You are on page 1of 12

Catatan Kuliah

Bahasa Indonesia
Oleh Ande Akhmad S. (A 1O99010 FH UNPA D) Dosen: 1. Dadang Epi Sukarsa, S.H. 2. Eidy Sandra, S.H.
PENDAHULUAN Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Tujuan bahasa adalah untuk mengerti. Bahasa Indonesia yang baik; sesuai sopan santun berbahasa bergantung kepada siapa yang dihadapi (lebih tua, muda, terhormat, dsb.). Bahasa Indonesia yang benar; sesuai norma / aturan berbahasa (realisasinya misal; pada karya tulis ilmiah, pidato resmi, dll., tujuannya adalah untuk mengerti sesuai norma). Penting atau tidaknya bahasa Indonesia dapat dilihat dari sudut pandang: 1. Jumlah penutur, 2. Jumlah penyebaran. Konsekuensinya: Makin banyak penutur dan makin luas penyebarannya maka bahasa Indonesia makin penting. Bahasa Indonesia dipakai sebagai sarana ilmu, budaya dan sastra. TATA BUNYI diftong (misal; sentosa sentausa, teladan tauladan, dll.).

Monoftongisasi Kluster Lafal

adalah proses perubahan diftong menjadi monoftong (misal; santai sante, ramai rame, dll.) (gugus konsonan) adalah dua buah / lebih konsonan yang diucapkan serempak (misal; str pada struktur, dll.).

adalah cara seseorang / sekelompok orang dalam masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa, misal; bunyi /k/ pada bapak bapa, dll. Ejaan adalah keseluruhan sistem penulisan bunyi dan bahasa.

Ejaan yang berlaku di Indonesia adalah Ejaan


van Ophuysen, Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) dan Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD; yang berlaku sekarang). Tekanan dinamik adalah tekanan keras untuk memberikan sebuah tekanan terhadap sepatah kata karena mendapat perhatian khusus, berfungsi untuk; mengemukakan suatu pertentangan, mengalihkan pembicaraan, menyebutkan beberapa jenis benda atau hal berturut-turut. MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatika terkecil yang mempunyai arti atau ikut mendukung arti. Morfem terdiri dari: 1. Morfem bebas (kata dasar), yaitu morfem yang berdiri sendiri dan dapat diucapkan Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

Fonem

adalah kesatuan terkecil yang terjadi dari bunyi bahasa yang dapat membedakan arti (lambang fonem huruf); f, q, v, x, dan z merupakan fonem serapan. Diftong adalah dua vokal diucapkan secara serempak dalam satu kesatuan waktu (misal; ai, oi, au, dll.).

Diftongisasi adalah proses perubahan kata-kata


yang mengandung bunyi monoftong menjadi

2.

tersendiri meskipun tidak diletakkan dalam hubungan kalimat. Morfem terikat, yaitu morfem yang tak dapat berdiri sendiri dan baru mengandung makna setelah morfem itu diletakkan dalam hubungan kalimat atau dengan morfem yang lain / bentuk lain.

3.

Morfem dasar terikat secara morfologis, yaitu morfem yang tak dapat berdiri sendiri jika tidak dalam bentuk kompleks. Misal; cetus dan bayang harus diberi imbuhan ter (tercetus, terbayang).

RAGAM BAHASA Skema: Tentang ragam bahasa Ragam bahasa baku Ragam bahasa lisan Ragam bahasa tak baku Ragam bahasa Ragam bahasa baku Ragam bahasa tulisan Ragam bahasa tak baku Ragam lisan dan ragam tulisan berbeda, perbedaannya dapat kita lihat sbb.: 1. Penggunaan bentuk kata, Contoh; nabrak menabrak, legalisir legalisasi, bila tak apabila tidak, dsb. 2. Penggunaan kosa kata, Contoh; kasih tahu memberi tahu, lagi bikin sedang membuat, disebabkan karena disebabkan oleh, dsb. 3. Penggunaan struktur kalimat. Contoh; saya sudah sudah saya, dsb., Dalam pasal 27 UUD 1945 menjelaskan (tak baku) dijelaskan (baku; dipasifkan) atau diaktifkan (supaya baku) menjadi; Pasal 27 UUD 1945 menjelaskan. Rektor membawahi para dekan (tak baku) Rektor membawahkan para dekan / Dekan membawahi rektor (baku). Dosen menugasi mahasiswa untuk membuat makalah Dosen menugaskan membuat makalah kepada mahasiswa. Atas perhatiannya (tak baku; karena (nya) di sini adalah untuk orang ke-3) Atas perhatian anda. STRUKTUR KALIMAT

Yang

perlu kita perhatikan dalam upaya memahami struktur kalimat bahasa Indonesia ialah: 1. Alat uji kalimat, Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

2. 3. 4. 5.

