You are on page 1of 14

Latar Belakang

Kesehatan sebagai hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang menjadi tanggung jawab setiap orang, keluarga dan masyarakat serta didukung oleh pemerintah. Undang-undang RI Nomor.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan Pembangunan Kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Latar Belakang
Kesehatan sebagai hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang menjadi tanggung jawab setiap orang, keluarga dan masyarakat serta didukung oleh pemerintah. Undang-undang RI Nomor.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan Pembangunan Kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk itu upaya kesehatan harus ditingkatkan secara terus menerus untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Setiap orang berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, lingkungan yang sehat dan informasi serta edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab. Setiap orang juga berkewajiban
1
MDGs dan RPJMN Kesehatan menitikberatkan pada kesehatan Ibu dan Anak, serta kemitraan global untuk pembangunan kesehatan. Tampak gambar disamping adalah pementasan drama parodi Kesehatan Ibu dan Anak. berperilaku Hidup

Bersih dan Sehat serta menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk melaksanakan amanat Undang-undang Kesehatan Nomor 36, pemerintah berkomitmen melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan (RPJP-K) tahun 2005-2025 yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan (RPJM-K). Target RPJM-K Tahun 2010-2014 yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, bahwa Umur Harapan Hidup Manusia Indonesia adalah 72 tahun, menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 24/ 1000 kelahiran hidup, menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 118/ 100 ribu kelahiran hidup serta menurukan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi 15%. Hal ini diperkuat dengan komitmen global yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs) serta pemantapan pemberdayaan masyarakat melalui penguatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) seperti : program Desa Siaga, Revitalisasi Posyandu dan Reformasi Puskesmas dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Millenium Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan pembangunan internasional yang harus dicapai pada tahun 2015 oleh 192

setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk itu upaya kesehatan harus ditingkatkan secara terus menerus untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Setiap orang berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, lingkungan yang sehat dan informasi serta edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab. Setiap orang juga berkewajiban
1
MDGs dan RPJMN Kesehatan menitikberatkan pada kesehatan Ibu dan Anak, serta kemitraan global untuk pembangunan kesehatan. Tampak gambar disamping adalah pementasan drama parodi Kesehatan Ibu dan Anak. berperilaku Hidup

Bersih dan Sehat serta menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk melaksanakan amanat Undang-undang Kesehatan Nomor 36, pemerintah berkomitmen melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan (RPJP-K) tahun 2005-2025 yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan (RPJM-K). Target RPJM-K Tahun 2010-2014 yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, bahwa Umur Harapan Hidup Manusia Indonesia adalah 72 tahun, menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 24/ 1000 kelahiran hidup, menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 118/ 100 ribu kelahiran hidup serta menurukan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi 15%. Hal ini diperkuat dengan komitmen global yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs) serta pemantapan pemberdayaan masyarakat melalui penguatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) seperti : program Desa Siaga, Revitalisasi Posyandu dan Reformasi Puskesmas dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Millenium Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan pembangunan internasional yang harus dicapai pada tahun 2015 oleh 192 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sedikitnya 23 organisasi internasional. Beberapa pencapaian MDGs di bidang kesehatan
2
Anak-anak Papua ikut merayakan kemeriahan HKN ke-45 tahun 2009

Kemiskinan dan kelaparan merupakan persoalan kemanusiaan sangat besar yang belum terpecahkan hingga jaman modern ini. PBB mencatat dari enam miliar penduduk dunia terdapat 1,2 miliar jiwa

