You are on page 1of 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam membangun sebuah perekonomian Sebuah Bangsa tentu banyak sektor yang
mendukungnya, salah satu diantaranya yakni sektor pertanian yang identik dengan Negara
kita yakni Indonesia, sebagai Negara Agraris. Islam memang agama yang indah, segala hal
yang menyangkut tentang kehidupan sudah ada aturannya terutama di dalam hal kehidupan
sehari-hari yang menyangkut kegiatan manusia, khususnya dalam segi kegiatan dan hasil
pertanian maupun barang peninggalan yang tidak diketahui pemiliknya atau lebih dikenal
dengan namaRikaz.
Sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk mengeluarkan Zakat apabila telah
mencapai nasabnya masing-masing. Zakat pertanian dan Rikaz termasuk kedalam Zakat
Maal ( Zakat Harta ) yang wajib dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya.
Di dalam agama Islam terdapat aturan aturan dalam mengatur hasil pertanian
seorang insan manusia.Tidak seluruhnya hasil kegiatan pertanian seseorang dapat dinikmati
oleh dirinya sendiri karena didalamnya terdapat hak-hak milik orang yang kurang mampu/
fakir miskin yang ada disekitar kita. Atau yang lebih kita kenal dengan nama Zakat Hasil
Pertanian. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kesenjangan sosial antara orang
yang mampu dengan orang yang kurang mampu, sehingga dapat terciptanya kesejahteraan
diantara umat manusia. Namun yang terjadi sekarang ini, masih banyak orang yang
mengabaikan dan cenderung acuh tak acuh atas kewajiban yang harus ia lakukan.
Begitu juga dalam masalah Rikaz, yang terkadang kita jumpai di dalam lingkungan
sekitar kita.Masih banyak orang yang belum paham tentang aturan barang Rikaz, yang
sebetulnya juga terdapat Hukum hukum Islam yang mengatur di dalamnya. Hal ini juga
dimaksudkan untuk menjagaakan tindakan terhadap syariat syariat Islam yang mengatur
didalamnya, sehinga kita tidak melenceng dari Syara.
2

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis mencoba untuk
menjelaskan tentang masalah Zakat Pertanian dan Rikaz.Misalnya tentang Hukum Hukum
maupun ketentuan Islam yang mengatur kedua hal tersebut.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Hukum Islam mengatur tentang Zakat Pertanian dan Rikaz ?
2. Mengetahui tentang definisi Rikaz ?
3. Bagaimana Islam mengatur tentang Hasil pertanian dan Rikaz yang wajib dizakati dan
yang tidak wajib ?
4. Bagimanakah pendapat para ahli Fiqih tentang Jenis pertanian ?
5. Bagaimanakah nisab di dalam Zakat pertanian dan Rikaz ?
6. Bagaimanakah Islam mengatur tentang waktu Wajibnya Zakat pertanian dan Rikaz ?
7. Bagaimana Islam mengatur tentang orang yang mengeluarkan dan berhak menerima
Rikaz ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah inidisusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan sebagai berikut :
1. Mengetahui Bagaimana Hukum Islam mengatur tentang Zakat Pertanian dan Rikaz
2. Mengetahui tentang definisi Rikaz
3. Mengetahui Bagaimana Islam mengatur tentang Hasil pertanian dan Rikaz yang wajib
dizakati dan yang tidak wajib
4. Mengetahui Bagimanakah pendapat para ahli Fiqih tentang Jenis pertanian
5. Mengetahui Bagaimanakah nisab di dalam Zakat pertanian dan Rikaz
6. Mengetahui Bagaimanakah Islam mengatur tentang waktu Wajibnya Zakat pertanian
dan Rikaz
7. Mengetahui Bagaimana Islam mengatur tentang orang yang mengeluarkan dan berhak
menerima Rikaz
3

1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan keguaan baik baik secara teoritis
maupun praktis. Bagi penulis, sebagai wahana penambah wawasan pengetahuan dan konsep
khususnya di dalam masalah Zakat hasil Pertanian dan Rikaz. Dan bagi pembaca sekalian
dapat dijadikan sebagai media informasi dalam masalah hasil Pertanian dan Rikaz dengan
aturan aturan Islam didalamnya.

