You are on page 1of 23

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG MATERI APLIKASI PENGOLAH KATA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Komputer

Oleh : Siti Sarah Munawaroh 0706722

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk

menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi. Melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Pendidikan diharapkan dapat menggerakkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas keberadaannya serta mampu

berpartisispasi dalam gerak pembangunan. Sekarang ini dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan dan kenutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahn lokal dan perubahan global yang terjadi begitu pesat. Permasalahan tersebut mencakup perkembangan masyarakat informasi, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat yang semakin pesat menuntut perubahan cara dan strategi guru dalam membelajarkan siswa tentang sesuatu yang harus mereka ketahui untuk masa depan mereka, sehingga perlu adanya pembelajaran yang mampu membelajarkan siswa untuk menemukan fakta dan informasi, mengolah dan mengembangkannya agar menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi dirinya agar mereka mampu berkreativitas dan siap menghadapi masalah-masalah masa depan. Oleh karena

itu, guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat dan siswa siap menghadapi masalah-masalah masa depan. Berbicara mengenai hasil belajar, ternyata banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas. Model pembelajaran yang monoton akan mengurangi motivasi siswa untuk belajar karena siswa merasa jenuh dengan pola pembelajaran yang sama secara terus-menerus. Karena itu guru diharapkan mampu dan mau menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi yang dapat

membangkitkan daya kreatifitas dan motivasi untuk belajar secara mandiri dan bekerja sama dengan siswa yang lain dalam kelompok-kelompok belajar siswa. Oleh sebab itu perlu diterapkan suatu model tertentu dalam pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa secara keseluruhan, memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal sekaligus mengembangkan aspek kepribadian seperti kerja sama, bertanggung jawab dan disiplin. Terdapat banyak strategi dan metode yang dapat digunakan dalam proses pembelejaran dengan tujuan utamanya agar pembelajaran lebih konsdusif dan menyenangkan, diantaranya yaitu Pembelajaran Kooperatif, Contextual Teaching Learning (CTL), PAKEM, metode ekspositori, dan inquiry. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
2

saat ini banyak digunakan oleh guru saat mengajar di kelas dan merupakan salah satu model pembelajaran yang dianjurkan oleh pemerintah. Model

pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi model. Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang dianggap peneliti dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar-mengajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Karena pada model ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya penomoran sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masingmasing. Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan suatu penelitian kuasi eksperimen yang berjudul Implementasi Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe NHT Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang dikemukakan adalah Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT prestasi belajar TIK siswa dapat ditingkatkan?.
3

1.3. Pembatasan Masalah Untuk menjaga agar maslah dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis akan membatasi masalah sebagai berikut : a. Penelitian ini dilaksanakan untuk siswa kelas VII b. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem Operasi kelas VII semester 1 c. Hasil belajar dalam penelitian ini diambil dari hasil pretest dan posttest yang dibatasi pada aspek kognitif 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat : 1. Bagi guru, dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran di kelas 2. Bagi siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada pokok bahasan Sistem Operasi. 3. Bagi peneliti, dapat menjadi bahan referensi penunjang dan sebagaiinformasi pembelajaran 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang dikemukakan adalah Apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT hasil belajar TIK siswa pada pokok bahasan sistem operasi di kelas VII dapat ditingkatkan? 1.6. Definisi Operasional
4

Dalam penelitian ini akan dijelaskan beberapa istilah penting yang akan digunakan pada bab-bab selanjutnya. Adapun istilah-istilah itu adalah : a. Hasil belajar adalah suatu nilai yang dicapai oleh siswa menurut kemampuannya dalam mengerjakan atau menyelesaikan soal-soal evaluasi tes hasil belajar pada pokok bahasan sistem operasi. b. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen, yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Langkah-langkah

pekerjaannya yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, menjawab.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memiliki kepandaian atau ilmu, definisi ini memiliki pengertian belajar adalah proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap. Sedangkan menurut Nasution yang mengemukakan beberapa pengertian tentang belajar sebagai berikut : 1. belajar adalah perubahan-perubahan dengan sistem syaraf; 2. belajar adalah penambahan pengetahuan; 3. belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Dari ketiga pengertian belajar yang telah disebutkan diatas, beliau menekankan pada pengertian belajar yang ketiga, karena pengertian tersebut memperhatikan seluruh perkembangan pribadi anak. Slameto mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan lingkungannya. 2.2. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk mengarahkan pendidik mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik

sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,

lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Model pengajaran memiliki empat ciri khusus : 1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajra (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam berkelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. 2.2.1. Prinsip Dasar Model Kooperatif Learning Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama c. Setiap anggota (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif diantaranya : a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai b. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, rendah, dan sedang c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin d. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada pada masing-masing individu
8

Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai

dengan norma. 2. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok. 3. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap

bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan. 4. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan

mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan. 2.2.2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, yaitu : 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 2. Menyajikan informasi
9

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar 5. Evaluasi 6. Memberikan penghargaan 2.2.3. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif antara lain : 1. Membantu siswa belajar berpikir berdasarakan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir 2. Membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti0bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain 3. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan prinsip 4. Mambantu siswa mengenali dengan adanya suatu masalah informasi dan yang

memformulasikannya

mengguankan

diperoleh dari bacaan atau ceramah 5. Manggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya 6. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik 2.3. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas
10

tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pamahaman merak terhadap isi pelajaran tersebut. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru

menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT : a. Fase 1 : Penomoran Dalam fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor antara 1 sampai 5 b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi pertanyaan dapat sangat spesifik dan dalam jumlah kalimat tanya. c. Fase 3 : Berfikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. d. Fase 4 : Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sebagai berikut : Langkah 1. Persiapan

11

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Langkah 2. Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. Langkah 4. Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah

12

diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Langkah 6. Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah : 1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran 3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil 5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam 7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi. 2.4. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan dan sikap
13

seseorang dalam menyelesaikan suatu hal dalam bidang pendidikan. Kehadiran dalam hasil belajar ada dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu yang berada di bangku sekolah. hasil belajar akan mengajarkan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap bidang studi. Hasil belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu intern dan ekstern. Faktor intern merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar peserta didik. Faktor intern meliputi prasyarat belajar, yakni pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, keterampilan belajar yang dimiliki oleh siswa yang meliputi caracara yang berkaitan dengan mengikuti mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok mempersiapkan ujian, menindaklanjuti hasil ujian dan mencari sumber belajar, kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, cita-cita, dan hubungannya dengan orang lain. Faktor ekstern antara lain meliputi proses belajar mengajar, sarana belajar yang dimiliki, lingkungan belajar, dan kondisi sosial ekonomi keluarga. 2.4.1. Penilaian Hasil Belajar Dalam penilaian hasil belajar terdapat beberapa istilah, yaitu evaluasi, pengukuran, tes, dan asesmen. 1) Evaluasi

14

Evaluasi yang sering diartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang

diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrument tes maupun non tes. Tujuannya adalah member nilai tentang kualitas sesuatu untuk menjawab pertanyaan bagaimana suatu proses atau hasil suatu program. 2) Pengukuran Pengukuran diartikan sebagai prosedur pemberian angka (biasa disebut skor) kepada suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki seseorang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan yang jelas. Pengukuran adalah proses kuantifikasi, hasilnya selalu digambarkan dalam angka-angka. Demikian juga galnya dengan pengukuran dalam bidang pendidikan, yang diukur adalah atribut atau karakteristik siswa, misalnya pengetahuannya, keterampilannya, dan sikapnya. 3) Tes Tes dapaat diidentifikasi sebagai pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. 4) Asesmen
15

Istilah asesmen berasal dari kata assess yang berarti menempatkan sesuatu atau membantu penilaian. Dalam konteks evaluasi, assessment berarti proses pengambilan data dan membuat data tersebut ke dalam suatu bentuk yang dapat diinterpretasikan; keputusan atau pertimbangan dapat dibuat berdasarkan assesmen ini. Menurut Wallace & Larsen assemen adalah kegiatan mengevaluasi pendidikan dengan cara mengumpulkan informasi mengenai siswa untuk menentukan strategi pengajaran yang tepat. 2.4.2. Ranah-ranah Hasil belajar Target pencapaian hasil belajar siswa, menurut Stiggins (1994) meliputi pengetahuan, penalaran, produk, keterampilan, dan afektif. Pembahasan target hasil belajar dibagi atas ranah kognitif yang

membahas aspek pengetahuan dan penalaran, ranah afektif, serta ranah keterampilan dan produk. Ketiga aspek atau ranah hasil belajar itu erat sekali, bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. 1. Ranah Kognitif Bidang kognitif termasuk hasil pembelajaran yang menegaskan hasil intelek seperti pengetahuan, pemahaman dan kemahiran berfikir secara kritis dan kreatif. 2. Ranah Afektif
16

