You are on page 1of 12

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA POLITIK MENURUT ISLAM

OLEH M ZAINUL HAFIZI 20114500829 CAHRINI 201114500833 NUR ANIS 20114500859

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PENGETAHUAN SOSIAL (FIPPS) PENDIDIKAN EKONOMI ANGKATAN 2011-201

BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Agama islam merupakan agama yang paling baik di sisi allah, hal ini di jelaskan dalam al ayah ( al quraan ) yang artinya sesungguhnya agama yang paling baik di sisi allaha adalah islam. Hal ini di sebabkan karena keterbukaan dan keluasan agam islam terhadap makhluk ciptaan allah lainnya. Dalam agama islam kebebasan berpendapat sangat terjamin, kebebasan berpendapat merupakan factor pendukung dalam berpolitik, berorganisasi, dan berhubungan dengan masyarakat islam non muslim. Syeikh Yusuf al Qaradhawi mengatakan bahwa islam bukanlah melulu aqidah teologis atau syiar-syiar peribadatan, ia bukan semata-mata agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, yang tidak bersangkut paut dengan pengaturan hidup dan pengarahan tata kemasyarakatan dan negara. tidak demikian islam adalah akidah dan ibadah, akhlak dan syariat yang lengkap. Dengan kata lain, islam merupakan tatanan yang sempurna bagi kehidupan individu, urusan keluarga, tata kemasyarakatan, prinsip pemerintahan dan hubungan internasional. Hal-hal inilah yang menjadi dasar pemikiran kami dalam makalah pendidikan agama ini. B. Rumusan Masalah Adpun rumusan masalah dari makalah kami adalah, antara lain: a) Pengertian tentang politik. b) Paradigma poitik menurut islam. c) Prinsip pemerintahan menurut islam. C. Tujuan Adapun tujuan dari makalah kami adalah: a) Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang politik menurut islam b) Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang paradigm politik menurut islam. D. Manfaat Adapun manfaat dari makalah kami adalah sebagai bahan refrensi dan pembelajaran bagi mahasiswa

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Politik Menurut KBBI ( WJS Poewadarminta, Jakrta Balai Pustaka) politik berarti segala urusan da tindakan, kebijaksanaan, siasat mengenai pemerintahan suatu Negara terhadap Negara lain, tipu muslihat, kelicikan dan sebuah disiplin ilmu pengetahuan. Politik menurut bahasa arab berasal dari kata sasa, yasusu yang beararti mengatur, memelihara/melatih binatang khususnya kuda. Pemakaian paling awal istilah ini dalam bahasa arab adalah siyasah al khail (memlihara kuda) dan sering juga diartikan dengan makna politik. Tentunya sebagai agama yang mencakup semua aspek kehidupan, islam tidaklah melupakan atau meninggalkan permasalahan politik, yang dikenal dengan istilah siyasah. Jika dikatakan saasal waliy ar roiyah berarti pemimpin itu memerintahkan, melarang dan mengendalikan rakyatnya. Karena itu menurut terminologi bahasa siyasah menunjukkan arti mengatur, memperbaiki dan mendidik. Sedangkan menurut etimologi, siyasah (politik) memiliki makna yang berkaitan dengan negara dan kekuasaan. Disebutkan bahwa ia adalah upaya memperbaiki rakyat dengan mengarahkan mereka kepada jalan selamat di kehidupan dunia maupun akherat serta mengatur urusan-urusan mereka. Al Bujairumiy mengatakan bahwa politik adalah memperbaiki urusan-urusan rakyat dan mengatur perkara-perkara mereka. Politik dengan makna seperti ini merupakan dasar hukum, karena itu tindakan-tindakan para penguasa negara yang terkait dengan kekuasaan disebut dengan politik. . Ilmu politik adalah ilmu yang mengetahui tentang macammacam kekuasaan, perpolitikan sosial dan sipil, keadaan-keadaannya : seperti keadaan para penguasa, raja-raja, pemimpin, hakim, ulama, ekonom, penanggung jawab baitul mal dan yang lainnya. Jadi politik adalah kemahiran dalam menghimpun kekuatan kemudain meningkatkan kuantitas serta kualita kekuatan untuk mencapai tujuan, yaitu kekuasaan dalam suatu lembaga / pemerintahan. B. Paradigma politik menurut islam Menuurt Syeikh Yusuf al Qaradhawi mengatakan bahwa islam bukanlah melulu aqidah teologis atau syiar-syiar peribadatan, ia bukan semata-mata agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, yang tidak