Ciri-ciri subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), keterangan (Kkt), Pola kalimat, Kalimat majemuk, Kalimat efektif.

5.

Ad 1): Alat uji kalimat Persyaratan pokok yang perlu diperhatikan dalam menentukan apakah sebuah tuturan, baik lisan maupun tulisan, merupakan sebuah kalimat atau baru merupakan gabungan kata (frase) antara lain: 1. Unsur predikat, Setiap kalimat sekurang-kurangnya memiliki predikat. Suatu kata atau kelompok kata dapat berfungsi sebagai predikat jika kata atau kelompok kata itu dapat disertai kata benda, atau kelompok kata benda yang mempunyai relasi predikatif (hubungan subjek predikat). Contoh: gadis yang cantik itu (frase) Gadis itu cantik (kalimat). 2. Pembalikan unsur-unsur kalimat, Suatu tuturan merupakan kalimat jika urutan unsur-unsurnya dapat kita pertukarkan tempatnya, tanpa ada perubahan informasi yang disampaikan. Contoh: gadis yang cantik itu yang cantik itu, gadis (bukan janda). Gadis itu cantik. Cantik, gadis itu. Ad 2): Ciri-ciri S, P, O, Pel, Kkt Subjek memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa dan siapa, 2. Disertai kata itu / ini (takrif), 3. Dapat diperluas / disertai frase atau klausa, 4. Tidak didahului kata depan (di, dalam, ke, dengan, dsb.),

Berupa kata benda atau kelompok kata benda atau kelas kata lain yang dapat memiliki salah satu subjek di atas. Predikat memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana, 2. Dapat disertai kata pengingkaran tidak dan bukan, 3. Dapat disertai kata-kata seperti ingin, hendak, mau, akan, sudah, belum, dan, sedang, 4. Berupa kata kerja atau kelompok kata kerja, kata benda, atau kelompok kata benda, kata sifat atau kelompok kata sifat, kata bilangan atau kelompok kata bilangan. Objek memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Terdapat dalam kalimat transitif, 2. Langsung mengikuti predikat (kata kerja transitif), 3. Tidak didahului kata depan, 4. Tidak didahului kata merupakan, ialah, atau adalah, 5. Dapat menjadi subjek kalimat pasif (dalam oposisi aktif), 6. Berupa kata benda, kelompok kata benda, atau anak kalimat. Pelengkap memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Melengkapi makna kata kerja (predikat), 2. Terdapat dalam kalimat yang berpredikat kata kerja (pola kalimat III dan pola kalimat V), 3. Hanya menempati posisi setelah predikat, 4. Tidak didahului kata depan, 5. Berupa kata benda atau kelompok kata benda, kata sifat atau kelompok kata sifat, dsb., 6. Tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Keterangan memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, alat, sebab, akibat, dsb., 2. Memiliki keleluasaan posisi (akhir, awal, atau menyisipkan di antara S dan P), Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

3.

4.

Didahului kata depan (seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, dan dengan) atau kata penghubung (untuk keterangan yang berupa anak kalimat), Berupa kata, kelompok kata (frase berpreposisi), atau anak kalimat.

b.

