendiri. Mereka membangun pengetahuannya ketika berinteraksi dengan objek, benda, lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak adalah pendekatan perkembangan dan pendekatan belajar aktif. Belajar aktif merupakan proses dimana anak usia dini mengeksplorasi lingkungan melalui mengamati, meneliti, menyimak, menggerakkan badan mereka menyentuh, mencium, meraba dan membuat sesuatu terjadi dengan objek-objek di sekitar mereka. Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) prakarsa kegiatan tumbuh dari minat dan keinginan anak, 2) Anak-anak memilh bahan dan memutuskan apa yang ingin ia kerjakan, 3) Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh indranya, 4) Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung, 5) Anak mentransformasikan dan menggabungkan bahan-bahan, 6) Anak menggunakan otot kasarnya, 7) Anak menceritakan pengalamannya.

Prosedur Pembelajaran yang Berpusat pada Anak Pembelajaran yang berpusat pada anak harus direncanakan dan diupayakan dengan matang. Upaya yang dilakukan adalah dengan merencanakan dan menyediakan bahan/peralatan yang dapat mendukung perkembangan dan belajar anak secara komprehensif. Untuk itu perlu disediakan area-area yang memungkinkan berbagai kegiatan sesuai pilihannya. Area- area tersebut meliputi: Area Pasir dan Air. Area Balok. Area Rumah dan Bermain Drama. Area Seni. Area Manipulatif. Area Membaca dan menulis. Area pertukangan atau kerja Kayu. Area musik dan gerak. Area komputer. Area bermain di luar ruangan. Pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada anak meliputi: tahap perencanaan, tahap bekerja dan tahap melaporkan kembali. Contoh Penerapan Pembelajaran yang Berpusat pada Anak Plan Do Review, merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak. Dalam pendekatan ini anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minat dan keinginannya, mulai dari membuat perencanaan, (Plan), mengerjakan (Do), dan melaporkan kembali (Review). Prosedur pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: Tahap merencanakan (Planning Time). Pada tahap ini anak diberi kesempatan untuk membuat rencana dari kegiatan yang akan mereka lakukan selanjutnya. Tahap Bekerja (Work Time). Tahap ini adalah tahap dimana anak bermain dan memecahkan masalah. Anak mentransformasikan rencana ke dalam tindakan. Tahap Review (Recall). Tahap ini merupakan tahap memperlihatkan apa yang telah dilakukan anak pada tahap bekerja. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MELALUI BERMAIN

Rasional Strategi Pembelajaran melalui Bermain Bermain merupakan suatu kegiatan yang melekat pada dunia anak. Bermain adalah kodrat anak. Bermain dapat dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat voluntir, spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secara intrinsik, meyenangkan dan fleksibel.

Kriteria dalam kegiatan bermain adalah memotivasi intrinsik, memiliki pengaruh positif, bukan dikerjakan sambil lalu. Cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya, serta bermain memiliki kelenturan. Fungsi bermain bagai anak TK adalah: Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, serta untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah. Ditinjau dari dimensi perkembangan sosial, bermain digolongkan sebagai berikut: bermain soliter, bermain secara paralel, bermain asosiatif, dan bermain secara kooperatif. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran melalui Bermain Anak Rancangan kegiatan bermain meliputi penentuan tujuan dan tema kegiatan bermain; macam kegiatan bermain; tempat dan ruang bermain; bahan dan peralatan bermain; dan urutan langkah bermain. Tujuan kegiatan bermain bagi anak usia TK adalah untuk meningkatkan pengembangan seluruh aspek perkembangan anak usia TK, baik perkembangan motorik, kognitif, bahasa, kreativitas, emosi atau sosial. Kegiatan bermain akan memberikan hasil yang optimal apabila kegiatan itu dirancang dengan saksama dan tidak secara kebetulan. Tema yang akan dipilih dapat mengacu pada 20 tema yang terdapat dalam PKB TK 1994. Menentukan jenis kegiatan bermain yang akan dipilih sangat tergantung kepada tujuan dan tema yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan jenis kegiatan bermain diikuti dengan jumlah peserta kegiatan bermain. Selanjutnya ditentukan tempat dan ruang bermain yang akan digunakan, apakah di dalam atau di luar ruangan kelas, hal itu sepenuhnya tergantung pada jenis permainan yang dipilih. Sebelum melakukan kegiatan bermain, bermacam bahan dan peralatan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perlu dipersiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Langkah berikutnya adalah menentukan urutan langkah bermain yang disertai dengan penetapan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta permainan. Contoh Penerapan Pembelajaran melalui Bermain Pelaksanaan kegiatan bermain terdiri dari tiga kegiatan yaitu: Kegiatan prabermain Kegiatan bermain Kegiatan penutup Pada kegiatan prabermain, terdapat dua macam kegiatan persiapan, yaitu:

Kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan dalam kegiatan bermain Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan yang berurutan dari awal sampai dengan akhir kegiatan bermain. Banyaknya kegiatan pada tahap bermain sangat tergantung pada jenis permainan yang dipilih, serta jumlah anak yang mengikuti permainan. Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir dari seluruh langkah kegiatan bermain. Pada kegiatan ini, guru memberikan penekanan pada aspek-aspek yang sepatutnya dikembangkan dan dimiliki oleh anak seperti, menunggu giliran, kemampuan bekerja sama, kemampuan memecahkan masalah dan sebagainya. Evaluasi atau penilaian perlu dilaksanakan agar guru mendapatkan umpan balik tentang keberhasilan kegiatan bermain. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan kegiatan bermain yang telah ditetapkan sebelumnya . PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MELALUI BERCERITA Rasional Strategi Pembelajaran melalui Bercerita Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Metode bercerita merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Penggunaan bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran di Taman Kanak-kanak haruslah memperhatikan hal-hal berikut: Isi cerita harus terkait dengan dunia kehidupan anak TK. Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh suka cita Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik. Beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain guru dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari buku gambar, menggunakan papan flannel, menggunakan boneka, bermain peran dalam suatu cerita, atau bercerita dengan menggunakan jari-jari tangan. Bercerita sebaiknya dilakukan dalam kelompok kecil untuk memudahkan guru mengontrol kegiatan yang berlangsung sehingga akan berjalan lebih efektif. Selain itu tempat duduk pun harus diatur sedemikian rupa, misalnya berbentuk lingkaran sehingga akan terjalin komunikasi yang lebih efektif. Prosedur Penerapan Pembelajaran melalui Bercerita Kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang memiliki manfaat besar bagi perkembangan anak serta pencapaian tujuan pendidikan. Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita guru terlebih dahulu harus merancang kegiatan bercerita berupa langkah-langkah yang harus ditempuh secara sistematis. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru adalah sebagai berikut: Menetapkan tujuan dan tema cerita. Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita.

Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita. mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita; mengatur tempat duduk; melaksanakan kegiatan pembukaan; mengembangkan cerita; menetapkan teknik bertutur; mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.

Penerapan Strategi Pembelajaran melalui Bercerita Penerapan strategi pembelajaran melalui bercerita mengacu pada prosedur pembelajaran yang telah dikembangkan sebelumnya, yaitu: Menetapkan tujuan dan tema cerita. Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita: mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita; mengatur tempat duduk; melaksanakan kegiatan pembukaan; mengembangkan cerita; menetapkan teknik bertutur; mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita. Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercerita serta tema yang dipilih oleh guru menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan lainnya. Guru memiliki kebebasan untuk menentukan bentuk cerita yang dipilih, sepanjang bisa menggambarkan isi cerita dengan baik. Bahan dan alat yang dipergunakan dalam kegiatan bercerita sangat bergantung kepada bentuk cerita yang dipilih sebelumnya. Pengaturan tempat duduk, merupakan hal yang patut mendapat perhatian karena pengaturan yang baik membuat anak merasa nyaman dan dapat mengikuti cerita di samping teknik bercerita, dan teknik

Metode pembelajaran dengan Pendekatan Beyond Centers and Circle Times (BCCT) adalah metode pembelajaran anak usia dini melalui kegiatan bermain anak dalam sentra-sentra bermain dan saat-saat lingkaran. Pendekatan BCCT

mendasarkan pada asumsi bahwa anak belajar melalui kegiatan bermain dengan benda-benda dan orang-orang disekitarnya (lingkungan biotik dan abiotik). Dalam kegiatan bermain, anak berinteraksi dengan lingkungannya, pengalaman bermain yang tepat dapat mengoptimalkan seluruh aspek tumbuh kembang anak, baik fisik, emosi, kognisi maupun sosial anak. Kegiatan bermain anak tersebut antara lain melalui tiga jenis kegiatan bermain yaitu main sensorimotor, main pembangunan dan main peran atau main simbolik Main sensorimotor dijelaskan oleh Jean Piaget dan Sara Smilansky (1968) yang menyatakan bahwa anak usia dini belajar melalui kegiatan bermain dengan menggunakan panca indranya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika pada mereka disediakan kesempatan untuk berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun diluar ruangan. Kegiatan bergerak secara bebas, bermain di halaman, dilantai atau dimeja dengan kursi, menyediakan banyak kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan mainan yang berbeda akan mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak. Pengalaman main sensorimotor pada anak usia dini merupakan rangsangan untuk mendukung proses kerja otak dalam mengelola informasi yang didapatkan anak dari lingkungan saat bermain, baik bermain dengan badannya ataupun dengan berbagai benda disekitarnya. Main pembangunan dibahas oleh Jean Piaget (1962), Sara Smilansky (1968), dan Charles and Mary Wolfgang (1992). Jean Piaget menyatakan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan keterampilan yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya kelak. Dr. Charles Wolfgang dalam bukunya yang berjudul School for Young Children, menjelaskan suatu tahap yang berkesinambungan dari bahan yang paling cair atau messy seperti air, ke yang paling terstruktur seperti puzzle dan balok. Cat, crayon, spidol, playdough, air, pasir dianggap sebagai bahan main pembangunan sifat cair atau bahan alam. Sedangkan balok unit, leggo, balok berongga, bristle blocks, puzzle dan lainnya yang sejenis

yang ditentukan dan mengarahkan bagaimana anak meletakkan bahan-bahan tersebut secara bersama menjadi sebuah karya, dianggap sebagai bahan main pembangunan yang terstruktur. Anak dapat mengekspresikan dalam bahan-bahan ini dengan mengembangkannya dari proses bermain sensorimotor pada usia di bawah tiga tahun ke tahap main simbolik pada anak usia 3 sampai 6 tahun yang dapat terlihat dalam hubungan kerjasama dengan anak lainnya dalam menciptakan karya nyata. Erik H. Erikson menjelaskan bahwa anak menyusun pengalaman dengan membuat suatu keadaan yang semestinya dan menguasai kenyataan melalui ujicoba dan perencanaan di dalamnya. Dalam keadaan yang ia buat sendiri, anak memperbaiki kesalahannya dan memperkuat harapan-harapannya. Anak mengantisipasi keadaan-keadaan masa depan melalui ujicoba-ujicoba. Selanjutnya Erikson menjelaskan bahwa ada dua jenis main peran yaitu main peran mikro dan main peran makro. Selama tahap awal main peran, anak melakukan percobaan dengan bahan dan peran. Sebagai contoh, anak memakai baju dan melepaskannya, mendorong gerobak dan kereta barang, membawa boneka bayi mengelilingi ruangan sambil bernyanyi, membuka dan menutup lemari, mengisi dan membongkar mainannya dan sebagainya. Saat anak berkembang melalui pengalaman main peran, mereka juga memeriksa egonya belajar menghadapi pertentangan emosinya, memperkuat dirinya sendiri untuk masa depan, menciptakan kembali masa lalunya dan mengembangkan keterampilan khayalan. Tujuan akhir main peran adalah belajar bermain dan bekerja dengan orang lain. Hal ini merupakan latihan untuk pengalaman-pengalamannya di dunia nyata selanjutnya. Main peran mikro adalah kegiatan bermain peran/role play dengan menggunakan bahan-bahan main berukuran kecil seperti rumah boneka lengkap dengan perabotnya dan orang-orangan sehingga anak dapat memainkannya, atau rangkaian kereta api dengan rel dan jalan dengan mobil, lapangan pesawat udara, kebun binatang dan orang-orang kemudian anak memainkannya lengkap dengan scenario yang biasanya disusun seketika dan dimainkannya bersama temantemannya dalam satu session. Sedangkan main peran makro adalah main peran sesungguhnya dengan alat-alat permainan berukuran sesungguhnya dan anak dapat menggunakannya untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, misalnya

