You are on page 1of 16

1

I. PENDAHULUAN

Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, terutama Fakultas Pertanian sangat baik dalam mewajibkan mahasiswanya untuk mengambil mata kuliah magang. Kegiatan magang mahasiswa ini merupakan sarana bagi mahasiswa pertanian untuk mendidik pengalaman kerja dan ketrampilan serta melatih mahasiswa untuk menemukan masalah-masalah yang dihadapi di lapang dan mencari jalan pemecahannya. Magang yang dilakukan memberikan pandangan akan pekerjaan dan profesi yang menjadi tujuan kedepan sehingga dapat mempersiapkan diri untuk masuk dunia kerja. PT Astra Agro Lestari tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis kelapa sawit. Semakin besar dan berkembangnya kebutuhan produk olahan kelapa sawit menambah keyakinan PT Astra Agro Lestari tbk bahwa ke depan bisnis atau usaha di bidang agribisnis perkebunan akan memiliki peluang yang besar, walaupun akan dirasakan semakin banyak pesaing yang hadir. Bagi PT Astra Agro Lestari tbk kompetitor bukanlah lawan tetapi motivator yang dapat memberikan kekuatan. Adanya kompetitor maka kinerja suatu perusahaan dituntut untuk jadi lebih baik. Melalui kegiatan magang mahasiswa ini, diharapkan mahasiswa dapat menguasai seluruh unit kegiatan usaha yang ada di institusi mitra, mulai dari persiapan produksi hingga produk siap dipasarkan. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan yang bersifat teoritis, tetapi juga memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja nyata. Selain itu, kegiatan magang yang akan memberikan dampak terhadap peningkatan aspek-aspek yang berkaitan dengan pengembangan sikap, pengembangan karier setelah lulus serta dapat melatih kepekaan dalam mengidentifikasi permasalahan di lapang dan mencari alternatif solusi melalui pendekatan lintas disiplin umum guna meningkatkan kemampuan intelektual.

II. TINJUAN PUSTAKA

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan atau industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Brazil dipercaya sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. dan tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit pertama kali yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius, Afrika. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt (Jerman) pada tahun 1911 (Siregar H., 1980). Saat ini, Indonesia merupakan produsen minyak sawit kedua terbesar dunia setelah Malaysia dengan total produksi 9,9 juta ton pada 2003. Padahal, bila dilihat dari potensi luas lahan dan sumberdaya manusia yang tersedia, Indonesia jauh lebih unggul dibanding Malaysia. Masih relatif rendahnya produksi kelapa sawit Indonesia dibanding Malaysia disebabkan berbagai permasalahan dan kurang optimalnya dukungan pemerintah. Beberapa permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas tanaman, kurangnya dukungan riset/lembaga riset yang memadai untuk pengembangan produksi maupun produk turunannya, kurangnya promosi di pasar internasional, standarisasi dan sertifikasi bibit yang belum sempurna, terbatasnya pabrik pengolahan CPO, dan kurang

berkembangnya industri hilir. Selain itu, pemerintah belum memiliki program atau rencana pengembangan yang jelas dan terintegrasi di sub sektor kelapa sawit, perannya dalam hal riset, promosi, pemasaran maupun akses ke negara tujuan ekspor (Supriyono, 2007). Tanaman kelapa sawit agar tumbuh baik memerlukan lama penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit mencapai 500 m dpl (di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang baik untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut

saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0 - 5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 150 (Siregar H., 1980). Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging buah berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar crude oil palm (CPO). Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit atau palm kerneil oil (PKO). Disamping itu masih banyak lagi hasil pengolahan dari buah kelapa sawit itu sendiri, yaitu berupa barang padatan yang dapat dimanfaatkan untuk sumber energi, pupuk, makanan ternak, dan bahan untuk industri (Hartono, 2005). Perencanaan dalam kegiatan pembibitan meliputi penentuan lokasi lokasi, kebutuhan luas areal, kebutuhan jumlah kecambah, dan pembuatan rencana kegiatan dan jadwal kerja rutin. Penentuan lokasi pembibitan merupakan langkah awal untuk memudahkan pemeliharaan bibit, transportasi bibit, rencana pengembangan areal dan pengawasan atau keamanan. Syarat lokasi bibit yang baik adalah sebagai berikut: 1. Dekat sumber air Tujuannya adalah agar mudah memenuhi kebutuhan air untuk penyiraman bibit. Sumber air dapat berupa sungai, mata air, parit, dan lain-lain asalkan bibit yang ditanam tidak kering pada musim kemarau. 2. Topografi datar Areal pembibitan berupa lahan datar atau sedikit bergelombang agar memudahkan dalam pengaturan instalasi saluran air untuk penyiraman atau sistem drainase. 3. Berada di sekitar atau di tengah-tengah tempat yang direncanakan untuk penanaman sawit. Tujuannya adalah memudahkan transportasi bibit dan menekan biaya angkutan.

4. Bebas hama dan penyakit Lokasi dekat hutan atau ladang kadang-kadang merupakan salah satu sarang hama dan penyakit. 5. Dekat kantor atau perumahan Tujunnya agar memudahkan pengawasan dan pengaturan kerja pemeliharaan bibit. (Adelina dan Sjahrum L., 1991). Ada dua cara pembukaan lahan yaitu dengan pembakaran dan bakar. Tahapan pembukaan lahan dengan sitem tanpa bakar meliputi: 1. Pengukuran dan penataan blok 2. Penumbangan pohon 3. Pemancangan jalur perumpukan kayu 4. Pemotongan kayu besar 5. Perumpukan kayu 6. Pembuatan jalan dan parit, pembuatan teras 7. Penanaman kacangan penutup tanah. Penumbangan pohon meliputi pekerjaan menumbang dan mencacah pohon sawit menjadi potongan-potongan kecil yang kemudian dikembalikan ke lahan. Pemancangan jalur perumpukan kayu merupakan pekerjaan mengukur dan memasang patok jalur perumpukan kayu. Patok jalur perumpukan kayu ini dibuat untuk memudahkan pekerjaan merumpuk kayu ke tempat yang ditentukan. Alat dan bahan yang digunakan yaitu kompas, parang dan patok serta cat (Anonim, 2010). Media tanam yang digunakan untuk pembibitan adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah tersebut harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Apabiila tanah yang digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. tanpa

Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya (Siregar H., 1980). Penanaman kecambah kelapa sawit diusahakan ditanam pada polybag yang telah disediakan segera setelah kecambah tiba di pembibitan. Keterlambatan penanaman akan mengakibatkan kerusakan atau kelainan pada kecambah yaitu, bakal akar dan daun akan menjadi panjang, sehingga mempersulit penanaman, bakal akar dan daun akan mudah patah, dan kecambah akan mengalami kerusakan, karena terserang jamur serta kecambah akan menjadi mati/kering karena kekurangan air. Kecambah yang ditanam adalah kecambah yang telah dapat dibedakan antara bakal daun (plumula) dan bakal akar (radicula). Bakal daun ditandai dengan bentuknya yang agak menajam dan berwarna kuning muda, sedangkan bakal akar berbentuk agak tumpul dan berwarna lebih kuning dari bakal daun (Poeloengan dan Sjahrum L., 1992). Pengendalian gulma bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya. Selain itu pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen. Beberapa gulma yang dominan di areal pertanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Cyperus rotundus, Otochloa nodosa, Melostoma malabatricum, Lantana camara, Gleichenia linearis dan sebagainya. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan di piringan (circle manual palmae), penyiangan gulma yang tumbuh di antara tanaman LCC (legume cover crops), membabat atau membongkar gulma berkayu (DAK, dongkel anak kayu) dan kegiatan buru lalang (wiping) (Siregar H., 1980).