yang hidup di bawah garis kemiskinan atau hidup dengan biaya kurang dari 1 dollar AS (Rp 9.000 per hari). Jika indikator kemiskinan dinaikkan menjadi 2 diolar AS per hari, maka jumlah kaum papa mencapai 2 miliar orang. Kenyataan itu lah yang mendorong para aktivis melakukan kampanye untuk menggugah nurani para pemimpin dunia agar lebih serius memikirkan kemiskinan. Kampanye itu membuahkan hasil ketika Para pemimpin dunia yang hadir dalam Millennium Summit (pertemuan tingkat tinggi Millenium) September 2000 mendeklarasikan Millennium Development Goals (MDGs). Dalam deklarasi tersebut, 191 negara anggota PBB sepakat untuk melakukan berbagai upaya serius mengurangi kemiskinan hingga setengahnya pada tahun 2015. Secara umum, ada delapan poin tujuan pembangunan Abad Milenium yang dirinci lagi ke dalam 18 target-target. Sukses tidaknya pencapaian delapan poin MDGs itu diukur berdasarkan 48 indikator. Delapan poin MDGs itu adalah: Memberantas kemiskinan dan kelaparan, Mewujudkan pendidikan dasar bagi semua, Mendorong kesetaraan jender dan memberdayakan perempuan, Mengurangi tingkat kematian anak, Meningkatkan kesehatan ibu, Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain, Menjamin kelestarian lingkungan, dan Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan Indonesia berkepentingan dengan keberhasilan MDGs karena delapan nilai dasar dari MDGs itu sejalan dengan amanat konstitusi negara UUD 1945 dan persoalan kemiskinan rakyat. Penduduk miskin Indonesia tahun 1996 berjumlah 22,5 juta (11,3 persen). Krisis ekonomi tahun 1997 membuat jumlah penduduk miskin meningkat hingga 49,5 juta (24,2 persen). Saat deklarasi MDGs diluncurkan tahun 2000, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 37,3 juta (sekitar 19 persen). Tahun 2001, jumlah penduduk miskin sedikit turun menjadi 37,1 juta dan tahun 2004 kembali turun menjadi 36,1 juta (16,6 persen).2

Sasaran Pembangunan Milenium (bahasa Inggris : Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. [1] Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi sebagai komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. [2] Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015. Deklarasi berisi sebagai komitmen Negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG) yaitu

1. Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim Target untuk 2015 : Mengurangi setengah dari penduduk dunia yang berpenghasilan kurang dari 1 dolar AS sehari dan mengalami kelaparan. 2. Pemerataan pendidikan dasar Target untuk 2015 : Memastikan bahwa setiap anak, baik laki-laki dan perempuan mendapatkan dan menyelesaikan tahap pendidikan dasar. 3. Mendukung adanya persamaan gemder dan pemberdayaan perempuan Target 2005 dan 2015 : Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua tingkatan pada tahun 2015. 4. Mengurangi tingkat kematian anak Target untuk 2015 : Mengurangi dua per tiga kematian anak-anak usia dibawah 5 tahun. 5. Meningkatkan kesehatan ibu Target 2015 : Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan 6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya Target untuk 2015 : Menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV?AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya. 7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup Target : 1. Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan 2. Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat 3. Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk setidaknya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh. 8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan Target : 1. Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan system keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen

2.

3. 4.

5. 6.

terhadap pemerintahan yang baik, pembangunan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional. Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus Negara-negara kurang berkembang, dan kebutuhan khusus dari Negara-negara terpencil dan kepullauan kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan tariff dan kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk Negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk Negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan. Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang Negara-negara berkembang. Menghadapi secara komprehensif dengan Negara berkembang dengan masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang. Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaummuda Dalam kerjasama dengan pihak pharmaceutical, menyediakan akses obat penting yang terjangkau dalam Negara berkembang.

Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi

Upaya jangka pendek bisa dilakukan dengan berbagai subsidi, penggusuran dan bisa juga dengan menambah suatu daerah yang semula dianggap mempunyai jumlah penduduk miskin yang besar dengan sejumlah besar penduduk yang tidak miskin. Atau sama sekali merubah dan mengganti suatu daerah yang semula menjadi tempat tinggal penduduk menjadi tempat tinggal baru dengan penduduk yang tidak miskin. Dengan pendekatan jangka pendek tersebut kemiskinan di suatu daerah bisa dihilangkan karena dipindahkan atau digusur, tetapi tidak diselesaikan. Dengan digusur, rakyat miskin tetap tidak mujur. Penyelesaian yang dilakukan dengan cara tersebut bersifat semu. Penyelesaian semu mudah dilakukan karena yang diselesaikan adalah wilayah miskin, bukan penanggulangan atau pemberdayaan penduduk miskin. Atau, dengan membantu sebesar Rp 100.000 setiap bulan, penduduk miskin bisa memperoleh modal untuk mencari pekerjaan yang akhirnya dapat mengentaskan mereka dari pendapatan di atas Rp 270.000 setiap bulannya. Atau, karena krisis ekonomi, pendapatan penduduk menurun, sehingga perlu dipacu dengan bantuan uang tunai tersebut. Kedua asumsi itu salah, karena yang dimaksud dengan target tersebut bukan sekadar melengkapi pendapatan seseorang, tapi masyarakat mendapatkan pekerjaan yang pendapatannya di atas 1 dolar AS setiap harinya. Tapi untuk jangka panjangnya hal ini tidak mungkin dilakukan terus menerus, perlu adanya pemerataan dan perbaikan pendidikan. dengan adanya pemerataan dan perbaikan pendidikan, maka sumberdaya manusia di Negara ini menjadi lebih baik, menjadi lebih maju sehingga kedepanya manusia yang telah dibekali pendidikan yang cukup mampu hidup dan bertahan dalam kehidupanya. mereka akan bisa menjadi manusia yang aktif dan produktif. tentunya didukung oleh stabilitas politik dan ekonomi di negara ini, sehingga peluang-peluang untuk mereka berkarya itu tidak tetutup. Pemerintah nampaknya telah sadar bahwa salah satu kendala yang ada di tanah air adalah kesenjangan dan ketidak adilan karena tidak adanya kesetaraan gender. Ada baiknya kita