Ad 3): Pola kalimat Antara lain: I. a. Kalimat dasar berpola S P (P: KK), Semua peserta datang. b. Kalimat dasar berpola S P (P: KB), Itu rumah saya. c. Kalimat dasar berpola S P (P: KS), Orang itu baik. II. Kalimat dasar berpola S P K, Saya tertarik pada matanya. III. Kalimat dasar berpola S P Pel, Anak pertamanya telah menjadi pengusaha. IV. a. Kalimat dasar berpola SPO (P: Kkt), Saya membaca novel baru. b. Kalimat dasar berpola SPO (P: Kkt turunan), Dia menjalankan perusahaan ayahnya. V. Kalimat dasar berpola S P Pel, Dia membuatkan temannya lukisan Bali. VI. Kalimat dasar berpola S P O K, Gadis itu memasukkan tangannya ke dalam kantong jaketnya. Ad 4): Kalimat majemuk Kalimat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Kalimat tunggal; kalimat yang hanya terdiri atas satu kalimat dasar, 2. Kalimat majemuk; kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua kalimat dasar, meliputi: a. Kalimat majemuk setara, Memiliki dua kalimat dasar atau lebih. Ditandai oleh kata penghubung, seperti: dan, serta; tetapi,

sedangkan; lalu, lantas, terus, kemudian; atau, entah. Kalimat majemuk bertingkat (tak setara). Memiliki kalimat induk dan anak kalimat. Ciri-ciri induk kalimat; dapat berdiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri, mempunyai unsur kalimat yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan anak kalimat (subjek, predikat, dan atau objek serta pelengkap / keterangan), tidak didahului kata penghubung. Ciri-ciri anak kalimat; tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri, tidak memiliki unsur kalimat yang lengkap (jika subjek kalimat sama dengan subjek induk kalimat, misalnya; subjek anak kalimat dapat ditiadakan, tetapi dalam induk kalimat subjek harus ada),

ditandai dengan kata penghubung (menyatakan hubungan tak setara), antara lain; jika, kalau, apabila, andaikata; ketika, waktu, setelah, sebelum, sesaat, sesudah; supaya, agar; sebab, karena; meskipun, walaupun, biarpun, sekalipun. Dapat menempati posisi awal, akhir, atau menyisip dalam induk kalimat (di antara subjek dan predikat) untuk anak kalimat yang menduduki fungsi keterangan.

Ad 5): Kalimat efektif Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara / penulis. Syarat-syaratnya, antara lain harus memiliki: 1. Kesatuan gagasan, Setiap kalimat harus mempunyai gagasan pokok / ide pokok yang jelas dan utuh. Kesatuan gagasan ini ditentukan oleh faktor kejelasan makna kalimat, artinya makna kalimat itu tidak menimbulkan penafsiran yang ganda. 2. Kepaduan (koherensi), Hubungan timbal balik yang tepat antara bagian-bagian yang membentuk sebuah kalimat. Kesalahan yang paling banyak ditemukan dalam penulisan kalimat dan merusak koherensi kalimat adalah penempatan kata-kata yang tidak tepat dan penempatan preposisi konjungsi dan sejumlah kata tugas yang salah. 3. Kesejajaran (kepararelan), Penggunaan bentuk gramatikal yang sejajar / sama untuk unsur-unsur kalimat yang mempunyai bagian / jabatan yang sama. Bila digunakan kata-kata yang mengandung di-, me-, dan pe-an, katakata lain yang mempunyai fungsi harus menggunakan bentuk yang sama juga. 4. Kehematan, Hemat menggunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tak perlu sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. 5. Kelogisan (kenalaran), Suatu alur berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan unsur-unsur yang terdapat dalam kalimat sehingga membentuk kesatuan pikiran yang masuk akal. Contoh: (1) Dengan memanjatkan puji syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa, makalah ini penulis dapat selesaikan. (2) Makalah ini yang

membahas penggunaan bahasa Indonesia dalam media masa cetak. (3) Sebagai sampel, mengambil beberapa koran-koran dan majalah. (4) Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. (5) Berdasarkan hasil analisa data, membuktikan bahwa koran dan majalah belum mencerminkan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. (6) Dengan perkataan lain para wartawan belum mahir menterapkan kaidah bahasa Indonesia ke dalam tulisannya. (7) Cara menyusun kalimat, pembentukan kata serta menggunakan ejaan masih banyak yang salah. Komentar: (1): Menjadi: Penulis memanjatkan puji syukur pada Tuhan Yang Mahakuasa, makalah ini penulis dapat selesaikan.