Bidang afektif termasuk hasil pembelajaran yang menegaskan rohani dan emosi seperti sikap dan nilai. 3. Ranah Psikomotor Bidang psikomotor termasuk hasil pembelajaran yang menegaskan kemahiran gerakan seperti penulisan, menaip, berenang, melompat tinggi, bermain, memasak, melukis, membina sesuatu dan

mengoperasi mesin atau alat. Ketiga ranah di atas merupakan objjek penilaian hasil belajar. Ranah kognitif lebih bannyak dinilai oleh para guru karena berkaitan dengan kemampuan dan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran. Aspek-aspek dari ranah kognitif diantaranya : 1. Pengetahuan (C1) Aspek pengetahuan merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari siswa. 2. Pemahaman (C2) Pemahaman merujuk pada pengetahuan seseorang terhadap apa yang akan dikomunikasikan dan dapat menggunakan ide atau materinya itu tanpa dikaitkan dengan materi lain. 3. Penerapan (C3) Penerapan merupakan kemampuan menggunakan abstraksi-abstraksi

17

suatu ide, konsep, rumus pada situasi yang khusus. 4. Analisis (C4) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menguraikan sebuah informasi sehingga menjadi bagian-bagian yang jelas. 5. Sintesis (C5) Sintesis adalah kemampuan memadukan unsure-unsur atau bagianbagian dari suatu ide sehingga ,menjadi suatu informasi 6. Evaluasi (C6) Evaluasi adalah kemampuan memberikan penilaian untuk maksud tertentu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan, yaitu Time Series Design. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum

18

diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbedabeda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.

Hasil pretest yang baik adalah O1 = O2 = O3 = O4 dan hasil perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. Besarnya pengaruh perlakuan adalah = (O5 + O6 + O7 + O8) (O1 + O2 + O3 + O4 ). 3.2. Populasi dan Sampel Pada penelitian ini yang menjadi subjek populasi adalah seluruh siswa kelas VII SMP. Sampelnya diambil secara acak sebanyak satu kelas dengan kemampuan yang heterogen.

3.3. Instrument Penelitian Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrument berupa tes objektif dengan bentuk pilihan ganda. Selain untuk menghimpun data, penggunaan ini juga bertujuan untuk mengetahui hasil penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

19

3.4. Pengolahan Data Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan pengolahan data atau analisis data. Tes bentuk objektif digunakan untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa dalam mengaplikasikan konsep yang telah diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran (perlakuan) sebagai pre test dan post test. Instrument tes ini dibatasi hanya pada aspek ingatan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3) .

20

3.5. Alur Penelitian

Identifikasi masalah dan tujuan penelitian Studi literatur

Pembuatan instrumen dan bahan ajar Pembuata media pembelajaran Pembuatan butir soal evaluasi dan lembar observasi

Judgement Instrumen dan bahan ajar Memperbaiki hasil judgment Ujicoba Instrumen

Pelaksanaan Penelitian

Kelas Eksperimen

Pretest 1

Pretest 2

Pretest 3

Cooperative Learning tipe NHT

Cooperative Learning tipe NHT

Cooperative Learning tipe NHT

y y y y

Penomoran Mengajukan pertanyaan Berfikir bersama Menjawab

y y y y

Penomoran Mengajukan pertanyaan Berfikir bersama Menjawab

y y y y

Penomoran Mengajukan pertanyaan Berfikir bersama Menjawab

Postest 1

Postest 2

Postest 3

Dibandingkan

21

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA Dimyati., Mudjiono.2009.Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:Penerbit Rineka Cipta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan&Bidan Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatak Kuantitatif, Kualitatif dan R& D). Bandung: Alfabeta. Herdian. 2009. Model Pembelajaran Numbered Head Together. From :

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numberedhead-together/. 25 Agustus 2011.

22

You might also like