tegaskan bahwa pendidikan dan pelatihan terpadu yang berkelanjutan, dengan materi yang dipilih secara tepat, lebih-lebih secara tegas memberikan perhatian yang tinggi kepada anak-anak perempuan akan membuka cakrawala baru yang lebih baik di masa depan. Posisi rendah dan tidak bergerak tersebut menandakan bahwa pembangunan kesetaraan gender melalui bidang pendidikan belum banyak memperhatikan pengarusutamaan gender dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya. (dikutip dari http://www.haryono.com) Dari kutipan diatas maka peranan pendidikan dalam tercapainya MDGs tahun 2015 jelas besar. Peranan dalam penyetaraan gender dalam pendidikan, dengan adanya penyetaraan gender maka seluruh warga negara Indonesia yang ada akan menjadi warga yang produktif, hal ini jelas akan membantu dalam penuntasan kemiskinan yang telah menjadi problema di Indonesia selama ini. Namun perlu diperhatian bahwa anak-anak perempuan dari keluarga yang hidupnya sangat paspasan biasanya sangat diperlukan oleh orang tuanya untuk membantu di rumah dengan urusanurusan masak memasak dan menyediakan segala sesuatu untuk seluruh keluarganya. Kalau keluarga tersebut mempunyai anak balita, biasanya anak perempuan akan mendapat tugas membantu orang tua memantau adiknya. Apabila orang tua tersebut tergolong keluarga miskin, hampir pasti anak perempuannya akan ditugasi untuk membantu orang tuanya bekerja di ladang atau pada bidang usaha yang dilakukannya. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut anak perempuan biasanya tertinggal, atau tidak melanjutkan sekolah pada pendidikan yang lebih tinggi. Tidak hanya anak perempuan, dari keluarga miskin para anak laki laki juga seringkali hanya memikirkan bagaimana caranya mencari uang semudah mungkin. Mereka tidak memperhatikan pendidikan tetapi karena mereka berpikir tanpa pendidikanpun sejatinya mereka bias mecari nafkah. Hal inilah yang harus di ubah. Bahwa sebenarnya dengan memiliki pendidikan yang cukup mereka bias dan mampu menjadi lebih baik. Mereka akan menjadi seseorang yang lebih baik dari mereka yng tanpa pendidikan. Karena pendidikan akan membentuk mereka menjadi seseorang yang siap menghadapi kondisi apapun yang akan terjadi. Tetapi perlu diingat bahwa yang perlu diperhatikan adalah bahwa mutu lulusan yang dapat diandalkan. Bukan saja mutu akademis agar seorang anak dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan lebih tinggi, tetapi seorang anak, lebih-lebih anak perempuan, mempunyai ketrampilan praktis yang dapat dimanfaatkan seandainya yang bersangkutan tidak dapat melanjutkan pada pendidikan tinggi. Andaikan ketrampilan, dalam jumlah yang memadai dapat diberikan sebagai bagian dari kegiatan sekolah, lebih-lebih menyambung dengan keadaan masyarakat secara nyata, diperkirakan partisipasi anak perempuan pada setiap jenjang sekolah yang dewasa ini kurang mantab, kesetaraan gender yang timpang, akan dengan pelahan dapat diselesaikan. Pendidikan resmi di sekolah bisa menjadi salah satu upaya untuk memotong rantai kemiskinan. Dengan demikian maka potensi berkembangnya kemiskinan akan menjadi lebih sempit. Mereka yang juga dibekali ketrampilan akan siap terjun ke lapangan ketika mereka telah selesai menempuh pendidikan. Maka daripada itu peran guru dalam tercapainya pendidikan yang lebih baik juga besar. Yaitu peranan guru dalam mengerti potensi-potensi yang dimiliki siswanya. Sehingga dengan pendidikan yang tepat dengan potensi individu inilah kemampuan atau mutu dari setiap orang akan menjadi maksimal. Pendidikan lanjutan, atau sekolah yang lebih tinggi, Perguruan Tinggi, dapat menampung anakanak muda yang mandiri tersebut dalam lembaga yang dapat diakses oleh anak keluarga kurang mampu, terutama anak-anak perempuan, secara bertahap pada waktu mereka makin mampu.

