You are on page 1of 15

Makalah K3

PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI DAN PEMADAN KEBAKARAN OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR UV-TRON BERBASIS AT89S51

FADILLAH NUFINDA RACHMAN


(080810267)

PROGRAM STUDI S1 TEKNOBIOMEDIK DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012

1. ALAT DAN BAHAN 1. UV-Tron 2. Mikrokontroller AT89S51 3. Motor stepper 4. Photodioda 5. Transistor 6. Buzzer 7. Trafo 8. Kabel Jumper 9. PCB 10. Solder 11. Timah 12. Multimeter 13. Sedot Timah

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. UV-TRON UV-Tron yang kita gunakan merupakan UV-Tron seperti bola lampu dengan board pengaturnya C3704. Anoda UV-Tron (kaki lebih panjang) dihubungkan dengan lubang di C3704 dengan tanda A dan Katoda (kaki lebih pendek) dengan lubang bertanda K.

Gambar 1. UV-Tron yang terpasang di C3704

Untuk input tegangan menurut spesifikasi, board C3704 membutuhkian input tegangan 10 30 V DC. Sebenarnya input tersebut tetap diregulasi ole C3704 menjadi 5V. Untuk melewati regulator pada C3704 dengan memberikan langsung tegangan 5V ke kaki output regulator 3704. Regulator pada 3704 merupakan regulator 7805 dengan tanda ICI. Ada 4 lubang ( 3 digunakan oleh regulator ) dengan tanda O (output), G (ground), I(input), dan 0 (output). Lubang ke-4 yang bertanda 0 tidak digunakan sebagai input tegangan 5V. Seperti gambar dibawah:

Gambar 2. Hubungan sumber tegangan C370

Jika kita menggunakan sumber tegangan 10-30V DC, bisa disambungkan dengan tanda + dan groundnya tetap kelubang betanda -. Hubungan ke AVR adalah melalui lubang Q (lubang denagn tanda 1)dan Q bar (lubang bertanda 2). Lubang 1 da 2 ini merupakan sinyal output berupa pulsa high atau low. Jika diinginkan uC untuk membaca masukan 5V, maka pin uC dihubungkan dengan lubang Q. Jika diinginkan uC untuk membaca kondisi low, maka hubungkan dengan kondisi low, maka hubungkan dengan lubang Q bar. Lebar pulsa saat mendeteksi adanya nyala lilin adalah 10 ms. Di board C3704 juga terdapat setting jumper 3.5.7. dan 9 ( disebut dengan setting background cancel level). Jika pancaran cahaya natural terlalu banyak dapat diset jumpernya ke- 9, defaulnya adalah 3. Jadi saat UV-Tron memberikan 3 sampai 9 pulsa ke board dengan interval waktu 2 detik atau kurang,rangkaian pemroses sinyal baru akan memberikan output pulsa yang selebar 10 ms itu.

2. Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan microprocessor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu dan mainan yang lebih canggih serta dalam bidang pendidikan. Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka, dan lain sebagainya), Microcontroller hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin antar muka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan Pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program control disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sederhana sementara, termasuk register-register yang digunakan pada Microcontroller yang bersangkutan. Microcontroller AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran Atmel. Jenis Microcontroller ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengolah data per bit ataupun data 8 bit secara bersamaan.

Gambar 3. Mikrokontroler AT89S51

3. Motor stepper Motor stepper yang digunakan adalah motor stepper bipolar. Untuk mengendalikan motor stepper bipolar ini dibutuhkan sebuah rangkaian driver motor stepper. Rangkaian driver motor stepper ini berfungsi untuk memutar motor stepper

searah/berlawanan arah dengan arah jarum jam. Mikrokontroler tidak dapat langsung mengendalikan putaran dari motor stepper, karena itu dibutuhkan driver sebagai

perantara antara mikrokontroler dan motor stepper, sehingga perputaran dari motor stepper dapat dikendalikan oleh mikrokontroler.

