You are on page 1of 2

Asal-Usul Tari Melinting

Yang Mulia, Pangeran Panembahan Mas, juga dikenal sebagai Minak Kejala biddin dan saudaranya Kejala Minak Ratu, mengirim berita kepada ayah mereka, Sultan Maulana Hasanudin, masih di Banten, bahwa desa mereka sering diserang oleh perampok. Sultan Banten mengirim mereka beberapa anakan yang katanya akan melindungi mereka dari serangan. Di antara bibit adalah anakan anakan pohon jati dan timbal (Leucaena leucocephala) Pohon-pohon jati ditanam seperti yang diperintahkan dalam surat itu, dan alang-alang dan "pohon melinting". Kawasan itu dinamai Melinting oleh putra kedua dari Sultan Banten dan nama telah menempel di hari ini. Sejak hari itu, ratu di daerah ini selalu diberi judul Ratu Melinting. Suatu hari, Ratu menciptakan tarian yang indah dan suci. Tarian ini hanya bisa dilakukan di pekarangan benteng. Tarian ini dikenal sebagai tari melinting. Tarian ini memiliki sejarah panjang, seperti yang telah dilakukan sejak Islam datang ke Indonesia. Namun, pada saat ini, tarian melinting sangat tidak dikenal baik oleh penduduk lokal di Lampung maupun tempat lain.

Sejarah tari melinting dimulai pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Ratu Melinting Pangeran Panembahan Mas. Pada waktu itu, Islam telah mulai untuk mempengaruhi tari termasuk dari tari melinting. Tarian ini dapat ditemukan di Kecamatan Labuhan Maringgai, di desa Meringgai dan Wana yang merupakan bagian dari Lampung Timur, Kabupaten, tidak jauh dari perbatasan pantai dengan Laut Jawa. Menurut Agus Gunawan dari kelompok tari "Sangisu" di Bandar Lampung, yang baru saja menyelesaikan penelitian mengenai asal usul tari melinting di Lampung Timur, tari melinting telah berubah banyak sejak pertama kali diciptakan oleh Ratu Melinting.Dia menyarankan bahwa tari melinting awalnya tarian dilakukan oleh Melintings Ratu.

keluarga di Gawi adat (upacara adat) Mahkamah Melinting. Tarian ini terbatas pada putra dan putri Ratu Melinting. Ini dilakukan di teater untuk pertunjukan budaya (Balai Adat).

Tari melinting ditemukan kembali dan dikembangkan sejak 1958. Gerakan asli, kostum dan aksesoris telah dimodifikasi. Fungsinya telah berubah juga. Tarian dulunya sakral kini dilakukan sebagai hiburan murni, serta untuk menyambut tamutamu penting ke Lampung. Sebelumnya, para pemain laki-laki mengenakan kemeja emas fez, tradisional (Teluk belanga gaya), ikat pinggang, kipas merah, bulu, sapu tangan putih, daun pandan dan celana panjang putih. Saat ini, mereka mengenakan, fez emas kemeja Teluk belanga, kain tapis (kain tradisional dari Lampung), penggemar warna apapun, dan bulu. Untuk para penari perempuan, kostum terdiri dari yashmak putih atau merah, kebaya berlengan putih, kain tapis, penggemar gelang, putih, dan gelang. Saat ini, pakaian dan aksesoris terdiri dari tembaga berwarna cakar palsu, kebaya lengan panjang, kain tapis dan gelang. Gerakan yang digunakan dalam tarian berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan.gerakan anak itu adalah kipas Babar, jung sumbah, sukkung sekapan, Palau timbal balik, melayang kenui, nyiduk, Salaman, suali, batang Niti, kijang lutcat, dan Ayun lapah. Sedangkan gadisgadis gerakan terdiri dari kipas Babar, jung sumbah, sukung sekapan, Timbangan atau Mabel terpipih,melayang, ngiyan bias, Lado nginjak, Manuk nginjak tahi dan Ayun lapah. Musik yang menyertainya sangat tradisional dengan irama tradisional yang kuat.Ritme digunakan untuk mengiringi tarian dikenal Arus tabuh, tabuh cetik, dan kedanggung tabuh. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tradisional seperti TALO balak (gong), TALO Lunik (canang) dan tapak (mirip dengan gamelan).

You might also like