main dokter-dokteran maka alat permainan yang digunakan antara lain stetoskop mainan ukuran besar, replica jarum suntik, buku resep dan ballpoint, meja pendaftaran, petugas pendaftar, perawat yang membantu dokter, kamar periksa dan sebagainya yang semuanya dalam ukuran besar dan dapat dipergunakan seperti kegiatan sesungguhnya. Atau dalam skala besar misalnya kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, ada alat-alat rumah tangga, ruang tamu, ruang makan, kamar tidur, meja belajar, garasi dan sebagainya dan anak-anak ada yang berperan sebagai Bapak, Ibu, kakak, adik dan sebagainya.
PEMBELAJARAN PAUD DENGAN MENGGUNAKAN METODE BCCT Pendekatan ini dikembangkan berdasarkan pada teori anak, teori neuroscience, teori multiple

perkembangan yang

intellegence,

dipadukan dengan pengalaman guru. Pendekatan BCCT mencakup semua aspek perkembangan anak dengan ciri utama pemberian pijakan

(scaffolding) untuk membangun konsep, aturan, ide, dan pengetahuan anak. Pijakan yang dikembangkan dalam pendekatan BCCT mencakup:

Pijakan lingkungan main, Pijakan sebelum main, Pijakan selama anak main, Pijakan setelah main. Untuk mendukung pendekatan BCCT maka dalam proses pembelajaran diterapkan konsep densitas dan intensitas main. Pendidik, orang tua, dan orang dewasa di sekeliling anak dipandang sebagai komponen yang sangat berbengaruh bagi perkembangan anak. Dalam pendekatan BCCT

ditekankan bahwa pengalaman main akan tercapai dengan sangat baik bila orang dewasa mengerti perkembangan anak dan tahap bermain anak serta menggunakannya untuk mendukung anak kearah keberhasilan

pendidikan di

tingkat selanjutnya.

PRINSIP DASAR PENDEKATAN BCCT

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini didasarkan atas prinsipprinsip sebagai Berorientasi pada kebutuhan anak, Kegiatan

pembelajaran

harus

selalu

ditujukan

pada

pemenuhan

kebutuhan

perkembangan anak secara individu. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain, dengan bermain yang

menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan eksplorasi dengan menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya, sehingga anak

menemukan pengetahuan dari benda-benda yang dimainkannya, Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi, kreativitas dan inovasi tercermin melalui kegiatan yang membuat anak tertarik, fokus, serius dan

konsentrasi, Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar, lingkungan harus bagi diciptakan anak menjadi lingkungan yang menarik dan

menyenangkan

selama

mereka

bermain,

Mengembangkan

kecakapan hidup anak, kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan memiliki

ketrampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar, mengacu pendidikan dilaksanakan pada secara bertahap dan berulang-ulang anak, dengan

prinsip-prinsip menyeluruh

perkembangan yang

rangsangan semua aspek

bersifat

mencakup

perkembangan.,Setiap kegiatan anak sesungguhnya dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Tugas pendidik adalah memfasilitasi

agar semua aspek perkembangan dapat berkembang secara optimal. Tahap perkembangan anak Anak tumbuh menjadi lebih besar dan berkembang menjadi lebih pintar dalam aspek fisik, dalam bahasa, emosi, dan berpikir/kognisi, perkembangannya tangga anak seni dan

sosialnya. tahapan

pertumbuhan ke

melalui tingkat menjadi

yang

menuju

atas.

Setiap

memiliki awal

kemampuan berbeda. dasar untuk

kemampuan

pada tahap yang di tahap harus

lebih yang

mengembangkan pembelajaran

kemampuan

lebih tinggi. dengan

karena itu

anak

usia dini

disesuaikan

tahap-tahap perkembangan anak, supaya anak mendapatkan dasar yang kokoh untuk mencapai kemampuan yang lebih tinggi. untuk mengetahui tahap generik. Kebutuhan khusus setiap anak perkembangan anak dapat dilihat pada menu

Kemampuan setiap anak dipengaruhi oleh faktor bawaan dan pengalaman yang didapatkan dari lingkungannya. Anak pada usia yang sama, tahap perkembangan sama tetapi mendapatkan rangsangan akan memilki pengalaman anak usia belajar yang lingkungan berbeda karena itu

berbeda.

pembelajaran

dini

diarahkan

untuk

memenuhi

kebutuhan

belajar setiap anak. Contoh, anak usia empat tahun yang memiliki kesempatan bergerak

dengan leluasa akan memiliki kemampuan motorik (gerakan) yang lebih baik dibanding dengan anak usia sama yang sering dilarang melakukan sesuatu. perbedaan kemampuan gerak kedua anak tersebut, membedakan kebutuhan belajar mereka pada aspek motoriknya, dan mungkin pada beberapa aspek lainnya. Pengembangan potensi jamak Setiap anak memiliki kemampuan jamak (bahasa, logika matematika,

seni dan musik, kinestetik, visual spasial, alam, interaksi sosial, pemahaman diri, dan spiritual). Pembelajaran pada anak usia dini tidak seperti pembelajaran di sekolah-sekolah yang dibagi permata pelajaran, tetapi satu kegiatan mencakup semua aspek. Contohnya saat anak bermain dengan balok, anak dirangsang untuk

bercerita tentang gagasan yang akan dibangunnya, menghitung jumlah balok yang digunakan, menyebutkan bentuk balok yang dipakai,

bercerita tentang bangunan yang sudah dibuatnya, dan mengklasifikasi balok pasa saat membereskannya kembali. Membangun pengetahuan anak Kecerdasan dirangsang oleh lingkungan. Untuk membentuk anak cerdas

maka anak harus banyak melakukan interaksi dengan lingkungan. Karena itu pembelajaran untuk anak usia dini harus memberikan kesempatan yang luas kepada anak melakukan sendiri dengan menggunakan panca inderanya, sehingga anak mempunyai banyak pengalaman yang

bermanfaat. Pengalaman tersebut termasuk juga pengalaman sosial. Contoh untuk mendapatkan keterampilan hidup, menumbuhkan kepercayaan diri, anak diberi kesempatan sejak kecil untuk melakukan sendiri

seperti makan-minum sendiri, memakai baju dan menentukan baju mana yang diinginkannya, menggunakan sepatu dan hal-hal lain yang dapat dan ingin dilakukannya, sepanjang kegiatannya tidak membahayakan

dirinya.

Bantuan yang berlebihan dari orang dewasa akan membatasi

anak untuk mengembangkan kemampuannya, dan itu akan menumbuhkan rasa ketergantungan dan ketidakmandirian anak Anak Belajar dengan baik apabila merasa aman dan nyaman secara fisik dan psikologisnya. Fungsi kerja otak besar (otak untuk berpikir) berjalan dengan baik apabila mendapatkan rangsangan yang menyenangkan. Selain itu suasana pembelajaran yang menyenangkan, anak dapat membangun jaringan syaraf otak dan memperkuat jaringat yang sudah terjalin. Karena itu penting memberikan suasana belajar yang aman dan nyaman bagi anak. belajar yang nyaman memberikan kemungkinan anak bermain Suasana aktif,

tenang, dan aman selama proses belajar. Contoh, apabila anak melakukan sesuatu dengan perasaan senang, ia akan melakukannya secara berulang-ulang, dan itu sangat baik untuk mencapai kemajuan anak. Sebaliknya jika anak dipaksa untuk melakukan sesuatu, atau melakukan sesuatu yang tidak disukainya, maka ia akan menolak untuk melakukannya kembali, berarti penguatan kemampuan

tersebut tidak akan terjadi, dan belajarnya menjadi sia-sia. Oleh karena itu sebelum melakukan pembelajaran perlu menarik minat anak terlebih dahulu, sehingga anak merasa tertarik dan senang untuk

melakukannya. Belajar melalui bermain. Bagi anak bermain adalah untuk sarana anak untuk pertumbuhan belajar. dan Dalam

perkembangannya.

Bermain

sama

dengan

bermain anak belajar melihat, mendengar, merasakan, mencicipi rasa, menyentuh membuka kemampuan lingkungan, segala macam benda anak yang ditemukannya. menemukan atau Kesemuanya dan itu

kesempatan fisiknya,

bagi

untuk

mengembang dengn

membangun daya

hubungan imajinasi,

komukasi

mengembangkan

mengembangkan

kemampuan

berpikir kreatif, memecahkan masalah, keluar dari rasa ketakutan dan kecemasan, meningkatkan kemampuan pemahaman tentang sesuatu yang

baru,

meningkatkan

keterampilan

menggunakan

alat

bermain,

dan

kemampuan bahasa. Contoh, dengan menggunakan pasir dan cetakan anak dapat merasakan tekstur pasir, melihat warna pasir, bentuk pasir setelah dicetak, ukuran untuk membuat pasir cetak, menghitung jumlah kue pasir, main imajinasi menggunakan kue pasir dengan temannya untuk pengembangan bahasanya. Kesemuanya dilakukan dalam bentuk kegiatan bermain yang menyenangkan. Kepatutan menurut konteks agama, sosial dan budaya. Pembelajaran untuk anak usia dini tidak bertentangan dengan ajaran agama, nilai hidup, budaya setempat, dan lingkungan akan sosial dimana langsung anak

sehingga

pengalaman

anak

terkait

dengan

kehidupannya. Anak belajar menggunakan seluruh panca inderanya. Segala sesuatu yang anak baru dengar, yang lihat, raba, anak cium, untuk kecap, mengenal

memberikan dunianya.

pengetahuan Dengan

diperlukan anak

alat-alat

inderanya

belajar

menjelajah

lingkungannya untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan. Anak belajar dalam suasana yang menyenangkan. Pengawasan dan perhatian yang tepat dari orang dewasa memberikan perasaan aman dan nyaman. Dalam suasana yang menyenangkan syaraf otak terbuka dan siap untuk menerima hal-hal yang baru. Perhatian, kasih sayang, dan bentuk perlindungan yang tidak berlebihan sangat diperlukan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Anak belajar dengan cara berulang Dengan latihan yang berulang-ulang anak memperkuat sambungan syaraf otak. Karena itu anak akan untuk beruntung melatih dan lebih maju apabila baru

mendapatkan

kesempatan

keterampilan

yang

dikuasainya. Juga kesempatan untuk mendapatkan tantangan sehingga dapat mengembangkan keterampilan berikutnya yang lebih sulit. Anak belajar apabila sesuai dengan kemampuan perkembangannya.

