You are on page 1of 6

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merupakan tugas guru untuk menyediakan suasana yang menyenangkan selama proses belajar. Guru harus mencari cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan mengkesampingkan ancaman selama proses pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan adalah dengan menggunakan komik sebagai media pembelajaran. Mengapa komik? Karena anak anak, sebagaimana orang dewasa juga, menyukai komik. Oleh karena itu, jika media yang menyenangkan ini dipakai dalam proses pembelajaran, ia akan membawa suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran. Jika siswa mendapati suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, mereka akan terlibat total dalam proses pembelajaran itu. Keterlibatan secara total ini penting untuk melahirkan hasil akhir yang sukses. Musik dan film telah umum digunakan dalam proses belajar. Tapi komik belum. Meskipun komik disukai banyak orang, ratusan orang lainnya percaya bahwa komik tidak bagus untuk anak anak. Kebanyakan komik, memang, berisi berbagai hal negatif yang membuat orang tua khawatir jika anak anak mereka akan menirunya. komik yang berkembang di masyarakat luas ternyata mendapatkan respon kurang baik dalam mendukung kualitas belajar siswa. Banyak orang beranggapan bahwa dengan membaca komik akan membawa pengaruh buruk pada kegiatan belajar siswa. Mereka berasumsi ,komik dapat menurunkan minat belajar. Padahal dengan membaca komik ,seseorang dapat berefresing setelah mengikuti pelajaran seharian penuh. Komik dapat dimanfaatkan menjadi sarana dan media belajar yang menyenangkan bagi para siswa. Dengan tampilan yang sederhana, langsung, ringkas, menarik, lebih hidup dengan gambarnya dan diselingi humor pada beberapa bagian membuat pembaca tidak bosan. Komik yang menarik membuat pembaca semangat untuk belajar. Oleh karena itu media pembelajaran komik harus dikembangkan sedemikian rupa,tetapi harus ada pengawasan dan evaluasi. Karena tidak semua komik memiliki unsur pendidikan. Pada pembelajaran kimia komik bisa dijadikan media mengingat ilmu kimia dikenal sebagian siswa sebagai mata pelajaran yang sulit. media komik merupakan media yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat memotivasi siswa dan membuat siswa tertarik untuk mempelajari kimia. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penggunaan media dalam pembelajaran kimia ? 2. Bagaimana peran media dalam pembejaran kimia ? 3. Bagaimana peran komik sebagai media pembelajaran kimia ? 4. Apa kelemahan dan kelebihan komik sebagai media pembelajaran? Tujuan 1. Untuk mengetahui penggunaan media dalam pembelajaran kimia 2. Untuk mengetahui peran media dalam pembejaran kimia 3. Untuk mengetahui komik sebagai media pembelajaran kimia 4. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan komik sebagai media pembelajaran. Manfaat 1. Dapat mengetahui penggunaan media dalam pembelajaran kimia 2. Dapat mengetahui peran media dalam pembejaran kimia 3. Dapat mengetahui komik sebagai media pembelajaran kimia 4. Dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan komik sebagai media pembelajaran

C.

D.