1.5 Prosedur Pembuatan Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode Deskriptif. Melalui metode ini
penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan konprehensif.Data
teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya
penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literature yang relevan dengan
tema makalah.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini adalah :
Kata pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
1.5 Prosedur pembuatan makalah
1.6 Sistematika Penulisan

Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori
Bumi dijadikan oleh Allah SWT, diciptakanNya baik untuk tumbuh tanaman dan
ditanami, dan diberlakukan hukum hukum di dalamnya merupakan NikmatNya yang paling
besar. Oleh karena itu Bumi merupakan sumber utama kehidupan dan kesejahteraan
jasmaniah manusia serta sumber kehidupan manusia yang paling penting.(Qardawi, 2004)
Rikaz adalah Harta yang tertimbun didalam tanah ( Harta Karun ) yang pemiliknya
sudah tidak ada, serta tidak diketahui ada tanda tanda atau bekas-bekas pemiliknya.
(JawadMughniyah, 2007)
Allah SWT mewajibkan zakat tanaman dan buah buahan. Allah SWT. berfirman ,
B0CBbFb_1b,Fb_f0
6P@BJ1@mB,Bq0N
.;J.BbFN,Fb_,@V8@Bb=
1_fqVJ,=@.BoNf0Fb
_V=@PFb_1Bb,0Bb1A
)@=
Artinya Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji. ( al-Baqarah (2) : 267 )
Adapun salah satu Hadis yang diriwayatkan oleh Umar(Qardawi, 2004) bahwa Nabi
Muhammad s.a.w. bersabda :
Yang diairi oleh air hujan, mata air, atau air tanah, zakatnya 10 %, sedangkan yang
diairi penyiraman, zakatnya 5 %

5


Salah satu Ijmak, menyebutkan bahwa,
Para Ulama Sepakat tentang wajibnya zakat sebesar 10 % atau 5 % dari keseluruhan
hasil tani, sekalipun mereka berbeda pendapat tentang ketentuan ketentuan lain.
Pada masa Rasullah saw, Zakat pertanian hanya terdiri dari Gandum Hinthah,
Gandum Syair, Kurma, dan Anggur(Qardawi, 2004). Para Ahli Fiqih pun tidak berselisih
mengenai kewajiban zakat pertanian, Hanya saja mereka berselisih mengenai jenis pertanian
yang wajib dizakati.Diantaranya yang memberikan pendapat tentang Zakat pertanian yakni,
Hasan Basri dan Syabi, Abu Hanifah, Malik, SyafiI dan Ahmad. Menurut syafii, hasil
pertanian yang wajib dizakati adalah yang dapat dijadikan makanan pokok, dapat disimpan
dan ditanam oleh manusia, misalnya gandum.
Mayoritas Ulama berpendapat bahwa tanaman dan tumbuh-tumbuhan tidak wajib
dizakati, kecuali telah mencapai lima wasaq setelah dibersihkan dari jerami dan kulitnya. Jika
tidak dibersihkan dari jerami dan kulitnya, nisabnya adalah sepuluh wasaq.
Kadar yang wajib dikeluarkan dari hasil pertanian karna zakat berbeda-beda sesuai
dengan perbedaan cara penyiramannya. Suatu pertanian yang mendapat siraman air tanpa
dengan menggunakan alat, misalnya kincir air, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar sepuluh
persen. Adapun pertanian yang mendapat siraman air dengan bantuan alat atau dengan air
yang dibeli, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar lima persen.
Kemudian untuk waktu wajibnya Zakat Pertanian pun menurut kebiasaan bisanya
dengan mengerasnya biji-bijian, warna merahnya kurma, dan rasa manisnya buah anggur.
Syarat pada buah buahan dan biji-bijian ialah hendaknyatelah menguning, atau memerah, dan
biji-bijian bisa dilepas dari kulitnya(al-Jazairi, 2009)
Adapun Yang dimaksud dengan benda-benda terpendam ( Rikaz ) di sini ialah
berbagai macam harta benda yang disimpan oleh orang-orang dahulu di dalam tanah, seperti
emas, perak, temaga, pundi-pundi berharga dan lain-lain. Para ahli fiqih telah menetapkan
bahwa orang yang menemukan benda-benda ini diwajibkan mengeluarkan zakatnya
seperlima bagian (20%), berdasaran hadis yang diriwayatkan oleh jamaah ahli hadis, yang
berasal dari Abu Huraira, yang menyatakan bahwa Rikaz itu harus dikeluarkan zakatnya
seperlima bagian, sudah merupakan kesepakatan para ulama bahwa benda-benda yang di
simpan di dalam tanah adalah Rikaz, karena banda-benda tersebut terpendam di dalamnya.
6


