You are on page 1of 23

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4 (KELAS B)

FAKULTAS EKONOMI S1 MANAJEMEN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA T.A 2011/2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul kerukunan antar umat beragama ini dengan lancar. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan agama islam, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman dan takwa dalam kehidupan modern, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, khususnya dalam hal agama. Lalu, adakah pentingnya kerukunan umat beragama di Indonesia? Jawabannya adalah iya Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejateraan di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, indonesia memiliki keragamaan yang begitu banyak. Tak hanya masalaha adat istiadat atau budaya seni., tapi juga termaksud agama. Walau mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama islam,ada beberapa agama lain yang juga dianut oleh penduduk ini. Kriten, Khatilik, Hindu, dan Buhda adalah contoh agama yang dipeluk oleh warga Indonesia. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun perbedaan ini bukanlah alas an untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan beragama di Indonesia agar Negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh.

1.2 TUJUAN Tujuan kelompok kami mempelajari dan membuat makalah ini yang berjudul kerukunan antar umat beragama yaitu Untuk mewujudkan peribadatan kepada allah swt dengan perilaku dan perbuatan, yang dapat dikatakan sebagai pandangan hidup dan sikap hidup atau gaya hidup serta menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari suatu yang ditakuti dan menjaga diri dari perbuatan dosa

ii

BAB II KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA 2.1 AGAMA MERUPAKAN TAHMAT TUHAN BAGI MANUSIA

Hidup beragama tampak pada sika dan cara perwujudan sikap hidup beragama seorang yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah. Karena keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang berbeda. Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatu keniscayaan yang patut diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus menjadi lebih nyata pada hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai keniscayaan yang diterima dan disyukuri sebagai anugerah Allah.

Seorang yang tulus dalam beragama akan menghormati, menghargai dan bahkan mengasihi atau merahmati sesamanya karena sesamanya adalah manusia yang dikasihi Allah. Seorang yang tulus beragama mengasihi sesamanya hanya dengan berpamrih pada Tuhan sebagai sumber segala kasih dan rahmat. Kasih atau cinta kepada sesama manusia harus dapat menembus atribut-atribut yang mengemasnya. Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada diri seorang tak harus menjadi perisai yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia ciptaan Allah sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku tak adil dengan membeda-bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau dengan memperlakukan sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau status dan lain sebagainya.

Membedakan diri sendiri dengan orang lain adalah perbuatan akal sehat, tetapi membeda-bedakan atau melakukan diskriminasi terhadap orang lain justru bertentangan dengan akal sehat dan nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh umat beragama dari setiap agama yang saling berbeda. Karena itu, membeda-bedakan manusia berdasarkan perbedaan agama sesungguhnya bertentangan dengan ajaran agama. Sebagai bangsa yang beragama, sepatutnya kita menjadi contoh terbaik bagi umat manusia sedunia dengan cara hidup yang saling mengasihi dan saling merahmati dengan menerima perbedaan agama sebagai rahmat Allah.

2.2

PENGERTIAN PLURALITAS DALAM BERAGAMA DAN RUANG LINGKUPNYA

Pluralitas berasal dari bahasa Inggris, plural, antonym dari kata singular, secara genetika ia berarti kejamakan atau kemajemukan. Dengan kata lain, ia adalah kondisi objektif dalam suatu masyarakat yang terdapat didalamnya sejumlah kelompok saling berbeda, baik strata ekonomi, ideologi, keimanan, maupun latar belakang etnis. Secara filosofis, pluralitas dibangun dari prinsip pluralisme, yaitu sikap, pemahaman dan kesadaran terhadap kenyataan adanya kemajemukan, keragaman sebagai sebuah keniscayaan, sekaligus ikut secara aktif memberikan makna signifikannya dalam konteks pembinaan dan perwujudan kehidupan berbangsa dan bernegara kearah manusiawi yang bermartabat. Pluralitas adalah keragaman dalam sebuah wujud persatuan. Keragaman, keunikan, dan parsial itu merupakan realitas yang tak terbantahkan, secara sosiologis, manusia terdiri dari berbagai etnis dan budaya yang saling berbeda dan mengikat dirinya antara satu dengan lainnya. Salah satu yang paling penting dalam ranah pluralitas adalah sesuatu yang terkait dengan kepercayaan atau agama yang dianut oleh masyarakat. Pluralitas agama sangat mewarnai sejarah kehidupan, sosial, tidak terkecuali masyarakat kontemporer, baik dalam skala kecil maupun skala besar, terutama pada negara-negara yang sangat mengedepankan relegiusitas. Keragaman agama, sebagaimana keragaman etnisitas suku dan bangsa, juga dipahami dalam satu perspektif kemanusiaan yang hidup berdampingan dengan kekhasannya membangun kehidupan bersama, keunikan-unikan ini bukanlah ancaman terhadap pemeluk agama yang satu terhadap eksistensi agama yang lainnya, tetapi akan lebih memperjelas keunikan sendiri. Agama yang dianut oleh seorang pemeluknya menjadi identitas pribadinya sekaligus cerminan kesucian agamanya.