III. TATA LAKSANA MAGANG

A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Magang Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan Juli September 2011 di PT Astra Agro Lestari tbk Area Celebes 1 di PT. Letawa, Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat dan PT. Lestari Tani Teladan, Donggala, Sulawesi Tengah. B. Tata Laksana Magang Kegiatan magang mahasiswa dialokasikan pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan produksi, proses budidaya kelapa sawit dan pasca panen, di PT Astra Agro Lestari tbk. C. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan magang adalah melalui terjun langsung ke lahan dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berkaitan dengan aspek-aspek yang dikaji, yaitu : 1. Aspek Umum Mempelajari tentang keadaan umum, institusi perusahaan, kondisi, sejarah perkembangan dan struktur organisasi perusahaan. 2. Aspek Khusus Mempelajari secara khusus mengenai kegiatan produksi, budidaya kelapa sawit dan administrasi. D. Praktek Kegiatan Pada pelaksanaan magang di PT Astra Agro Lestari tbk Palu, praktek kegiatan yang dilakukan antara lain : 1. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan diikuti secara langsung mulai dari penyulaman, pemupukan dan cara pemberian pupuk, penanaman tanaman sela dan LCC, pemberantasan gulma, pengelolaan tajuk, pengendalian hama dan penyakit (rouging) di lahan Perkebunan PT Astra Agro Lestari tbk.

2. Penanganan Hama dan Penyakit Kegiatan ini diikuti secara langsung berupa kegiatan-kegiatan pencegahan, pengobatan dan pengendalian hama serta penyakit. 3. Pasca Panen Kegiatan pasca panen diikuti secara langsung berupa kegiatan transportasi, pabrikasi, dan kegiatan di pelabuhan. E. Identifikasi Masalah Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi selama kegiatan magang di PT Astra Agro Lestari tbk Palu adalah sebagai berikut: 1. Observasi Mengadakan pengamatan langsung di lokasi pelaksanaan magang terutama yang berkaitan dengan kegiatan produksi sampai dengan pemasaran komoditas kelapa sawit sehingga mahasiswa memperoleh gambaran secara jelas mengenai aspek yang dikaji. 2. Wawancara Wawancara dilaksanakan untuk mengumpulkan data dari narasumber yang berkaitan dengan aspek kegiatan produksi sampai pemasaran kelapa sawit yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut aspek yang dikaji. 3. Pencatatan Mencatat hal-hal yang terkait dengan topik yang diambil, baik melalui hasil wawancara langsung di lapangan maupun dari hasil observasi. 4. Studi Pustaka Studi pustaka dilaksanakan sebagai pelengkap dan pembanding antara kenyataan yang terjadi di lapang dengan teori yang ada serta membantu memecahkan masalah yang terjadi di lapangan.

III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembibitan Kegiatan pembibitan di Area Celebes 1 dilaksanakan di Afdeling Hotel, PT. Pasang Kayu. Lokasi ini mampu menyediakan stok bibit untuk empat perusahaan disekitarnya yaitu PT. Pasang Kayu, PT. Mamuang, PT. Letawa dan PT. Lestari Tani Teladan. serta kebutuhan bibit bagi masyarakat plasma sekitar perusahaan. Kebutuhan luas lokasi pembibitan disesuaikan dengan jumlah bibit yang akan digunakan sehingga tidak terjadi pemborosan tempat dan jumlah bibit. Perkebunan PT AAL berkerja sama dengan PT Sofchindo dalam penyediaan benih. Dalam satu kantong ada dua jenis bibit yaitu bibit Jenis Lame yang menghasilkan 100% bunga betina, dan jenis lainnya adalah bibit jenis Yangambi menghasilkan 70% bunga jantan sebagai sumber pollen (serbuk sari) bagi pembuahan bunga betina. PT AAL proses pembibitannya dengan Double stage nursery (dua tahap). Tahap pertama yaitu Pre-nursery, pemeliharaan kecambah dari awal penanaman sampai mencapai umur 3 bulan. Tahap selanjutnya pada lahan Main-nursery saat umur mencapai 3 bulan hingga siap tanam, yaitu bibit berumur sekitar 12 bulan. B. Replanting 1. Pembibitan LCC (Legume Cover Crop) Benih Mucuna braceata dengan berat 1 Kg mengandung kurang lebih 6.000 biji yang di impor dari India. Proses pengecambahan biji yaitu, pertama biji direndam dalam air bersih jam, melukai kulit biji dengan menggunakan pemotong kuku pada bagian testa atau perut agar cotyledon kelihatan. Selanjutnya, menyiapkan polybag ukuran 14 x 21 cm atau plastik gula (transparan) ukuran kg. media yang digunakan adalah tanah, solid, dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Bedengan diberi pelindung atau peneduh setinggi 2 meter. Penanaman dilakukan dengan meletakan biji pada kedalaman maksimal 0,5 cm, lalu menutupnya dengan tanah.