BAB II PEMBAHASAN A. Penggunaan Media dalam Pembelajaran Munadi (2008: 7-8) memaparkan media pembelajaran dapat dipahami sebgai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Menurut Madiya (2010) ada dua aspek yang paling menonjol dalam metodologi pembelajaran, yaitu metode pembelajaran dan media pembelajaran. Sanjaya (2006) mengemukakan bahwa sering terjadi kegagalan dalam proses pembelajaran seperti kegagalan dalam penyampaian pesan pembelajaran, untuk itu sebaik mungkin guru dapat menggunakan strategi pembelajaran berupa penggunaan media. Materi pelajaran di dalam ingatan siswa yang dirangsang dengan media akan bertahan lebih lama karena sifat media mempunyai daya stimulus yang kuat. Mengacu pada pendapat di atas, maka jelaslah betapa pentingnya penggunaan media khususnya dalam memahami konsep-konsep kimia SMA. Akan tetapi, di lapangan guru jarang menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan (1) anggapan sebagian guru bahwa menggunakan media dalam pembelajaran merepotkan guru, (2) media dianggap canggih dan mahal, (3) guru kurang terampil dalam menggunakan media, (4) tidak tersedianya media pembelajaran di sekolah yang bersangkutan sehingga guru dalam KBM hanya menggunakan metode ceramah. Metode ceramah ini sangat membosankan, kurang komunikatif serta belum tentu siswa yang yang diajar dengan metode ini mengerti apa yang disampaikan oleh guru sehingga banyak siswa yang tidak fokus mengikuti KBM (Madiya, 2010). Pada sekolah-sekolah unggulan dengan siswa yang baik dan memiliki sistem pengajaran yang berbasis internasional, pembelajaran dengan menggunakan buku-buku teks dapat diterapkan dengan baik. Siswa biasanya tertarik untuk membaca setiap bukubuku yang diberikan oleh gurunya. Mereka akan mulai belajar dari buku tersebut dan menanyakan berbagai permasalahan yang mereka