Dengan Penulis, untuk kesejajaran kalimat. Maha + (imbuhan +) di pisah; misal Maha Mengetahui, sehingga bila tidak dibubuhi imbuhan maka disatukan (misal; Mahaesa). (2): Menjadi: Makalah ini membahas penggunaan bahasa Indonesia dalam media masa cetak. Kata yang dihilangkan karena dapat mengaburkan subjek. (3): Menjadi: Sebagai sampel, penulis mengambil beberapa koran dan majalah. Koran-koran diganti dengan koran, karena makna jamak sudah diwakili oleh kata beberapa. (4): Menjadi: Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. (5): Menjadi: Hasil analisa data membuktikan bahwa koran dan majalah belum mencerminkan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

Kata berdasarkan dihilangkan untuk kesejajaran kelimat. Antara kata data dan membuktikan tidak perlu koma (,) sebagai penghubung. (6): Menjadi: Dengan perkataan lain, para wartawan belum mahir menerapkan kaidah bahasa Indonesia ke dalam tulisannya.

Untuk memperluas uraian.

Antara kata lain dan para ditambah koma (,) sebagai penghubung. menterapkan menerapkan.

Jenis Kutipan Menurut jenisnya, kutipan terdiri dari: 1. Kutipan langsung, Adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. 2. Kutipan tidak langsung (kutipan isi), Adalah pinjaman pendapat seseorang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.

(7): Cara menyusun kalimat, membentuk kata, serta menggunakan ejaan masih banyak yang salah.

Bila

Karena predikat yang ada dalam satu kalimat tersebut yaitu menyusun dan menggunakan adalah merupakan kata kerja transitif (memerlukan objek penderita), maka demi kesejajaran kalimat, kata pembentukan diganti dengan membentuk.

penulis menganggap perlu memasukkan kutipan yang panjang, maka lebih baik memasukkannya dalam bagian Apendiks atau Lampiran.

Karena rincian lebih dari satu maka di antara kata kata dan serta ditambahkan koma (,). KUTIPAN Dirangkum dari: Komposisi, oleh Drs. Gorys Keraf. Pengertian Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah. Tujuan: Untuk menghindarkan duplikasi, Untuk bahan penunjang gagasan, ide penulis atau pengarang, Efisiensi, Agar kualitas akademis tercapai dan dapat dipertanggungjawabkan, Untuk mengadakan analitis atau kritik,

Prinsip-prinsip Mengutip Antara lain: 1. Jangan mengadakan perubahan, Tetapi jika perlu, maka dapat dilakukan dengan memberikan keterangan. Keterangan tersebut berupa, misal; [huruf miring dari saya, Penulis]. [] diberikan setelah kata atau kalimat yang mengalami perubahan. 2. Bila ada kesalahan, Misalnya, jika kita tidak setuju dengan suatu bagian dalam kutipan, maka diberikan catatan singkat; [sic !]. [sic !] diberikan setelah kata yang (mis; penulisannya) tidak kita setujui. 3. Menghilangkan bagian kutipan, Tidak boleh merubah makna. Penghilangan bagian kutipan dinyatakan dengan tanda: [], misal; dst. Cara Mengutip Antara lain: 1. Untuk kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris, adalah sbb.: a. Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks, Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

b.

2.

3.

Jarak antara baris dengan baris dua spasi, c. Kutipan itu diapit dengan tanda kutip, d. Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas (untuk footnote), atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu (untuk endnote). Untuk kutipan langsung yang lebih dari empat baris, adalah sbb.: a. Kutipan itu dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi, b. Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi, c. Kutipan itu boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip, d. Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas (untuk footnote), atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu, e. Seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5 7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 5 7 ketikan. Apabila terdapat kutipan dalam kutipan, maka dapat menggunakan [] untuk kutipan dalam kutipan tersebut, misal; . Untuk kutipan tak langsung, adalah sbb.: a. Kutipan diintegrasikan dengan teks b. Jarak antar baris dua spasi, c. Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip, d. Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas (untuk footnote), atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.

4.

5.

Untuk kutipan pada catatan kaki, adalah sbb.: a. Kutipan ditempatkan dalam spasi rapat (meskipun singkat), b. Kutipan dimasukkan dalam tanda kutip, c. Dikutip tepat seperti teks aslinya. Untuk kutipan atas ucapan lisan, adalah sbb.: Misal: ., sebagaimana ditegaskan dengan katakata sebagai berikut: . nomor footnote. Keterangan nomor footnote, misal; nama yang memberikan keterangan, (misal; dalam menjawab ), tanggal.

