You are on page 1of 8

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1.

Data Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Hasil pengukuran pertumbuhan berat awal dan berat akhir, panjang awal dan panjang akhir belut terangkum pada Grafik 1 dan Grafik 2. Hasil analisa sidik ragam (ANOVA) dan uji lanjut BNT terhadap laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup belut terangkum pada Tabel 1 berikut. Grafik 1. Diagram Batang Pertumbuhan Berat Awal dan Berat Akhir Belut (Monopterus albus).

Grafik 2. Diagram Batang Pertumbuhan Panjang Awal dan Panjang Akhir Belut (Monopterus albus).

Tabel 1. Hasil Analisa Data Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup. Parameter Pertumbuhan berat (gram)s Pertumbuhan panjang (cm)s SR (%)ns Perlakuan T 3,640,12c 3,690,12e 1000 P 4,410,14c 5,380,30d 98,962,09 PS 6,980,41b 5,850,23c 1000 0S 8,690,87a 7,560,23a 1000 00 3,850,23c 6,360,11b 1000

s: signifikan; ns: non signifikan ; angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada baris dan kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%; T: tanah; P: pasir; PS: pasir dengan penambahan shelter; 0S: tanpa substrat engan penambahan shelter; 00: tanpa substrat dan shelter.

Perbedaan substrat tidak berpengaruh (p>0,05) terhadap tingkat kelangsungan hidup, tetapi berpengaruh (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan berat dan laju pertumbuhan panjang. Berdasarkan Tabel 1 laju pertumbuhan berat dan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa substrat dengan penambahan shelter. Perlakuan tanpa substrat dengan penambahan shelter merupakan perlakuan yang nilai laju pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu 8,690,87 gram yang diikuti oleh perlakuan pasir dengan penambahan

shelter 6,980,41 gram; sedangkan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan tanah; pasir; tanpa substrat dan shelter, dengan masing-masing nilai 3,640,12 gram; 4,410,14 gram; 3,850,23 gram. Nilai untuk pertumbuhan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa substrat dengan penambahan shelter yaitu 7,560,23 cm, yang diikuti oleh perlakuan tanpa substrat dan shelter; pasir dengan penambahan shelter; pasir, dengan masingmasing nilai 6,360,11 cm; 5,850,23 cm; 5,380,30 cm, dan pertumbuhan panjang terendah terdapat pada perlakuan tanah dengan nilai 3,690,12 cm. 4.1.2. Data Kualitas Air Pengukuran kualitas air di lokasi penelitian meliputi : suhu, pH, kekeruhan, dan DO. Pengukuran kualitas air disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Kualitas Air No Kualitas Air Hari Suhu (0C) pH Kekeruhan DO pemeliharaan (NTU) (mg/l) 1 1 30 7 1,28 4 2 7 31 7 1,24 4 3 14 25 7 1,25 4 4 21 28 7 1,23 5 5 28 30 7 1,25 4 6 35 26 7 1,28 5 7 42 30 7 1,24 5 8 49 30 7 1,25 4 9 56 30 7 1,23 5 Kisaran 25-31 7 1,23-1,28 4-5 Rata-rata 28,56 7 1,25 4,44 Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa suhu perairan dilokasi budidaya tempat

penelitian berkisar antara 25 sampai 31oC, pH 7, kekeruhan 1,23 sampai 1,28 NTU, dan DO 4 samapai 5 mg/l.