Proses selanjutnya adalah melakukan pemeliharaan, yang meliputi: a. Penyiraman b. Konsolidasi, yaitu pengelupasan kulit biji secara manual setelah biji mulai berkecambah c. Penyiangan Penanaman di lapangan, per pokok sawit berkisar 5 6 pokok bibit Mucuna braceata atau 715 bibit/ha - 858 bibit/ha, jika SPH (satuan pokok per hektar) kelapa sawit 143 pkk/ha. Satu pokok Kelapa sawit dikelilingi Mucuna braceata antara 5 6 pokok dengan jarak 1,5 meter dari tanaman kelapa sawit. Pemupukan di Pembibitan minggu ke 4 diberi NPK 15:15:6:4, dosis 1 gram/bibit. minggu ke 8 diberi NPK 15:15:6:4 dosis 1 gram/bibit. Sedangkan di Lapangan Bulan ke 1 diberi NPK 15:15:6:4 dosis 3 gram/tanaman. Bulan ke 2 diberi NPK 15:15:6:4 dosis 5 gram/tanaman. Bulan ke 3 diberi TSP, dosis 5 gram/tanaman. Bulan ke 6 diberi TSP, dosis 10 gram/tanaman. Pemelihraan yang dilakukan yaitu mendangir piringan sekitar tanaman Mucuna braceata selama 3 bulan dengan mempertahankan radius minimal 30 cm. 2. Penumbangan Pohon Kelapa Sawit Penumbangan pohon kelapa sawit diawali dengan kegiatan pendongkelan akar pohon kelapa sawit kemudian mendorong pohon kelapa sawit sampai roboh. Penumbangan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat berat (Excavator PC 200). Target penebangan dalam setiap jam mampu menumbangkan, menchipping dan merumpuk pada daerah pasar mati sebanyak 6 pohon kelapa sawit. Namun, dalam prakteknya ternyata hanya mampu merobohkan 4 pohon kelapa sawit. Hal ini dikarenakan daerah replanting merupakan area lahan gambut dengan kandungan air tanah yang berlebih sehingga dalam operasional alat berat tersebut diperlukan pembuatan gambangan sebagai landasan opersional alat berat. System kerja alat berat

10

pada daerah lahan gambut yaitu harus memindahkan gambangan yang sudah dibuat dari batang pohon kelapa sawit kemudian diletakkan di depan alat berat yang akan memudahkan alat berat bergerak. 3. Pencacahan (Chipping) Pencacahan atau chipping adalah kegiatan pemotongan batang kelapa sawit menjadi potongan yang berukuran lebih kecil yakni berukuran 10-15 cm. Sedangkan bagian pelepah daun kelapa sawit dipotong menjadi 3 bagian yang kemudian diletakkan di gawangan mati. Tujuan dari Pencacahan/ chipping yaitu agar sisa-sisa dari batang kelapa sawit dapat cepat terurai, kemudian didalam proses penanaman kelapa sawit juga tidak terganggu, dan selain itu dapat menghindari timbulnya hama-hama seperti hama kumbang tanduk. 4. Rumpukan Mekanis Rumpukan mekanis adalah kegiatan peletakan potongan batang dan pelepah daun kelapa sawit yang telah dicacah pada daerah gawangan mati. 5. Pembuatan Pancang Tanam Pembuatan pancang tanam adalah kegiatan pengukuran jarak tanam bibit kelapa sawit yang diawali dengan pembuatan pancang induk dengan bantuan kompas (untuk menunjukkan arah utara selatan). Pancang induk dipilih pada daerah yang dapat mencakup seluruh bagian blok lahan kelapa sawit yang akan ditanami. Jarak tanam bibit kelapa sawit 9 x 9 m. Sedangkan jarak antar baris adalah 7,79 m. Jarak tersebut berlaku untuk jenis bibit sawit costarica sehingga SPH 143 pokok. Karena untuk jenis bibit tersebut pertumbuhannya lambat dengan memiliki tajuk yang lebih pendek. 6. Pembuatan Lubang Tanam Pembuatan lubang tanam PT. AAL dilakukan satu bulan sebelum dilakukan penanaman, hal ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat asam di dalam tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Pembuatan lubang tanam dilakukan pada pancang tanam yang sudah dibuat terlebih