CATATAN KAKI Pengertian Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Tujuan catatan kaki: Untuk menyusun pembuktian, Untuk menyatakan utang budi, Untuk menyampaikan keterangan tambahan, Untuk merujuk bagian lain dari teks. Jenis catatan kaki antara lain: 1. Penunjukan sumber (referensi), 2. Catatan penjelas, 3. Catatan sumber dan penjelas. Prinsip-prinsip Membuat Catatan Kaki Antara lain: 1. Hubungan catatan kaki dengan teks, Dinyatakan dengan mempergunakan nomor urut penunjukan baik yang terdapat dalam teks maupun yang terdapat pada catatan kaki. 2. Nomor urut penunjukan, Apabila nomor urut penunjukan hanya berlaku untuk tiap bab, maka konsekuensinya: Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

a.

Untuk tiap bab selalu dimulai dengan nomor urut 1 untuk catatan yang pertama, b. Nama pengarang dan sumber yang untuk pertama kali disebut dalam satu bab, harus disebut secara lengkap, dan penunjukan berikutnya atas sumber yang sama dalam bab tersebut dipergunakan singkatan Ibid, Op. cit., atau Loc. cit. Apabila nomor penunjukan itu berlaku untuk seluruh karangan, maka; penunjukan sumber secara lengkap hanya dipergunakan untuk penyebutan yang pertama kali, dan penunjukan berikutnya atas sumber yang sama dalam bab tersebut dipergunakan singkatan Ibid, Op. cit., atau Loc. cit. 3. Teknik pembuatan catatan kaki. Antara lain sbb.: a. Harus disediakan ruang atau tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut sehingga margin bawah tidak boleh lebih sempit dari 3 cm sesudah diketik baris terakhir dari catatan kaki, b. Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis, mulai dari margin kiri sepanjang 15 ketikan dengan huruf pika, atau 18 ketikan dengan huruf elite [_______________], c. Dalam jarak dua spasi dari garis tadi, dalam jarak 57 ketikan dari margin kiri diketik nomor penunjukan, d. Langsung sesudah nomor penunjukan, setengah spasi ke bawah mulai diketik baris pertama cari catatan kaki, e. Jarak antar baris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak antar catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) adalah dua spasi, f. Baris kedua dari tiap catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.

Unsur-unsur Referensi Antara lain: 1. Pengarang, - Urutan; gelar (kalau ada), nama kecil, nama keluarga. Misal; Prof. Dr. Totong Bajingos, Dr. Berebey, dsb. Pada penunjukan kedua dan selanjutnya cukup dipergunakan nama singkat, misal; Totong, Berebey, dsb. Konvensi yang berlaku di FH UNPAD (dalam penulisan tugas akhir), bahwa untuk nama dalam catatan kaki tidak menuliskan gelar.

Bila terdapat lebih dari seorang pengarang, jika hanya terdapat dua atau tiga orang maka semua nama pengarang dicantumkan, tetapi jika lebih maka cukup nama pertama yang dicantumkan, sedangkan bagi nama-nama yang lain digantikan dengan singkatan et. al. (et alii = dan lain-lain). Penunjukan kepada sebuah kumpulan (bunga rampai, antologi), sama dengan point 1 dan 2 ditambah singkatan ed. (editor) dibelakang nama penyunting atau penyunting terakhir, dipisahkan oleh sebuah tanda koma. - Jika tidak ada nama pengarang atau editor, maka catatan kaki dimulai dengan judul buku atau judul artikel. Judul, - Judul buku, judul majalah, harian, atau ensiklopedi digarisbawahi atau dicetak dengan huruf miring; judul artikel ditempatkan dalam tanda kutip,

2.

Sesudah catatan kaki pertama, maka pada penyebutan kedua dan seterusnya atas sumber yang sama, Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

3.