Gambar 4. Rangkaian driver motor stepper

4. Photodioda Pada sebuah LED, cahaya yang tampak atau emiter infra red merubah listrik menjadi cahaya. Cahaya pada sebuah LED terjadi akibat adanya gerakan dari sifat pembawa muatan minoritas pada arus maju yang mengalir. Suatu dioda yang digunakan cahaya dibawah kondisi tertentu, dapat dibuat sensitif dan junction dapat beroperasi sebagai sebuah photo sensor yang dikenal sebagai photo dioda, jadi photodioda adalah sebuah dioda PN junction yang merupakan jenis Silicon bias mundur yang arus mengalirnya tergantung dari cahaya yang teradiasi. Photodioda PIN silicon dapat digunakan sebagai sumber tegangan photo.

Cahaya yang bergeseran pada penipisan area akan menciptakan sebuah tegangan photo yang sebanding pada cahaya yang masuk, dalam hal ini tak ada bias dari luar yang dibutuhkan karena junction menggenerasikan kekuatan elektromotivnya sendiri.

Photodioda digunakan dalam aplikasi aplikasi yang meliputi kartu bacaan, kontrol cahaya ambient, layar proyektor. Photodioda yang dapat energi bias dari luar akan menyebabkan arus kontrol mengalir melalui rangkaian eksternal.

Gambaar 5. Rangkaian photodioda bias mundur dengan beban resistor

5. Transistor Banyak kegunaan dari transistor, salah satunya adalah sebagai saklar. Jika transistor digunakan sebagai saklar maka dalam hal ini transistor tersebut dioperasikan dalam daerah jenuhnya (saturasi) dan daerah yang menyumbat (cut-off). Pada saat transistor dalam keadaan jenuh maka resistansi antara kolektor dan emitor akan sangat kecil, maka transistor ini akan berfungsi sebagai saklar yang tertutup (ON) sedangkan apabila transistor dalam keadaan cut-off, maka resistansi antara kolektor dan emiter akan sangat besar, maka transistor akan berfungsi sebagai saklar yang terbuka (OFF).

Gambar 6. Transistor Sebagai Saklar

III. PROSEDUR PEMBUATAN Langkah 1: Pembuatan Rangkaian Sensor Api Untuk mendeteksi keberadaan api, sistem menggunakan sensor api berupa UVTron tipe Hamamatsu 2868 yang diletakkan pada suatu mekanisme yang dapat berputar kekiri, kanan dan depan sistem. Sensor UVTron ini akan diletakkan dengan memakai reflektor sehingga hanya bisa mendeteksi api (lilin) yang tegak lurus dengan UVTron. Apabila UVTron sudah mendeteksi adanya api maka sistem akan berputar sesuai dengan arah putaran sensor UVTron. Pada saat sistem berada dipintu ruangan, sistem tidak akan langsung masuk tetapi mendeteksi api terlebih dahulu apabila ada api maka sistem akan masuk tetapi apabila tidak ada api maka sistem tidak akan masuk melainkan kembali mencari titik api. Secara umum cara kerja Uv-Tron adalah sebagai berikut : 1. Mendeteksi adanya panas. 2. Mendeteksi adanya perubahan panas di lingkungan sekitar. Alasan pemilihan sensor UVTron untuk mendeteksi keberadaan api adalah karena kelebihan dari sensor ini yaitu sebagai berikut : Mendeteksi adanya sinar Ultraviolet menggunakan efek perubahan gas yang ada di dalam sensor tersebut. Spektrum gelombang yang dideteksi pada 185 ke 260 nm. Dapat menjangkau sumber api panas sampai jangkauan 5 meter. Uv-Tron Hamamatsu 2868 digunakan untuk mendeteksi adanya panas api (kebakaran) pada suatu tempat.

Gambar 7. Fisik Flame Sensor Uv-Tron

Langkah 2: Pembuatan Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 IC Mikrokontroller tidak bisa digunakan tanpa dilengkapi dengan komponen lainnya seperti crystal,kapasitor,pin komunikasi downloader dan LED sebagai indikator on/off. Modul minimum sistem dibuat agar mikrokontroller bisa berjalan sebagaimana mestinya dan dapat diprogram melalui modul downloader. Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 8. Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Langkah 3: Pembuatan Rangkaian Pengendali Motor Stepper Rangkaian pengendali motor stepper digunakan agar dapat menggerakkan fotodioda dan selang pompa secara otomatis. Rangkaian ini menggunakan motor stepper dan driver motor stepper. Motor stepper berfungsi untuk menggerakkan

fotodioda dan selang pompa dan driver motor stepper berfungsi untuk mengendalikan motor stepper rangkaian pengendali motor stepper dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 9. Rangkaian Driver Motor Stepper

Driver ini berfungsi untuk memutar motor stepper searah dengan jarum jam atau berlawanan arah dengan jarum jam. Rangkaian ini akan dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51. Jadi dengan memberikan sinyal high secara bergantian ke input dari rangkaian driver motor stepper tersebut, maka pergerakan motor stepper sudah dapat dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51.