11

dahulu. Syarat dalam pembuatan lubang tanam yaitu berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, dan pancang tanam harus di tengah lubang tanam. 7. Penanaman Palma Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang telah di buat 1 bulan sebelumnya, atau setelah LCC kurang lebih 80% menutupi lahan. Dalam penanaman palma bahan yang dibutuhkan untuk dimasukan dalam lubang tanam yaitu, tanah top soil dan tanah sub soil, solid, Trichoderma, Pupuk dasar RP/TSP. 8. Pagar Individu Pagar individu adalah pemagaran setiap tanaman kelapa sawit yang baru ditanam untuk menghindari serangan hama babi hutan dan landak. Dengan demikian tujuan dari pemasangan pagar individu adalah: 1) Bibit yang ditanam tidak terserang hama babi hutan dan landak. 2) Mengefisienkan biaya dengan tidak adanya tanaman yang mati. C. Perawatan Tanaman Belum Menghasilkan Tanaman Belum Menghasilkan yang lazim disingkat dengan TBM adalah fase tanaman dari saat mulai tanam sampai mulai panen pertama umur 24 sampai dengan 30 bulan. Fase TBM ini terdiri atas : TBM 0 : fase ini menyatakan keadaan lahan telah selesai dibuka, sudah ditanami LCC dan seluruh titik pancang hidup telah ditanami kelapa sawit. TBM 1 : tanaman pada tahun pertama, umur 0 sampai dengan 12 bulan TBM 2 : tanaman pada tahun kedua, umur 13 sampai dengan 24 bulan TBM 3 : tanaman pada tahun ketiga, umur 25 sampai dengan 30. Pemeliharaan TBM bertujuan mendukung pertumbuhan vegetatif tercapai maksimal, memperpendek masa TM (diharapkan bisa panen 24 bulan, maksimal 30 bulan), tanaman tumbuh sehat, jagur, relatif homogen dan terpenuhi populasi persatuan luas tanamnya (SPH), sehingga pada masa TM kemudian diharapkan mampu memberi produksi secara maksimal.

12

1. Penyiangan Penyiangan adalah pengendalian atau pemberantasan tanaman pengganggu (gulma) untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik. Tujuan penyiangan yaitu: 1) Untuk mengurangi persaingan penyerapan air dan hara antara tanaman sawit dan tanaman pengganggu (gulma). 2) Memudahkan kontrol ke setiap pokok sekaligus mencegah

perkembangan populasi hama. 3) Mempermudah penaburan pupuk. Penyiangan piringan yaitu, membasmi atau mengendalikan semua gulma yang tumbuh dipiringan pokok. Pada masa TBM fungsi piringan adalah untuk penaburan pupuk agar efektif bisa diserap oleh tanaman. Secara manual : pada TBM 1 dan TBM 2 dilakukan dengan alat garu, cangkul dan babat selebar 1,0 1,5 m. Secara khemis : pada TBM tidak dianjurkaan penyemprotan dengan herbisida untuk menghindari bagian