Jika anak dirangsang dengan kemampuan yang lebih rendah dari pada yang dimilikinya, maka anak tidak tertarik, bosan, dan tidak

mendapatkan pengalaman baru, berarti ia tidak belajar. Jika anak dirangsang dengan kemampuan yang terlalu tinggi di atas

kemampuannya, ia akan merasa frustasi karena merasa tidak berhasil. Karena itu pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan

perkembangan anak. Untuk mengetahui dimana kemampuan anak saat ini, perhatikan apa yang dilakukan anak sekarang ini. Kegiatan yang

sering dilakukan anak menunjukkan kemampuan yang dikuasai anak. PENDEKATAN BEYOND CENTER AND CIRCLES TIME (BCCT)

Pendekatan Beyond Center and Circles Time (BCCT) atau Pendekatan Sentra dan Saat Lingkaran Metode Sentra dan Saat Lingkaran atau dikatakan metode Beyond Center and Circles Time (BCCT) adalah metode pendidikan anak usia dini yang dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Reserch and Training (CCCRT) yang berkedudukan di Florida Amerika Serikat. Pengembangan metode ini telah dilakukan lebih dari 25 tahun di Creative Pre

School Florida, baik untuk anak normal maupun untuk anak dengan kebutuhan khusus. Early Metode Young ini telah terakreditasi (NAEYC) di sebagai oleh National yang

Assosiation

Childhood

metode

direkomendasikan memperoleh

dapat

diterapkan dari

Amerika dimana

Serikat.

Indonesia dapat

copyright

CCCRT

penerapannya

dilaksanakan secara bertahap dan dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi Indonesia sepanjang tetap memperhatikan prinsipprinsip dasarnya. Sentra adalah pusat kegiatan pembelajaran dengan metode bermain

sambil belajar yang dirancang untuk mengembangkan seluruh potensi anak. Setiap sentra memiliki tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Oleh karena itu dalam merancang dan menata kegiatan bermain yang bermutu, seorang guru harus memperhatikan

proses perkembangan anak, baik dari segi materi, bahan dan alat main.

Yang dimaksud saat lingkaran adalah pendidik dan peserta didik duduk melingkar pada saat sebelum dan sesudah kegiatan bermain anak, sehingga semuanya dapat saling berinteraksi satu sama lain, pendidik dapat memantau perkembangan semua anak didiknya dengan mudah. Metode Sentra dan Saat Lingkaran merupakan hasil pengemabngan dari metode Montessori, HighScope dan Reggio Emilio. Namun demikian

metode ini memiliki keunggulan.

B.

Keunggulan Pendekatan BCCT diarahkan untuk membangun berbagai pengetahuan anak

Kurikulumnya

yang digali sendiri melalui variasi pengalaman main di sentra-sentra kegiatan, sehingga mendorong kreativitas anak.Pendidik lebih anak

berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan dengan mengkondisikan setiap anak untuk berperan aktif

Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rancangan, dukungan, dan penilaian disesuaikan dengan potensi, tingkat perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.Semua tahapan perkembangan anak telah dirumuskan dengan rinci dan jelas, sehingga dapat dijadikan panduan dalam penilaian perkembangan anakKegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas mulai dari penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan sebelum, sesaat, dan sesudah main,

sehingga dapat dijadikan panduan bagi pendidik pemulaMasing-masing anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif dan berani mengambil keputusan sendiri, tanpa harus takut membuat kesalahanSetiap tahap perkembangan bermain anak sudah dirumuskan secara jelas, sehingga dapat dijadikan pijakan bagi pendidik dalam melakukan penilaian

perkembangan anakPenerapannya tidak bersifat kaku, melainkan dapat dilakukan setempat. secara bertahap, sesuai dengan situasi dan kondisi

Prinsip Pendekatan BCCT

Keseluruhan

proses

pembelajarannya

berlandaskan

pada

teori

dan

pengalaman empiric, Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak melalui bermain yang

terencana dan terarah serta dukungan pendidik dalam bentuk 4 jenis pijakan, Menempatykan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri.Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran, untuk mengikuti Mempersyaratkan pelatihan pendidik dan

pengelola

program

sebelum

menerapkan

metode ini, Melibatkan orangtua dan keluarga sebagai satu kesatuan proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah.

Standar Operasional Pendekatan BCCT

Standar adalah: pendidik

Operasional

Proses

Pembelajaran

dengan

Pendekatan

BCCT

menata

lingkungan

main

sebagai

pijakan

lingkungan

yang

mendukung perkembangan anak ada pendidik yang bertugas menyambut kedatangan anak dan mempersilahkan untuk bermain bebas dulu, semua anak mengikuti main pembukaan dengan bimbingan pendidik, pendidik memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran/pembiasaan antri, anak-anak masuk ke kelompok masing-

masing dengan dibimbing oleh pendidik yang bersangkutan, pendidik duduk bersama anak didik membentuk lingkaran untuk memberikan

pijakan pengalaman sebelum main, pendidik memberi waktu yang cukup kepada anak untuk melakukan kegiatan di sentra main yang disiapkan sesuai jadwal hari itu, selama anak berada disentra, secara bergilir pendidik memberi pijakan kepada setiap anak, pendidik bersama anakanak membereskan peralatan dan tempat main, pendidik memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran,

pendidik duduk bersama anak didik dengan membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman setelah main, pendidik bersama anakanak makan bekal yang dibawanya (tidak dalam posisi istirahat) kegiatan penutup, anak-anak pulang secara bergiliran

pendidik

membereskan

tempat

dan

merapikan

catatan-catatan

dan

kelengkapan administrasi, pendidik melakukan diskusi evaluasi hari ini dan rencana esok hari

PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DENGAN PENDEKATAN BCCT

Pendekatan anak,

ini

dikembangkan neuroscience,

berdasarkan teori

pada

teori

perkembangan yang

teori

multiple

intellegence,

dipadukan dengan pengalaman guru. Pendekatan BCCT mencakup semua aspek perkembangan anak dengan ciri utama pemberian pijakan

(scaffolding) untuk membangun konsep, aturan, ide, dan pengetahuan anak. Pijakan yang dikembangkan dalam pendekatan BCCT mencakup: Pijakan lingkungan main, Pijakan sebelum main, Pijakan selama anak main, Pijakan setelah main. Untuk mendukung pendekatan BCCT maka dalam proses pembelajaran diterapkan konsep densitas dan intensitas main. Pendidik, orang tua, dan orang dewasa di sekeliling anak dipandang sebagai komponen yang sangat berbengaruh bagi perkembangan anak. Dalam pendekatan BCCT

ditekankan bahwa pengalaman main akan tercapai dengan sangat baik bila orang dewasa mengerti perkembangan anak dan tahap bermain anak serta menggunakannya untuk mendukung anak kearah keberhasilan

pendidikan di

tingkat selanjutnya.

PRINSIP DASAR PENDEKATAN BCCT

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini didasarkan atas prinsipprinsip sebagai harus Berorientasi selalu pada kebutuhan pada anak, Kegiatan kebutuhan

pembelajaran

ditujukan

pemenuhan

perkembangan anak secara individu. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain, dengan bermain yang

menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan eksplorasi dengan

menggunakan

benda-benda

yang

ada

disekitarnya,

sehingga

anak

menemukan pengetahuan dari benda-benda yang dimainkannya, Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi, kreativitas dan inovasi tercermin melalui kegiatan yang membuat anak tertarik, fokus, serius dan

konsentrasi, Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar, lingkungan harus bagi diciptakan anak menjadi lingkungan yang menarik dan

menyenangkan

selama

mereka

bermain,

Mengembangkan

kecakapan hidup anak, kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan memiliki

ketrampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar, mengacu pendidikan dilaksanakan pada secara bertahap dan berulang-ulang anak, dengan

prinsip-prinsip menyeluruh

perkembangan yang

rangsangan semua aspek

bersifat

mencakup

perkembangan.,Setiap kegiatan anak sesungguhnya dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Tugas pendidik adalah memfasilitasi

agar semua aspek perkembangan dapat berkembang secara optimal. Tahap perkembangan anak Anak tumbuh menjadi lebih besar dan berkembang menjadi lebih pintar dalam aspek fisik, dalam bahasa, emosi, dan berpikir/kognisi, perkembangannya tangga anak seni dan

sosialnya. tahapan

pertumbuhan ke

melalui tingkat menjadi tinggi. dengan

yang

menuju

atas.

Setiap

memiliki awal lebih

kemampuan berbeda. dasar untuk

kemampuan

pada tahap yang tahap harus

lebih yang

mengembangkan pembelajaran

kemampuan di usia dini

karena itu

anak

disesuaikan

tahap-tahap perkembangan anak, supaya anak mendapatkan dasar yang kokoh untuk mencapai kemampuan yang lebih tinggi. untuk mengetahui tahap generik. Kebutuhan khusus setiap anak perkembangan anak dapat dilihat pada menu

Kemampuan setiap anak dipengaruhi oleh faktor bawaan dan pengalaman yang didapatkan dari lingkungannya. Anak pada usia yang sama, tahap perkembangan sama tetapi mendapatkan rangsangan lingkungan berbeda

akan

memilki

pengalaman anak usia

belajar

yang

berbeda.

karena

itu

pembelajaran

dini

diarahkan

untuk

memenuhi

kebutuhan

belajar setiap anak. Contoh, anak usia empat tahun yang memiliki kesempatan bergerak

dengan leluasa akan memiliki kemampuan motorik (gerakan) yang lebih baik dibanding dengan anak usia sama yang sering dilarang melakukan sesuatu. perbedaan kemampuan gerak kedua anak tersebut, membedakan kebutuhan belajar mereka pada aspek motoriknya, dan mungkin pada beberapa aspek lainnya. Pengembangan potensi jamak Setiap anak memiliki kemampuan jamak (bahasa, logika matematika,

seni dan musik, kinestetik, visual spasial, alam, interaksi sosial, pemahaman diri, dan spiritual). Pembelajaran pada anak usia dini tidak seperti pembelajaran di sekolah-sekolah yang dibagi permata pelajaran, tetapi satu kegiatan mencakup semua aspek. Contohnya saat anak bermain dengan balok, anak dirangsang untuk

bercerita tentang gagasan yang akan dibangunnya, menghitung jumlah balok yang digunakan, menyebutkan bentuk balok yang dipakai,

bercerita tentang bangunan yang sudah dibuatnya, dan mengklasifikasi balok pasa saat membereskannya kembali. Membangun pengetahuan anak Kecerdasan dirangsang oleh lingkungan. Untuk membentuk anak cerdas

maka anak harus banyak melakukan interaksi dengan lingkungan. Karena itu pembelajaran untuk anak usia dini harus memberikan kesempatan yang luas kepada anak melakukan sendiri dengan menggunakan panca inderanya, sehingga anak mempunyai banyak pengalaman yang

bermanfaat. Pengalaman tersebut termasuk juga pengalaman sosial. Contoh untuk mendapatkan keterampilan hidup, menumbuhkan kepercayaan diri, anak diberi kesempatan sejak kecil untuk melakukan sendiri seperti makan-minum sendiri, memakai baju dan menentukan baju mana yang diinginkannya, menggunakan sepatu dan hal-hal lain yang dapat dan ingin dilakukannya, sepanjang kegiatannya tidak membahayakan

dirinya.