Langkah 4: Perancangan Rangkaian Power Supplay (PSA) Rangkaian power supplay berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari satu keluaran, yaitu 5 volt, keluaran 5 volt ini digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian.

Gambar 10. Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT

merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200 F. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran

yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar.Transistor tipe PNP ini akan aktif jika tegangan pada basis > 0,7 volt dari tegangan positip. Tegangan positip yang dihubungkan ke emitor sebesar 12 volt, sehingga transistor akan aktip jika diberi tegangan yang lebih kecil dari 12 volt 0,7 volt = 11,3 volt. Dalam kondisi biasa (LM7805 tidak kekurangan arus), maka basis akan mendapatkan tegangan 12 volt, sehingga transistor tidak aktip, emitor tidak terhubung dengan kolektor, sehingga tegangan pada kolektor sama dengan tegangan pada output regulator LM7805 yaitu 5 volt. Namun jika rangkaian membutuhkan arus yang lebih banyak, maka regulator akan mengambil arus dari inputnya, sehingga tegangan pada input regulator akan turun hingga lebih kecil dari 11,3 volt, transistor akan aktip, maka arus akan mengalir dari emitor ke kolektor. Pada transistor ini jika aktip, maka yang mengalir dari emitor ke kolektor adalah arusnya, sedangkan tegangannya tidak, sehingga tegangan pada kolektor tetap 5 volt.

Langkah 5: Pembuatan Rangkaian Penguat Sinyal Rangkaian ini berfungsi untuk memperkuat sinyal yang dihasilkan oleh masingmasing sensor sehingga cukup kuat untuk memberikan logika high atau logika low kepada mikrokontroler AT89S51.

Gambar 11. Rangkaian Penguat Sinyal

Sinyal dari sensor akan diperkuat oleh transistor A733 sebagai penguat depan sekaligus menyesuiakan impedansi input terhadap Op-Amp 358. Op-Amp LM 358 sebagai penguat ganda non inverting memperkuat sinyal yang dihasilkan oleh penguat depan yaitu transistor A733. Pada Op_Amp pertama sinyal akan dikuatkan sampai maksimal 100 kali penguatan. Kemudian output dari Op-Amp pertama ini akan diinputkan ke Op-Amp kedua untuk dikuatkan lagi sampai maksimal 100 kali penguatan. Dengan demikian output dari Op-Amp kedua mampu mendrive transistor C945 untuk menekan logika high atau logika low pada pin input mikrokontroler AT89S51.

Langkah 6: Pembuatan Rangkaian Pengendali Pompa Air Rangkaian pengendali pompa air pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan sumber tegangan 220 volt dengan pompa.

Gambar 12. Rangkaian Pompa Air

Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 220 volt dan yang lainnya dihubungkan ke pompa. Hubungan yang digunakan adalah normally close. Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroler Port 0.1 (P0.1). Pada saat logika pada port 0.1 adalah tinggi (high),

maka transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan aktip (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke kumparan relay. Hal ini akan menyebabkan sakar pada relay menjadi tertutup, sehingga hubungan sumber tegangan 220 volt ke pompa akan terhubung dan pompa akan

menyala. Begitu juga sebaliknya pada saat logika pada P0.1 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus, sehingga sumber tegangan 220 volt dengan pompa akan terputus dan pompa tidak menyala

Langkah 7: Pembuatan Rangkaian Alarm Rangkaian alarm pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau

menghubungkan sumber tegangan 12 volt dengan buzzer.

Gambar 13. Rangkaian Buzzer

Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang lainnya dihubungkan ke buzzer. Hubungan yang digunakan adalah normally open. Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroler Port 0.1 (P0.1). Pada saat logika pada port 0.1 adalah tinggi (high), maka transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan aktip (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke kumparan relay. Hal ini akan menyebabkan sakar pada relay menjadi tertutup, sehingga hubungan sumber tegangan 12 volt ke buzzer akan terhubung dan buzzer akan berbunyi. Begitu

juga sebaliknya pada saat logika pada P0.1 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus, sehingga sumber tegangan 12 volt dengan buzzer akan terputus dan buzzer tidak berbunyi.