2.3 KEBERSAMAAN DALAM PLURALITAS AGAMA Pada bulan Maret 2009 ini, sebagian besar umat Islam khususnya di Pontianak memperingati Maulid, kelahiran Nabi Muhammad SAW. Diantara harapan dan tujuan dalam peringatan tersebut adalah meningkatkan kualitas diri dalam beragama, khususnya dalam meneladani kehidupan Nabi Muhammad SAW. Salah satu yang perlu diteladani kehidupan Nabi Muhammad SAW adalah penghargaan beliau terhadap pluralitas agama dan penolakan tegas terhadap pluralisme agama. Hanya saja permasalahannya, istilah pluralisme agama dan pluralitas agama terkadang ditukar atau disamakan pengertiannya. Menggunakan istilah pluralisme agama, tetapi pengertian dan contoh yang dikemukakan adalah pluralitas agama. Sesungguhnya dua istilah ini sangat berbeda pengertiannya. Pluralitas agama ialah realitas sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat berupa keragaman agama yang hidup berdampingan dengan agama-agama yang lain. Pluralitas agama seperti ini merupakan suatu keniscayaan yang diterima bahkan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah. Komunitas Madinah terdiri dari muslim, Yahudi, Nasrani, dan berbagai keyakinan lainnya. Nabi Muhammad SAW

berinteraksi secara damai dengan penganut agama dan keyakinan yang bermacam-macam. Orang-orang Yahudi Khaibar di Madinah yang tidak memusuhi Islam diberikan oleh Nabi Muhammad SAW berupa lahan untuk digarap dan ditanami sebagai mata pencaharian mereka. Sebagian hasilnya dimakan oleh mereka dan sebagiannya diberikan kepada Baitul Mal di Madinah. Dalam rangka membangun dan memelihara kerukunan hidup antar umat beragama dan ketertiban dalam bermasyakat dan bernegara, Nabi Muhammad SAW membuat Piagam Madinah. Piagam Madinah ini terdiri atas 37 pasal, diantaranya memuat perjanjian bahwa apabila kota Madinah diserang musuh, maka semua penganut agama berkewajiban membela Madinah dan melawan musuh secara bersama-sama. Bahkan dalam hadis sahih riwayat Bukhari disebutkan bahwa ketika Asma' puteri Abu Bakar menolak pemberian hadiah dari ibunya (mantan isteri Abu Bakar) karena masih musyrik, maka Allah menurunkan ayat 8 surat al-Mumtahanah (S.60) "Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu". Dengan demikian, pluaralitas agama seperti ini harus dipelihara dan dibina dalam rangka menjaga kebersamaan dan kedamaian dalam kehidupan sosial dan kemanusiaan. Sedangkan pluralisme agama ialah suatu paham dan keyakinan bahwa semua agama sama dan kebenaran setiap agama bersifat relatif serta setiap penganut agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar. Pengertian seperti inilah yang dibangun oleh John Hick yang pendapatnya menjadi acuan hampir semua kaum pluralis. Ia menegaskan bahwa semua agama adalah sama dan tidak ada yang lebih baik daripada yang lain. Kata DR. Anis Malik Thoha, penulis disertasi atTa'addudiyyah ad-Diniyyah: Ru'yah Islamiyyah (Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis) di Universitas Islam Internasional Islamabad Pakistan, bahwa pengertian pluralisme agama yang dikemukakan diatas sangat jelas dan gamblang. Pluralisme agama ini tidak dibenarkan dalam Islam. Nabi Muhammad SAW menolak dengan sangat tegas. Ketika para tokoh musyrik menawarkan usul kompromi kepada beliau agar mau beribadah selama setahun di tempat ibadah mereka, dan mereka pun beribadah selama setahun di masjid, maka Allah menurunkan teguran dan perintah tegas ayat 6 surat al-Kafirun: "Lakum Dinukum wa liya Din (Bagi kamu agama kamu, dan bagiku agamaku). Tidak boleh atas nama toleransi dan harmonisasi, lalu akidah dan agama dikorbankan. Toleransi dan harmonisasi adalah dalam konteks kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan kemanusiaan lainnya. Oleh karena itu, ajaran Islam bersifat ekslusif dalam masalah prinsip akidah dan ritual ibadah, namun sangat inklusif dalam konteks hubungan sosial, ekonomi, politik, dan kemanusiaan lainnya. Ketika ada acara penyembuhan dan doa yang diselenggarakan oleh umat non Islam, bagi umat Islam tidak boleh ikut dalam acara tersebut, sebab di dalamnya ada upacara ritual doa. Pemimpin upacara memohon penyembuhan kepada Tuhan mereka, lalu umat Islam yang ikut meng-amin-kan. Hal ini merusak akidah, sebab sudah mempercayai bahwa ada yang menyembuhkan selain Allah. Ini adalah kepercayaan musyrik. Demikian juga upacara ritual lainnya yang diselenggarakan oleh agama dan kepercayaan apapun, umat Islam tidak boleh ikut dalam acara tersebut. Salah satu aliran dari pluralisme agama adalah teologi global. Dalam teologi global ini memandang agama-agama lebih bersifat sosiologis, kultural, dan ideologis. Bersifat sosiologis dan kultural maksudnya agama-agama yang ada di dunia ini harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat modern yang plural. Dikatakan ideologis sebab ia telah menjadi bagian dari program