2.2. Hukum Islam yang mengatur tentang Zakat Pertanian
Didalam Al-Quran Surat Annisa ayat 267, diatas sudah dijekaskan bahwa Kita
sebagai umat muslim harus menafkahkan sebagian dari harta yang kita miliki kepada orang
yang berhak menerimanya, dengan catatan Harta yang baik baik saja. Janganlah kita
bermaksud untuk memberikan yang buruk kepada orang lain karena tentu kita sendiri tidak
mau menerimanya. Perintah berarti wajib dilaksanakan, pengeluaran sebagian dari perolehan
itu ditetapkan oleh sebagaikonsekuensi Iman, sedangkan Quran banyak sekali
mengungkapkan zakat dengan ungkapan mengeluarkan sebagian dari perolehan yang kita
miliki. Di dalam hal ini Ulama terdahulu ( Salaf ) maupun ulama yang datang kemudian
( Khalaf ), sepakat yang dimaksudkan adalah zakat.
Didalam Al Quran Allah SWT berfirman bahwa Makanlah buahnya bila berbuah,
dan berikanlah haknya waktu memetik hasilnya, untuk hal ini Banyak ulama terdahulu
( salaf ) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan haknya dalam ayat tersebut adalah
zakat wajib : 10 % atau 5 %.
Jafar at Tabari berpendapat, yang bersumber dari Anas bin Malik, dalam
menafsirkan ayat tersebut, bahwa maksudnya adalah zakat wajib, Ibnu Abbas yang
dilaporkan dari berbagai sumber juga berpendapat bahwa maksudnya adalah, zakat sebesar
10 % atau 5 %, dan maksud hak nya dalam ayat tersebut adalah zakat wajibnya pada
hari hasil panen itu ditimbang dan diketahui berapa banyaknya.
Diriwayatkan pula dari Jubair bin Zaid, Hasan, Said bin Musaiyib, Muhammad bin
Hannifah, Thawus, Qudamah, dan Dahak, bahwa maksudnya adalah zakat, sedekah wajib,
atau pengeluaran sebesar 10 % atau 5 %.
Pendapat para sahabat itu disebutkan oleh Ibnu Jarir kemudian memilih yang terkuat
yaitu bahwa ayat tersebut dibatalakan ( nasakh ), dengan alasan bahwa zakat wajib atas biji-
bijian itu tidak mungkin diberikan pada waktu memanen tetapi setelah dikirik, ditampi, dan
dibersihkan.
Begitu pun ada beberapa hadis yang memberikan penjelasan tentang Zakat pertanian,
diantaranya :

7


Diriwayatkan oleh Umar bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda :
Yang diari oleh air hujan, mata air, atau air tanah, zakatnya 10 %, sedangkan yang
diari penyiraman, zakatnya 5%.
Dari Jabir :
Nabi s.a.w bersabda,
Yang diari dengan sungai atau hujan, zakatnyab 10 %, sedangkanyang diari dengan
pengairan 5%.
Salah satuIjmak, menyebutkan bahwa,
Para Ulama Sepakat tentang wajibnya zakat sebesar 10 % atau 5 % dari keseluruhan
hasil tani, sekalipun mereka berbeda pendapat tentang ketentuan ketentuan lain.
Namun dari Uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan secara Umum bahwa Besar
Zakat Hasil pertanian yang diari atau disiram oleh air hujan ialah 10 % sedangkan untuk
besar zakat Hasil pertanian yang diari / disiram sendiri ialah 5 %.