bersangkut paut dengan pengaturan hidup dan pengarahan tata kemasyarakatan dan negara. tidak demikian islam adalah akidah dan ibadah, akhlak dan syariat yang lengkap. Dengan kata lain, islam merupakan tatanan yang sempurna bagi kehidupan individu, urusan keluarga, tata kemasyarakatan, prinsip pemerintahan dan hubungan internasional. Bahkan bagian ibadah dalam fiqih itu pun tidak lepas dari politik Islam memiliki kaidah-kaidah, hukum-hukum dan pengarahan-pengarahan dalam politik pendidikan, politik informasi, politik perundang-undangan, politik hukum, politik kehartabendaan, politik perdamaian, politik peperangan dan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kehidupan. Maka tidak bisa diterima kalau islam dianggap nihil dan pasif bahkan menjadi pelayan bagi filsafat atau ideologi lain. Islam tidak mau kecuali menjadi tuan, panglima, komandan, diikuti dan dilayani. Ibnul Qoyyim mengutip perkataan Imam Abul Wafa ibnu Aqil al Hambali bahwa politik merupakan tindakan atau perbuatan yang dengannya seseorang lebih dekat kepada kebaikan dan lebih jauh dari kerusakan, selama politik tersebut tidak bertentangan dengan syara, dan beliau juga mengatakan bahwa sesungguhnya politik yang adil tidak bertentangan dengan syara bahkan sesuai dengan ajarannya dan merupakan bagian darinya. Dalam hal ini kami menyebutnya dengan politik (siyasah) karena mengikuti istilah mereka. Padahal, sebenarnya dia adalah keadilan Allah dan Rasul-Nya. Menurut para sosiolg teoritisi politik islam merumuskan teori tentang hubungan agama dan Negara, antara lain : a) Paradigma integralistik Menurut paham ini mnyimpulkan bahwa Negara merupakan lembaga politik dan juga agama sekaligus, artinya kepala Negara adalah pemegang kekuasaan agama dan kekuasaan politik, pemerintahan nya diselenggarakan atas dasr kedaulatan ilahi. b) Paradigma simbiotik Menurut paham ini, agama dan Negara memiliki hubungan timbal balik dan saling memerlukan. Artinya agama memerlukan Negara, karena Negara merupakan wadah untuk berkembang, sebaliknya juga Negara memerlukan agama, karena dengan agama Negara dapat berkembang dalam bimbingan etika moral dan spiritual. Menurut ibnu taymiyah, sesungguhnya adanya kekuasaan yang mengatur urusan manusia merupakan kewajiban agam yang terbesar sebab tanpa kekuasaan Negara, agama tidak bisa berdiri tegak.

c) Paradigma sekularistik Menurut paham ini agama dan Negara harus dipisahkan, tokohnya yang terkenal adalah Aliy Abd Ar Razq C. Prinsip Pemerintahan Dalam Islam Islam adalah agama yang mengikat segala sesuatunya dengan aturan agama, begitupula didalam urusan politik ini. Islam tidak mengenal adanya penghalalan segala cara untuk mencapai tujuan, meskipun tujuan itu mulia. Islam tidak hanya melihat hasil tetapi juga proses untuk mendapatkan hasil. Oleh karena itu didalam berpolitik pun seorang politisi maupun pemimpin islam diharuskan berpegang dengan rambu-rambu syariah dan akhlak mulia. Dengan kata lain bahwa segala cara berpolitik yang bertentangan dengan syariah atau melanggar norma-norma agama dan akhlak islam maka ia dilarang. Alquran dan hadits tidak secar khusus menjelaskan tentang bagaimana cara berpolitik yang baik dan benar, akan tetapi dalam pedoman agama islam tersebut beberapa konsep dan nilai dasar pemikiran politik yang dapat digunakan untuk mengatur suatu Negara, hal ini terangkum dari beberapa ayat al quran: 1. Kekuasan ditangan umma / rakyat ( Demokrasi ).