gerakan globalisasi yang jelas-jelas memasarkan ideologi Barat yang bertujuan agar semua menjadi terbuka dan bebas menerima ideologi dan nilai-nilai kebudayaan Barat seperti demokrasi, hak asasi manusia, feminisme/gender, liberalisme dan sekularisme. Istilah pluaralisme dalam sejarahnya sebetulnya, lebih dikenal dalam dunia ilmu sosial dan ilmu politik. Tapi kemudian diadopsi ke dalam ranah agama, menjadi pluralisme agama. Maka di sinilah kemudian menimbulkan masalah. Pluralisme politik adalah sebuah teori yang menentang kekuasaan monolitik negara dan semua partai politik mempunyai kedudukan yang sama sehingga tidak boleh diperlakukan berbeda antara satu dengan lainnya. Pluralisme sosial dalam pengertian bahwa semua suku dan ras yang ada dalam suatu komunitas mempunyai kedudukan yang sama dan tidak diperlakukan berbeda antara satu dengan lainnya. Ketika keyakinan agama yang sangat prinsip ini disamakan seperti halnya dalam pluralisme sosial dan pluralisme politik, maka di sinilah kemudian bermasalah. Agama memiliki konsep teologi (akidah), ritual ibadah, dan standar moralitas. Kalau semua agama sama, bagaimana mungkin Nabi Muhammad SAW repot-repot berdakwah dan mengajak para tokoh dan penguasa di Jazirah Arab non Islam agar masuk Islam? Sebagaimana diriwayatkan Bukhari dalam hadis sahih. Bahkan beliau bersabda: "Demi Zat Yang menguasai jiwa Muhammad tak ada seorang pun, baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku dari umat Islam ini, kemudian ia mati tanpa beriman kepada ajaran yang aku bawa, kecuali ia akan menjadi penghuni neraka. (HR. Muslim). **

2.4 AGAMA DAPAT MENJADI FAKTOR PEREKAT DAN KONFLIK DALAM MASYARAKAT A. Agama Sebagai Faktor Konflik Di Masyarakat Agama dalam satu sisi dipandang oleh pemeluknya sebagai sumber moral dan nilai, sementara di sisi lain dianggap sebagai sumber konflik. Menurut Afif Muhammad[1] : Agama acap kali menampakkan diri sebagai sesuatu yang berwajah ganda . Sebagaimana yang disinyalir oleh John Effendi[2] yang menyatakan bahwa Agama pada sesuatu waktu memproklamirkan perdamaian, jalan menuju keselamatan, persatuan dan persaudaraan. Namun pada waktu yang lain menempatkan dirinya sebagai sesuatu yang dianggap garang-garang menyebar konflik, bahkan tak jarang, seperti di catat dalam sejarah, menimbulkan peperangan. Sebagaiman pandangan Afif Muhammad, Betty R. Scharf juga mengatakan bahwa agama juga mempunyai dua wajah. Pertama, merupakan keenggaran untuk menyerah kepada kematian, menyerah dan menghadapi frustasi. Kedua, menumbuhkan rasa permusuhan terhadap penghancuranb ikatan-ikatan kemanusiaan[3]. Fakta yang terjadi dalam masyarakat bahwa Masyarakat menjadi lahan tumbuh suburnya konflik. Bibitnya pun bias bermacam-macam. Bahkan, agama bias saja menjadi salah satu factor pemicu konflik yang ada di Masyarakat itu sendiri.

B. Agama dan Indikasi Konflik

Factor Konflik yang ada di Masyarakat secara tegas telah dijelaskan dalam Al-qur an seperti dalam surat Yusuf ayat 5, disana dijelaskna tentang adanya kekuatan pada diri manusia yang selalu berusaha menarik dirinya untuk menyimpang dari nilai-nilai dan Norma Ilahi. Atau, secara kebih jelas, disebutkan bahwa kerusakan diakibatkan oleh tangan manusia, sebagaimana dijelaskan dalam surat AlRom ayat 41. Ayat-ayat ini bisa dijadikan argumentasi bahwa penyebar konflik sesungguhnya adalah manusia. Salah satu cikal bakal konflik yang tidak bisa dihindari adalah adanya perbedaan pemahaman dalam memahami ajaran agama masing-masing pemeluk. Peking tidak konflik terjadi intra Agama atau disebut juga konflik antar Madzhab, yang diakibatkan oleh perbedaan pemahaman terhadap ajaran Agama. Ada dua pendekatan untuk sampai pada pemahaman terhadap agama. Pertama, Agama di pahami sebagai suatu doktrin dan ajaran. Kedua, Agama di pahami sebagai aktualisasi dari doktrin tersebut yang terdapat dalam sejarah[4]. Dalam ajaran atau doktrin agama, terdapat seruan untuk menuju keselamatan yang dibarengi dengan kewajiban mengajak orang lain menuju keselamatan tersebut. Oleh karena itu, dalam setiap agama ada istilah-istilah Dakwah, meskipun dalam bentuk yang berbeda. Dakwah merupakan upaya mensosialisasikan ajaran agama. Bahkan, tidak jarang masing-masing agama menjastifikasikan bahwa agamanyalah yang paling benar. Apabila kepentingan ini di kedepankan, masing-masing agama akan berhadapan satu sama lain dalam menegakkan hak kebenarannya. Ini yang memunculkan adanya entimen agama. Dan inilah yang kemudian melahirkan konflik antar agama, bukan intra agama. Berdasarkan fenomena itu, sebenarnya timbullah konflik antarumat beragama tersebut didorong oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Faktor tradisi, yang ada sejak nenek moyang mereka dengan sifat. 2) Faktor kekerabatan antarsuku bangsa, yang saling menonjolkan yang menimbulkan sengketa. 3) Faktor misi dakwah, yang harusnya menekankan aspek kemanusiaan dan pemberdayaan umat,malah menyimpang ke hal-hal yang radikal. 4) Faktor kerjasama antartokoh agama, pemimpin adat dan aparat pemerintah yang jarang sekali berdialog. 5) Ada persepsi antarumat agama, bahwa perbedaan agama merupakan masalah yang tidak lazim dan harus diperdebatkan. 6) Adanya provokasi yang menimbulkan perpecahan, baik oleh masyarakat, tokoh dan pemimpin maupun pihak ketiga.

Cara Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga kerukunan antar umat beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar umat beragama agar terjaga sekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragama dalam masyarakat khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan cara sebagai berikut: 1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau menghargai keyakinan orang lain. 2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme. 3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian dari sikap saling menghormati. 4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragma bisa terwujud. Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah dengan mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya membahas tentang hubungan antar sesama umat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama antara lain: a) b) c) d) Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan orangnya. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang sedang beribadah. Hindari diskriminasi terhadap agama lain.