2.3 Hasil hasil Pertanian yang wajib Zakat
a) Ibnu Umar dan Segolongan Ulama Salaf, zakat wajib atas empat jenis makanan
Ibnu Umar dan sebagian tabiin serta sebagian ulama sesudah mereka berpendapat
bahwa zakat hanya wajib atas dua jenis biji-bijian yaitu gandum ( Hintah ), dan
sejenis gandum lain ( syair ) dan dua jenis buah buahan yaitu kurma dan anggur.
Mereka beralasan sebagai berikut :
y Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruquthni dari sumber Umar
bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya lagi, bahwa Zakat apada paman
Rasullah hanya tas gandum, biji gandum, kurma, dan anggur, sedangakan
Ibnu Majah menambahkannya dengan jagung.
y Hadis yang diriwayatkan dari sumber Abu Burda dari sumber Abu Musa dan
Muaz, bahwa Rasullah s.a.w mengirim mereka berdua ke Yaman untuk
8

mengajar penduduk disana mengenai agama, diantaranya mereka
diperintahkan agar memungut zakat hanya dari empat macam : gandum, biji
gandum, kurma, dan anggur. Dan juga berdasarkan kenyataan bahwa selain
dari keempat jenis itu tidak ada landasan nashnya, begitu juga ijmak, dan
semacamnya, disamping hanya empat itu yang terdapat dan sangat
dibutuhkan, yang menganalogikan yang lain dengan keempat jenis itu tidak
benar, sehingga hanya empat jenis itulah yang merupakan dasar.

b) Menurut Malik, hasil pertanian yang wajib dizakati adalah yang dapat tahan lama,
kering dan tanam oleh manusia, baik yang dapat dijadikan makanan pokok misalnya
gandum maupun yang tidak dapat dijadikan makanan pokok misalnya tanaman
qirthim dan tanaman sesam. Tidak ada kewajiban zakat di dalam sayuran dan buah-
buahan, seperti buah tin, delima, dan apel.

c) Menurut syafii, hasil pertanian yang wajib dizakati adalah yang dapat dijadikan
makanan pokok, dapat disimpan dan ditanam oleh manusia, misalnya gandum.
Nawawi berkata, Menurut Madzhab kami ( Mazhab Syafii ), tidak ada zakat buah
buahanselain kurma dan anggur, tidak ada zakatbiji-bijian selainyang dapat dijadikan
bahanmakanan pokok dan dapat disimpan, dan tidak ada zakat jenis sayuran

d) Ahmad berpendapat bahwa semua hasil pertanian yang terdiri dari biji-bijian maupun
wajib dizakati dengan syarat dapat dikeringkan, dapat tahan lama, dapat ditukar, dan
hasil tanaman manusia. Hasil pertanian tersebut baik berupa bahan makanan seperti
gandum, quthniyyat (biji-bijian selan gandum) seperti jenis kacang, bahan rempah-
rempah seperti tumbar dan merica, biji buah seperti biji linen, kerai, dan mentimun,
maupun biji sayuran seperti biji qirthim dan sesam.

e) Abu Hanifah berpendapat bahwa semua hasil tanaman, yaitu yang dimaksudkan
untuk mengeksploitasi dan memperoleh penghasilan dari penanamanya, wajib
zakatnya sebesar 10 % atau 5 %. Ia tidak mempersyaratkan semuanya itu harus
berupa makanan pokok, kering, bisa disimpan, bisa ditakar, dan bisa dimakan.

Landasan yang dipakai oleh Abu Hanifah adalah sebagai berikut :
Prinsip Umum firman Allah dalam Surat Al Baqarah,
9

.dan tanaman tanaman yang kami keluarkan untuk Kalian tanpa
memperbedakan apa dan dimana dikeluarkan.
Pendapat yang paling kuat untuk kita pegang adalah pendapat Abu Hanifah yang
bersumber dari penegasan Umar bin Abdul Aziz, Mujtahid, Hamad, Daud, dan Nakhai,
bahwa semua tanaman wajib zakat. Hal itu didukung oleh keumuman cakupan pengertian
nash-nash Quran dan hadis, dan sesuai dengan hikmah suatu syariat diturunkan.Sedangkan
apabila zakat hanya diwajibkan kepada petani gandum atau jagung misalnya, dan pemilik-
pemilik kebun jeruk, manga, dan apel yang luas-luas tidak diwajibkan, maka hal itu tidak
mencapai maksud atau hikmah syariat itu diturunkan.sedangkan hadis-hadis yang
menyatakan bahwa zakat hanya terbatas wajibnya atas empat jenis makanan pokok, maka
tidak ada suatu hadis pun di antaranya yang bebas dari cacat, adakalanya karena sanadnya
terputus atau karna perawinya ada yang lemah, atau tidak ada hal-hal yang mengangkatnya).
Dan sekalipun hadis-hadis itu harus diterima kebenarannya, Ibnu Malik dan ulama-ulama lain
berpendapat mustahil apabila keterbatasan itu hanya berlaku pada keempat makanan pokok
tersebut, atau pembatasan itu hanya boleh dipandang sebagai ketentuan sementara yang tidak
merupakan kebenaran mutlak.Dengan demikian berarti bahwa tidak ada satu pun pendapat
yang mutlak dapat dipegang.

