You are on page 1of 3

D.

TALAK, KHULUK DAN FASAKH Suatu perkawinan dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan suami istri yang harmonis dalam rangka membentuk dan membina keluarga yang sejahtera dan bahagia sepanjang masa. Namun demikian, kenyataan hidup berkeluarga untuk tujuan di atas, tidaklah semudah membalikkan sebuah tangan. Hempasan badai, munculnya permasalahan intern, godaan pihak ketiga dan lain-lain sering menyebabkan keharmonisan rumah tangga tidak terwujud. Syariat Islam banyak memberikan dorongan kepada suami istri agar mereka berusaha mewujudkan kesejahteraan, saling menghormati dan saling mencintai, meskipun Islam mengakui adanya kondisi kejiwaan suami istri yang terkadang labil dan berubah-ubah. Munculnya perubahan pandangan hidup yang berbeda antara suami istri, timbulnya perselisihan pendapat antara keduanya, berubahnya kecenderungan hati dan lain sebagainya harus ditampung dan dicarikan jalan keluarnya dengan baik. Jalan keluar pertama adalah keduanya mengadakan musyawarah untuk mufakat, sehingga permasalahan dapat diselesaikan dan keutuhan rumah tangga dapat dipertahankan. Bila usaha yang dilakukan berdua tidak mendatangkan hasil, maka boleh meminta bantuan kepada pihak lain yang dianggap dapat bertanggung jawab, terutama dari pihak keluarga terdekat suami maupun istri. Dalam hal ini meminta bantuan saran dan nasihat agar keutuhan rumah tangga dapat tetap dipertahankan. Namun bila segala cara telah dicoba dan tidak juga mendatangkan hasil, sementara krisis rumah tangga sedemikian hebat dan memuncak dan tidak mungkin lagi untuk dapat diselesaikan, maka jalan yang dianggap paling maslahat bagi keduanya adalah berpisah. Karenanya Islam memberikan jalan keluar yang terakhir yaitu perceraian. Perceraian ini memang menjadi pilihan yang paling akhir, dan sering dirasakan sebagai pilihan yang pahit bahkan mungkin menyakitkan. Bahkan kepahitan itu dirasakan oleh anak jika keduanya telah mempunyai keturunan. Karenanya, meskipun perceraian ini sebagai sesuatu yang dibolehkan oleh agama tetapi sangat dibenci oleh Allah SWT. Dilihat dari bentuknya, perceraian itu dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu : Talak, Khuluk dan Fasakh. 1. Pengertian dan Hukum Talak Talak artinya melepaskan ikatan. Dalam hubungannya dengan ketentuan hukum pernikahan, talak berarti lepasnya ikatan pernikahan dengan ucapan talak atau lafal lain yang maksudnya sama dengan talak. Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqh As-Sunnah memberikan definisi talak sebagai berikut: Artinya: Talak ialah melepaskan tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri . Abu Zakaria Al-Ansari dalam kitabnya Fath Al-Wahhab menyatakan bahwa talak adalah : Artinya:

Talak ialah melepas tali aqad nikah dengan talak dan yang semacamnya . Yang dimaksud melepas tali perkawinan ialah memutuskan ikatan perkawinan yang dulu diikat oleh aqad (ijab qabul), sehingga status suami istri di antara keduanya menjadi hilang, termasuk hilangnya hak dan kewajiban sebagai suami istri. Talak adalah hak suami, artinya istri tidak bisa melepaskan diri dari iakatan pernikahan kalau tidak dijatuhkan oleh suami. Namun sekalipun suami diberi hak untuk menjatuhkan talak, Islam tidak membenarkan suami menggunakan haknya sewenang-wenang dan gegabah, apalagi kalau hanya karena menuruti hawa nafsunya. Menurut ulama Syafi iyah dan Hambaliyah hukum asal talak adalah makruh. Mereka beralasan kepada hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: Artinya: Dari Umar RA dari Rasulullah SAW berkata: Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah perceraian . (HR Abu Daud dan Hakim) Sedangkan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa pada dasarnya talak itu adalah haram. Mereka beralasan kepda sabda Nabi Muhammad SAW: Artinya: Allah SWT mengutuk orang yang kawin hanya maksud mencicipi dan sering mencerai istri . Golongan Hambali lebih lanjut menjelaskan secara rinci, bahkan talak itu hukumnya bisa menjadi wajib, sunnah dan haram: a. Talak wajib yaitu talak yang dijatuhkan oleh pihak hakam (penengah), karena perpecahan antara suami dan istri yang tidak mungkin distukan kembali dan talak adalah satu-satunya jalan. b. Talak haram yaitu talak tanpa alasan yang benar. Diharamkan karena menganiaya atau menyakiti istri, yang akhirnya akan merugikan kedua belah pihak. Tidak ada guna dan kemaslahatan dari talak ini. c. Talak sunnah yaitu talak yang disebabkan istri mengabaikan kewajibannya kepada ALLAH SWT atau suka melanggar larangan-NYA. Sang istri dikategorikan rusak moralnya, padahal suami telah berupaya untuk memperbaikinya. Menurut Imam Ahmad tidak patut mempertahankan istri seperti ini, karena hal ini akan mempengaruhi keimanan suami dan tidak membuat ketenangan dalam rumah tangga. Bahkan Ibnu Qadamah menyatakan bahwa talak terhadap istri yang demikian wajib hukumnya. 2. Rukun dan Syarat Talak

3. Macam-macam Talak

4. Pengertian Khuluk dan Fasakh

5. Pengertian Iddah dan Macam-macamnya 6. Hikmah Perceraian, Khuluk dan Fasakh

7. Kewajiban Mantan Suami dan Istri Selama Masa Iddah 8. Hadhanah

You might also like