2
temui saat belajar. Siswa cenderung mampu memahami penjelasan yang diberikan guru dan berdampak pada hasil belajar yang baik bagi sekolah tersebut. Berbeda halnya dengan sekolah-sekolah non unggulan yang memiliki siswa dengan kecerdasan menengah ke bawah. Siswa cenderung malas membaca buku-buku pelajaran (buku ajar) yang diberikan guru. Hal ini tentu saja berdampak buruk pada hasil belajar siswa, termasuk pada mata pelajaran Kimia. Siswa enggan membuka buku yang penuh dengan reaksi-reaksi serta hitung-hitungan yang membuat mereka bingung. Pada kondisi ini, peran guru dalam mengelola pembelajaran sangat menentukan motivasi dan hasil belajar siswa. B. Peran Media dalam Pembelajaran Kimia Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum SMA yang wajib diikuti oleh semua siswa. Siswa baru mendapatkan materi kimia secara utuh sebagai suatu mata pelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini memungkinkan adanya kesulitan yang akan dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pembelajarannya. Yenhee (2008) mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran yang tersulit bagi kebanyakan siswa sekolah menengah dan mahasiswa. Dalam ilmu kimia banyak konsepkonsep yang umumnya bersifat abstrak dan kuantitatif. Hal ini menyebabkan kimia menjadi sulit dipelajari dan kurang diminati siswa diantara pelajaran IPA lainnya. Minat sangat erat hubungannya dengan kebutuhan. Minat yang timbul dari kebutuhan siswa untuk memahami konsep kimia akan menjadi faktor pendorong bagi siswa dalam melaksanakan usahanya mempelajari kimia. Sehingga, dapat dilihat bahwa minat adalah sangat penting dalam pendidikan karena minat merupakan sumber dari usaha yang akan dilakukan. Siswa tidak perlu mendapat dorongan dari luar apabila pekerjaan atau aktivitas yang dilakukannya cukup menarik minatnya. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian, Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat minat baru. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan diingat, karena minat menambah aktivitas siswa untuk belajar (Yenhee, 2008). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa SMA Negeri 1 Unggulan Indralaya Utara, ternyata buku pelajaran yang digunakan mempengaruhi minat belajar kimia mereka. Mereka menginginkan buku pelajaran yang memiliki banyak gambar, karena menurut mereka gambar-gambar tersebut dapat menarik minat mereka untuk membaca buku. Sedangkan buku yang mereka gunakan, dianggap tidak disusun secara menarik dari aspek visualnya. Sehingga minat siswa untuk membaca buku pelajaran tersebut menjadi berkurang (Yenhee, 2008). Minat baca siswa sangat penting dalam proses pembelajaran kimia, apalagi untuk pokok bahasan yang bersifat hitungan. Untuk memahami pokok bahasan tersebut mereka dituntut untuk banyak membaca contoh-contoh soal dan mengerjakan soal-soal yang ada dibuku. Pokok bahasan yang bersifat kuantitatif pada kelas X SMA semester genap adalah stoikiometri. Pokok bahasan ini diperlukan sebagai pemahaman dasar bagi konsep perhitungan kimia selanjutnya. Sehingga perhatian dan minat siswa sangat diperlukan agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai. Oleh sebab itu, diharapkan guru kimia dapat menarik minat siswa untuk mempelajari