You are on page 1of 4

KEBIJAKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MASA REFORMASI Oleh : Arifin (2010 40 046) Mahasiswa Beasiswa PPs Raden Intan

Lampung

Pendidikan Islam, sebagai usaha dan karya manusia, berkembang seiring dengan dinamika dan perubahan pranata sosial, jika ia mampu mengikuti irama perubahan, maka ia akan survive. Sebaliknya, jika lamban, maka cepat atau lambat akan tertinggal dan ditinggalkan dilandasan. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa eksistensi pendidikan Islam merupakan salah satu syarat yang mendasar dalam meneruskan dan mengekalkan kebudayaan Indonesia. Hal ini disebabkan karena pendidikan Islam, sebagian bagian dari sistem pendidikan nasional, memegang amanat untuk membina dan membangun manusia indonesia seutuhnya, sebagainmana tercermin dalam pembukaan UUD 1945 ; Untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahkan secara tegas dinyatakan dalam amanat pasal 31 UUD 1945 dan perubahannya menyebutkan bahwa : 1. Tiap tiap warga negara berhak mendapat pendidikan 2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur oleh UU Secara Yuridis, posisi pendidikan Islam berada pada posisi yang strategis, baik pada UUSPN no.2 tahun 1989 maupun UUSPN no 20 tahun 2003. Sebagaimana yang terlihat pada pasal 1 ayat 5 UUSPN yang menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, budaya nasional dan tuntunan perubahan zaman. Serta pada pasal 13 ayat 1 huruf a UUSPN 2003, yaitu : setiap peserta didik pada setiap jenjang berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. 1 demikian juga yang terdapat pada PP No. 55 tahun 2007 pada ayat 1 4, sebagai bukti bahwasanya pendidikan Islam telah mendapatkan perhatian pemerintah : 1. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

Samsul Nizar, Isu-Isu kontemporer tetntang pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2010),h 82

2. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya. 3. Pendidikan diniyah adalah pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan pada semua jalur dan jenjang pendidikan. 4. Pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya.

Demikian juga dengan pasal pasal lainnya dalam PP No. 55 Tahun 2007 : 1. Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama. 2. Pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Pasal 3

1. Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama.

2. Pengelolaan pendidikan agama dilaksanakan oleh Menteri Agama.

Pasal 4 1. Pendidikan agama pada pendidikan formal dan program pendidikan kesetaraan sekurang-kurangnya diselenggarakan dalam bentuk mata pelajaran atau mata kuliah agama.

2. Setiap peserta didik pada satuan pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan berhak mendapat pendidikan agama sesuai agama yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama.

3. Setiap satuan pendidikan menyediakan tempat menyelenggarakan pendidikan agama.

4. Satuan pendidikan yang tidak dapat menyediakan tempat menyelenggarakan pendidikan agama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat bekerja sama dengan satuan pendidikan yang setingkat atau penyelenggara pendidikan agama di masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan agama bagi peserta didik.

5. Setiap satuan pendidikan menyediakan tempat dan kesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakan ibadah berdasarkan ketentuan agama yang dianut oleh peserta didik.

6. Tempat melaksanakan ibadah agama sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa ruangan di dalam atau di sekitar lingkungan satuan pendidikan yang dapat digunakan peserta didik menjalankan ibadahnya. 2

Mencermati pasal-pasal diatas, terlihat bahwa pendidikan agama Islam tidak hanya menekankan pada pengembangan IQ, tetapi EQ dan SQ secara harmonis artinya bahwa pendidikan Islam harus mampu melahirkan insan yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia dan memiliki intelektual yang tinggi. Dengan demikian sesungguhnya pendidikan Islam tidak saja fokus pada education for the brain tetapi juga pada education for the heart. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menciptakan manusia seutuhnya sehat lahir dan batin yang mampu membawa kepada kesejahteraan dunia dan akhirat.

Dirjen Pendis Depag, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan tentang Pendidikan ( Jakarta Depag, 2007),h.229

You might also like