Langkah-langkah berikut akan meminimalkan konflik agama yaitu sebagai berikut : 1. Menonjolkan segi-segi persamaan dalam agama, tidak mempedebatkan segi-segi perbedaan dalam agama. 2. Melakukan kegiatan social yang melibatkan para pemeluk agama yang berbeda. 3. Mengubah orientasi pendidikan agama yang menekankan aspek sektoral fiqhiyah menjadi pendidikan agama yang berorientasi pada pengembangan aspek universal rabbaniyah.

4. Meningkatkan pembinaan individu yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang memiliki budi pekerti yang luhur dan akhlakuk karimah. 5. Menghindari jauh-jauh sikap egoisme dalam beragama. PENDAHULUAN Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan ibadahnya. Bangsa Indonesia diciptakan oleh Tuhan dalam suasana kemajemukan, baik dari suku, ras agama maupun budaya. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia dengan berbagai segi kemajemukan sosial-budaya akan tetap menjadi gejala yang harus selalu diperhitungkan dalam mewujudkan keutuhan dan persatuan nasional, kemajemukan atau pluralitas bangsa adalah kenyataan hidup yang sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa dan tidak saling mengganggu keimanan masing-masing pemeluk agama. Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 manyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan itu. Peryataan tersebut mengandung arti bahwa keanekaragaman pemeluk agama yang ada di Indonesia diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan tidak mengganggu dan merugikan umat beragama lain, karena terganggunya hubungan antar pemeluk berbagai agama akan membawa akibat yang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.[1] Berbagai kebijakan dan program dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan Ketahanan Nasional yang kokoh, yaitu melalui kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan ketahanan budaya. Agama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan strategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam pembangunan Ketahanan Nasional yang kokoh. Agama sebagai sistem nilai seharusnya dipahami dan diamalkan oleh setiap individu, keluarga, masyarakat serta menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara itu dalam dinamika kehidupan beragama di Indonesia seringkali dijumpai kelompok, gerakan atau aliran keagamaan yang dianggap menyimpang dari kaidah, ibadah atau pendirian yang dianut oleh mayoritas umat. Karena itu, keberadaan mereka seringkali eksklusif, radikal atau ekstrim serta memiliki fanatisme buta, kelompok semacam ini kerap disebut dengan istilah sempalan atau sekte yang menyimpang. Disini pula letak kekurangan kalangan yang sering menyuarakan sikap-sikap tolensi agama. Selama berabad-abad, suku bangsa di Indonesia umumnya hidup rukun tanpa benturan yang berarti. Filsafat Pancasila yang bertumpu pada agama melalui Ketuhanan Yang Maha Esa memberi konsep perdamaian abadi, namun dimasa reformasi konflik kesukuan, ras, agama pelapisan masyarakat sepertinya ikut mengusik kerukunan tersebut.

Negara yang multi agama seperti Indonesia, kerukunan hidup umat beragama merupakan salah satu faktor pendukung terciptanya stabilitas dan Ketahanan Nasional. Karena itu kerukunan umat beragama perlu dibina dan ditingkatkan agar tidak menjurus kepada ketegangan yang dapat menimbulkan perpecahan bangsa. Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini bukanlah kerusuhan agama, tetapi umat beragama dijadikan alat untuk mempercepat meletusnya kerusahan. Menurut statistik politik, yang paling cepat menimbulkan kerusuhan adalah alasan agama dan alasan sosial ekonomi. Sebagai bukti misalnya banyak didaerah terjadi konflik yang di isu kan orang tertentu menjadi isu sentimen agama yang walaupun pemerintah telah memberitahukan dengan tegas bahwa kejadian-kejadian yang terjadi bukanlah isu agama tetapi beberapa orang yang tidak bertanggung jawab bahkan yang senang dengan kekacauan untuk mencari keuntungan kelompok ataupun pribadi; sehingga pemerintah tidak mampu membendung keributan terjadi disana sini. Bahkan ada dari beberapa orang yang kita anggap tokoh dalam satu daerah membuat isu yang berelebihan tentang terjadinya penyebaran agama sehingga oleh orang-orang tertentu tadi terjadi konflik bahkan kekisruhan yang berlarut larut sebagai contoh Kristenisasi atau Islamisasi. Memang kalau kita berbicara tentang agama dan negara akan sulit dimana pertemuannya, namun warga atau umat beragama harus patuh sebagai warga negara kepada aturan negara yang walaupun pada dasarnya bahwa agama tidak boleh diatur oleh negara dan hal ini perlu diatur dengan baik, sehingga umat merasakan pemerintah bertindak adil dan melindungi semua warganya tanpa pilih kasih, karena ketidakrukunan juga bisa terjadi karena aturan pemerintah yang kadang-kadang terlalu over produktif sehingga sesama umat beragama terjadi kecemburuan sosial atau kecemburuan tentang perizinan pendirian rumah ibadah. BEBERAPA PANDANGAN TENTANG KERUKUNAN a. Pandangan Islam