dan mengikuti proses belajar mengajar kimia. Untuk dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran, metode dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran mempunyai pengaruh yang cukup signifikan. Media sebagai salah satu sumber belajar dapat membantu guru dalam menarik minat siswa belajar kimia. pembelajaran kimia di masa sekarang telah banyak mengalami kemajuan, hal ini telah dibuktikan dengan munculnya banyak pendekatan pembelajaran kimia yang inovatif seperti pendekatan CEP (chemo - edutainment), SETS (scient, enviorenment, technology, and sociaty), and CET (chemo - eduatinment). Salah satu pembelajaran yang menarik perhatian saya adalah CET dalam pembelajaran menggunakan pembelajaran CET didalamnya menggunakan media yang menarik dan menyenangkan sehingga pembelajaran kimia tidak terasa jenuh dan membosankan (Nugraha, 2009). Penggunaan media yang tepat akan membuat proses belajar mengajar menjadi menarik dan menyenangkan. media yang tepat dapat membuat materi yang disampaikan kepada siswa menjadi nyata dan jelas dan membuat proses penyajian materi menjadi efektif dan efisien. dari segi lain tersedianya berbagai media juga menguntungkan, karena gaya dan cara belajar siswa memang berbeda - beda. ada siswa yang tidak mengalami kesulitan memahami keterangan yang disajikan dalam bentuk rangkaian kata - kata. namun ada pula siswa dimana keterangan verbal baginya hanya memberikan gambaran samar - samar dan kabur.agar siswa dari golongan tersebut dapat memahami materi dengan mudah dan jelas, keterangan yang disajikan dalam bentuk emdia pembelajaran harus disertai ilustrasi dan model. media yang cocok dengan hal tersebut diatas adalah media CET (chemo-edutainment). media CET merupakan media yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat memotivasi siswa dan membuat siswa tertarik untuk mempelajari kimia (Nugraha, 2009). media - media eduainment yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia antara lain gambar visual, compactdisk(CD), permainan, kunjungan langsung ke pabrik - pabrik industri kimia dan komik (Nugraha, 2009). C. Komik sebagai Media Pembelajaran Upaya peningkatan mutu pendidikan sangat tergantung pada kiat-kiat guru dalam usaha memotivasi minat belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran kimia. Salah satunya adalah dengan penggunaan media pembelajaran yang menarik dan mampu memfokuskan perhatian siswa. Media yang dapat digunakan adalah media komik. Materi-materi dalam komik dikemas secara menarik, sehingga mampu menghasilkan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan motivasi siswa untuk terus belajar, khususnya pada mata pelajaran Kimia (Madiya, 2010). Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana peserta didik membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Di Jepang, komik sudah bukan benda yang asing digunakan sebagai media pembelajaran, bahkan beberapa buku sekolah di Jepang menggunakan media komik. Buku komik dapat diterapkan kepada berbagai lapangan ilmu pengetahuan. Disebabkan karena penampilannya yang luas, komik seringkali diterapkan kepada penjelasan penjelasan yang sunguhsungguh daripada sebagai hiburan sematamata. Komik dapat menjadi media pembelajaran yang sangat efektif