tanaman kelapa sawit terkena herbisida. Penyiangan gawangan yaitu, membasmi/mengendalikan semua gulma yang tumbuh diluar piringan pokok. Kegiatan yang lazim dilakukan: 1) Dongkel anak kayu Mencabut/mendongkel anak kayu, tunas tunggul kayu dan gulma berkayu lainnya sampai keakarnya. 2) Circle LCC Membersihkan gulma yang ada di sekitar LCC, pertumbuhan LCC ke gawangan mati. 2. Pemupukan Untuk tanaman kelapa sawit pemupukan dilaksanakan sesuai dengan tahapan perkembangan tanaman yaitu pembibitan, TBM dan TM. Pemupukan pada pembibitan dan TBM, diberikan dengan dosis baku berdasarkan hasil percobaan, sedangkan dosis pupuk pada tanaman menghasilkan (TM) berdasarkan keseimbangan unsur hara. mengarahkan

13

Pupuk dibedakan berdasarkan sumbernya, kandungan haranya, bentuknya, reaksinya dalam tanah dan lain-lain. Strategi dalam menentukan jenis pupuk perlu dipertimbangkan faktor teknis dan faktor ekonomis. Pemilihan jenis pupuk disesuaikan dengan keadaan atau kebutuhan tanaman, faktor lingkungan, harga, ketersediaan pupuk dipasaran dan kemudahan mengaplikasikan di lapangan. Dalam pelaksanaan aplikasi pemupukan hendaknya tetap memegang teguh prinsip 4T, yaitu tepat jenis (unsur hara, sifat unsur,sifat tanah dll), tepat dosis ( takaran, penguntilan dll), tepat cara (tabur tipis merata, benam, rorak pupuk dll) dan tepat waktu atau frekuensi (kemarau panjang, hujan lebat tak boleh mupuk, selang waktu antara jenis pupuk dll). Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim terutama curah hujan, sifat fisik tanah, adanya sifat sinergis dan antagonis unsur hara yang terkandung dalam pupuk, serta jadual pengadaan pupuk. Idealnya untuk mendapatkan manfaat pemupukan yang optimal bila curah hujan antara100 250 mm perbulan, karena pada kondisi ini kebasahan tanah sudah cukup tapi belum jenuh sehingga memudahkan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Aplikasi pupuk urea pada musim kemarau (curah hujan < 100 mm/bulan) tidak dianjurkan karena berpotensi terjadi penguapan yang tinggi. Sebaliknya, bila waktu pemupukan dilakukan pada musim hujan tinggi (< 250 mm/bulan) untuk jenis pupuk yang mudah larut seperti Urea, ZA, MOP, CuSO4, ZnSO4 dan HGFBorat, tidak dianjurkan karena berpotensi hilang lewat proses pencucian dan erosi. 3. Penyisipan Penyisipan merupakan pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit, agar terpenuhi jumlah tegakan persatuan luasnya (SPH) dan

selanjutnya menghasilkan produksi perhektar yang maksimal karena semua titik pancang tanam sudah ditanami kelapa sawit. Penyisipan dapat diartikan sebagai pengganti pokok-pokok yang mati/abnormal (belum ditanam pada saat penanaman, sudah ditanam tapi diserang hama).

14

Secara teknis pekerjaan sisip ini prinsipnya sama dengan pekerjaan penanaman.Waktu penyisipan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan, umumnya pekerjaan penyisipan harus sudah tuntas 2 tahun setelah penanaman ( masa TBM 2), dengan cara 1 mati , sisip 1. Tetapi jika sampai masa TBM 3 masih perlu penyisipan, maka caranya adalah 2 mati, sisip 1. 4. Konsolidasi Pekerjaan konsolidasi adalah menegakkan pokok doyong yang biasanya disebabkan oleh angin kencang atau hujan lebat setelah penanaman. Rotasi konsolidasi pokok dilakukan hanya 1 kali yaitu 1 minggu setelah penanaman. Caranya dengan menambah bumbunan tanah pada pangkal batang kemudian dipadatkan, bisa juga dilakukan dengan memasang kayu penyangga kaki tiga untuk mengukuhkan tegakan pohon tersebut. 5. Kastrasi, Sanitasi dan Tunas pasir Kastrasi atau sering disebut ablasi, adalah pekerjaan membuang atau membersihkan bunga jantan dan betina yang tumbuh pada pohon kelapa sawit pada masa TBM. Rata-rata Tanaman Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 14 bulan atau lebih. Ada 2 tujuan kita melakukan kastrasi yaitu: 1) Mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang belum ekonomis ke pertumbuhan vegetatif. 2) Supaya pada panen pertama tandan yang dihasilkan lebih besar dan bernas. 6. Membuat Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) TPH adalah tempat untuk pengumpulan hasil TBS hasil panen yang dibuat dipinggir blok disepanjang jalan koleksi (collection road). TPH harus sudah dibuat sebelum areal tersebut dipanen. Ukuran TPH, panjang = 3 m Lebar = 4 m. Jumlah TPH per hektar tergantung dari design block dan topografi areal. Pada areal datar dengan design block 300 m x 1000 m adalah 1 TPH setiap Ha. Prestasi pembuatan TPH bisa dicapai 7,0 buah / HK.