Dalam mewujudkan kerukunan umat Islam melalui wadah politik temyata sangat sulit dilaksanakan. Untuk itu perlu diupayakan melalui wadah atau metode yang lain. Hal itu tergantung dad kesadaran dan kemauan baik para pemimpin Islam itu sendiri. Tentunya mereka harus bisa memilih-milih antara tujuan dengan alat. Kerukunan dan persatuan umat Islam adalah termasuk tujuan, sebab merupakan bagian dari nilai-nilai dasar ajaran Islam. Sedangkan organisasi, baik orpol maupun ormas, hanyalah alat untuk mencapai tujuan tersebut. Pertama, memilih wadah. sejarah kepartaian di Indonesia menunjukan bahwa melalui bidang politik umat Islam sulit bersatu. Tetapi melalui bidang sosial keagamaan atau non politik, kelompok-kelompok umat Islam boleh dikatakan tidak sulit untuk diajak bekerja sama. Kita ambil beberapa contoh, misalnya saja melalui wadah Majelis Ulama Indonesia (MUI) kita melihat para pemuka Islam dari berbagai ormas Islam dapat duduk bersama dalam satu meja. Dalam upaya untuk membina dan memantapkan kerukunan hidup umat beragama kita sangat mengharapkan reran aktif dari pemerintah melalui Departemen Agama dengan segenap aparatnya memberikan bimbingan dan pelayanan kepada masyarakat juga dijiwai oleh semangat untuk merukunkan umat beragama secara menyeluruh. .

Kedua, memilih metode. Telah banyak cara yang dicoba untuk memperkukuh kerukunan hidup antar umat Islam, seperti : mengadakan musyawarah, sarasehan, silaturahmi, diskusi, seminar, kerja sama sosial kemasyarakatan dan lain-lain. Kita mengetahui bahwa dalam menyampaikan informasi kepada umat, maka yang menjadi ujung tombak kita adalah para mubaligh/da'i dan dosen/guru agama, karena merekalah yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu perlu dibentuk semacam forum komunikasi para mubaligh/da'i dan forum komunikasi dosen/guru agama. Mereka dipertemukan untuk bermusyawarah guna untuk menyamakan misi dan visi serta program kerja. Sesuai kondisi saat ini, maka prioritas pertama ialah memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui khutbah, ceramah, pengajian, kuliah, pelajaran, dan lain-lain; dengan materi tentang pentingnya memperkukuh ukhuwah Islamiah. Khususnya kepada para remaja dan pemuda yang akan menjadi pemimpin di masa depan perlu ditanamkan nilal-nilai tentang ukhuwah Islamiah khususnya, dan alakhlaqul karimah pada umumnya. Para pelajar dan mahasiswa dari berbagal golongan Islam perlu dibiasakan saling bertemu dan bekerjasama, dalam melakukan kegiatan-kegiatan Islam, misalnya bersama-sama menyelenggarakan peringatan hani besar Islam. Kegiatan yang dapat mengerahkan seluruh kekuatan Islam dengan sendirinya akan menampakkan syiar Islam. b. Pandangan Kristen Protestan

Masalah kerukunan di lingkungan umat Kristen Protestan selama lebih dari dua dasa warsa tidak mengalami permasalahan yang berarti dan menunjukkan semangat keberagamaan yang mengembirakan. Mengenai nila-nilai kerukunan yang terdapat dalam umat Kristen Protestan yang perlu diingat yaitu terciptanya kesatuan pelayanan bersama yang berpusat pada kasih Kristus. Di depan kita ada kebinekaan masyarakat, pluralisme agama, kemiskinan maupun kekayaan yang dapat menggangu iman dan kepercayaan seseorang, adanya banyak krisis isu Kristenisasi dan isu-isu Peta Kerukunan Propinsi jawa Tengah yang lain yang menyibukkan kita sepanjang masa. Begitu banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat Jawa Tengah pada khususnya, akan tetapi Tuhan menempatkan umat-Nya dalam rangka rencana menyelamatkannya. Kita sadar bahwa banyak masalah-masalah yang dihadapi, namun kita harus bersyukur bahwa sudah banyak masalah yang dapat diselesaikan walaupun hasilnya belum memuaskan. Karena situasi umum masyarakat kita komplek dan menantang, begitu juga situasi kekristenan yang memprihatinkan karena berkaitan dengan pertumbuhan baik yang bersifat kuantitas maupun kualitas yang semu. Oleh karena itu perlu lebih kritis dalam menilai pertumbuhan yang bersifat ke dalam, artinya berkaitan dengan gereja-gereja, agar jangan terlalu gegabah untuk mengatakan sudah banyak yang kita perbuat dalam kesatuan pelayanan. Di samping itu kita dituntut bersama atas misi yang sama terhadap pelayanan bagi masyarakat untuk menjadi berkat bagi sentiap orang. Kesatuan pelayanan itu didasarkan atas ketaatan dan kesetiaan kepada misi yang dipercayakan sebagai umat yang satu dan yang menerima tugas yang satu, dari Kristus untuk dunia. c. Pandangan Kristen Katolik

Pertama, Pembebasan Menuju Persaudaraan Sejati. Masa depan bangsa ada di tangan kita juga. Kalau kita berkutat hanya memikirkan luka-luka bathin, kita akan menetap dalam status quo identitas