3
dan sangat diminati siswa dengan gambar dan cara bertuturnya yang lugas. Apabila pembelajaran kimia dikaitkan dengan media komik tentu akan sangat menarik perhatian siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar kimia (Yenhee, 2008). Berbicara tentang komik, bacaan ini sering dianggap rendah oleh berbagai kalangan masyarakat. Komik sering dianggap bacaan anak-anak yang sangat sederhana, miskin seni dan bahasa. Sehingga menjadikan komik sebagai bacaan terpinggirkan yang keberadaannya di perpustakaan sekolah dilarang. Padahal jika ditilik lebih dalam lagi, komik dapat menjadi media pembelajaran yang sangat efektif. Terutama untuk menjelaskan konsep-konsep yang sangat abstrak dan memerlukan objek yang konkrit pada beberapa mata pelajaran. Misalkan fisika, kimia atau matematika. Komik adalah bacaan yang mempunyai tiga unsur penting, yaitu : alur cerita, gambar, dan teks percakapan. Komik adalah bacaan yang mudah dipahami oleh siapa saja yang membacanya. Sebagai bacaan tentunya komik dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai media penghibur sekaligus menjadi media pembelajaran. Jika kedua komponen tersebut digabung, modul belajar dan komik maka akan menghasilkan Modul belajar berbentuk komik. Seperti diketahui, komik memiliki banyak arti dan debutan, yang disesuaikan dengan tempat masing-masing komik itu berada. Secara umum, komik sering diartikan sebagai cerita bergambar. Scout McCloud memberikan pendapat bahwa komik dapat memiliki arti gambar- gambar serta lambang lain yang ter-jukstaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu, utuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Komik bukan cuma bacaan bagi anak-anak. Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar membuat informasi lebih mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti, dan alur membuatnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat. Dewasa ini komik telah berfungsi sebagai media hiburan yang dapat disejajarkan dengan berbagai jenis hiburan lainnya seperti film, TV, dan bioskop. Komik adalah juga media komunikasi visual dan lebih daripada sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Sebagai media komunikasi visual, komik dapat diterapkan sebagai alat bantu pendidikan dan mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien. Seperti diketahui, gaya belajar terdiri atas gaya visual, gaya auditori, dan gaya keptik. Gaya belajar visual merupakan gaya belajar yang lebih mengandalkan indera visual untuk menyerap informasi (Waluyanto, 2010). Tapi sebenarnya, komik telah lama digunakan sebagai media pembelajaran. Robert Thorndike bekerja sama dengan DC Comics dan Harold Downes menciptakan buku latihan bahasa yang menggunakan gambar gambar Superman. Para pendidik di Amerika juga menciptakan komik yang mendukung kurikulum pendidikan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Orang orang mulai percaya bahwa komik telah berperan dalam menciptakan kenakalan remaja. Yang lain percaya bahwa komik menghalangi minat baca, imajinasi, dan menyebabkan iritasi mata. Komik juga dituduh sebagai musuh dari membaca serius. Karena asumsi asumsi negatif ini, komik tidak lagi ditemukan di ruang pembelajaran. Kondisi ini berlanjut sampai 1970an (Wurianto, 2009). Berikut ini adalah tokoh yang membawa komik ke ruang kelas lagi; Richard W. Campbell mengintegrasikan komik kedalam program membaca; Robert Schoof menganggap komik berguna untuk pembelajaran bahasa, khususnya dalam mengajarkan dialek dan karakterisasi; Dalam jurnal perdagangan, pendidik Kay Haugaard (1973) dan Constance Alongi (1974) merekomendasikan komik bagi siswa yang tidak suka membaca; dan Bruce Brocka (1979) menganjurkan komik sebagai benteng pertahanan terhadap alat yang mengancam budaya membaca; Televisi. Beberapa tahun kemudian, komik akhirnya mendapat tempat di dunia pendidikan. Neil William mengganti buku ESLnya yang masih tradisional dengan komik Calvin and Hobbes untuk mengajar di American Language Institute of New York University (1995). Dan banyak pustakawan yang percaya bahwa komik dapat mengalihkan perhatian pelajar dari televisi dan video games (Bacon, 2002) (Wurianto, 2009). Komik adalah media pembelajaran yang sangat potensial. Aspek visual yang mengoptimalkan mata untuk mencermati alur gambar dan teks yang disertakan. Kebanyakan orang merupakan pembelajar visual yang mengasosiasikan informasi ke dalam gambar. Sehingga komik dapat digunakan siswa untuk mengenali konsep, belajar menghitung,mengenal lingkungan dan alam sekitar,serta mendorong minat baca. Komik merupakan media intruksional bagi pembelajaran yang efektif dan efisien. Media yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Jika siswa mendapati suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, mereka akan terlibat total dalam proses pembelajaran itu. Keterlibatan secara total ini penting untuk melahirkan hasil akhir yang sukses. Siswa lebih kreatif dan berani menuangkan idenya secara variatif. Mereka mencoba-coba mengubah dan menambah dialog dengan kalimatnya sendiri. Dengan demikian, komik ini telah berjasa menggugah kreativitas dalam berimajinasi. Karenanya, melarang siswa membawa dan atau membaca komik dapat berarti membunuh kreativitas siswa. Tapi perlu diwaspadai tidak semua komik yang beredar memiliki unsur pendidikan karena pada awalnya komik ini bersifat komersial. Karena komik memiliki sisi kelemahan dan kelebihan. Maka sudah menjadi tugas guru dan orang tua untuk mengawasi jalannya pembelajaran menggunakan komik (Lestari. 2009). Komik sebagai media berperan sebagai alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam konteks ini pembelajaran menunjuk pada sebuah proses komunikasi antara pemelajar dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secarajelas, runtut, dan menarik (Fitria, 2010). Banyak orang menyukai penyajian yang diberikan komik karena memberikan hiburan kepada para pembaca. Terutama dari kalangan anak dan remaja yang senang dengan bacaan yang bersifat nyata. Gambar yang bervariasi serta penggunaan warna yang baik orang tidak akan cepat bosan dalam membacanya. Gaya ceritanya langsung dan sederhana menjadikan komik lebih hidup. Sehingga tidak salah jika komik dijadikan media pembelajaran bagi siswa di sekolah demi meningkatkan mutu kualitas sumber daya manusia.