Lembaga itu akan mengantar anak-anak muda yang mampu memotong rantai kemiskinan tersebut melanjutkan pendidikan sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap 8 tujuan MDGs karena manusia yang memiliki pendidikan lebih atau cukup akan lebih memperhatikan 8 sasaran MDGs. Oleh karena itu pendidikan mutlak fungsinya dalam mencapai ke delapan sasaran MDGs tersebut.

Kementerian kesehatan RI merilis laporan target Millenium Development Goals (MDG)-1 dibidang kesehatan yang terkait dengan kemiskinan dan kelaparan. Target paling paling menentukan adalah prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Prevalensi Gizi Kurang telah menurun secara signifikan, dari 31.0 % pada tahun 1989 menjadi 17.9 % pada tahun 2010. Dalam pada itu prevalensi gizi buruk turun dari 12.8% pada tahun 1995 menjadi 4.9 % pada tahun 2010. Menteri Kesehatan mengatakan, berbagai upaya perbaikan gizi masyarakat melalui kegiatan yang mencakup peningkatan program ASI Ekslusif, upaya penanggulangan gizi mikro melalui pemberian Vitamin A, Taburia, tablet besi bagi bumil, dan iodisasi garam serta tata laksana kasus gizi buruk dan gizi kurang. Target MDG 4 terkait dengan penurunan kematian balita. Angka Kematian Balita, Bayi, dan Neonatal terus mengalami penurunan. Data Suvey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan Angka Kematian Balita sebesar 44/1000, Angka Kematian Bayi 34/1000, dan Angka Kematian Neonatal 19/1000. Target MDGs 5 terkait dengan penurunan angka kematian ibu (AKI). Indikator AKI merupakan salah satu indikator yang diramalkan sulit dicapai. Tidak hanya di Indonesia akan tetapi di banyak negara berkembang di dunia. Data terakhir pada 2007 menunjukkan AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, masih jauh dari target MDGs sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan telah mencapai angka di atas 80 % dan terjadi peningkatan yang bermakna sejak tahun 1990. Cakupan persalinan yang tinggi dan yang memenuhi standar persalinan merupakan indikator proxy dari angka kematian ibu, jelas dr. Endang. Untuk mempercepat pencapaian target MDGs, pada tahun 2011, Kementerian Kesehatan telah menetapkan kebijakan bahwa semua persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan memulai program Jampersal (Jaminan Persalinan), yaitu suatu paket program yang mencakup pelayanan antenatal, persalinan, posnatal dan Keluarga Berencana. Untuk target MDG 6 yang terkait dengan penyakit HIV/AIDS, TB, dan Malaria. Jumlah kasus HIV yang masuk perawatan mengalami peningkatan, tahun 2010 sebanyak 15.275 orang. Sedangkan jumlah kasus AIDS pada tahun 2010 sebanyak 4.158 orang. Strategi Pengendalian HIV/AIDS adalah : Penguatan Pokja AIDS sektor kesehatan, Penguatan kapasitas manajemen dan teknis program di semua tingkatan, Penguatan/pengembangan Sistem

Informasi dan Surveilans, Pengembangan Kolaborasi TB-HIV, Penguatan Sistem Distribusi Logistik, Penerapan PITC (Provider Initiative Testing and Counseling), dan Pengembangan fasilitas layanan konseling, diagnostik dan pengobatan. Angka penemuan Kasus TB (CDR), dan angka keberhasilan TB (SR) tahun 2009 sudah melampaui target MDGs tahun 2015. Angka kesakitan malaria yang diukur dengan angka API (Annual Parasite Incidence) menunjukan penurunan pada Periode Lima (5) tahun kebelakang s/d 2010 menjadi 1,58. Angka ini telah mendekati target MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015. Persentase rumah tangga yang akses terhadap sumber air minum diperdesaan terus mengalami peningkatan (Riskesdas, 2010). Jika trend penurunan ini dapat tetap terus dipertahankan, maka target MDGs 2015 akan tercapai, bahkan sebelum tahun 2015.(c8/pr)

Penanggulangan Kemiskinan dengan Grand Strategy dilaksanakan melalui 5 (lima) pilar yaitu :

1. Perluasan Kesempatan, ditujukan menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan. 2. Pemberdayaan Masyarakat, dilakukan untuk mempercepat kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat dan memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin kehormatan,

perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar. 3. Peningkatan Kapasitas, dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan. 4. Perlindungan Sosial, dilakukan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan (perempuan kepala rumah tangga, fakir miskin, orang jompo, anak terlantar, kemampuan berbeda (penyandang cacat) dan masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan yang disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial. 5. Kemitraan Regional, dilakukan untuk pengembangan dan menata ulang hubungan dan kerjasama lokal, regional, nasional dan internasional guna mendukung pelaksanaan ke empat strategi di atas.