Umat ( rakyat ) merupakan penentu pilihan terhadap jalannya kekuasaan, dan persetujuannya merupakan syarat bagi kelangsungan orang-orang yang menjadi pilihannya. Dengan demikian prioritas utama dalm suatu nkekuasaan adalah rakyat dan bukan pemimpin ( penguasa ), pemimpin hanyalah sebagai wakilnya dalam menangani dan mengatur masalah yang sesuai dengan syariat yang telah di syariatkan Allah. 2. Masyarakat ikut berperan dan bertanggung jawab.

Selain penguasa, masyarakat juga merupakan pemelihara atas semua kemaslahatan umum, penegakan agama, pemakmuran dunia. Al quran memerintahkan pembentukan masyarakat yang anggotanya saling memnuhi satu sama lain dan mengerahkan segala kekuatan untuk melakukan perbaikan dan reformasi, yaitu melaksanakan amar maruf . hal ini tercantum dalam alquran. Hai orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang orang yang menegakkan(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil,. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu berlaku tidak adi. Berlakulah adillah, karena adil itu lebih dekat dengan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

3.

Kebebasan adalah hak bagi semua orang.

Pengeakspresian manusia akan kebebasan diri merupakan wajah lain dari akidah tauhid. Pengucapan dua kalimat syahadat dan menjadi ikrar pengabdian diri kepada Allah swt, semata dan juga kebebasan dirinya dari segala macam kebebasan dirinya dari segala macam kekuasaan manusia. 4. Persamaan diantar sesama manusia.

Dikutip dari kandungan ayat suci al quran, bahwa manusia di ciptakan dari seorang laki-laki dan perempuan dan di jadikan menjadi manusia yang berbangsabangsa dan bersuku- suku agar mereka sesama manusia saling mengenal. 5. Kelompok yang berbeda memiliki legalitas.

Setiap orang ( yang berbeda pendapat ) berhak mendaptakan perlindungan dan legalitas sebagi manusia. Al quran juga telah mendeklarasikan bahwa perbedaan yang terjadi di antara manusia merupakan bukti kekuasaan Allah dan di balik semuanya itu terdapat hikmah. 6. Kezaliman mutlak dilarang dan usaha meluruskannya adalah wajib.

Dalam agama islam, kezaliman termasuk dalam dosa besar dan termasuk tindakan yang memperkosa hak allah serta akan menghancurkan nilai-nilai keadilan yang merupakan tujuan di utusnya nabi saw. 7. Undang-undang di atas segalanya.