kelompok. Dalam konteks Indonesia dewasa ini kalau kelompok-kelompok masyarakat mampu membebaskan diri dari kepentingan kelompok dan berorientasi ke kesejahteraan umum (bonum commune), proses membangun Indonesia menuju persaudaraan sejati terjadi. Dalam orientasi itu diandaikan mampu melihat nilai-nilai luhur yang ingiri diraih. Mungkin tidak disadari oleh kelompok, tetapi dalam proses akan ditemukan, bahwa yang digali adalah penghormatan terhadap martabat manusia sebagai pribadi. Dasar kemanusiaan ini akan mengembangkan semangat solidaritas. Selanjutnya kalau makin berkembang akan memiliki sikap mengutamakan keberpihakan pada yang lemah. Nilai-nilai universal itulah yang hendaknya disasar dalam membangun persaudaraan sejati. Kedua, Dialog Hidup Menuju Dialog Karya dan Sharing Iman. Apa arti dialog? Dialog bukan hanya berdiskusi, tetapi juga meliputi semua hubungan antar umat beragama yang positif dan konstruktif dengan pribadi pribadi dan jemaat-jemaat dari agama lain, yang diarahkan untuk saling memahami dan saling memperkaya pengetahuan. Dalam mencapai kebenaran manusia menyadari baik batas-batasnya maupun kemampuankemampuannya untuk mengatasinya. Orang yang tidak memiliki kebenaran secara sempurna dan utuh, tetapi dapat bersama orang-orang lain menuju kebenaran tadi. Peneguhan timbal balik, saling mengoreksi dan hubungan persahabatan akan membawa rekan dialog menjadi makin matang, yang pada akhimya akan menghasilkan persatuan antara pribadi. Dialog kehidupan mencakup perhatian, penghormatan dan sikap ramah kepada orang lain mengenal, identitas pribadinya, caranya mengungkapkan, nilai-nilai miliknya. Dialog karya merupakan penemuan titik temu karya bersama dan kerjasama dengan orang lain, lintas iman/agama/kepercayaan untuk tujuan yang ditentukan bersama. Dialog sharing iman dimaksud agar saling membagi pengalaman iman mengenal pihak lain, mengenai do'a, ungkapan ibadatnya dan lain-lain. Akhir-akhir ini muncul di kalangan kaum muda lintas iman untuk hadir dalam upacara keagamaan, yang cukup diterima umat. Untuk dialog sharing iman ini diandalkan para peserta sudah maju tarap berfikimya, karena mereka itu sudah yakin akan kebenaran agamanya sendiri, tetapi ingin diperkaya pengalaman bersama umat yang berbeda imannya. d. Pandangan Hindu

Dalam upaya membina dan meningkatkan kerukunan umat agar senantiasa melaksanakan atau mewujudkan dharma dalam bentuk karma sesuai dengan swadharma masing-masing dan senantiasa memahami dan mengaplikasikan ajaran Tri Rita Karana dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya di hafal ataupun diucapkan saja. Dengan pemahaman swadharma, akan terhindar dari pola pikir meremehkan orang lain, merendahkan orang lain, ataupun agama orang lain, karena derajat manusia sesama ciptaan Tuhan adalah sama. Orang akan bekerja sesuai dengan profesi, dan menghargai profesi orang lain sesuai dengan swadharmanya, karena pada hakikatnya bekerja yang sesuai dengan dharma adalah merupakan pengabdian kepada Tuhan. Dengan demikian akan tercipta rasa kedamaian dan keadilan sebagai atas penunjang terciptanya kerjasama dan akhirya menciptakan kerukunan sebagaimana yang diharapkan. e. Pandangan Budha

Nilai-nilai kerukunan yang terdapat dalam agama Budha yaitu tercermin bagi umat Budha dalam menjalankan pelajaran 8 jalan utama, yaitu Pengertian yang benar dan Pikiran yang benar, yang akan membawa Kebijaksanaan dalam kehidupannya di dunia ini. Selanjutnya dengan Ucapan, Perbuatan dan Mata Pencahariannya yang baik akan membawanya kepada Sila atau Budi Pekertinya yang luhur. Sehingga bila mereka-mereka ini telah dapat menjalankannya, setidak-tidaknya berusaha memenuhi lima jalan utamanya terlebih dahulu, yaitu pengertian, pikiran, ucapan, perbuatan, dan mata pencaharian yang baik, berarti bisa menjalankan kehidupan di dunia ini yang lumrah sebagai manusia. Mengapa Sang Budha mengajarkan Pengertian yang benar sebagai jalan pertama dari delapan jalan utama yang diajarkan. Karena pengertian yang benar dan baik itu. merupakan kunci yang utama dalam kehidupan sosial bermasyarakat di dunia ini. Dalam hubungan berumah tangga, hubungan bertetangga, hubungan dalam pekerjaan dan hubungan apa saja di dalam bermasyarakat memerlukan pengertian yang benar dan baik, sehingga hubungan-hubungan itu bisa berjalan dengan baik tanpa ada keributan, atau dengan kata lain tercipta adanya kerukunan. Maka ada istilah yang mengatakan, bila anda merasa hidup ini merasa menderita belajarlah dari agama Budha, nanti anda akan diajarkan sampai mendetail bagaimana cara melepaskan penderitaan itu. Umat Budha itu berpandangan bahwa manusia hidup di dunia ini pada dasarnya mengalami penderitaan, maka dalam perjalanan hidup ini hindarilah hal-hal yang akan menambah penderitaannya, dengan kunci, yaitu pengertian yang benar. Salah satu penyebab konflik antar umat beragama adalah disebabkan oleh pemahaman terhadap ajaran agama secara parsial, sehingga pemahamannya tidak menjadi utuh. Pemahaman seperti ini akan melahirkan kelompok masyarakat yang memiliki cara pandang yang sangat sempit, yang sering mengakibatkan kekeliruan yang tidak mereka sadari. Ajaran agama, seharusnya dipahami secara integral sosial menyeluruh sehingga pemahamannya menjadi lurus sosial terhindar dari pemahaman Ypendahulua Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan ibadahnya.

Bangsa Indonesia diciptakan oleh Tuhan dalam suasana kemajemukan, baik dari suku, ras agama maupun budaya. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia dengan berbagai segi kemajemukan sosial-budaya akan tetap menjadi gejala yang harus selalu diperhitungkan dalam mewujudkan keutuhan dan persatuan nasional, kemajemukan atau pluralitas bangsa adalah kenyataan hidup yang sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa dan tidak saling mengganggu keimanan masing-masing pemeluk agama.

Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 manyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan itu. Peryataan tersebut mengandung arti bahwa keanekaragaman pemeluk agama yang ada di Indonesia

diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Namun demikian kebebasan tersebut harus dilakukan dengan tidak mengganggu dan merugikan umat beragama lain, karena terganggunya hubungan antar pemeluk berbagai agama akan membawa akibat yang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.[1]

Berbagai kebijakan dan program dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan Ketahanan Nasional yang kokoh, yaitu melalui kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan ketahanan budaya. Agama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan strategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam pembangunan Ketahanan Nasional yang kokoh. Agama sebagai sistem nilai seharusnya dipahami dan diamalkan oleh setiap individu, keluarga, masyarakat serta menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara itu dalam dinamika kehidupan beragama di Indonesia seringkali dijumpai kelompok, gerakan atau aliran keagamaan yang dianggap menyimpang dari kaidah, ibadah atau pendirian yang dianut oleh mayoritas umat. Karena itu, keberadaan mereka seringkali eksklusif, radikal atau ekstrim serta memiliki fanatisme buta, kelompok semacam ini kerap disebut dengan istilah sempalan atau sekte yang menyimpang. Disini pula letak kekurangan kalangan yang sering menyuarakan sikap-sikap tolensi agama.

Selama berabad-abad, suku bangsa di Indonesia umumnya hidup rukun tanpa benturan yang berarti. Filsafat Pancasila yang bertumpu pada agama melalui Ketuhanan Yang Maha Esa memberi konsep perdamaian abadi, namun dimasa reformasi konflik kesukuan, ras, agama pelapisan masyarakat sepertinya ikut mengusik kerukunan tersebut.

Negara yang multi agama seperti Indonesia, kerukunan hidup umat beragama merupakan salah satu faktor pendukung terciptanya stabilitas dan Ketahanan Nasional. Karena itu kerukunan umat beragama perlu dibina dan ditingkatkan agar tidak menjurus kepada ketegangan yang dapat menimbulkan perpecahan bangsa.

Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini bukanlah kerusuhan agama, tetapi umat beragama dijadikan alat untuk mempercepat meletusnya kerusahan. Menurut statistik politik, yang paling cepat menimbulkan kerusuhan adalah alasan agama dan alasan sosial ekonomi. Sebagai bukti misalnya banyak didaerah terjadi konflik yang di isu kan orang tertentu menjadi isu sentimen agama yang walaupun pemerintah telah memberitahukan dengan tegas bahwa kejadian-kejadian yang terjadi bukanlah isu agama tetapi beberapa orang yang tidak bertanggung jawab bahkan yang senang dengan kekacauan untuk mencari keuntungan kelompok ataupun pribadi; sehingga pemerintah tidak mampu

membendung keributan terjadi disana sini. Bahkan ada dari beberapa orang yang kita anggap tokoh dalam satu daerah membuat isu yang berelebihan tentang terjadinya penyebaran agama sehingga oleh orang-orang tertentu tadi terjadi konflik bahkan kekisruhan yang berlarut larut sebagai contoh Kristenisasi atau Islamisasi.

Memang kalau kita berbicara tentang agama dan negara akan sulit dimana pertemuannya, namun warga atau umat beragama harus patuh sebagai warga negara kepada aturan negara yang walaupun pada dasarnya bahwa agama tidak boleh diatur oleh negara dan hal ini perlu diatur dengan baik, sehingga umat merasakan pemerintah bertindak adil dan melindungi semua warganya tanpa pilih kasih, karena ketidakrukunan juga bisa terjadi karena aturan pemerintah yang kadang-kadang terlalu over produktif sehingga sesama umat beragama terjadi kecemburuan sosial atau kecemburuan tentang perizinan pendirian rumah ibadah.

2.5 FAKTOR PENGHAMBAT KEBERSAMAAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Hal itu disampaikan Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni, di Jakarta, Rabu (31/12). Menag mengatakan, kerukunan umat beragama yang merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu yang sangat dinamis, karena itu harus selalu terpelihara dari waktu ke waktu. "Kita memang tidak boleh berhenti membicarakan dan mengupayakan pemeliharaan kerukunan umat beragama di Indonesia," katanya saat membuka Seminar Kerukunan Umat Beragama Sebagai Pilar Kerukunan Nasional, di Jakarta, Rabu (31/12). Menag menyebutkan, kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ada pun kondisi kehidupan keagamaan di Indonesia saat ini, tutur Menag, diwarnai perbedaan dalam pemelukan agama, yang selanjutnya membangun pengelompokan masyarakat berdasarkan pemelukan agama itu. Lebih dari itu, kondisi kehidupan keagamaan sesungguhnya juga ditandai berbagai faktor sosial dan budaya, seperti perbedaan tingkat capaian pendidikan para pemeluk agama, perbedaan tingkat sosial ekonomi para pemeluk agama, perbedaan latar belakang budaya, serta perbedaan suku dan daerah asal. Menurut dia, semua faktor sosiologis dan antropologis ini menyatu dalam interaksi antar berbagai pemeluk agama yang berbeda. Dengan demikian, kepelbagaian kepemelukan agama menjadi semakin rumit karena seringkali berhimpitan dengan kepelbagaian faktor-faktor sosiologis dan antropologis itu.