4.2. Pembahasan Pertumbuhan merupakan adanya pertambahan ukuran baik berat ataupun panjang pada ikan dalam suatu waktu. Pertumbuhan mutlak adalah perubahan ukuran baik berat atau panjang yang sebenarnya di antara dua umur atau dalam waktu tertentu. Pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh genetik, hormon dan lingkungan (Yushinta, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan substrat tanpa shelter tidak memberikan pengaruh (p>0,05) terhadap tingkat kelangsungan hidup tetapi sangat berpengaruh (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan berat maupun panjang. Tingginya nilai pertumbuhan antara lain disebabkan karena pemberian pakan yang cukup dan teratur yang dianggap dapat memberikan pertumbuhan yang baik. Hal ini disebabkan karena belut akan memanfaatkan pakan tersebut untuk melakukan metabolisme, respirasi, proses pencernaan, kerja saraf, dan aktifitas hidup lainnya (Sofi, 2010). Karena tidak semua makanan yang dimakan belut digunakan untuk beraktifitas (mengeluarkan energi), tetapi sebagian besar dari makanan disimpan dalam bentuk daging yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan. Menurut Effendie (1997) pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi keturunan, jenis hormon, umur, hama dan penyakit. Sedangkan faktor luar meliputi makanan, suhu perairan, dan pH. Pertumbuhan belut dapat ditentukan oleh konversi pakan. Konversi pakan adalah banyaknya jumlah pakan yang diberikan untuk menaikkan 1 gram bobot berat ikan. Nilai konversi pakan belut rendah. Artinya, energi makanan yang ditelan dapat dicerna dan diserap secara optimal. Setiap satuan berat makanan yang dikonsumsi belut akan menghasilkan satuan berat daging yang hampir sebanding. Menurut Djarijah (2006) kotoran belut relatif tidak berbau karena zat-zat gizi dalam makanannya telah diserap dan terkonversi menjadi kalori (energi) yang disimpan dalam bentuk daging. Fujaya (1999) menjelaskan bahwa semakin kecil rasio konversi pakan semakin cocok pakan tersebut untuk menunjang pertumbuhan, sebaliknya semakin besar rasio konversi pakan menunjukkan pakan yang diberikan tidak efektif untuk memicu pertumbuhan. Effendie (2004) menambahkan konversi pakan