2.4 Nisab di dalam Zakat pertanian
Mayoritas Ulama berpendapat bahwa tanaman dan tumbuh-tumbuhan tidak wajib
dizakati, keecuali telah mencapai lima wasaq setelah dibersihkan dari jerami dan kulitnya.
Jika tidak dibersihkan dari jerami dan kulitnya, nisabnya adalah sepuluh wasaq.
Syarat pada buah-buahan dan biji-bijian ialah hendaknya telah menguning, atau
memerah, dan biji-bijian bisa dilepas dari kulitnya, karena Allah taala berfirman,
,_,CBb0016q16A,@
A,16A@V1Bb,;Bb,B
1J0bm0,_JBb,,BBb,
B46J,@A,=JPFb_1m
b[f0Fb_Vb,,=f=,_
@B@=FN,Fb_@VP=fN1
@Bb
Artinya : dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
10

delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasullah s.a.w. bersabda,
Hasil pertanian yang kurang dari lima wasaq tidak wajib dizakati
Nisab buah-buahan dan biji-bijian ialah lima wasaq, dan satu ialah enam puluh sha,
dan satu sha ialah empat mud (satu mud kira-kira 4 ons), karna Rasulullah S.A.W. bersabda,
Tidak ada zakat pada harta kurang dari lima wasaq. (Muttafaq Alaih).
Menurut Lisan Al Arab, sha adalah ukuran liter penduduk Madinah, yang besarnya
empat Mud. Satu Sha Nabi Muhammad saw adalah empat Mud yang biasa berlaku dalam
kalangan penduduk Madinah. Mud adalah ukuran liter oleh penduduk Madinah yang ditakar
besarnya sebanyak sepenuh kedua isi tangan bila dipertemukan. Nabi sendiri memberikan
saran agar dalam literan umat memakai ukuran literan penduduk Madinah dan dalam
timbangan memakai ukuran timbangan penduduk Mekah. Beliau bersabda,
Literan standar adalah literan penduduk Madinah dan Timbangan standar adalah
timbangan Penduduk Makkah.
Perbedaan ini mengingat bahwa penduduk Madinah adalah petani yang lebih
memerlukan literan dan dengan demikian literan mereka tentu lebih halus dan teliti
Besar zakatnya jika diairi tanpa alat misalnya dengan air di akar-akarnya, atau diairi
dangan air mata air dan sungai ialah sepersepuluh. Jadi zakat buah-buahan dan biji-bijian
untuk lima wasaq ialah setengah wasaq. Jika buah-buahan dan biji-bijian diairi dengan alat
misalnya timba dan lain sebagainya, zakatnya adalah seperdua puluh. Jadi zakat buah-buahan
dan biji-bijian untuk lima wasaq ialah seperempat wasaq, karna Rasulullah S.A.W. bersabda,
pada yang diairi langit, mata air, atau yang minum akar-akarnya adalah
sepersepuluh, dan pada yang diairi dengan unta ialah seperdua puluh.
Sementara itu, Abu Hanifah dan Mujahid berpendapat bahwa tidak ada nisab zakat
pertanian. Sedikit maupun banyak hasilnya wajib dizakati karena keumuman hadis Rasullah
saw.,
11