2.6 MENCEGAH KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Pada bagian ini akan diuraikan peranan dialog sebagai salah satu alternatif pemecahan dan pencegahan konflik antar kelompok agama di Indonesia. A. Kepentingan Dialog Dialog menjadi suatu kebutuhan dan keharusan dalam kehidupan kebersamaan dari segenap warga dunia ini disebabkan oleh pelbagai faktor yang dapat ditemukan baik dalam perkembangan dunia sendiri maupun dalam perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pandangan agamaagama sendiri. Ada berbagai faktor kepentingan dari dialog, antara lain: pertama, kenyataan dunia ini semakin menjadi majemuk dalam kawasan keagamaan dewasa ini. Serentak dengan itu, dalam diri agama-agama dunia sendiri telah tumbuh dan berkembang pemahamannya tentang dunia ini sebagai keseluruhan, bersamaan dengan itu telah timbul semangat misioner dari masing-masing agama dunia. Kedua, dalam konteks Indonesia, agama Islam dan agama Kristen menghadapi tantangan yang sama saat ini yaitu materialisme dot sekularisme. Sehingga wajar jika saling memperkuat satu sama lain dan mengadakan pendekatan suka damai dan suka membangun. Keempat, kenyataan konflik yang terjadi di Indonesia antara Islam Kristen banyak disebabkan diantaranya adalah karena salah pengertian dan miskomunikasi, perasaan curiga, dan cemburu antar kelompok dalam masyarakat. B. Batasan Dialog Dialog adalah suatu percakapan yang bertolak pada upaya untuk mengerti mitra percakapan dengan baik, saling mendengar pendapat masing-masing. Karena itu, dialog merupakan pertukaran pikiran yang di dalamnya peserta mengungkapkan pendapat atau keyakinannya, mempertimbangkannya, dan berusaha memahami pendapat orang lain. Dialog dapat dibedakan dalam dua kategori: pertama: Dialog Formal, yaitu suatu dialog yang membahas suatu tema tertentu dalam suatu pertemuan, yang pembahasannya bertolak dari visi teologis masingmasing. Kedua: Dialog Informal, yaitu suatu dialog yang terjadi dalam bentuk-bentuk pergaulan, kerjasama, dan hubungan sosial antar umat yang berbeda agama. Melalui kesempatan itu, mereka saling mengenal satu sama lain. C. Sikap dalam Dialog Yang menentukan dalam hubungan antar agama adalah sikap dasar manusia di hadapan Tuhan. Karena sikap mendasar dalam dialog adalah sikap rendah hati di hadapan Tuhan dan keterbukaan hati.

Orang Kristen mengambil bagian di dalam dialog dengan orang Islam dengan sikap: pertama, kita ambil bagian dalam dialog dengan Islam dalam keyakinan kita semua memiliki sifat umum (common nature) sebagai yang diciptakan oleh Allah yang satu, yang adalah Bapa bagi semuanya. Kita semua

hidup dari anugerah-Nya, dan kita semua bertanggung jawab kepada-Nya. Kedua, kita berdialog dengan keyakinan bahwa kita anggota tubuh Kristus yang diutus Allah Bapa untuk melanjutkan misi Kristus. Dialog merupakan panggilan misi kristiani. Karena Allah datang ke dalam dunia melalui Kristus yang menjadi manusia dan berdialog dengan bahasa manusia. Ketiga, kita ambil bagian dalam dialog dengan Islam, dalam keyakinan dan pengharapan bahwa Roh Kudus dapat dan akan menggunakan dialog ini untuk melakukan karya-Nya. D. Saran Praktis untuk Dialog Ada hal-hal praktis yang perlu diperhatikan dalam dialog antara lain: pertama, kita memerlukan pendalaman tentang isi kepercayaan atau agama kita sendiri. Kita mesti mampu menjelaskan dengan jujur pokok-pokok iman kita, tradisi gereja, dan lain-lain yang berkaitan dengan gereja kita sendiri. Kedua, kita memerlukan pemahaman tentang agama mereka (Islam). Ketiga, kita harus bersikap saling menghormati tanpa memandang latar belakang, mayoritas atau minoritas, dan lain-lain. Dalam dialog informal, selain kaidah-kaidah agama secara umum, maka nilai-nilai budaya, sikap etis, dan penampilan kita akan sangat berperan dalam membantu proses dialog. 2.7 LANGKAH DALAM MEWUJUDKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga kerukunan antar umat beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar umat beragama agar terjaga sekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragama dalam masyarakat khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan cara sebagai berikut: 1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau menghargai keyakinan orang lain. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian dari sikap saling menghormati. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.[9]

2.

3.

4.

Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragma bisa terwujud

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan Negara. Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah dengan mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya membahas tentang hubungan antar sesama umat beragama

DAFTAR PUSAKA http://google.search./implementasi kerukunanantarumatberagama.com http://galihdanary.wordpress.com/2010/12/02/kerukunan-antar-umat-beragama

DAFTAR KELOMPOK :

1. 2. 3. 4. 5. 6.

RATU AYU SARI SUHAEFI RAISA ANINGTYA TYAS PRASTIKA SIGIT APRIYANTO SONY BAYU PRABOWO ACHNESYA NOVIA AGUSTINE

111 0111 086 111 0111 088 111 0111 084 111 0111 087 111 0111 052 111 0111 067

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR BAB 1 PENDAHULUAN

HALAMAN ..

1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Agama merupakan tahmat tuhan bagi manusia 2.2 Pengertian pluritas dalam beragama dan ruang lingkupnya 2.3 Kebersamaan dalam pluralitas beragama 2.4 Agama dapat menjadi factor perekat dan konflik dalam masyarakat 2.5 Faktor penghambat kebersamaan kerukunan anatar umat beragama 2.6 Mencegah konflik antar umat beragama 2.7 Langkah konflik antar umat beragama BAB III PENUTUP KESIMPULAN DAFTAR PUSAKA DAFTAR KELOMPOK . . .

i .. ii

.. 1 .. 2 .3 .. 4 .. 5 .. 6 7

You might also like