tergantung pada spesies ikan (kebiasaan makan, stadia, dan ukuran), kualitas air, kualitas dan kuantitas pakan. Perlakuan dengan laju pertumbuhan berat terendah terdapat pada perlakuan substrat tanah, substrat pasir, dan tanpa substrat dan shelter, masing-masing dengan nilai 3,64 gram, 4,41 gram, dan 3,85 gram. Sedangkan pertumbuhan panjang tertinggi dan terendah terdapat pada perlakuan tanpa substrat dengan penambahan shelter, dan tanah dengan masing-masing nilai 7,56 cm, dan 3,69 cm. Pada pertumbuhan belut tidak mengalami perubahan pertumbuhan panjang yang signifikan terhadap pertumbuhan berat, tetapi nilai pertumbuhan panjang belut seimbang dengan beratnya (pertumbuhan isometrik). Adanya perbedaan pertumbuhan pada belut selama perlakuan diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi diantaranya substrat pemeliharaan dengan penambahan shelter. Namun demikian, perbedaan nilai pertumbuhan pada setiap perlakuan tidak akan memberikan pengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup yang dipelihara. Hal ini disebabkan karena hampir tidak terjadi kematian pada belut sehingga tingkat kelangsungan hidup juga meningkat, hal ini didukung oleh adanya pemberian pakan yang cukup selama pemeliharaan. Kematian dapat disebabkan karena adanya kanibalisme. Menurut iskandar (2003) dalam Ariyati (2011), karena pada dasarnya belut adalah binatang yang memiliki sifat kanibalisme. Pengamatan kualitas air selama penelitian meliputi suhu, pH, oksigen terlarut (DO), dan kekeruhan. Kisaran nilai suhu pada air media pemeliharaan yaitu 25-31oC, pH 7, oksigen terlarut (DO) 4-5 mg/l, dan kekeruhan 1,28 NTU. Suhu, pH, oksigen terlarut (DO), dan kekeruhan pada semua air media pemeliharaan memiliki nilai yang sama, karena menggunakan sistem resirkulasi air. Dalam Anonim (2007), parameter kualitas air optimum untuk perkembangan belut adalah suhu 25-31oC, dan pH 5-7.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Perlakuan perbedaan substrat dengan penambahan shelter memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap laju pertumbuhan belut (Monopterus albus) tetapi tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup belut (Monopterus albus). Laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa substrat dengan penambahan shelter. 5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk memelihara belut dengan media air bersih tanpa menggunakan lumpur dan dengan penambahan shelter.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Budidaya Belut (2). www.belutsawah.com. (28 April 2011). Anonim. 2007. Budidaya Belut di Perkarangan Rumah. Agromedia Pustaka. Jakarta. ______. 2010. Belut di Beranda (4 bulan, 4 kg, 4 m2). PT Trubus Swadaya. Jakarta. ______. 2010. Budidaya Belut Sawah. www.migroplus.com/brosur/Budidaya %20belut.pdf. (25 April 2011). ______. 2010. Foto Belut. http://www.google.com/search? q=foto+belut&hl=en&prmd=ivns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X &ei=mha2TbTnKovIrQf7n6TUDQ&ved=0CBgQsAQ&biw=1024&bih=4 06. (27 April 2011). ______. 2011. Jenis-jenis Tanah. http://syadiashare.com/jenis-tanah.html. (22 juni 2011). ______. 2011. Pasir. http://ms.wikipedia.org/wiki/pasir. (3 April 2011). ______. 2011. Sukseskan Pembibitan (Pembenihan) Lobster Air Tawar. http://budidaya-mania.blogspot.com/2011/03/sukses-pembibitanpembenihan-lobster.html. (1 juli 2011). ______. 2011. Teknik Pemeliharaan Budidaya Belut di Air Bersih. www.Teknikpemeliharaanbelutdiairbersih.com. (3 Februari 2011). Ariyati, R. W. 2011. Artikel_Cherax_Final 2. http://en.wikipedia.org/wiki/Cherax. (1 Juli 2011). Djarijah, A. S. 2006. Budidaya Belut Sawah. Kanisius. Yogyakarta. Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor. ____________. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Tegnologi Perikanan. Bineka Cipta. Jakarta. Hastuti, S. D. 2006. Pengaruh Jenis Pakan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Lobster Air Tawar. http://21-22-1-pb.html. (30 juni 2011). Hermawan, I. dan Setiawan, W. 2010. Sukses Membibitkan Belut di Lahan Sempit. Agromedia Pustaka. Bandung.

Junariyanta, M. Fajar. 2010. Panen Belut 3 Bulan di Media Air Bening Tanpa Lumpur. Penebar Swadaya. Jakarta. Nashshar, F. M. 2008. Keterampilan Budidaya Ikan Air Tawar. PT Puri Delco. Bandung. Nazam, Moh, dan Surahman, A. 2005. Penggunaan Shelter Buatan Untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup Udang Karang yang Dipelihara dalam KJA. http://penggunaanshelter.html. (1 juli 2011). Saparinto, C. 2009. Panduan Lengkap Belut. Penebar Swadaya. Jakarta. Sarkan, A. 2008. Tebar Belut Media Baru. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sarwono, B. 2003. Budidaya Belut dan Sidat. Penebar Swadaya. Jakarta. Sofi, H. 2010. Pakan Pada Ikan Pengelolaan Pakan Pada Budidaya Ikan. http://ekasutriana.blog.com/index.php/2010/07/29/199/. (10 Oktober 2011). Sundoro, R. M. S. 2002. Belut Budidaya dan Pemanfaatannya. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sucipto, A. 2009. Kajian Teknik Budidaya Belut (Monopterus albus) tanpa menggunakan media lumpur. http://2011_02_01_Archive.html. (22 juni 2011). Taufik, A, dan Saparinto, C. 2008. Usaha Pembesaran Belut di Kolam Tembok, Kolam Jaring, Kolam Terpal, dan Drum/Tong. Penebar Swadaya. Semarang.

You might also like