Legalitas kekuasan Negara islam akan tegak dan berlangsung dengan usaha mengimplementasikan system undang-undang islam secara keseluruhan, tanpa membeda-bedakan antara hukumnya yang mengatur tingkah laku seorang muslim dalam kedudukannya sebagai anak bangsa. D. Pemimpin Wanita Menurut Islam Allah berfirman dalam surat An-Nisa yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(-Nya) dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlain pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian lebih utama ( bagimu) dan lebih baik akibatnya. Keinginan beberapa bagian dari komponen bangsa tersebut, juga untuk memperjuangkan formalisasi syariat dalam tataran hukum positif di Indonesia. Mereka beralasan, karena mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, juga sebagai tanggung jawab kelak di hadapan Allah SWT. Tentunya dalam setiap langkah, bahwa petimbangan ukhrawi tidak bisa diabaikan dalam pengambilan sikap yang akan menentukan urusan duniawi.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra` ayat 36 yang artinya Dan janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Rasulullah SAW bersabda Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mencegahnya dengan tangan ( dan kekuasaannya), apabila tidak mampu hendaklah hendaklah dengan lisan (berupa fatwa atau nasehat)-nya, apabila tidak mampu bendaklah (ingkar) dengan hatinya, dan ini paling rendahnya iman. (HR. Muslim) Dalam pembahasan boleh tidaknya seorang wanita menjadi presiden, tentunya harus ditinjau dari segi hukum Islam baik secara global maupun terperinci. Di dalam tinjauan makalah ini, kami hanya merujuk pendapat para ulama Ahlusunnah wal Jamaah, disesuaikan dengan kondisi mayoritas penduduk Indonesia yang juga menganut Ahlusunnah wal Jamaah. Syarat-syarat sah tidaknya seorang presiden sebagai kepala negara dalam pandangan hukum Islam adalah 7 perkara: 1. Dzu wilaayah taammah Mempunyai syarat kepemimpinan secara sempurna yaitu: a. Islam (muslim) b. Merdeka (bukan budak) c. Lelaki d. Baligh e. Berakal sehat 2. Al`adaalah Mengerjakan agama secara baik, benar, adil, berakhlak mulia, memegang amanat, bersih dan menghindari perbuatan yang diharamkan agama dan lain-lain. 3. Lahul kifaayatul ilmiyyah Memiliki cukup ilmu yang bisa mengantarkannya kepada suatu ijtihad, jika terjadi permasalahan yang mendesak sesuai dengan hukum syariat terutama di dalam urusan politik negara. 4. Hisaafatur ra`yi fil qadlaayas siyaasiyyah wal harbiyah wal idaariyyah Sempurna dan kuatnya pemeliharaan di dalam permasalahan politik, strategi peperangan dan administrasi demi kepentingan rakyat.

5. Shalaabatus shifaatis syakhshiyyah Berkepribadian tegar dan bersifat tegas) pemberani dalam mengambil keputusan, demi menjaga keselamatan bangsa, dan menolak penjajahan dalam segala bidang. 6. Alkifaayatul jasadiyyah Kesempurnaan jiwa raga, sehat jasmani dan panca indera, sehingga tidak memerlukan perantara dalam memahami situasi. 7. Annasab / Dari keturunan dan keluarga yang baik. Jadi seorang presiden bagi umat Islam wajib beragama Islam, karena harus menjaga kelestarian ajaran agamanya, serta urusan duniawi yang saling keterkaitan dengan masakah ukhrawi bagi setiap individu muslim. Sebagaimana juga keislaman menjadi syarat sah-tidaknya persaksian (syahaadah)-nya seseorang, semisal dalam urusan saksi pernikahan, lebih-lebih di dalam urusan kepemimpinan umum (presiden). Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Annisa ayat 141 yang artinya: Dan sekali-kali Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir (lewat kepemimpinannya) untuk memusnahkan orang-orang beriman . Banyak ayat al-Quran yang melarang umat Islam mengangkat pemimpin dari orang-orang kafir diantaranya Surat Ali-Imran ayat 28 Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin / pelindung / teman akrab) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah SWT, kecuali karena (siasat) untuk memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka, (misalnya karena kondisi umat Islam minoritas) dan Allah SWT memperingatkan kamu terhadap (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah kembali(mu). Adapun syarat presiden harus lelaki, disebabkan beban kepemimpinan negara memerlukan energi yang sangat besar, yang mana kebanyakan wanita tidak memilikinya, atau tidak sanggup menanggung beban tanggung jawab di dalam urusan semisal perdamaian, peperangan, dan menangani kejadian-kejadian yang penting. Menurut Sebagian para ulama bahwa Tidak sah qadli dari seorang muqallid, kafir, anak kecil, orang gila, fasik, dan wanita, hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan dari Abu Bakrah, tatkala Rasulullah SAW mendengar bahwa masyarakat Persi mengangkat putri Kisra jadi raja (ratu), beliau berkata Selamanya tidak akan beruntung / berhasil / bahagia kaum yang menyerahkan pemerintahanya kepada wanita. Dalil-dalil yang melarang perempuan sebagai pemimpin: a. Kitab At-tambih karangan Abu Ishaq Ibrahim bin Ali bin Yusuf as-Syairazi al-Fairuzabadi, cetakan Jiddah (AlHaramain). Bab Adabis Sulthan (kepala Negara / presiden) yaitu Hendakalah yang menjadi Imam (pemimpin negara) itu lelaki, baligh, berakal, adil, mengerti hukum-hukum agama...dst.