Upaya untuk mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dan pemberdayaan perempuan telah dilakukan antara lain melalui pembentukan dan penguatan kelembagaan seperti Forum Komunikasi Pengarusutamaan Gender dan Forum Kajian Gender. Selain itu juga dilakukan pengintegrasian perspektif gender ke dalam dokumendokumen perencanaan

Angka kematian bayi mendapat perhatian secara khusus melalui berbagai program dan kegiatan untuk menekan terjadinya gizi buruk pada balita Sedangkan meningkatnya angka kesehatan ibu ditandai dengan semakin turunnya angka kematian ibu karena proses persalinan serta masih tetap dilaksanakannya program keluarga berencana,

Berbagai upaya untuk memerangi merebaknya HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya terus dilaksanakan antara lain dengan mengoptimalkan peran dan fungsi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dengan mengintegrasikan lintas sektor dan LSM Peduli AIDS, mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA), mempercepat pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada kelompok resiko tertular, ibu dan anak, memudahkan ODHA untuk memperoleh obat Anti Retroviral (ARV) melalui pelayanan di Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) dan perawatan, dukungan serta pengobatan (Care, Support and Treatment) baik di rumah sakit maupun di komunitas.

Upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan melalui berbagai strategi baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan dana stimulan sebagai modal usaha kegiatan ekonomi produktif, bantuan sosial (antara lain melalui program Subsidi Langsung Tunai, Beras Miskin, Sektoral

Pusat/ Daerah, program khusus, dll); secara tidak langsung melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi, Pemberdayaan masyarakat; Penguatan kelembagaan dan Perlindungan sosial (antara lain melalui program Bantuan Kepada Kabupaten/ Kota, Sektoral Pusat/ Daerah, dan program khusus lainnya). Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kemiskinan Di Jawa Tengah ditempuh melalui : 1. Pengurangan pengeluaran, melalui : a. Bidang Pendidikan, melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Khusus Murid (BKM), dan Bantuan Bea Siswa Keluarga Miskin. b. Bidang Kesehatan dan Keluarga Berencana, melalui penanganan tindakan medis, operatif keluarga miskin, penanggulangan gizi buruk dan gizi kurang, dan pengembangan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD), Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) serta bantuan alat kontrasepsi dan obat / pil KB. 2. Peningkatan Pendapatan, melalui : a. Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, melalui pengembangan wirausaha, pengembangan pendidikan dan pelatihan wirausaha serta pemberdayaan usaha skala mikro. b. Bidang

Sosial, melalui Bantuan Modal Usaha bagi Penduduk Miskin. c. Bidang Ketenagakerjaan, melalui perluasan kesempatan kerja dan berusaha termasuk pengiriman transmigrasn serta pelatihan ketrampilan tenaga kerja. d. Bidang Perumahan dan Pemukiman diantaranya pemugaran rumah kumuh dan padat di perkotaan, korban bencana alam dan penyediaan air bersih serta pembangunan sanitasi. PENUTUP Tujuan pembangunan Millenium yang ditargetkan untuk dapat dicapai pada tahun 2015 dapat dijadikan sebagai salah satu pemacu dan semangat untuk dapat melakukan upaya yang lebih baik dalam penanganan permasalahan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kemiskinan bukan hanya masalah Jawa Tengah maupun Indonesia, tetapi juga merupakan masalah dunia. Dilihat dari berbagai program dan kegiatan yang sudah dilaksanakan dan besarnya sumber dana yang telah dikeluarkan, kemiskinan di Jawa Tengah tetap masih menjadi permasalahan yang tidak mudah untuk diatasi walaupun jumlah penduduk miskin sudah semakin berkurang. Hal tersebut terjadi antara lain karena upaya penanggulangan kemiskinan merupakan upaya terpadu yang harus dilakukan oleh semua pihak termasuk juga masyarakat miskin itu sendiri dengan komitmen yang kuat dari semua unsur pimpinan baik Pemerintah, organisasi masyarakat dan kelompok

masyarakat.

You might also like