Komik Pembelajaran Sebagai Penerapan Kawasan Teknologi Pendidikan Menjadikan komik sebagai media pembelajaran merupakan contoh penerapan Teknologi Pendidikan. Dalam hal ini termasuk ke dalam penerapan TP dari kawasan Desain dan Pengembangan, yaitu desain sumber untuk belajar dan pengembangan sumber untuk belajar. Dalam kawasan desain, komik sebagai media pembelajaran termasuk ke dalam sub kawasan Desain Pesan,yang meliputi proses perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan. Pesan atau materi ajar yang hendak disampaikan direkayasa sehingga dapat dirancang dalam bentuk komik pembelajaran. Sedangkan dalam kawasan pengembangan, komik sebagai media pembelajaran termasuk ke dalam sub kawasan pengembangan teknologi cetak. Dalam kawasan ini hasil desain pesan diterjemahkan ke dalam bentuk fisik, yaitu dalam bentuk teks dan visual, melalui teknologi cetak sebagai buku komik pembelajaran (Fitria, 2010). Komik pembelajaran merupakan contoh dari penerapan TP, sebab dengan adanya media komik sebagai sumber untuk belajar akan mempermudah pemelajar dalam proses pembelajaran, khususnya dalam merealisasi konsep-konsep pelajaran yang bersifat abstrak apabila disajikan dalam bentuk teori saja dan perlu adanya penyajian konkrit, seperti konsep-konsep pada ilmu sains. Dalam hal inilah komik pembelajaran berperan besar dalam menyajikan konsep-konsep abstrak tersebut ke dalam contoh yang konkrit dalam ke hidupan sehari-hari. Itulah yang menjadi inti penerapan dari teknologi pendidikan, yaitu untuk memecahkan permasalahan dalam proses belajar, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif, efisien, dan menarik (Fitria, 2010). 2. Kesesuaian Prinsip Komik Pembelajaran dengan Prinsip-Prinsip Penerapan Teknologi Pendidikan Dalam mendesain dan mengembangkan komik pembelajaran, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, sehingga penerapan tersebut dapat dikatakan sesuai dengan prinsip penerapan teknologi pendidikan. Hal-hal yang menjadi prinsip dalam sub kawasan desain pesan, yaitu perhatian, persepsi, dan daya serap pemelajar, yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim (pembuat komik pembelajaran) dan penerima (pemelajar yang membaca komik pembelajaran). Sehingga pesan yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan tersebut, serta mempertimbangkan persepsi-persepsi yang mungkin timbul dalam benak penerima pesan (Fitria, 2010). Menurut Fitria (2010), Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan dengan adanya: a. Pesan yang didorong oleh isi Artinya isi dari komik pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan pesan (informasi) yang hendak disampaikan. Sehingga dengan pengembangan media belajar berupa komik pembelajaran dapat mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau kompetensi tertentu. b. Strategi pembelajaran yang didorong oleh teori Pengembangan komik pembelajaran dalam bentuk bahan teks cverbal dan visual sangat bergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, dan teori belajar. c. Manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak dan bahan pembelajaran. Komik pembelajaran merupakan contoh dari spsesifikasi desain pesan yang diterjemahkan dan diproduksi dalam bentuk buku (bahan visual) melalui teknologi cetak. Pengkombinasian antara bahan visual dan bahan teks dalam pengembangan komik pembelajaran sangat membantu dalam menciptakan kegiatan belajar yang diinginkan, yaitu belajar efektif. Menurut Fitria (2010), secara khusus komik sebagai penerapan dari teknologi cetak mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang. b. Memberikan komunikasi satu arah ynag bersifat pasif. c. Berbentuk visual yang statis. d. Pengembangannya bergantung pada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual. e. Berpusat pada pemelajar. f. Informasi dapat diorganisasikan dan distruktur kembali oleh pemakai Menurut Fitria (2010) Pesan pembelajaran yang disampaikan dalam komik pembelajaran dapat dikatakan baik apabila memenuhi beberapa syarat, yaitu : a. Pesan pembelajaran harus meningkatkan motivasi pemelajar. Pemilihan isi dan gaya penyampaian pesan mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pemelajar. b. Isi dan gaya penyampaian pesan juga harus merangsang pemelajar memproses apa yang dipelajari serta memberikan rangsangan belajar baru. c. Pesan pembelajaran yang baik akan mengaktifkan pemelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong pemelajar untuk melakukan praktik-praktik dengan benar. Menggunakan komik sebagai media pembelajaran juga harus mempertimbangkan evaluasi dari materi yang telah disampaikan, sehingga pembelajar dapat mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian (pemahaman) pemelajar terhadap materi yang disampaikan melalui komik pembelajaran. D. Kelebihan dan Kelemahan Komik sebagai Media Pembelajaran Menurut Gene Yang (2003) komik memiliki lima kelebihan jika dipakai dalam pembelajaran. Kelebihan itu adalah: 1. Memotivasi Hutchinson (1949) menemukan bahwa 74% guru yang disurvei menganggap bahwa komik "membantu memotivasi" (hl. 244), sedangkan 79% mengatakan komik "meningkatkan partisipasi individu" (hl. 244). Satu guru bahkan mengatakan bahwa komik membuat pembelajaran menjadi "pembelajaran yang sangat mudah" (Hutchinson, 1949, hl. 244). DC Comics, Thorndike, dan Downes juga menemukan bahwa komik juga mampu memotivasi siswa ketika mereka memperkenalkan buku latihan bahasa Superman ke kelasnya. Mereka menemukan bahwa siswa memiliki ketertarikan yang tak biasa dan, sebagaimana ditulis mampu membuat siswa menyelesaikan tugas yang seharusnya diselesaikan dalam satu minggu menjadi satu hari saja (Sones, 1944, hl. 233). Hasil eksperimen di atas menunjukkan kepada kita bahwa komik benar benar mampu memotivasi siswa selama proses belajar mengajar.

