You are on page 1of 5

Model Program : OXFAM (Oxford Community for Famine Relief) sebagai sebuah NonGovernmental Organization

Isu Program : OXFAM mengadakan tinjauan kedua tahunan program membangun ketahanan di kawasan Indonesia Bagian Timur. OXFAM berencana memfasilitasi pelaksanaan program di 16 kabupaten di seluruh area program selama 2 tahun dalam Program Membangun Ketahanan. Dalam program tersebut disebutkan bahwa program akan dijalankan dengan cara membentuk lebih dari 100 tim penanggulangan bencana di tiap tingkatan desa berbasis tim siaga bencana yang mencapai lebih dari 3000 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan peran dan tanggung jawab yang jelas. Cara lain yang diterapkan sebagai sebuah bentuk capacity building adalah membuat prosedur standar operasi di 67 berkaitan dengan sekolah siaga dari bencana.

Jenis Bantuan : Capacity Building

Nama Program : Penyebaran materi-materi Building Resilience in Eastern Indonesia

Periode : 2011-2013

Fund : kurang lebih 33 miliar rupiah, data tidak jelas karena tidak bersifat transparan

Development Partner : Pemerintah daerah setempat di 16 kabupaten tersebut, OXFAM Australia, dan Australia-Indonesia Partnership

Implement Agency : Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia,

Pendahuluan
Belakangan ini di Indonesia bannyak sekali terjadi bencana alam yang dampaknya selalu sangat merugikan setiap orang di berbagai provinsi. Namun bencana alam yang sekarang sering terjadi dan paling umum terjadi di berbagai belahan provinsi di Indonesia adalah banjir. Di pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Barat dan Jakarta, adalah kawasan yang palingsering dilanda oleh banjir. Penyebab utama banjir adalah volume air yang meluap di aliran sebuah sungai atau danau, ini merupakan penyebab umum dari terjadinya banjir, namun keadaan ini sedikit berbeda di Indonesia terutama di pulau Jawa. Jakarta contohnya,sering mengalami banjir di sekitar jalan raya yang menyebabkan kemacetan yang fatal di daerah perkotaan. Salah satu penyebab ini adalah menumpuknya sampah di selokan atau got yang kadang tidak memiliki aliran air yang bagus, malah kadang tidak ada air sama sekali melainkan tumpukan sampah yang tidak sedikit jumlahnya yang terkumpul di got-got di daerah Jakarta. Ini adalah contoh kecil dari sedikit bencana banjir di Indonesia yang sering terjadi terutama di saat musim penghujan. Bantuan untuk bencana banjir ini tidak hanya mendapat perhatian dari pemerintah setempat, namun donor atau bantuan-bantuan lainnya yang datang dari negara-negara lain juga turut membantu. Bantuan-bantuan ini ditujukan biasanya untuk daerah pedesaan dan pedalaman yang sumber daya manusianya kurang berkapasitas dalam menanggulangi banjir, dan bantuan ini biasanya datang dari berbagai NGO atau Non-Governmental Organization (Organisasi Non-Pemerintah) yang berbasis Internasional seperti OXFAM, CARE International, ataupun Doctors Without Borders. Biasanya bantuan dari organisasi-organisasi ini tidak selalu berbentuk uang atau pembangunan infrastruktur, melainkan capacity building, bantuan kesehatan, ataupun penanganan bahan makanan untuk rakyat miskin yang menderita kelaparan di berbagai belahan dunia. Bantuan International NGO yang mempunyai base tertentu di hampir setiap negara, sangat membantu untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pemerintah. Tujuan dari International NGO ini sendiri adalah untuk meringankan penderitaan, mendukung kepentingan dari penduduk miskin, melindungi lingkungan, menyediakan standar jasa sosial, dan ikut membantu pembangunan dalam komunitas1. International NGO dan NGO sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya ruang lingkupnya yang lebih luas dimana INGO lebih mendunia dan lebih banyak memiliki posts yang mencakup hampir seluruh negara di dunia.

http://library.duke.edu/research/subject/guides/ngo_guide/igo_ngo_coop/ngo_wb.html