Bantuan yang berlebihan dari orang dewasa akan membatasi

anak untuk mengembangkan kemampuannya, dan itu akan menumbuhkan rasa ketergantungan dan ketidakmandirian anak Anak Belajar dengan baik apabila merasa aman dan nyaman secara fisik dan psikologisnya. Fungsi kerja otak besar (otak untuk berpikir) berjalan dengan baik apabila mendapatkan rangsangan yang menyenangkan. Selain itu suasana pembelajaran yang menyenangkan, anak dapat membangun jaringan syaraf otak dan memperkuat jaringat yang sudah terjalin. Karena itu penting memberikan suasana belajar yang aman dan nyaman bagi anak. belajar yang nyaman memberikan kemungkinan anak bermain Suasana aktif,

tenang, dan aman selama proses belajar. Contoh, apabila anak melakukan sesuatu dengan perasaan senang, ia akan melakukannya secara berulang-ulang, dan itu sangat baik untuk mencapai kemajuan anak. Sebaliknya jika anak dipaksa untuk melakukan sesuatu, atau melakukan sesuatu yang tidak disukainya, maka ia akan menolak untuk melakukannya kembali, berarti penguatan kemampuan

tersebut tidak akan terjadi, dan belajarnya menjadi sia-sia. Oleh karena itu sebelum melakukan pembelajaran perlu menarik minat anak terlebih dahulu, sehingga anak merasa tertarik dan senang untuk

melakukannya. Belajar melalui bermain. Bagi anak bermain adalah untuk sarana anak untuk pertumbuhan belajar. dan Dalam

perkembangannya.

Bermain

sama

dengan

bermain anak belajar melihat, mendengar, merasakan, mencicipi rasa, menyentuh membuka kemampuan lingkungan, segala macam benda anak yang ditemukannya. menemukan atau Kesemuanya dan itu

kesempatan fisiknya,

bagi

untuk

mengembang dengn

membangun daya

hubungan imajinasi,

komukasi

mengembangkan

mengembangkan

kemampuan

berpikir kreatif, memecahkan masalah, keluar dari rasa ketakutan dan kecemasan, baru, meningkatkan kemampuan pemahaman menggunakan tentang alat sesuatu bermain, yang dan

meningkatkan

keterampilan

kemampuan bahasa. Contoh, dengan menggunakan pasir dan cetakan anak dapat merasakan tekstur pasir, melihat warna pasir, bentuk pasir setelah dicetak,

ukuran untuk membuat pasir cetak, menghitung jumlah kue pasir, main imajinasi menggunakan kue pasir dengan temannya untuk pengembangan bahasanya. Kesemuanya dilakukan dalam bentuk kegiatan bermain yang menyenangkan. Kepatutan menurut konteks agama, sosial dan budaya. Pembelajaran untuk anak usia dini tidak bertentangan dengan ajaran agama, nilai hidup, budaya setempat, dan lingkungan akan sosial dimana langsung anak

sehingga

pengalaman

anak

terkait

dengan

kehidupannya. Anak belajar menggunakan seluruh panca inderanya. Segala sesuatu yang anak baru dengar, yang lihat, raba, anak cium, untuk kecap, mengenal

memberikan dunianya.

pengetahuan Dengan

diperlukan anak

alat-alat

inderanya

belajar

menjelajah

lingkungannya untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan. Anak belajar dalam suasana yang menyenangkan. Pengawasan dan perhatian yang tepat dari orang dewasa memberikan perasaan aman dan nyaman. Dalam suasana yang menyenangkan syaraf otak terbuka dan siap untuk menerima hal-hal yang baru. Perhatian, kasih sayang, dan bentuk perlindungan yang tidak berlebihan sangat diperlukan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Anak belajar dengan cara berulang Dengan latihan yang berulang-ulang anak memperkuat sambungan syaraf otak. Karena itu anak akan untuk beruntung melatih dan lebih maju apabila baru

mendapatkan

kesempatan

keterampilan

yang

dikuasainya. Juga kesempatan untuk mendapatkan tantangan sehingga dapat mengembangkan keterampilan berikutnya yang lebih sulit. Anak belajar apabila sesuai dengan kemampuan perkembangannya. Jika anak dirangsang dengan kemampuan yang lebih rendah dari pada yang dimilikinya, maka anak tidak tertarik, bosan, dan tidak

mendapatkan pengalaman baru, berarti ia tidak belajar. Jika anak dirangsang dengan kemampuan yang terlalu tinggi di atas

kemampuannya, ia akan merasa frustasi karena merasa tidak berhasil.

Karena

itu

pembelajaran

harus

disesuaikan

dengan

kebutuhan

perkembangan anak. Untuk mengetahui dimana kemampuan anak saat ini, perhatikan apa yang dilakukan anak sekarang ini. Kegiatan yang

sering dilakukan anak menunjukkan kemampuan yang dikuasai anak. PENDEKATAN BEYOND CENTER AND CIRCLES TIME (BCCT)

Pendekatan Beyond Center and Circles Time (BCCT) atau Pendekatan Sentra dan Saat Lingkaran Metode Sentra dan Saat Lingkaran atau dikatakan metode Beyond Center and Circles Time (BCCT) adalah metode pendidikan anak usia dini yang dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Reserch and Training (CCCRT) yang berkedudukan di Florida Amerika Serikat. Pengembangan metode ini telah dilakukan lebih dari 25 tahun di Creative Pre

School Florida, baik untuk anak normal maupun untuk anak dengan kebutuhan khusus. Early Metode Young ini telah terakreditasi (NAEYC) di sebagai oleh National yang

Assosiation

Childhood

metode

direkomendasikan memperoleh

dapat

diterapkan dari

Amerika dimana

Serikat.

Indonesia dapat

copyright

CCCRT

penerapannya

dilaksanakan secara bertahap dan dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi Indonesia sepanjang tetap memperhatikan prinsipprinsip dasarnya. Sentra adalah pusat kegiatan pembelajaran dengan metode bermain

sambil belajar yang dirancang untuk mengembangkan seluruh potensi anak. Setiap sentra memiliki tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Oleh karena itu dalam merancang dan menata kegiatan bermain yang bermutu, seorang guru harus memperhatikan

proses perkembangan anak, baik dari segi materi, bahan dan alat main. Yang dimaksud saat lingkaran adalah pendidik dan peserta didik duduk melingkar pada saat sebelum dan sesudah kegiatan bermain anak, sehingga semuanya dapat saling berinteraksi satu sama lain, pendidik dapat memantau perkembangan semua anak didiknya dengan mudah.

Metode Sentra dan Saat Lingkaran merupakan hasil pengemabngan dari metode Montessori, HighScope dan Reggio Emilio. Namun demikian

metode ini memiliki keunggulan.

B.

Keunggulan Pendekatan BCCT diarahkan untuk membangun berbagai pengetahuan anak

Kurikulumnya

yang digali sendiri melalui variasi pengalaman main di sentra-sentra kegiatan, sehingga mendorong kreativitas anak.Pendidik lebih anak

berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan dengan mengkondisikan setiap anak untuk berperan aktif

Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rancangan, dukungan, dan penilaian disesuaikan dengan potensi, tingkat perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.Semua tahapan perkembangan anak telah dirumuskan dengan rinci dan jelas, sehingga dapat dijadikan panduan dalam penilaian perkembangan anakKegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas mulai dari penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan sebelum, sesaat, dan sesudah main,

sehingga dapat dijadikan panduan bagi pendidik pemulaMasing-masing anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif dan berani mengambil keputusan sendiri, tanpa harus takut membuat kesalahanSetiap tahap perkembangan bermain anak sudah dirumuskan secara jelas, sehingga dapat dijadikan pijakan bagi pendidik dalam melakukan penilaian

perkembangan anakPenerapannya tidak bersifat kaku, melainkan dapat dilakukan setempat. secara bertahap, sesuai dengan situasi dan kondisi

Prinsip Pendekatan BCCT

Keseluruhan

proses

pembelajarannya

berlandaskan

pada

teori

dan

pengalaman empiric, Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak melalui bermain yang

terencana dan terarah serta dukungan pendidik dalam bentuk 4 jenis pijakan, Menempatykan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal

yang merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri.Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran, untuk mengikuti Mempersyaratkan pelatihan pendidik dan

pengelola

program

sebelum

menerapkan

metode ini, Melibatkan orangtua dan keluarga sebagai satu kesatuan proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah.

Standar Operasional Pendekatan BCCT

Standar adalah: pendidik

Operasional

Proses

Pembelajaran

dengan

Pendekatan

BCCT

menata

lingkungan

main

sebagai

pijakan

lingkungan

yang

mendukung perkembangan anak ada pendidik yang bertugas menyambut kedatangan anak dan mempersilahkan untuk bermain bebas dulu, semua anak mengikuti main pembukaan dengan bimbingan pendidik, pendidik memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran/pembiasaan antri, anak-anak masuk ke kelompok masing-

masing dengan dibimbing oleh pendidik yang bersangkutan, pendidik duduk bersama anak didik membentuk lingkaran untuk memberikan

pijakan pengalaman sebelum main, pendidik memberi waktu yang cukup kepada anak untuk melakukan kegiatan di sentra main yang disiapkan sesuai jadwal hari itu, selama anak berada disentra, secara bergilir pendidik memberi pijakan kepada setiap anak, pendidik bersama anakanak membereskan peralatan dan tempat main, pendidik memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran,

pendidik duduk bersama anak didik dengan membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman setelah main, pendidik bersama anakanak makan bekal yang dibawanya (tidak dalam posisi istirahat) kegiatan penutup, anak-anak pulang secara bergiliran pendidik membereskan tempat dan merapikan catatan-catatan dan

kelengkapan administrasi, pendidik melakukan diskusi evaluasi hari ini dan rencana esok hari

Penerapan Sistem Bermain Sambil Belajar, Belajar Seraya Bermain


Posted on February 8, 2011 by KB - TK ANAK CERIA BANJARBARU

Dalam penyelenggaraan pendidikan metode pembelajaran ada berbagai metode yang dilakukan oleh para pendidik. Diantaranya adalah metode belajar sambil bermain ataupun bermain sambil belajar. Pada hakikatnya dua macam metode tersebut sama-sama saling mendukung dalam proses belajar anak didik. Pada umumnya dalam proses pendidikan pada anak balita atau usia dini lebih diutamakan pada metode bermain sambil belajar. Hal ini dilakukan karena metode ini lebih sesuai dengan kondisi anak-anak yang cenderung lebih suka bermain. Maka para pendidik memanfaatkan hal ini untuk mendidik mereka dengan cara bermain sambil belajar yaitu disamping mereka bermain mereka sekaligus mengasah ketrampilan dan kemampuan. Cara ini akan lebih berkesan dalam memori otak anak-anak untuk perkembangan pengetahuannya karena pada usia dini adalah masa-masa perkembangan memori otak sangat pesat. Di seluruh dunia anak bermain. Bermain bagi anak bagaikan bekerja bagi manusia dewasa. Ada anak-anak yang bermain dengan patut, namun ada juga yang bermain cukup berbahaya mereka lakukan sebagai kanak-kanak. Peran pendidikanlah untuk mengawal bagaimana permainan dapat menumbuh kembangkan mereka secara patut dan utuh sebagai anak manusia. Para ahli psikologi berpendapat bahwa masa pendidikan di TK merupakan masa usia emas (golden age). Pemberian pendidikan yang tepat pada masa ini berpengaruh sangat signifikan bagi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan TK dapat memberi andil bagi peningkatan mutu sumber daya manusia. Pada fase usia emas ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, serta emosional dan intelektualnya. Pada usia ini pula, anak mulai belajar mengembangkan kemampuan bahasa dan sosialnya. Usia emas itu datang hanya sekali dan tidak dapat terulang lagi pada fase berikutnya. Oleh karena itu, masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat penting untuk meningkatkan seluruh potensi kecerdasannya. Anak pada usia ini harus mendapatkan beragam input yang merangsangnya, utamanya pengembangan kepribadian dan potensi diri baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni sesuai dengan tahap perkembangan anak. Dengan pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar menjadi warga negara yang baik. Pengembangan sosial, emosional, dan kemandirian, dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup. Demikian juga kemampuan berbahasa, bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikirannya melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia. Pengembangan fisik/motorik

untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan kordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil. Pengembangan kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak mengembangkan kemampuan logika matematik dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti, sedangkan pengembangan seni, agar anak mampu menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya, mengembangkan kepekaan, dan dapat menghargai hasil karya yang kreatif. Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak TK sesuai kompetensinya. Melalui bermain, anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Bermain disesuaikan dengan perkembangan anak. Permainan yang digunakan di TK merupakan permainan yang merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK (Depdiknas, 2006). Seto Mulyadi (2006) psikolog anak, menjelaskan bahwa anak adalah anak, anak bukan manusia dewasa mini, karena itu metode pembelajaran terhadap anak harus disesuaikan dengan perkembangannya. Dunia anak adalah dunia bermain. Pada dasarnya anak senang sekali belajar, asal dilakukan dengan cara-cara bermain yang menyenangkan. Anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri-ciri fisik dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu terus dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas yaitu melalui bermain. Oleh karena itu, pendidikan di TK yang menekankan bermain sambil belajar dapat mendorong anak untuk mengeluarkan semua daya kreativitasnya. Seluruh potensi kecerdasan anak akan berkembang optimal apabila disirami suasana penuh kasih sayang dan jauh dari berbagai tindak kekerasan, sehingga anak-anak dapat bermain dengan gembira. Oleh karena itu, kegiatan belajar yang efektif pada anak dilakukan melalui cara-cara bermain aktif yang menyenangkan, dan interaksi pedagogis yang mengutamakan sentuhan emosional, bukan teori akademik. Jenis Kegiatan Bermain Beberapa ahli psikologi anak seperti Rodgers, Erikson, Piaget, Vygotsky, dan Freud, menyampaikan paling tidak ada tiga jenis kegiatan bermain yang mendukung pembelajaran anak, yaitu, bermain fungsional atau sensorimotor, bermain peran, dan bermain konstruktif. Bermain fungsional atau sensorimotor dimaksudkan bahwa anak belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungannya. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika anak-anak disediakan kesempatan untuk bergerak secara bebas berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun di luar ruangan, dihadapkan dengan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak. Anak dibina dengan berbagai cara agar mereka dapat

bermain secara penuh dan diberikan sebanyak mungkin kesempatan untuk menambah macam gerakan dan meningkatkan perkembangan sensorimotor. Bermain peran disebut juga bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain drama. Bermain peran ini sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun. Bermain peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan spasial, afeksi, dan keterampilan kognisi. Bermain peran memungkinkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Kualitas pengalaman main peran tergantung pada beberapa faktor, antara lain; (1) cukup waktu untuk bermain, (2) ruang yang cukup, dan (3) adanya peralatan untuk mendukung bermacammacam adegan permainan. Menurut Erikson terdapat dua jenis bermain peran, yaitu bermain peran mikro dan makro. Bermain peran mikro dimaksudkan bahwa anak memainkan peran dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, misalnya orang-orangan kecil yang lagi berjual beli. Sedangkan bermain peran makro, anak secara langsung bermain menjadi tokoh untuk memainkan peranperan tertentu sesuai dengan tema. Misalnya peran sebagai ayah, ibu, dan anak dalam sebuah rumah tangga. Bermain konstruktif dilakukan melalui kegiatan bermain untuk membuat bentuk-bentuk tertentu menjadi sebuah karya dengan menggunakan beraneka bahan, baik bahan cair, maupun bahan terstruktur, seperti air, cat, krayon, playdough, pasir, puzzle, atau bahan alam lain. Bermain pembangunan menurut Piaget dapat membantu mengembangkan keterampilan anak dalam rangka keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Melalui bermain pembangunan, anak juga dapat mengekspresikan dirinya dalam mengembangkan bermain sensorimotor, bermain peran, serta hubungan kerja sama dengan anak lain dan menciptakan karya nyata. Dalam kegiatan bermain, dikenal adanya konsep intensitas dan dentitas. Konsep intensitas menekankan pada jumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk berpindah melalui tahap perkembangan kognisi, sosial, emosi, dan fisik yang dibutuhkan Misalnya anak-anak harus memiliki pengalaman harian yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan bahan yang bersifat cair, mendapatkan kesempatan untuk menggambar, melukis, dan keterampilan awal menulis. Bahan-bahan seperti kertas dengan tekstur, ukuran, dan warna yang berbeda, dengan spidol dan krayon, papan lukis dengan kertas berbagai ukuran dan kuas akan membantu anak sepanjang waktu untuk berkembang melalui tahap awal dari corat-coret menuju ke penciptaan sesuatu yang bermakna dan menuju ke menulis kata dan kemudian kalimat. Konsep densitas menekankan pada keanekaragaman kegiatan bermain yang disediakan untuk anak di lingkungannya. Kegiatan ini harus memperkaya kesempatan pengalaman anak melalui beberapa jenis bermain yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak. Misalnya untuk melatih keteramplan pembangunan anak dapat menggunakan cat di papan lukis, nampan cat jari, cat dengan kuas kecil di atas meja, dan sebagainya. Anak-anak dapat menggunakan palu dengan paku dan kayu, sisa-sisa bahan bangunan untuk berlatih keterampilan pembangunan terstruktur. Dengan demikian berarti dalam kegiatan bermain harus mempunyai intensitas dan dentitas yang memadai.

Dengan menyediakan beraneka jenis mainan yang tepat bagi anak, peralatan, dan tempat yang memadai, serta memberi kesempatan yang cukup kepada anak untuk bermain, misalnya anak mendapat kesempatan memilih serangkaian kegiatan bermain setiap hari untuk terlibat dalam bermain peran, bermain pembangunan, dan sensorimotor, hal itu berarti memberi layanan pendidikan kepada anak TK secara optimal. Selanjutnya agar anak-anak dalam bermain dapat berlangsung lebih efektif, maka pengalaman bermain anak seharusnya direncanakan dengan baik, penataan lingkungan yang tepat, dan diberi bimbingan untuk memenuhi kebutuhan setiap anak sebagaimana yang telah dilakukan dalam model pembelajaran sentra. Ada beberapa dukungan penataan/pijakan yang dilakukan untuk mencapai mutu pengalaman bermain, yaitu dukungan penataan lingkungan bermain, penataan pengalaman sebelum bermain, penataan pengalaman bermain saat bermain, dan juga penataan pengalaman setelah bermain. Penataan lingkungan bermain artinya mengelola lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup, merencanakan intensitas dan densitas pengalaman, memiliki berbagai bahan yang mendukung jenis-jenis permainan, sensorimotor, pembangunan dan bermain peran, memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan, dan menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang positif. Penataan pengalaman sebelum bermain merupakan kegiatan awal yang dilakukan guru untuk memberi gagasan sebelum anak melakukan kegiatan bermain. Penataan pengalaman saat bermain, meliputi pemberian waktu kepada anak untuk mengelola dan memperluas pengalaman bermain, mencontohkan komunikasi yang tepat, memperkuat dan memperluas bahasa anak, meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui hubungan teman sebaya, mengamati dan mendokumentasikan kemajuan bermain anak. Sedangkan penataan pengalaman setelah bermain dimaksudkan mengajak anak untuk mengingat kembali pengalaman bermainnya dan saling menceritakan pengalaman bermain, serta mengemas permainan agar tertata kembali. Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan pola yang disebut model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan di KB/TK harus memperhatikan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis anak. Selain itu, kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk berpartisipasi secara aktif, menggunakan berbagai sarana/bahan/alat dan sumber belajar yang beragam, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, dilakukan pada aktivitas bermain sambil belajar, dan menggunakan pendekatan tematik. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di KB/TK, dikenal beberapa model pembelajaran, misalnya model klasikal, model kelompok dengan pengaman, model pembelajaran berdasarkan sudut kegiatan, serta model berdasarkan berdasarkan area, dan sentra. Model klasikal merupakan model pembelajaran yang paling sederhana yang menganggap anak memiliki kemampuan sama. Dengan sarana bermain yang sangat terbatas, menyebabkan pembelajaran yang dilaksanakan kurang menekankan kegiatan bermain, tetapi lebih bersifat akademik. Model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman merupakan pola pembelajaran, dimana anak dibagi menjadi beberapa kelompok dengan kegiatan pengaman, sedangkan model pembelajaran berdasarkan sudut kegiatan, anak-anak dibagi-bagi menjadi beberapa sudut kegiatan.

Penggunaan model ini sudah mulai memperhatikan keberagaman kemampuan dan minat anak, dengan menfasilitasi sarana pembelajaran/bermain lebih bervariasi. Kini, model pembelajaran berdasarkan area atau sentra merupakan penyempurnaan dari sebelumnya. Pembelajaran yang menggunakan area, dengan tersedianya banyak area, misalnya area seni, area balok, area memasak, area bermain peran, area baca-tulis, area matematika, area gerak dan musik, area pasir dan air, area IPA, dan area agama, kegiatan bermain anak dalam rangka efektivitas pembelajaran dapat terpenuhi tentu dengan direncanakan secara matang dan dilaksanakan dengan baik. Demikian juga pada pembelajaran dengan sentra, proses pembelajaran bukan hanya didukung dengan penyediaan sentra bermain yang beraneka ragam, tetapi juga didukung untuk membangun konsep, aturan, ide, dan pengetahuan anak dengan pijakan/penataan lingkungan bermain, penataan sebelum bermain, penataan selama bermain, dan penataan setelah bermain, yang semuanya disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi. Dengan pengelolaan sarana bermain, kita dapat menciptakan situasi belajar sambil bermain yang menyenangkan bagi anak untuk melakukan berbagai kegiatan, membantu anak dalam pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan. Selain itu, pengelolaan tersebut dapat memberi kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dan berkomunikasi atau berinteraksi dengan lingkungannya, membiasakan anak berperilaku disiplin dan bertanggungjawab, dapat membangkitkan imajinasi, serta mengembangkan kreativitas anak. Kesimpulan Pendidikan yang tepat di TK mempunyai pengaruh sangat signifikan bagi proses tumbuh kembang anak dan mempengaruhi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya, karena pada masa ini, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, bahasa dan sosialnya. serta emosional dan intelektualnya. Cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak KB/TK adalah melalui pembelajaran yang menekankan pada kegiatan bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Permainan yang digunakan di KB/TK merupakan permainan yang didisain sedemikian rupa, sehingga merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK yang sangat tepat. Dalam implementasinya, guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di KB/TK menggunakan pola yang disebut model pembelajaran. Apapun model pembelajaran yang digunakan di KB/TK, namun yang terpenting harus dikemas dalam konteks bermain yang betul-betul didisain secara matang, dengan memperhatikan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis anak. kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk berpartisipasi secara aktif, serta menggunakan berbagai sarana/bahan/alat dan sumber belajar yang beragam, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, dilakukan pada aktivitas bermain sambil belajar, dan menggunakan pendekatan tematik. Sebagai contoh adalah sebuah sekolah KB/TK Anak Ceria yang telah memiliki kurikulum yang telah dikembangkan untuk proses pembelajaran pada anak-anak yang duduk di bangku KB/TK.