1.

Visual Komik terdiri dari gambar gambar yang merupakan media visual. Adalah Sones (1944) yang berkesimpulan bahwa kualitas gambar komik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran: Sones membagi empat ratus siswa kelas enam sampai kelas Sembilan kedalam dua kelompok. Masing masing kelompok seimbang dalam pembagian kelas dan kecakapannya. Kelompok pertama disuguhi pembelajaran cerita dengan menggunakan komik dan yang kedua hanya menggunakan teks saja. Setelah itu, mereka dites untuk mengetahui isi dari pembelajaran cerita itu. Setelah seminggu, prosesnya diubah, kelompok pertama disuguhi teks saja sedang yang kedua diberikan komik. Kemudian kedua grup dites lagi. Akhirnya, Sones (1944) berkesimpulan bahwa "pengaruh gambar terlihat dalam hasil tes" (hl. 238). Tes pertama menunujukkan bahwa kelompok pertama mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok kedua. Di tes kedua kelompok kedua mendapatkan nilai jauh lebih tinggi daripada kelompok pertama. 2. 3. Permanen Menggunakan komik sebagai media pembelajaran jauh berbeda dengan menggunakan film atau animasi. Meskipun film dan animasi juga merupakan media visual, mereka hanya dapat dilihat tanpa bisa mengulanginya sekehendak kita. Komik, berbeda dengannya, merupakan media yang permanen. Sederhananya, jika siswa tidak memahami suatu adegan film atau animasi, mereka tidak bisa mengulanginya. Tapi dengan komik, mereka bisa mengulangi sesuka hati mereka.

4.

Perantara Karl Koenke (1981) mengatakan bahwa komik bisa mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka membaca atau yang memiliki kekhawatiran akan kesalahan. Komik bisa menjadi jembatan untuk membaca buku yang lebih serius. Haugaard (1973) mengatakan bahwa komik bisa mengubah siswanya yang tidak suka membaca menjadi siswa penyuka Jules Verne and Ray Bradbury. 5.

Populer Kita bisa mengatakan bahwa siswa kita saat ini berada dalam budaya populer. Timothy Morrison, Gregory Bryan, and George Chilcoat (2002) mengatakan bahwa dengan memasukkan budaya populer kedalam kurikulum bisa menjembatani kesenjangan perasaan siswa ketika di dalam dan luar sekolah. Komik adalah bagian dari budaya populer. Kita tahu bahwa Spiderman and Batman adalah film yang diambil dari komik. Ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Lalu, secara teknis bagaimana memanfaatkan komik dalam pembelajaran bahasa Inggris? Dialog dialog yang terdapat dalam gelembung bicara tokoh tokoh komik bisa digunakan untuk membantu siswa mengeksplorasi suatu tata bahasa Inggris, ini salah satu misal saja. Dengan kelebihan kelebihan komik, seperti yang disebutkan di atas, pembelajaran diharapkan lebih efektif sekaligus efisien. Untuk lebih menariknya, ada baiknya jika guru menggunakan komik yang terkenal dan berbahasa Inggris. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak setiap komik, meskipun berbahasa Inggris, bisa digunakan untuk media pembelajaran bahasa Inggris. Pilihlah komik yang menggunakan kalimat - kalimat sederhana dalam dialognya. Menurut penulis, komik Tin Tin dan Garfield bisa memenuhi kriteria ini (Wurianto, 2009).