Permasalahan
Indonesia Kawasan Timur merupakan negara bagian di Indonesia yang tidak banyak mendapat banjir sesering yang terjadi di bagian barat Indonesia, serta tidak banyaknya pendidikan yang diberikan untuk menanggulangi banjir yang terjadi di sana. Disamping itu, selain bagian perkotaan di kawasan bagian timur Indonesia ini tidak memiliki kualitas dan kuantitas infrastruktur yang baik serta sumber daya manusia yang kurang dalam hal penanganan kesehatan dan pendidikan. Tidak jarang di daerah yang jauh dari perkotaan, dimana berbagai fasilitas tidak memungkinkan untuk ditempuh karena jarak yang sangat jauh, saat mengalami bencana alam seperti banjir yang sebelumnya belum pernah dialami banyak penduduk yang meninggal karena penyakit dan kurangnya akses terhadap kesehatan pasca bencana banjir. Pemerintah setempat pun tidak akan dapat mengurus masalah ini sendiri, karena kurangnya dana untuk membangun infrastruktur guna menanggulangi banjir dan pemerintah pusat yang ada di Jakarta pun tidak membagi rata pengeluaran dan budget yang didapat oleh pemerintah di kawasan bagian timur Indonesia. Disinilah peran INGO mulai terlihat, OXFAM Indonesia contohnya mempunyai tujuan untuk membantu pria dan wanita miskin di Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Target yang dituju oleh OXFAM adalah agar jeritan penduduk miskin yang membutuhkan akses pada sumber daya alam, pasar bebas,dan membangun kapasitas penduduk miskin untuk bertahan terhadap climate change. Selain itu, dengan kerjasama OXFAM dengan pemerintah dan komunitas setempat akan terus meningkatkan keefektifan program pembangunan yang telah diterapkan oleh OXFAM. Program pembangunan OXFAM Indonesia adalah sebagai berikut:
Building Opportunities (Menciptakan Kesempatan) Membantu pembangunan ekonomi komunitas pulau-pulau kecil, seperti Aru dan Buton, dengan melakukan konservasi dan pemulihan terumbu karang, budidaya rumput laut, perikanan tangkap, program kredit untuk usaha kecil dan pelatihan pemasaran yang bertujuan meningkatkan penghasilan kaum miskin. Driving Change (Menuju Perubahan) Program ini dilaksanakan di beberapa daerah di Sulawesi, Maluku dan NTT. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan organisasi lokal dalam berhubungan dengan pemerintah. Foundations for Food Security (Landasan bagi Ketahanan Pangan) Bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi masyarakat di NTT melalui sejumlah kerjasama dengan komunitas petani dan pemerintah lokal dalam mengembangkan teknik pertanian dan budidaya sayuran, adaptasi terhadap perubahan iklim, akses yang lebih baik terhadap pasar dan informasi serta memastikan bahwa kebijakan pemerintah sesuai dengan kebutuhan kaum miskin khususnya perempuan. Papua livelihoods initiatives (Inisiatif Sumber Penghidupan di Papua) Bertujuan untuk membantu komunitas lokal yang miskin dalam mengembangkan pengelolaan dan pemasaran kopi, vanila dan sayuran2

http://oxfamindonesia.wordpress.com/building-opportunity/

Tinjauan kedua yang dilakukan oleh OXFAM ini mengutamakan untuk wilayah Indonesia Timur, tidak untuk mencegah tetapi untuk menanggulangi apapun yang terjadi pasca bencana. Seperti tinjauan pertama OXFAM di Aceh pada tahun 2004 yang juga dalam program kerjanya menciptakan sebuah strategi Preparedness, Response, and Influence of a Policy (Prime) yang ditujukan untuk membangun kapasitas penduduk Aceh untuk mengurangi dampak dari bencana. Hal yang sama juga ditujukan untuk tinjauan kedua OXFAM ini,dengan bantuan dari pemerintah setempat, dengan menempatkan lebih dari 300 orang Community Organizer yang kemudian memfasilitasi pelaksanaan program di 16 kabupaten selama dua tahun program. Penjelasan berikut akan memperjelas kerjasama dan program kerja yang disusun oleh pemerintah di masing-masing kabupaten: Dari 16 kabupaten target program yang telah dibentuk BPBD ada 14 lembaga, 3 kabupaten telah membuat Perda PB dengan melibatkan berbagai pihak secara partisipatif, dan 4 kabupaten telah membuat rencana kontijensi dan melakukan simulasi PB. Sampai akhir Maret 2001 ada 15 kabupaten yang terlibat aktif dalam pelaksanaan program. Selanjutnya telah dilakukan pelatihan kepada 351 pegawai pemerintah daerah dengan topik Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK); participatory, capacity, and vulnerability analisys(PCVA) atau analisis kerentanan, kapasitas dan partisipasi; dan ,Sphere dan rencana kontijensi.3 Tidak ada tabel progres yang menunjukkan perkembangan dari pembangunan kapasitas yang dilakukan oleh OXFAM, namun simulasi seperti ini lebih penting dibandingkan membangun banyaknya infrastruktur tanpa ada sumber daya manusia yang berkualitas untuk menjalankannya. Tidak sedikit INGO yang hanya memberikan bantuan dengan sekedar memberi dan membangun sarana-sarana yang dianggap dapat meningkatkan kualitas penduduk setempat tanpa memberikan pengarahan atau pembangunan kapasitas sumber daya manusia untuk menggunakannya. Kadang ini menjadi masalah yang sangat fatal dalam bantuan pembangunan yang dilakukan oleh berbagai INGO dalam menangani daerahdaerah yang terkena bencana

http://kompakpapua.wordpress.com/2011/06/25/oxfam-adakan-tinjauan-tahunan-kedua-programmembangun-ketahanan-di-kawasan-indonesia-bagian-timur/

Kesimpulan
Kajian mengenai tinjauan kedua yang diadakan oleh OXFAM ini merupakan tindakan strategis yang dilakukan oleh pemerintah Australia terhadap Indonesia guna meningkatkan hubungan kerja dan diplomatis antar negara. Pembangunan kapasitas terhadap sumber daya manusia di kawasan timur memang bisa dikatakan merupakan hal yang penting, serta hal yang sesuai untuk meningkatkan pembangunan di negara Indonesia bagian timur baik dari peningkatan sarana kesehatan dan pendidikan dimana capacity building ditujukan untuk staf dan tenaga ahli yang bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak pasca bencana.

You might also like