15

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Pembibitan dilakukan dengan menggunakan metode double stage yaitu meliputi pre nursery dan main nursery. 2. Pembibitan dilakukan di Afdeling Hotel PT. Pasang Kayu dengan luas 37 Ha. 3. Tahapan replanting yaitu Pembibitan LCC (legume cover crops), Penumbangan, Pencacahan, Rumpuk Mekanis, Pancang Tanam, Lubang Tanam, Penanaman Pokok Sawit. 4. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dibagi menjadi 4 yaitu : TBM 0, TBM I, TBM II, TBM III 5. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) meliputi

Pemeliharaan Pokok Sawit (, Penyisipan, Konsolidasi), Pembrantasan Gulma, Pemupukan, Kastrasi, Sanitasi dan Tunas Pasir B. Saran 1. Dalam masa Pemeliharaan TBM, ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan yaitu menjaga kehomogenan tanaman dan menjaga jumlah populasi persatuan luas terpenuhi ( Satuan Pokok Perhektar atau SPH) . 2. Melakukan perawatan rutin sesuai jadwal secara konsisten sehingga membuat situasi lingkungan tanaman lebih mudah untuk dikontrol dan dilakukan penaburan pupuk. 3. Melakukan kalibrasi secara rutin pada beberapa kondisi areal seperti pada daerah datar dibanding dengan daerah rolling, kemudian daerah dekat sumber air dibanding daerah yang jauh dari sumber air, sehingga bisa mendapatkan norma standar pada beberapa kondisi yang berbeda tersebut. 4. Pengawasan selama proses kerja harus selalu dilaksanakan dengan baik, sehingga norma kerja yaitu output tenaga kerja, dan norma material yaitu alat kerja dan bahan yang digunakan untuk bekerja dapat dijaga sesuai dengan aturan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.

15

16

DAFTAR PUSTAKA

Adelina Manurung, Masra Chairani dan Sjahrum Lubis. 1991. Perkiraan Perkembangan Areal Kelapa sawit dan Kebutuhan Bahan Tanaman dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap kedua. Buletin Perkebunan Vol.22 No.4. Pusat Penelitian Perkebunan Medan. Anonim. 2010. Laporan Tahuan Komoditi Sawit. Kantor Pemasaran Bersama Perkebunan PN/PTP Perkebunan I - XXXI. Jakarta. Dr. Ir. Didiek H Goenadi, M.Sc. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian. Hartono, Rudi. 2005. Prospek dan Peluang Kelapa Sawit. PT. Kanisius. Jakarta. Poeloengan, Z. dan Sjahrum Lubis. 1992. Prospek Kelapa Sawit untuk Agroindustri. Makalah untuk Agribusiness Week. P2PA. Jakarta. Siregar, H. 1980. Budidaya Kelapa Sawit. PT. Sastra Hudaya. Supriyono, 2007. Perkembangan Industri dan Ekspor Minyak Sawit Malaysia. (disarikan dari Global Oils & Fats, Business Magazine (Regional Review),Vol. 4 ISSUE 1, Jan Mar,2007.

You might also like