Langkah 8: Pembuatan Rangkaian LED matriks display Rangkaian LED matriks display ini merupakan susunan LED berbentuk matriks dengan 7 baris dan 16 kolom, sehingga jumlah seluruh LED yang digunakan adalah 112. Bagian horizontal terdiri dari 7 baris, karena untuk menampilkan sebuah karakter dibutuhkan 7 baris. Bagian vertical terdiri dari 166 kolom, sesuai dengan jumlah output dari IC 74LS154 yang digunakan.

Gambar 14. Rangkaian LED Matriks Display beserta Rangkaian Driver.

Bagian horizontal yang terdiri dari 7 baris, masing-masing dihubungkan ke kolektor dari transistor C945. Emitor dihubungkan ke ground dan basis dihubungkan dengan resistor 1 kohm. Resistor ini dihubungkan dengan Port 0 dari mikrokontroller AT89S51. Untuk memastikan transistor akan aktif bila diberi sinyal high dari

mikrokontroler, maka Port 0 juga dihubungkan dengan resistor 4K7 yang langsung ke sumber tegangan +5 volt, sehingga jika Port 0 diberi nilai high maka arus akan mengalir dari VCC ke transistor C945 yang bertipe NPN yang mengakibatkan transistor aktif

karena mendapatkan tegangan basis yang lebih besar dari 0,7 volt. Sehingga, dengan memberikan suatu data (nilai) tertentu pada Port 0, maka transistor akan aktif sesuai dengan data (nilai) yang diberikan pada Port 0. Bagian vertikal yang terdiri dari 16 kolom, masing-masing dihubungkan ke emitor dari transistor A733 yang bertipe PNP. Colektor dhubungkan dengan sumber tegangan +5 volt dan basisnya dihubungkan dengan resistor 330 ohm, kemudian resistor ini dihubungkan dengan Pin output dari IC 74LS154. jika IC 74LS154 diberi suatu masukan, maka salah satu pin outputnya akan berlogika low. Logika low ini akan menyebabkan transistor yang terhubung dengan Pin tersebut menjadi aktif. Aktifnya transistor tersebut menyebabkan arus arus mengalir dari sumber tegangan ke transistor A733 menuju LED. Jika transistor C945 juga dalam keadaan aktif maka arus dari LED akan menuju transistor C945 menuju ke ground, sehingga LED pada kolom tersebut akan hidup sesuai dengan data (nilai) yang diberikan oleh Port 0. Dengan demikian maka kita sudah dapat menghidupkan LED pada baris dan kolom tertentu.

IV. CARA KERJA ALAT

Gambar 15. Diagram Blok

Pada perancangan alat pendeteksi dan pemadam kebakaran otomatis dengan menggunakan sensor UVtron berbasis mikrokontroller AT89S51 ini secara umum terdiri dari 11 blok diagram utama. Sensor UVtron adalah sensor pendeteksi api yang digunakan untuk mendeteksi api dengan harapan api yang terdeteksi sampai sangat kecil sekalipun. Kemudian setelah UV-tron bekerja, photodioda melanjutkan tugas UVtron yaitu mendeteksi api yang digerakkan oleh motorstepper untuk mencari posisi api. Setelah itu, untuk dapat menghidupkan pompa secara otomatis diperlukan suatu rangkaian driver, driver pompa. Driver pompa terdiri dari rangkaian relay dimana relay ini berfungsi sebagai saklar elektronik. Disisi lain driver relay yang sama juga digunakan untuk mengaktifkan alarm sebagai tanda. Dan outputan dari alat ini adalah display yang berfungsi untuk menampilkan tulisan peringatan tanda bahaya.

V. KESIMPULAN 1. Api merupakan elemen yang berbahaya bagi keselamatan dan keamanan kerja di perusahaan tempat bekerja. 2. Sensor UV-Tron dapat digunakan untuk mendeteksi api pada lingkungan kerja. Dan cocok untuk perusahaan yang memang harus bebas api sekecil mungkin. 3. Desain alat sangat praktis dan mudah untuk ditempatkan dimana saja.

You might also like