4.

judul buku, dsb. tidak perlu disebut lagi, dan digantikan dengan singkatan Ibid., Op.cit., Loc. cit., - Sesudah penunjukan pertama kepada sebuah artikel dalam majalah atau harian, maka untuk selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah atau harian tanpa judul artikel, tetapi apabila ada lebih dari satu penomoran yang dipergunakan maka cara tersebut tidak berlaku. Data publikasi, - Tempat dan tahun penerbitan sebuah buku dapat dicantumkan pada referesni pertama: referensi-referensi selanjutnya (dalam kesatuan nomor urut itu) ditiadakan. Dalam referensi yang pertama, tempat dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan sebuah koma, misal; (Bandung, 2003). Konvensi yang berlaku di FH UNPAD (dalam penulisan tugas akhir), tempat dan tahun tidak dipisahkan dalam tanda kurung. - Data publikasi bagi sebuah majalah, tidak perlu memuat nama tempat dan penerbit, tetapi harus mencantumkan nomor jilid dan nomor halaman, tanggal dan bulan (tidak boleh disingkat) dan tahun. - Data publikasi bagi sebuah artikel harian terdiri dari: bulan, hari, tanggal, tahun dan nomor halaman. Jilid dan nomor halaman, - Untuk buku yang terdiri dari satu jilid, maka singkatan halaman (hal.) dipakai untuk menunjukan nomor halaman. Konvensi yang berlaku di FH UNPAD (dalam penulisan tugas akhir), singkatan untuk halaman adalah hlm.

- Jika sebuah buku terdiri dari beberapa jilid, maka harus dicantumkan nomor jilid (dengan angka Romawi) dan nomor halaman (dengan angka Arab). Contoh Catatan Kaki Antara lain: 1. Referensi kepada buku dengan seorang pengarang,
F. Graebner, Etnologie in die Kultur der Gegenwart (Leipzig, 1923), hal. 544. Konvensi yang berlaku di FH UNPAD: F. Graebner, Etnologie in die Kultur der Gegenwart, Leipzig, 1923, hlm. 544.

2.

(Selanjutnya bentuk penulisan footnote yang dianut di FH UNPAD adalah seperti demikian). Referensi kepada buku dengan dua atau tiga pengarang,
L. Gottschalk, C. Kluckhoh, R. Angell, The Use of Personal Documents in History, Anthropology and Sociology (New York: Social Science Research Council, 1945), hal. 82 173.

3.

Referensi kepada buku dengan banyak pengarang,


Alton C. Morris, et. al., College English, the first year (New York, 1964), hal. 51 56.

4.

Kalau edisi perubahan,

berikutnya

mengalami

H.A. Gleason, An Introduction to Descriptive Linguistics (rev. ed.; New York, 1961), hal. 56.

5.

Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih,


A.H. Lighstones, Concepts of Calculus (Vol. I; New York: Haper & Row, 1966), hal. 75.

Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

6.

Sebuah edisi dari pengarang atau lebih,

karya

seorang

13. Referensi kepada dua sumber atau lebih,


M.J. Herskovits, Man and His Works: The Science of Cultural Anthropology (New York: Alfred A. Knopft, 1984), hal. 501; A.A. Goldenweiser, The Principles of Limited Possibilities in the Development of Cultural (London: Kegan Paul, Trench, Trubner & Co., 1933), hal. 35 55.

Lukman Ali, ed., Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjermin Manusia Indonesia Baru (Djakarta, 1967), hal. 84 85.

7.

Sebuah terjemahan,
Multatuli, Max Havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H.B. Jassin (Djakarta, 1972), hal. 50.

14. Referensi dari sumber kedua


M. Ramlan, Partikel-partikel Bahasa Indonesia, Seminar Bahasa Indonesia 1968 (Ende: Nusa Indah, 1971), hal. 122, mengutip Charles F. Hockett, A Course in Modern Linguistics (New York: The MacMillan Company, 1959), hal. 222.

8.

Artikel dalam sebuah antologi,


David Riesman, Character and Society, Toward Liberal Education, eds. Louis G. Locke, William M. Gibson, and Geroge Arms (New York, 1962), hal. 572 573.

15. Catatan penjelas,


( menjelaskan kata / kalimat / pernyataan yang dikutip).

9.

Artikel dalam ensiklopedi,


Robert Ralph Bolgar, Rhetoric, Encyclopaedia Britannica (1970), XIX, 257 260.

16. Referensi dan catatan penjelas,


J. Mallinckrodt, Het Adatrecht van Borneo (Leiden: M. Dubbeldeman, 1928), I, 50. + penjelaskan terhadap kata / kalimat / pernyataan yang dikutip).