6.

Menarik dan langsung Penyajian gambar dan warna-warna membuat komik lebih menarik pembaca. Materi yang disampaikan langsung tanpa harus membaca banyak kata sehingga pembaca tidak cepat bosan (Lestari, 2009).

Menurut Lestari (2009), komik sebagai media pembelajaran memiliki kelamahan sebagai berikut : Komik membatasi bahkan memungkinkan membunuh imajinasi Penggunaan komik yang terlalu berlebihan mengakibatkan penumpulan imajinasi otak. Berbeda dengan novel, prosa, cerpen yang mengajak pembaca untuk berimajinasi dengan rangkaian kata-kata menggambarkan tokoh,setting tempat,dll. Komik menyajikan gambar yang langsung bisa dinikmati tanpa harus membayangkan perwatakan tokoh,setting,dll. Hal ini bila terjadi terus menerus mengakibatkan imajinasi menjadi terbatas seperti apa yang digambarkan. 2. Terlalu sederhana Penyampaian materi melalui media komik sangat sederhana sehingga materi yang komplek tidak dapat disertakan. 3. Bergaya visual Penggunaan media pembelajaran komik hanya efektif diberikan pada peserta didik yang bergaya visual. Untuk peserta didik yang bergaya belajar audio sangat tidak cocok. 1. Seperti yang telah dilakukan oleh urusan Teknologi pendidikan FIP Universitas Negeri Malang. Untuk mengetahui keefektifan media komik terhadap pembelajaran sains, maka dilakukan analisis berdasarkan data uji coba dengan menggunakan rumusan presentase. Sedangkan untuk mengetahui keefektifan media komik terhadap hasil belajar, maka dilakukan pretest dan post tes dan dihitung rataratanya. Sementara itu, untuk melengkapi data angket dan tes, maka pengembang melakukan wawancara dan observasi ( kurniawan, 2010).

6
BAB III PENUTUP Kesimpulan Komik sebagai media berperan sebagai alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan pembelajaran seperti pada pembelajaran kimia. Dalam konteks ini pembelajaran menunjuk pada sebuah proses komunikasi antara pemelajar dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik. Menjadikan komik sebagai media pembelajaran merupakan contoh penerapan Teknologi Pendidikan. Dalam hal ini termasuk ke dalam penerapan TP dari kawasan Desain dan Pengembangan, yaitu desain sumber untuk belajar dan pengembangan sumber untuk belajar. Untuk mengoptimalkan pemberdayaan komik sebagai media pembelajaran, maka pesan pembelajaran yang hendak disampaikan harus memenuhi syarat-syarat berikut: 1. Pesan pembelajaran harus meningkatkan motivasi pemelajar. 2. Isi dan gaya penyampaian pesan juga harus merangsang pemelajar memproses apa yang dipelajari serta memberikan rangsangan belajar baru. 3. Pesan pembelajaran yang baik akan mengaktifkan pemelajar dalam memberikan umpan balik. Selain itu harus dapat mempertimbangkan evaluasi yang sesuai dalam mengukur tingkat pemahaman emelajar terhadap materi yang dikemas dalam komik pemelajaran. B. Saran Komik memiliki banyak keunggulan sebagai media pembelajaran. Tapi sebaik apapun komik jika digunakan sebagai media pembelajaran pasti memiliki banyak kekurangan yang bisa berakibat buruk pada prkembangan siswa. Dalam penggunaan harus dipandu oleh guru dan orang tua. Guru dan orang tua harus lebih seletif dalam memberikan media pembelajaran komik. Berikan komik yang sesuai dengan tingkat perkembangan otak mereka. Tidak semua komik yang beredar mempunyai tujuan untuk pembelajaran. Karena pada awalnya komik ini bersifat komersial. A.

You might also like