Apa ( tanaman ) yang mendapat siraman dari air hujan wajib dizakati sebesar
sepuluh persen
Disamping itu, zakat pertanian tidak disyaratkan haul, sehinggatidak perludisyaratkan
nisab. Kemudian Ibnu Qayyim berkata As-Sunnah yang sahih secara tegas menjelaskan nisab
zakat pertanian sebesar lima wasaq. Kemudian ada hadis lain yang berbunyi,
Apa yang mendapat siraman dari air hujan wajib dikeluarkan zakatnya sebesar
sepuluh persen dan apa yang mendapat siraman dari pengairan manusia wajib
dikeluarkan zakatnya sebesar lina persen
Namun hadis diatas bersifat umum, yang tidak membedakan antara hasil pertanaian
yang sedikit dan yang banyak.Dan hadis ini bertentangan dengan hadis yang bersifat khusus
(hadis tentang nisab zakat pertanian).Tetapi Makna Lafazh umum bersifat pasti sebagaimana
yang bersifat khusus.Oleh karena itu jika ada pertentangan antara yang umum dan yang
khusus maka dahulukan terlebih dahulu yang lebih hati-hati yaitu wajib Zakat secara umum,
baik jumlah hasil pertanian sedikit maupun banyak.

2.5.Waktu Nisab Dihitung
Waktu Zakat pertanian adalah ketika sudah layak dipanen menurut kebiasaan,
misalnya diketahui dengan mengerasnya biji-bijian, warna merahnya kurma, dan rasa
manisnya buah anggur.Nisab dihitung setelah buah itu kering, yaitu setelah kurma menjadi
kurma yang siap makan dan anggur sudah matang, dan setelah dibersihkan kulitnya dalam hal
bijian.Ghazali mengatakan, menghitungnya dilakukan setelah buah itu misalnya sudah
menjadi kurma, anggur sudah bisa dimakan, dan bijian telah dibersihkan kulitnya.Kecuali
buahan yang dijadikan tepung bersama kulitnya seperti jagung, kurma yang harus disukati
sebelum menjadi kurma yang siap makan, dan yang disimpan dalam kulitnya seperti padi.
Dalam hal itu pemiliknya tidak perlu dibebani dengan kewajiban membuang kulitnya, oleh
karna akan merusak buahan tersebut.
Namun mengenai besar nisabnya, sebagian ulama fiqih melebihkan jumlah yang
masih berkulit supaya satu nisab cukup dari jumlah yang bersih dari kulit.Dalam masalah ini,
persoalan itu kembali kepada para ahli tiap-tiap jenis dan macam buahan untuk
menetapkannya.Yang penting jumlah satu nisab tertetapkan dari yang sudah bersih dari kulit.
12

Allah swt, memerintahkan kepada orang yang menunaikan zakat agar
mengambilkannya dari yang kualitasnya baik, bukan dari yang kualitasnya buruk. Allah
berfirman,
B0CBbFb_1b,Fb_f
06P@BJ1@mB,Bq
0N.;J.BbFN,Fb_
,@V8@Bb=1_fqVJ
,=@.BoNf0Fb_V=@
PFb_1Bb,0Bb1A)@=

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.
dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,
Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. ( al-Baqarah ( 2)
: 267 )

2.6.Pengertian Rikaz
Rikaz adalah harta yang tertimbun di dalam tanah (harta karun) yang pemiliknya
sudah tidak ada, serta tidak diketahui ada tanda-tanda atau bekas-bekas pemiliknya, seperti
tanda-tanda atau bekas-bekas galian yang digali oleh panitia khusus untuk tujuan pencarian
harta karun ini.
Empat mazhab:dalam harta karun (Rikaz) ini wajib dizakati seperlimanya, dan tidak
ada nisab. Maka banyak maupun sedikit wajib dizakati seperlima (20%) secara sama.
Imamiyah: harta karun (Rikaz)seperti barang tambang dalam zakatnya, yaitu wajib
seperlimanya, dan tetap ada nisab.
An-nasai meriwayatkan dari Amru Ibnu Syuaib yang diterimanya dari
bapaknya.Hadis itu berasal dari kakek Amru yang mengatakan bahwa, Rasulullah pernah
ditanya tentang luqtah, yang dijawab oleh Rasulullah bahwa, harta benda yang di temukan
di jalan umum atau di daerah pemukiman, hendaknya di umumkan selama setahun.Jika
13

pemiliknya datang, berikanlah dan jika tidak, ambilah sebagai milikmu.Dan harta yang
ditemukan bukan pada jalan umum atau bukan di daerah pemukiman, maka dalam harta itu
dan demikian pula pada Rikaz ada seperlima bagian yang harus dikeluarkan.