10. Referensi pada artikel majalah,


Ny. H. Soebadio, Penggunaan Sansekerta dalam Pembentukan Istilah Baru, Madjalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, I, April 1963, hal. 47 58.

Singkatan yang Digunakan Dalam Penulisan Footnote Diantarnya:

11. Referensi pada artikel harian,


Tajuk Rencana dalam Kompas, 19 Januari, 1973, hal. 4.

12. Tesis dan diterbitkan,

disertasi

yang

belum

Ibid., Singkatan dari Ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Dipergunakan bila catatan kaki yang berikutnya menunjuk kepada karya atau artikel yang telah disebut dalam catatan nomor sebelumnya. Bila halamannya sama maka hanya dipergunakan singkatan Ibid. saja. Op. Cit., Singkatan dari Opere Citato yang berarti pada karya yang telah dikutip. Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

Jos. Dan. Parera, Fonologi Bahasa Gorontalo (Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1964), hal. 30.

10

Dipergunakan bila catatan itu menunjuk kembali kepada sumber yang telah disebut lebih dahulu, tetapi diselingi oleh sumber lain.

Loc. Cit., Singkatan dari Loco Citato yang berarti pada tempat yang telah dikutip. Dipergunakan untuk menyebut atau menunjuk kepada sebuah artikel majalah, harian, atau ensiklopedi yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi diselingi oleh sumber lain. cap: bab, supra: di atas, sudah terdapat lebih dulu pada teks yang sama, infra: di bawah, lihat pada artikel atau karangan yang sama di bawah, ed.: editor (penyunting) atau edition ( edisi), et. al.: dan lain-lain, dipakai untuk menyatakan atau menggantikan pengarang-pengarang yang tidak disebutkan namanya. et. seq. dan et. seqq. : dan halamanhalaman berikutnya. Hal. 205 Et. seq. berarti halaman 205 dan 206. Hal. 205 Et. seqq. berarti halaman 205, 206, 207, dst., Ms.: Manuscript : naskah, Passim: tersebar di sana-sini (pada suatu majalah atau tempat tertentu), Ser. Seri, [Sic!]: demikianlah, seperti pada aslinya., cf. atau conf.: confer berarti bandingkan, atau bandingan dengan, Vol: volume, atau jilid.

Cara penyusunan daftar bibliografi ( daftar pustaka ): 1. Nama pengarang diurut menurut alfabet (nama yang dipakai dalam urutan itu adalah nama keluarga). Bila tidak ada nama pengarang, maka judul buku atau artikel dimasukkan dalam urutan alfabet. Konvensi yang berlaku di FH UNPAD: tidak menggunakan nama keluarga untuk diurutkan dalam alfabet. 2. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka untuk referensi yang kedua dst., nama pengarang diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketikan. 3. Jarak antara baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi, tetapi jarak antara pokok dengan pokok yang lain adalah dua spasi. 4. Baris pertama dimulai dari margin kiri, baris kedua dst. dari tiap pokok dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan. Contoh daftar bibliografi: Apabila menggunakan cara footnote: BIBLIOGRAFI Bloomfiled, Leonard. Language. London: George Allen & Unwin Ltd., 1962. Sapir, Edward. Language, An Introduction to The Study of Speech: New York; Harcourt, Brace and Company, 1949. _______. Speech as a Personality Trait, American Journal of Society. 32: 892 906 (1927). Apabila menggunakan cara endnote, maka daftar bibliografinya adalah sbb.: BIBLIOGRAFI Bloomfiled, Leonard. 1962. Language. London: George Allen & Unwin Ltd.

BIBLIOGRAFI

Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

11

Sapir, Edward. 1949. Language, An Introduction to The Study of Speech: New York; Harcourt, Brace and Company. _______. 1927. Speech as a Personality Trait, American Journal of Society. 32: 892 906. REFERENSI Diantaranya :

Komposisi, oleh Drs. Gorys Keraf. Membina Bahasa Indonesia Baku 1 dan 2 Pelik-pelik Bahasa Indonesia, oleh Dr. J.S. Badudu. Pilihan Kata dalam Bahasa Indonesia, oleh Ukun Suryaman, Dll.

Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

12

You might also like