Kurikulum Kurikulum KB-TK Anak Ceria mengacu pada kurikulum Departemen Pendidikan Nasional terbaru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk TK dan RA tahun 2009 yang diimplementasikan dalam metode Belajar Sambil Bermain dengan enam sentra pengembangan melalui pendekatan Beyond Centers Circle Times (BCCT) atau dalam bahasa Indonesianya adalah lebih jauh tentang sentra dan saat lingkaran. Kegiatan bermain sambil belajar pada sentra-sentra (sentra persiapan, sentra makro dan mikro, balok, imtaq, seni dan sentra bahan alam), dalam rangka mengembangkan seluruh potensi kecerdasan anak. Anak dituntut aktif dan kreatif dalam kegiatan di sentra-sentra. Melalui pendekatan kurikulum hingga tahun ke-2, Anak Ceria menyiapkan system pembelajaran berkesinambungan, di mana murid dapat maju secara bertahap, berkelanjutan dan konsisten dalam pendidikannya seiring dengan perkembangan dan kedewasaan psikologis anak. Melalui keterpaduan kurikulum dan metode yang digunakan, murid, orang tua dan guru dapat memperoleh kejelasan tentang proses kegiatan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai murid di sekolah. Pendekatan ini akan memberikan kelonggaran guru untuk menentukan metoda yang paling tepat dan menantang para siswa untuk mencapai hasil belajar seoptimal mungkin. Sekolah dan guru menggunakan kurikulum ini untuk mengembangkan pembelajaran dan program pengajaran sesuai dengan kebutuhan murid, keadaan sekolah dan tuntutan kehidupan. Prinsip-prinsip Filosofi Pendidikan Untuk mewujudkan tujuan pendidikan, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Anak Ceria, menerapkan dua prinsip pendidikan, yaitu: 1. Meletakkan pendidikan pada empat pilar belajar : a. Learning How to Know : Adalah belajar untuk mengenal cara memahami dan mengkomunikasikan sesuatu yang dipelajari. b. Learning How to Do: Adalah menumbuhkan kreativitas, produktifitas, ketangguhan dan profesionalisme, menguasai kompetensi menghadapi situasi yang senantiasa berubah. c. Learning How to Be: Pengembangan potensi diri yang meliputi kemandirian, kemampuan bernalar, imajinasi, kesadaran estetik, disiplin dan tanggung jawab. d. Learning How to Live Together:

Pemahaman hidup selaras, seimbang nasional maupun internasional dengan menghormati nilai spiritual dan tradisi dalam kebhinekaan. 2. Belajar Sepanjang Hayat Pendidikan di era global ini hendaknya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Karena kualitas SDM akan menentukan kualitas suatu bangsa. Dan kualitas suatu bangsa akan menentukan keberlangsungan hidup bangsa tersebut yang terus berubah seiring dengan perubahan zaman menuju ke masyarakat-industrial. Masyarakat modern industrial akan berkembang pesat jika ditunjang dengan sumber daya yang berkualitas, informasi dan teknologi canggih. Perubahan ini akan berdampak pada generasi muda yang perlu dipersiapkan untuk belajar terus menerus. Pengembangan Kemampuan Leadership Disamping kedua prinsip pendidikan seperti tersebut di atas, KB/TK Anak Ceria juga mengembangkan kemampuan leadership murid yang antara lain meliputi : a. Kemampuan untuk memahami diri sendiri / self understanding b. Kemampuan keterampilan berkomunikasi / communication c. Kemampuan menerima dan diterima orang lain / getting along with others d. Kemampua belajar cara belajar / learning to learn e. Keterampilan membuat keputusan / making decision f. Keterampilan mengelola / managing g. Bekerja dalam kelompok / working with groups Kegiatan ini terintegrasi dalam kegiatan bermain sambil belajar terutama dalam kegiatan bermain di sudut pengembangan. METODE BERMAIN SAMBIL BELAJAR Dengan sarana Bermain Sentra Pengembangan A. Konsep Bermain Sambil Belajar Integrasi Pendidikan Agama Melalui Aplikasi Ilmu Pengetahuan Dan Tehnologi. Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwa kegiatan bermain/permainan adalah kebutuhan yang sangat vital bagi anak. Anak secara sadar atau tidak sadar akan belajar banyak hal, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kepribadian anak dikemudian hari. Metode pembelajaran tersebut adalah: Bermain Sambil Belajar Dengan Sarana Bermain Enam Sentra Pengembangan Integrasi Pendidikan Agama Melalui Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi.

Metode Bermain Sambil Belajar Integrasi Pendidikan Agama melalui Ilmu Pengetahuan dan tehnologi tersebut adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara bermain yang terintegrasi Pendidikan Agama melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan tehnologi. Dengan Moving Class system, kegiatan bermain dilakukan dengan cara berpindah ruang atau sudut sesuai dengan jadwal perputaran sudut yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kejenuhan anak dalam bermain dan belajar. Dengan pola dan media permainan yang beragam dan lebih variatif akan memotivasi kreativitas anak berkembang lebih optimal. Metode pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah dalam berdaya pikir, berdaya cipta, berbahasa, berketrampilan dan mengapresiasi seni baik seni musik, tari maupun suara serta dalam berkegiatan bermain serta berinteraksi sosial anak sehari-hari. Kegiatan pengembangan dilaksanakan dalam sentra-sentra pengembangan yang dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu, yaitu: 1.Sentra Persiapan Karunia Allah SWT 2.Sentra Ibadah Karunia Allah SWT 3.Sentra Main dan Peran Allah SWT 4.Sentra Balok Karunia Allah SWT 5.Sentra Kreatifitas dan Seni Karunia Allah SWT 6.Sentra Bahan Alam Karunia Allah SWT Hal ini untuk memudahkan guru dalam pencapaian tujuan dan target pengembangan yang telah ditentukan/direncanakan seoptimal mungkin.Dalam setiap kegiatan sentra bermain, anak harus bermain bersama untuk setiap jenis permainan minimal dua orang. Hal ini dimaksudkan agar anak memiliki teman bicara dan berdiskusi dalam rangka pengembangan bahasa dan aspek perkembangan lainnya. Dalam pelaksanaannya, kegiatan belajar mengajar dikelola oleh seorang guru yang menguasai bidang pengembangan tertentu. Satu kelompok belajar terdiri max 15 anak. Guru terbagi dalam dua kategori tugas, yaitu: Guru kelompok bertugas mengumpulkan data/hasil perkembangan anak setiap harinya dari setiap sudut pengembangan dan melaporkannya kepada orang tua murid. Bertanggungjawab dalam kegiatan materi pagi, yang meliputi: doa sehari-hari, pengenalan surat-surat pendek, pembahasan tema, pengenalan huruf dan angka, pengenalan huruf Al Quran serta pembacaan cerita. Guru sentra menangani semua kelompok secara bergiliran. Bertugas mengatur dan menfasilitasi kegiatan pembelajaran dan bertanggung jawab pada sudutnya masing-masing. Pemanfaatan sudut pengembangan tidak mutlak seluruhnya harus digunakan. Hal ini

tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Yang terpenting bahwa dalam setiap kegiatan bermain harus terintegrasi pendidikan agama dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan tehnologi. B.Perputaran Sentra Perputaran sudut adalah perputaran ruang bermain anak. Perputaran ini diatur secara bergiliran antar kelompok sesuai dengan kelompok usia, agar tidak terjadi perbenturan waktu bermain sehingga anak mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seluruh kegiatan bermain di semua sudut dalam hari-hari sekolahnya.

Manfaat Bermain bagi Tumbuh Kembang Anak Perkembangankognitif Bermain bukan hanya merupakan cara unik anak untukbelajar mengenai dunianya, tetapi juga cara mereka untuk belajar tentang dirisendiri dan bagaimana mereka menempatkan diri dalam dunianya, mengembangkanpengetahuan dan memperdalam pemahaman mereka melalui siklus belajar yangberulang-ulang (Frost, Wortham, & Reifel, 2001). Bermain aktif juga mendorongpemaknaan akan suatu konsep secara personal. Anak akan lebih mudah mengingatsituasi, ide, dan keterampilan yang dianggap relevan dengan kondisi dan keadaanmereka (Formberg, 2002).Kegiatan belajar berbasis permainan juga memberikankesempatan pada anak untuk mempelajari berbagai keterampilan sertamengembangkan perasaan kompeten dan percaya diri. Dalam bermain bebas anak dapat mengembangkankreativitasnya dan mencoba berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalahyang mereka hadapi dalam permainan. Dengan demikian, mereka meningkatkankemampuan perencanaan, berpikir logis, memahami hubungan sebab-akibat, danpemecahan masalah yang merupakan keterampilan penting dalam kehidupan nyata(Ginsburg, 2007). Di samping itu, bermain dengan teman sebaya atau orang lainjuga dapat memperkaya kosa kata dan keterampilan berkomunikasi anak. Perkembangan fisik Karena bermain seringkali melibatkan aktivitas fisik,maka sangat erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan motorik kasar, motorik halus, dan skema tubuh ( Frost, Wortham, & Reifel, 2001). Dengan kemampuantersebut anak akan merasa lebih percaya diri, stabil, mampu mengkoordinasikangerakan yang merupakan modal dasar contohnya dalam kegiatan olah raga, duduk dikelas, menulis, dan sebagainya. Perkembangan Sosial dan Emosional Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dasaruntuk merasa menjadi bagian dari kelompok dan belajar untuk berfungsi dalamsuatu kelompok dengan komposisi dan peranan yang berbeda-beda. Melalui kegiatanbermain anak dapat mengembangkan keterampilan sosial yang dibutuhkan dalamberinteraksi seperti menunggu giliran, mengungkapkan perasaan dan keinginansecara adaptif, berkomunikasi, dan mematuhi aturan-aturan sosial. Selain itu,bermain dengan orang lain juga memberikan kesempatan bagi anak