2.7.Tempat Rikaz
1. Seseorang menemukannya di tanah mati atau di tanah yang tidak diketahui
pemiliknya atau di jalan yang tidak dilalui manusia, atau di desa yang ditinggalkan
penghuninya. Rikaz yang ditemukan di daerah-daerah tersebut ada zakatnya sebesar
seperlima sesuai dangan kesepakatan para ulama.
2. Seseoang menemukannya di tempat pindahannya. Apa yang ditemukan itu menjadi
miliknya karna Rikaz
3. Seseorang yang menemukannya ditempat pindahannya. Apa yang ditemukannya itu
menjadi miliknya karena Rikaz adalah harta terpendam di dalam tanah.
4. Seseorang memnemukannya ditanah seorang muslim atau kafir Dzimmi. Harta yang
ditemukannya itu adalah milik pemilik tanah tersebut, menurut Abu Hanifah dan salah
riwayat dari Ahmad. Namun apabila Pemilik Tanah mengakuinya, namun jika tidak
maka menjadi hak milik penemunya.
2.8.Nisab Zakat Rikaz
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud Rikaz adalah harta Jahiliah yang
terpendam dan kadar wajib zakatnya sebesar seperlima, adapun empat perlima sisanya adalah
milik pemilik tanah yang paling pertama jika ia mengakuinya.Kadar wajib zakatnya adalah
seperlima, baik jumlah yang ditemukan sedikit maupun banyak. Dengan kata lain, tidak
disyaratkan nisab didalamnya. Hal itu menurut Abu Hanifah, Ahmad, dan salah satu riwayat
dari Malik.Adapun menurut Syafii didlam mazhab jadidnya disyaratkan nisab.Namun,
mereka sepakat bahwa haul tidak disyaratkan didalamnya.
Adapun nisabnya, sebagian ulama berpendapat bahwa disyaratkan sampai satu
nisab.Pendapat ini menurut mazhab Syafii. Menurut pendapat yang lain, seperti pendapat
Imam Malik, Imam Abu Hanifah serta Imam Ahmad dan pengikut-pengikut mereka, nisab itu
tidak menjadi syarat.
14

Rikaz tidak disyaratkan sampai satu tahun.Tetapi apabila didapat, wajib dikeluarkan
zakatnya pada waktu itu juga, seperti zakat hasil tambang emas dan perak. (Rasjid, 2010).
2.9.Orang yang wajib mengeluarkan Zakat Rikaz
Mayoritas Ulama sepakat bahwa kadar seperlima wajib dikeluarkan oleh orang yang
menemukannya, baik ia seorangmuslim, Dzimmi, Orang besar, anak kecil, orang yang
berakal, maupun orang gila. Hanya saja khusus anak kecil dan orang gila, wali dari
merekalah yang menangani pengeluaran zakat tersebut.
Ibnu Mundzir berkata, Sebatas yang kami ketahui, sebagian besar para ulama
sepakat bahwa orang Dzimmi yang menemukan rikaz wajib mengeluarkan seperlimanya.
Demikian pendapat Malik, para Ulama Madinah, Tsauri, Auzai, para ulama Irak, para ulama
Rasionalis, dan selain mereka.
SyafiI berkata, Kadar seperlima tidak wajib, kecuali atas orang yang wajib
membayar zakat, karena seperlima tersebut adalah kadar wajib zakat.
2.10.Orang yang berhak menerima Kadar Seperlima
Orang yang berhak menerima kadar seperlima dari harta terpendam atau logam yang
ditemukan seseorang adalah mereka yang berhak menerima zakat. Abdullah bin Bisyr al-
khatsami meriwayatkan dari seorang yang masih satu kaum dengannya. Orang tersebut
berkata, sebuah bejana besar dari atas katedral kuno di kuffah jatuh kepadaku.Di dalam
bejana itu terdapat empat ribu dirham. Kemudian aku membawanya kepada Ali r.a..Ia
berkata, bagilah menjadi lima bagian. Aku membaginya, lalu ia mengambil seperlima,
sementara empat perlimanya sisanya diserahkan kepadaku.
Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad berpendapat bahwa kadar kadar seperlima tersebut
dibagikan seperti harta rampasan perang. Syabi meriwayatkan bahwa seseorang menemukan
uang seribu dinar yang terpendam di luar kota Madinah. Ia kemudian membawanya kepada
Umar bin Khaththab r.a..Umar pun mengambil seperlimanya (dua ratus dinar) dan
mengembalikan sisanya kepada orang tersebut.