b. Kitab Kifayatul akhyar, karangan Imam Taqyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini, cetakan Darul Fikr, juz 2 halaman 257 yang artinya "Tidak boleh menjadi qadli kecuali telah mencukupi syaratnya yaitu islam (muslim), baligh berakal, merdeka, adil, lelaki. Di antara syarat syaratnya adalah lelaki, sesuai dengan firman Allah yaitu (kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita), demikian juga dengan sabda nabi Muhammad SAW (selama-lamanya pasti tidak akan beruntung / berhasil/ bahagia kaum yang menyerahkan pemerintahannya kepada wanita)diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dan Al Hakim yang juga mengatakan para perawinya sesuai syarat-syarat Bukhari-Muslim. c. Kitab Subulus Salam, karangan As-syeikh Muhammad bin Ismail AlKahlani As-Shan`ani, cetakan Dahlan Bandung, juz 4 halaman 123: Dari abu Bakrah ra, dari Nabi SAW bersabda: Selamanya pasti tidak akan beruntung / berhasil / bahagia kaum yang menyerahkan pemerintahannya kepada wanita. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Ini sebagai dalil ketidak-bolehan kepemimpinan wanita dalam segala hal, yang berkaitan dengan urusan atau perkara kaum muslimin. Sekalipun oleh as-Syari (Allah dan Rasul-Nya) bahwa wanita itu juga diperintahkan menjadi penanggung jawab kemaslahatan rumah tangga suaminya. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah dan Ibnu Jarir At-thabari wanita di perbolehkan menjadi pemimpin. Dan pada akhir-akhir saat ini, hal yang harus diperhatikan oleh umat Islam adalah maraknya gerakan sekularisme yang diperjuangkan oleh beberapa tokoh muslim akhir-akhir ini. Maka dari itu kita semua sebagai Umat Islam wajib menolak dan memerangi gerakan sekularisme, sebab gerakan ini berusaha memisahkan urusan duniawi (termasuk urusan kenegaraan) dari hukum agama sehingga penerapan politik negara tidak terikat oleh aturan agama manapun khususnya aturan Islam. Gerakan inilah yang akan berusaha menge-gol-kan bolehnya wanita menjadi presiden. Gerakan ini juga menolak pendapat ulama yang melarang non-muslim untuk menjadi presiden, dengan dalih anti diskriminasi. Semoga umat Islam Indonesia diselamatkan dari ancaman-ancaman Allah SWT, agar selamat dalam menjalani kehidupan dunia, yang akan mengantarkannya kepada kehidupan yang lebih kekal abadi, yaitu kehidupan akhirat nanti.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Syeikh Yusuf al Qaradhawi mengatakan bahwa islam bukanlah melulu aqidah teologis atau syiar-syiar peribadatan, ia bukan semata-mata agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, yang tidak bersangkut paut dengan pengaturan hidup dan pengarahan tata kemasyarakatan dan negara. tidak demikian islam adalah akidah dan ibadah, akhlak dan syariat yang lengkap. Dengan kata lain, islam merupakan tatanan yang sempurna bagi kehidupan individu, urusan keluarga, tata kemasyarakatan, prinsip pemerintahan dan hubungan internasional. Politik menurut bahasa arab berasal dari kata sasa, yasusu yang beararti mengatur, memelihara/melatih binatang khususnya kuda. Pemakaian paling awal istilah ini dalam bahasa arab adalah siyasah al khail (memlihara kuda) dan sering juga diartikan dengan makna politik.Politik menurut bahasa arab berasal dari kata sasa, yasusu yang beararti mengatur, memelihara/melatih binatang khususnya kuda. Pemakaian paling awal istilah ini dalam bahasa arab adalah siyasah al khail (memlihara kuda) dan sering juga diartikan dengan makna politik. Dan tentunya sebagai agama yang mencakup semua aspek kehidupan, islam tidaklah melupakan atau meninggalkan permasalahan politik, yang dikenal dengan istilah siyasah. Islam adalah agama yang mengikat segala sesuatunya dengan aturan agama, begitupula didalam urusan politik ini. Islam tidak mengenal adanya penghalalan segala cara untuk mencapai tujuan, meskipun tujuan itu mulia. Islam tidak hanya melihat hasil tetapi juga proses untuk mendapatkan hasil. Alquran dan hadits tidak secar khusus menjelaskan tentang bagaimana cara berpolitik yang baik dan benar, akan tetapi dalam pedoman agama islam tersebut beberapa konsep dan nilai dasar pemikiran politik yang dapat digunakan untuk mengatur suatu Negara, hal ini terangkum dari beberapa ayat al quran, yaitu antara lain; Kekuasan ditangan umma / rakyat ( Demokrasi ).Masyarakat ikut berperan dan bertanggung jawabKebebasan adalah hak bagi semua orang. Persamaan diantar sesama manusiaKelompok yang berbeda memiliki legalitasUndang-undang di atas segalanya. Kezaliman mutlak dilarang dan usaha meluruskannya adalah wajib. Syarat-syarat sah tidaknya seorang presiden sebagai kepala negara dalam pandangan hukum Islam adalah 7 perkara: Dzu wilaayah taammah, Al`adaalah (Mengerjakan agama secara baik, benar, adil, berakhlak mulia, memegang amanat, bersih dan menghindari perbuatan yang diharamkan agama ), Lahul kifaayatul ilmiyyah ( Memiliki cukup ilmu yang bisa mengantarkannya kepada suatu ijtihad, jika terjadi permasalahan yang mendesak sesuai dengan hukum syariat terutama di dalam urusan politik Negara). Hisaafatur ra`yi fil qadlaayas siyaasiyyah wal harbiyah wal idaariyyah ( Sempurna dan kuatnya pemeliharaan di dalam permasalahan politik, strategi peperangan dan administrasi demi

kepentingan rakyat). Shalaabatus shifaatis syakhshiyyah ( Berkepribadian tegar dan bersifat tega, pemberani dalam mengambil keputusan, demi menjaga keselamatan bangsa, dan menolak penjajahan dalam segala bidang). Alkifaayatul jasadiyyah (Kesempurnaan jiwa raga). Annasab / Dari keturunan dan keluarga yang baik. Adapun pendapat para ulama tentang pemimpn/presiden wanita adalah ada yang membolehkan dan ada yang tidak membolehkan. B. Kritik dan saran Demikian makalah ini dan kami sampaikan dengan banyak kekurangan, sehingga penyusun sebagai insan akademis, menghimbau dan meminta saransaran dari teman sekelas R1.F untuk mengkritik kami demi membangun kreatifitas kami sebagai penyusun makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Quddus, Abdul. 2007. Islam Multidimensi ( Mengungkap Trilogi Ajaran Islam ). Pantheon, Mataram. Nainggolan, Zainuddin S. 2007. Inilah Islam Falsafah Dan Hikmah Ke Esaan Allah. Kalam Mulia. Jakarta. Islam kebangsaan http://www.pejuangislam.com/main.php?prm=karya&var=detail&id=63

You might also like