untukmenyesuaikan tindakan mereka dengan orang lain, memahami sudut pandang dankebutuhan orang lain, mengatur emosi dan mengendalikan diri, serta berbagikekuasaan, tempat, dan ide dengan teman bermain (Creasy, Jarvis, & Berk,1998). Jenis-jenisPermainan Sensorimotor dan practice play Sejakdini, bayi menggunakan panca inderanya untuk mengekplorasi lingkungan dandunianya. Mereka melatih keterampilan motorik melalui gerakan repetitif sepertimenggapai dan menggenggam. Jenis mainan yang kaya akan warna, bentuk, tekstur ,dan bunyi dapat menstimulasi panca indera anak. Permainan fungsional Melaluipermainan fungsional bayi dan anak dapat mencari tahu apa saja yang dapatdilakukan suatu objek atau hal-hal yang dapat mereka lakukan terhadap objektersebut. Anak berusia 12 18 bulan menyukai mainan yang bereaksi terhadaptindakan mereka seperti mengeluarkan bunyi ketika tombol ditekan, boneka yangkeluar ketika kotak dibuka. Dari kegiatan ini anak mempelajari dampak darigerakan atau tindakan mereka terhadap lingkungan sekitarnya. Kemudian menginjak usia tiga tahun, sebagian besar mainan bersifat fungsional. Objek yang dapat dimanipulasi seperti lilin,cat, balok, boneka, dan puzzle semakin banyak dimainkan oleh anak. Permainan Konstruktif Sekitar usia empat tahun kegiatan bermain fungsional cenderung berkurang. Seiring dengan perkembangannya anak mulai mampu untuk membuat atau menghasilkan sesuatu eperti gambar, membangun balok, atau membentuk lilin. Permainan konstruktif merupakan sarana yang sangat baik untuk mengembangkan keterampilan motorikhalus dan koordinasi matagerakan tangan pada anak. Permainan Imaginatif Permainan imaginatif atau bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial, emosional,dan bahasa anak. Anak dapat mengembangkan kreativitasnya melalui improvisasi peran, mengeksplorasi peran atau menirukan kegiatan orang-orang di sekitarnya,belajar bekerja sama, saling berbagi, dan memecahkan masalah. Munculnya jenis permainan ini menandakan berkembangnya kemampuan untuk berpikir simbolis dan juga sangat penting untuk perkembangan bahasa dimana anak menggunakan lebih banyak kosakata dan mampu menyusun sebuah cerita yang berkesinambungan. Disamping itu, permainan peran juga membantu anak untuk mengatasi ketakutan dan masalah yang ia hadapi karena seringkali hal tersebut direfleksikan dalam permainan. Peran Orangtua dalam Kegiatan Bermain Anak Besarnya implikasi bermain dalam setiap aspek perkembangan anak tidak terlepas dari keterlibatan orang tua atau pengasuh salah satunya dengan menyediakan fasilitas atau tempat yang aman bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungannya dengan bebas. Orang tua juga dapat mengembangkan permainan anak agar mendapat informasiyang lebih kaya. Meskipun

terlibat dalam permainan anak, orangtua sebaiknya tetap membebaskan anak untuk menggunakan imaginasi dan kreativitasnya dengan tidak terlalu direktif dan mengatur jalannya permainan atau justru terlalumemberikan kemudahkan pada anak sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah tidak terasah. Ketika bermain dengan anak orangtua juga dapat menantang anak dengan memberikan hambatan atau masalah-masalah sederhana, contohnya dalam bermain peran, agar kemampuannya untuk memecahkan masalah meningkat secarabertahap, belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, berpikir secara lebih fleksibel dan mampu meregulasi emosinya. ( oleh P.L. GENI M.Psi klinis Anak RS.PELNI telah disampaikan pada acara symposium 25April 2009 )

Arti Bermain Bagi Anak

Saat ini, sekolah telah mengakui nilai dan manfaat bermain yang bersifat edukatif bagi perkembangan para peserta didik. Hal ini terlihat dengan pencakupan kegiatan permainan, olah raga, drama, seni dan sebagainya dalam kurikulum pendidikan formal. Bermain adalah kegiatan yang sangat dekat dengan dunia anak. Kegiatan ini dapat dilakukan secara perorangan maupun berkelompok. Jenis permainan, jumlah peserta serta lamanya waktu yang dialokasikan untuk bermain, bergantung pada keingingan serta kesepakatan yang dibuat oleh para peserta. Begitu akrabnya kegiatan bermain ini dengan keseharian kita, sehingga kita kerap menganggapnya sebagai kegiatan biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Namun, benarkah demikian? Bermain versus bekerja Bermain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk menimbulkan kesenangan. Hal ini senada dengan pendapat Piaget yang menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang semata untuk kesenangan fungsional. Pengertian ini membedakan antara bermain dengan bekerja, yang memiliki tujuan tertentu dan tidak harus menimbulkan kesenangan. Saat ini, sekolah telah mengakui nilai dan manfaat bermain yang bersifat edukatif bagi perkembangan para peserta didik. Hal ini terlihat dengan pencakupan kegiatan permainan, olah raga, drama, seni dan sebagainya dalam kurikulum pendidikan formal.

Bermain dan perkembangan anak Sesungguhnya bermain memberi manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Elizabeth B. Hurlock, salah seorang pakar perkembangan anak, menuliskan dalam buku Child Development, setidaknya ada 11 manfaat dari kegiatan bermain bagi anak. Namun saya hanya akan menguraikan 9 di antaranya, yaitu: 1. Perkembangan fisik Ketika seorang anak bermain, misalnya bermain permainan tradisional gobak sodor atau galah asin, maka akan terjadi koordinasi gerakan otot, terutama otot-otot tungkai dan otototot gerakan bola mata. Sehingga otot-otot ini terlatih dan berkembang dengan baik. Selain itu, bermain juga berfungsi untuk menyalurkan energi yang berlebihan pada anak, yang bila terus terpendam akan membuat anak tegang, gelisah dan mudah tersinggung. 2. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam Sering kali, seorang anak berhadapan dengan kenyataan-kenyataan yang tidak menyenangkan, termasuk pembatasan lingkungan atas perilaku mereka, yang secara tidak sadar menimbulkan ketegangan dalam dirinya. Ketegangan ini berkurang ketika anak bermain. Aturan-aturan ketat yang mesti ditaati di rumah, misalnya jadwal belajar anak, sering kali membuat anak merasa terkekang. Jika tidak ada komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, maka kondisi ini akan terus membebani sang anak. Para orang tua dapat memperbaiki kondisi ini dengan terus membangun komunikasi yang terbuka dengan anakanaknya, mendengarkan keluhan-keluhan mereka, bukan menceramahi. Selain itu, anak pun perlu diberikan kesempatan cukup untuk beristirahat pada waktu yang telah disepakati bersama. Sebab kita sama-sama mengetahui bahwa terlalu mengekang anak, sama buruknya dengan memberikan kebebasan yang tanpa batas. Melalui bermain anak menyalurkan beban emosionalnya secara menyenangkan. Mereka dapat berbagi cerita dengan teman-teman bermainnya untuk tujuan ini. 3. Dorongan berkomunikasi Seorang anak memiliki kesempatan berlatih berkomunikasi melalui sebuah permainan. Mereka belajar mengungkapkan ide-ide serta memberikan pemahaman pada teman-teman sepermainannya tentang aturan dan teknis permainan yang akan dilakukan. Dengan demikian permainan dapat berlangsung berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat para peserta, melalui penyampaian pesan yang efektif dan dimengerti antar peserta bermain. 4. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan. Ada begitu banyak keingingan dan kebutuhan anak yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, namun sering kali bisa diwujudkan melalui kegiatan bermain. Seorang anak, bisa menjadi siapapun yang ia inginkan ketika bermain. Ia mampu mewujudkan keinginannya menjadi seorang dokter, tentara maupun seorang pemimpin pasukan perang, yang mustahil mereka wujudkan dalam kehidupan nyata. 5. Sumber belajar

Melalui bermain, seorang anak dapat mempelajari banyak hal, yang tidak selalu mereka peroleh di institusi pendidikan formal. Mereka belajar tentang arti bekerja sama, sportivitas, menyenangkannya sebuah kemenangan maupun kesedihan ketika mengalami kekalahan. Semakin beragam media permainan serta banyaknya variasi kegiatan, kian semakin bertambah pengetahuan dan pengalaman baru yang mereka terima. Hal ini dapat difasilitasi oleh para orang tua dengan cara memasukkan unsur pengetahuan populer dalam permainan anak. Bermain sambil belajar akan memberikan dua manfaat sekaligus pada anak, yaitu kesenangan serta kecintaan terhadap ilmu pengetahuan sejak dini. 6. Rangsangan bagi kreativitas. Ketika anak-anak bermain, mereka kerap merasakan adanya kejenuhan ataupun rasa bosan. Pada saat seperti inilah mereka biasanya mencoba melakukan sebuah variasi permainan. Di sini mereka belajar untuk mengembangkan daya kreativitas dan imajinasinya. Ide-ide spontan yang dikemukakan oleh seorang anak, dan jika kemudian diterima oleh teman sepermainannya, akan menimbulkan adanya rasa penghargaan dari lingkungan serta menjadi motivasi munculnya ide-ide kreatif lainnya. Permainan pun akan kembali terasa menyenagkan. 7. Perkembangan wawasan diri. Melalui bermain, seorang anak dapat mengetahui kemampuan teman-teman sepermainannya, kemudian membandingkannya dengan kemampuan yang ia miliki. Hal ini memungkinkan terbangunnya konsep diri yang lebih jelas dan pasti. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya, jika ternyata ia jauh tertinggal dibandingkan teman-teman sepermainannya. Hal ini menjadi faktor pendorong yang sehat dalam pengembangan diri seorang anak. 8. Belajar bersosialisasi. Bersosialisasi dengan teman-teman sebaya merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh anak. Kegiatan bermain menjadikan proses bersosialisai tersebut terbangun dengan cara yang wajar dan menyenangkan. Tidak jarang timbul beberapa masalah ketika anak-anak bermain. Mereka belajar untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang timbul dalam sebuah permainan secara bersama-sama.
Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini

Pembelajaran untuk anak usia dini memegang peranan yang sangat penting bagi pembentukan kemampuan dan sikap belajar pada tahap yang lebih lanjut. Dalam suatu pembelajaran peran guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mohammad Ali (2007) bahwa pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guru dalam merekayasa lingkungan agar terjadi belajar pada individu siswa. Konsep pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2003) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu

dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Sagala, 2003). Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar . Pembelajaran menurut Sudjana (2000) adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Surya (2004) menyatakan bahwa, pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut menunjukan bahwa pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku dalam diri individunya. Selanjutnya Sudjana menjelaskan bahwa pembelajaran adalah fungsi pendidik untuk membelajarkan peserta didik terhadap materi pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang menimbulkan pengaruh belajar. Definisi pembelajaran tersebut mengandung berbagai fungsi seperti membantu, membimbing, melatih, memelihara, merawat, menumbuhkan, mendorong, membentuk, meluruskan, menilai, dan mengembangkan. Fungsi-fungsi pembelajaran ini dilakukan oleh dan menjadi tanggung jawab pendidik yaitu guru, pamong belajar, pelatih, sehingga peserta didik dapat melakukan perubahan dalam dirinya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan pendidikan. Pengertian pembelajaran di atas, mengandung makna yang menggambarkan interaksi dinamis antar unsur-unsur yang terlibat dalam pembelajaran yaitu pendidik, peserta didik, materi, proses, keluaran dan pengaruh kegiatan pembelajaran. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mencakup kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan berdasarkan rencana yang terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang mencakup metode dan media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan umpan balik evaluasi pembelajaran. Suatu rencana pembelajaran dan pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal yang terkait dengan belajar bagaimana belajar (learning to learn), belajar bagaimana berfikir (learning how to think), belajar bagaimana melakukan (learning how to do), dan belajar bagaimana bekerja sama dan hidup bersama (learning how to live together). Sejalan dengan perkembangan anak usia dini, maka pembelajaran perlu menekankan keempat aspek tersebut di atas. Oleh sebab itu maka pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan dilakukan dalam bentuk kegiatan bermain. Pembelajaran disusun sehingga menyenangkan, menggembirakan, dan demokratis agar menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Anak tidak hanya duduk tenang mendengarkan ceramah gurunya, tetapi mereka aktif berinteraksi dengan berbagai benda dan orang lain di lingkungannya, baik secara fisik maupun mental.