2.11.Rikaz yang Wajib Dizakati
15

Rikaz yang wajib dikeluarkan zakatnya sebesar seperlima adalah satiap sesuatu yang
bernilai harta, saperti emas, perak, besi, tembaga, kuningan, wadah dan lain sebagainya.
Hal itu merupakan pendapat Hanafiyyah, Hambaliah, Ishaq, Ibnu Mundzir, salah satu riwayat
dari malik, dan salah satu pendapat Syafii. menurut pendapat SyafiI yang lain, seperlima
tersebut tidak wajib, kecuali untuk barang yang menjadi harta, yakni emas dan perak.






















16



BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Allah SWT telah mewajibkan bagi setiap umat manusia beriman untuk mengeluarkan
zakat Hasil Pertanian dan Rikaz apabila sudah mencapai Nisab. Allah SWT mewajibkan
zakat tanaman dan buah buahan di dalam Surat Al-Baqarah ayat 267 dan Surat Al-Anam
ayat 141 yang juga termasuk kedalam Zakat Maal.
Secara Umum bahwa Besar Zakat Hasil pertanian yang diari atau disiram oleh air
hujan ialah 10 % sedangkan untuk besar zakat Hasil pertanian yang diari / disiram sendiri
ialah 5 %.Pembatasan pada ketentuan hasil pertanian yang wajib dizakati sebelumnya hanya
boleh dipandang sebagai ketentuan sementara yang tidak merupakan kebenaran mutlak.
Dengan demikian berarti bahwa tidak ada satu pun pendapat yang mutlak dapat dipegang.
Makna Lafazh umum bersifat pasti sebagaimana yang bersifat khusus.Oleh karena itu
jika ada pertentangan antara yang umum dan yang khusus maka dahulukan terlebih dahulu
yang lebih hati-hati yaitu wajib Zakat secara umum, yakni baik jumlah hasil pertanian sedikit
maupun banyak.
Nisab dihitung setelah buah itu kering, yaitu setelah kurma menjadi kurma yang siap
makan dan anggur sudah matang, dan setelah dibersihkan kulitnya dalam hal bijian.
Rikaz adalah harta yang tertimbun di dalam tanah (harta karun) yang pemiliknya
sudah tidak ada, serta tidak diketahui ada tanda-tanda atau bekas-bekas pemiliknya.Mayoritas
Ulama sepakat bahwa kadar seperlima wajib dikeluarkan oleh orang yang menemukannya,
baik ia seorangmuslim, Dzimmi, Orang besar, anak kecil, orang yang berakal, maupun orang
gila. Hanya saja khusus anak kecil dan orang gila, wali dari merekalah yang menangani
pengeluaran zakat tersebut.
Orang yang berhak menerima kadar seperlima dari harta terpendam atau logam yang
ditemukan seseorang adalah mereka yang berhak menerima zakat ( Mustahiq Zakat )
17

Rikaz yang wajib dikeluarkan zakatnya sebesar seperlima adalah satiap sesuatu yang bernilai
harta, saperti emas, perk, besi, tembaga, kuningan, wadah dan lain sebagainya.
4.2 Saran
Muslim yang Taat harus memahami akan pentingnya arti sebuah Zakat. Didalam
Harta kita terdapat hak-hak orang lain yang harus dikeluarkan khususnya bagi orang kurang
mampu yang ada disekitar kita, sehingga tidak terdapat kesenjangan sosial diantara sesama
Umat manusia.
Sebagai Umat Muslim yang baik kita harus meningkatkan Ukhuwah Islamiah diantara
sesama.Jangan karena hal yang sepele atau karena adanya perbedaan dalam pemahaman
terhadap suatu hal khususnya di dalam bidang penafsiran Zakat pertanian dan Rikaz justru
menimbulkan adanya perpecahan diantara Umat Muslim.


















18



DAFTAR PUSTAKA


al-Jazairi, Abu Bakar Jabir (2009). Ensiklopedi Muslim. Bekasi: PT.DARUL FALAH.
JawadMughniyah, M. (2007). Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Penerbit Lentera.
Qardawi, Y. (2004). Fikhuz-Zakat. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
Rasjid, H. (2010). FIQH ISLAM. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

You might also like