Menurut Dunkin dan Biddle (Sagala, 2003) proses pembelajaran atau pengajaran kelas (classroom teaching) berada pada empat variabel instruksi yaitu (1) varibel pertanda (presage variables) berupa pendidik; (2) variabel konteks (context variables) berupa peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (3) variabel proses (process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik; dan (4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu kompetensi substansi materi pembelajaran dan kompetensi metodologi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak didesain untuk memungkinkan anak belajar. Setiap kegiatan harus mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang, merdeka, volunter, dan demokratis. Setiap permainan yang diberikan harus diberi muatan pendidikan sehingga anak dapat belajar. Untuk itu guru di Taman Kanak-kanak harus kreatif melihat potensi lingkungan dan mendesain kegiatan pembelajaran yang menyenangkan anak. . Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu (Sagala, 2003). Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana, artinya memilih suatu pendekatan harus disesuaikan dengan kebutuhan tertentu. Menurut Santoso (2002) ada tiga aliran pokok dalam pendidikan yang dapat digunakan untuk mendidik anak yaitu: 1. Nativisme, aliran ini mengatakan bahwa proses pembentukan pribadi anak ditentukan oleh bakat yang dimiliki anak sejak lahir. Dengan demikian bakat atau pembawaan menentukan perkembangan anak. Mengingat pendidikan tidak mempunyai peran maka aliran ini disebut juga pesimisme sebab pendidik merasa pesimis tidak dapat mempengaruhi anak didik karena faktor yang penting adalah faktor bakat. Tokoh aliran ini adalah Schopenhauer. 2. Empirisme, aliran ini berpendapat bahwa proses pembentukan pribadi anak ditentukan oleh pengaruh lingkungan. Anak yang baru lahir ibarat kertas putih, lingkunganlah yang mempengaruhinya. Hal ini dikenal dengan nama teori tabularasa. Pendidik dapat memberikan pengaruh, pengalaman, bimbingan, arahan atau aktivitas kepada anak didik. Oleh sebab peranan pendidik sangat besar maka aliran ini disebut juga optimisme. Aliran ini dipelopori oleh John Locke (Inggris). 3. Konvergensi, aliran ini berpendirian bahwa terbentuknya kepribadian anak tergantung dari faktor bakat dan juga faktor lingkungan. Aliran konvergensi ini merupakan perpaduan antara aliran nativisme dan empirisme. Bakat dan lingkungan keduanya penting dalam perkembangan anak dalam membentuk pribadinya. Tokoh aliran ini adalah William Stern (Amerika). Dengan mengetahui tiga aliran di atas, maka menurut Santoso ada tiga cara pendekatan yang dapat dilakukan oleh pendidik sesuai dengan situasi, tujuan, usia, tingkat kematangan dan etika. Ketiga pendekatan tersebut adalah (1) Otoriter, yaitu cara mendidik yang bersifat keras, tegas, dan harus dilakukan oleh anak setelah diperintah oleh pendidik. (2) Permisive, yaitu lebih banyak

memberikan kebebasan pada anak untuk bertindak, berbuat dan berkreasi. (3) Demokratis, yaitu memberikan kesempatan pada anak untuk menampilkan kreativitasnya, tetapi dengan penuh bimbingan pendidik. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembelajaran bagi anak usia dini berbeda dengan pembelajaran lainnya sehingga pendekatan yang digunakan dalam mendidik mereka pun disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak. Adapun pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran bagi anak usia dini menurut Direktorat PADU (2002: 5) adalah sebagai berikut: a. Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan dan gizi yang dilaksanakan secara integratif dan holistik.

b. Belajar melalui bermain. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini, dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi (penjajakan), menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya. c. Kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Lingkungan yang kondusif. Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan, dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Menggunakan pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu yang beranjak dari tema yang menarik anak (center of interest) dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Mengembangkan keterampilan hidup. Mengembangkan keterampilan hidup melalui pembiasaanpembiasaan agar mampu menolong diri sendiri (mandiri), disiplin, mampu bersosialisasi, dan memperoleh bekal keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar. Media dan sumber belajar dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan.

d.

e.

f.

g.

h. Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak. Ciri-ciri pembelajaran ini adalah: 1) Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tenteram secara psikologis. 2) Siklus belajar anak selalu berulang, dimulai dari membangun kesadaran, melakukan penjelajahan (eksplorasi), memperoleh penemuan untuk selanjutnya anak dapat menggunakannya. 3) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebayanya. 4) Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya. 5) Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual.

6) Anak belajar dengan cara dari sederhana ke rumit, dari konkrit ke abstrak, dari gerakan ke verbal, dan dari keakuan ke rasa sosial. i. Stimulasi terpadu. Pada saat anak melakukan suatu kegiatan, anak dapat mengembangkan beberapa aspek pengembangan sekaligus. Contoh: ketika anak melakukan kegiatan makan, kemampuan yang dikembangkan antara lain bahasa (mengenal kosa kata tentang jenis sayuran dan peralatan makan), motorik halus (memegang sendok dan menyuap makanan ke mulut), daya pikir (membandingkan makan sedikit dengan banyak), sosial-emosional (duduk rapi dan menolong diri sendiri), dan moral (berdoa sebelum dan sesudah makan).

2. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu cara atau prosedur yang ditempuh pendidik dalam mengelola pembelajaran yang efektif dan efesien. Sesuai dengan tuntutan dunia karakteristik anak yang berbeda dengan orang dewasa, guru perlu menyiapkan suatu metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak akan memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal serta tumbuhnya sikap dan kebiasaan berperilaku positif yangendukung pengembangan berbagai potensi dan kemampuan anak. Menurut Solehuddin (2000) pemahaman dan penguasaan metode pembelajaran anak merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh guru prasekolah: Pertama, sesuai dengan karakteristik anak yang lazimnya aktif dan punya kemampuan untuk berkreasi, metode pembelajaran bagi anak usia prasekolah adalah yang berpusat pada anak. Anak diberi kesempatan yang luas untuk berbuat aktif baik secara fisik maupun mental. Kedua, anak pada dasarnya belajar dalam situasi yang holistik, maka cara pembelajaran terpadu dipandang cocok untuk diterapkan bagi anak prasekaloh. Ketiga, adanya variasi individual anak menuntut guru merancang dan menyediakan sejumlah alternatif kegiatan guna memberi kesempatan pada anak untuk memilih kegiatan yang diminati. Keempat, cara pembelajaran anak usia prasekolah hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi baik dengan guru maupun dengan teman-teman sebayanya. Kelima, cara pembelajaran bersifat fleksibel dan tidak terstruktur. Keenam, penerapan bermain sebagai sarana belajar di TK merupakan hal yang perlu diprioritaskan. Lebih lanjut Solehuddin (2000) mengemukakan beberapa prinsip dasar pembelajaran bagi anak usia prasekolah yang perlu diterapkan oleh para guru yaitu: (1) anak secara aktif terlibat dalam melakukan sesuatu atau bermain dalam suatu situasi yang menyenangkan, terutama melalui projek atau pusat-pusat belajar; (2) kegiatan pembelajaran dibangun berdasarkan pengalaman dan minat anak; (3) mendorong terjadinya komunikasi serta belajar secara bersama dan individual; (4) mendorong anak untuk berani mengambil resiko dan belajar dari kesalahan; (5) memperhatikan variasi perkembangan anak; dan (6) bersifat fleksibel. Metode pembelajaran berhubungan dengan teknik-teknik yang digunakan dalam menyajikan pembelajaran. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan di Taman Kanak-kanak, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Moeslichatoen (2004) yaitu: metode bermain, metode

karyawisata, metode bercakap-cakap, metode demonstrasi, metode proyek, metode bercerita, dan metode pemberian tugas. Selain itu, menurut Direktorat PADU tahun 2001 Pembelajaran pada anak usia dini dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode diantaranya: a. Bercerita Bercerita adalah menceritakan atau membacakan cerita yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Melalui cerita daya imajinasi anak dapat ditingkatkan. Bercerita dapat disertai gambar maupun dalam bentuk lainnya seperti panggung boneka. Cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai. Cerita tersebut akan lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan anak. b. Bernyanyi Bernyanyi adalah kegiatan dalam melagukan pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan. Dengan bernyanyi anak dapat terbawa kepada situasi emosional seperti sedih dan gembira. Bernyanyi juga dapat menumbuhkan rasa estetika. c. Berdarmawisata Darmawisata adalah kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan kehidupan anak. Kegiatan tersebut dilakukan di luar ruangan terutama untuk melihat, mendengar, merasakan, mengalami langsung berbagai keadaan atau peristiwa di lingkungannya. Hal ini dapat diwujudkan antara lain melalui darmawisata ke pasar, sawah, pantai, kebun, dan lainnya. d. Bermain peran Bermain peran adalah permainan yang dilakukan untuk memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, dan peran-peran tertentu sekitar anak. Bermain peran merupakan kegiatan menirukan perbuatan orang lain di sekitarnya. Dengan bermain peran, kebiasaan dan kesukaan anak untuk meniru akan tersalurkan serta dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. e. Peragaan/Demonstrasi Peragaan/demonstrasi adalah kegiatan dimana tenaga pendidik/guru memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian ditirukan anak-anak. Peragaan/demonstrasi ini sesuai untuk melatih keterampilan dan cara-cara yang memerlukan contoh yang benar. f. Pemberian Tugas Pemberian tugas merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan tugas secara tuntas. Tugas dapat diberikan secara berkelompok ataupun individual.

g. Metode Proyek/Pengamatan Metode proyek adalah metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk menggunakan alam sekitar dan atau kegiatan sehari-hari anak sebagai bahan pembahasan melalui berbagai kegiatan. h. Metode Pembiasaan Merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk melatih anak agar memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang umumnya berhubungan dengan pengembangan kepribadian anak seperti emosi, disiplin, budi pekerti, kemandirian, penyesuaian diri, hidup bermasyarakat, dan lain sebagainya. i. Metode Bercakap-cakap Suatu cara bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan anak, atau antara anak dengan guru. j. Latihan Latihan adalah kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya kemampuan psikomotorik yang menuntut koordinasi antara otot-otot dengan mata dan otak. Latihan diberikan sesuai dengan langkah-langkah secara berurutan. Dalam memilih dan menggunakan metode di Taman Kanak-kanak guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut, seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar. Karakteristik tujuan adalah pengembangan kreativitas, pengembangan bahasa, pengembangan emosi, pengembangan motorik, pengembangan nilai, atau pengembangan sikap dan nilai. Dalam pengembangan kreativitas anak, metode-metode yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. Dalam mengembangkan kreativitas anak metode yang dipergunakan mampu mendorong anak mencari dan menemukan jawabannya, membuat pertanyaan yang membantu memecahkan, memikirkan kembali, membangun kembali, dan menemukan hubungan-hubungan baru. Selain itu, dalam penggunaan metode pembelajaran pada pendidikan anak usia dini hendaknya memperhatikan sembilan kemampuan belajar anak yang tertuang dalam Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Depdiknas, 2002: 11) sebagai berikut: a. Kecerdasan linguistik (linguistic intelligence) yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita b. Kecerdasan logika-matematik (logico-mathematical-intelligence) yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data dan bermain dengan benda-benda. c. Kecerdasan visual-spasial (visual-spatial intelligence) yaitu kemampuan ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi)

d. Kecerdasan musikal (musical/rhythmic intelligence) yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi dan bertepuk tangan. e. Kecerdasan kinestetik (bodiliy/kinesthetic intelligence) yang dapat dirangsang melalui gerakan tarian, olahraga, dan terutama gerakan tubuh. f. Kecerdasan naturalis (naturalist intelligence) yaitu mencintai keindahan alam. Dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan, angin, banjir, pelangi, siang malam, panas dingin, bulan matahari. g. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) yaitu kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik. h. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) yaitu kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, termasuk control diri dan disiplin i. Kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan. Dapat dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.

You might also like