You are on page 1of 37

1. PENGANTAR SEJARAH PERADABAN A.

ARTI SEJARAH, PERADABAN DAN ISLAM Sejarah adalah riwayat tentang kejadian-kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi (fakta), yang diceritakan atau tertulis dan dapat dibuktikan kebenarannya. Sejarah juga berarti asal-usul, tempat sebuah kejadian itu bermula. Atau juga berarti peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia. Sementara, peradaban adalah cipta, rasa, dan karsa manusia yang berasal dari akal budi baik lahir atapun bathin. Peradaban berasal dari kebudayaan dan merupakan hasil pengolahan akal budi manusia. Dimana hasil pikir dan pengolahannya dimaksudkan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Pengertian sejarah oeradababn islam adalah kejadian-kejadian masa lampau yang merupakan produk budaya yang di hasilkan oleh orang-orang islam di bawah naugan pemerintah islam. Atau sikap khusus yang berangkat dari dasar dan nilai-nilai ajaran islam. Sejarah peradaban islam tidak hanya berupa peninggalan-peninggalan masa lampau. Melainkan juga pemikiran-pemikiran masa lalu yang masih ada dan bisa kita pelajari saat ini. Peradaban islam bernula ketika agama islam diturunkan kedunia melalui nabi Muhammad, sejak itulah peradaban islam lahir dan menancapkan diri dalam sejarah dunia. Nabi muhammad membawa ajaran islam dengan nilai-nilai yang telah disampaikan kepada manusia membawa sepanjang masa kenabiannya. Baik berupa kitab suci (al-quran) atupun melalui tingkah laku dan pentunjuk-petunjuk beliau. Islam adalah agama yang damai, agama penuh cinta kasih yang diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk bagaimana seharusnya menjalani kehidupan ini. Setelah nabi muhammad wafat, estafet peradaban islam dipegang oleh khulafaur rasyidin yaitu empat sahabat Nabi muhammad yang tidak diragukan lagi loyalitasnya kepada agama islam. Masa khulafaur rasyidin dimulai oleh Abu Bakar yang berkuasa tahun 632-634 M, lalu diteruskan Umar ibn Khathab, Ustman ibn Affan, dan Ali ibnu Abi Thalib.

Setelah periode itu, peradaban islam terus berlanjut dan kekuasaan islam mengalami banyak pergantian pucuk kepempimpinan. Peradaban islam terus berjalan hingga akhirnya islam sampai kepada masa kita saat ini. Sejarah Peradaban Islam adalah perjalanan yang sangat berliku dan tidak lepas dari kondisi sosial politik yang terjadi pada tiap-tiap periode. Islam mengelami pasang surut dalam perjalanannya. Islam pernah mengalami masa kejayaan dan masa kekemasan, tetapi Islam juga pernah mengalami kemerosotan yang tajam di masa yang silam. Dan sejarah peradaban Islam ada untuk mengingatkan kita dan juga sebagai pembelajaran bagi kita bahwa Islam pernah berkuasa di dunia, dan agar menjadi pelecut semangan bagi kita untuk menggapai masa kejayaan tersebut dengan usaha kita. B. DISKURSUS KEBUDAYAAN DAN PERADABAN A. Pengertian Peradaban Kata Peradaban seringkali diberi arti yang sama dengan kebudayaan. Tetapi dalam B. Inggris terdapat perbedaan pengertian antara kedua istilah tersebut. Istilah Civilization untuk peradaban dan Culture untuk kebudayaan. Demikian pula dalam B. Arab dibedakan antara kata Tsaqafah (kebudayaan), kata Hadharah (kemajuan), dan Tamaddun (peradaban) Menurut A.A. Fyzee, peradaban (civilization) dapat diartikan dalam

hubungannya dengan kewarganegaraan karena berasal dari kata civies (Latin) atau civil (Inggris) yang berarti seorang warganegara yang berkemajuan. Dalam hal ini peradaban diartikan dalam dua cara: (1) proses menjadi berkeadaban, dan (2) suatu masyarakat manusia yang sudah berkembang atau maju. Suatu peradaban ditunjukkan dalam gejala-gejala lahir, mis. Memiliki kota-kota besar, masyarakat telah memiliki keahlian di dalam industri (pertanian, pertambangan, pembangunan, pengangkutan dsb), memiliki tertib politik dan kekuasaan, dan terdidik dalam kesenian yang indah-indah.

Adapun kebudayaan diartikan bersifat sosiologis di satu sisi dan antropologis di sisi lain. Istilah kebudayan (culture) pada dasarnya diartikan sebagai cara mengerjakan tanah, memelihara tumbuh2an, diartikan pula melatih jiwa dan raga manusia. Dalam latihan ini memerlukan proses dan mengembangkan cipta, karsa, dan rasa manusia. Maka culture adalah civilization dalam arti perkembangan jiwa. Peradaban Islam memiliki tiga pengertian yang berbeda. Pertama, kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam suatu periode kekuasaan Islam mulai dari periode Nabi Muhammad Saw. sampai perkembangan kekuasaan sekarang; kedua, hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam lapangan kesusasteraan, ilmu pengetahuan dan kesenian; ketiga, kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup kemasyarakatan. B. Meraih Kejayaan Islam dengan Iptek Berdasarkan penjelasan Ibnu Khaldun tentang kebangkitan suatu peradaban, jika umat Islam ingin membangun kembali peradabannya, mereka harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa ini, kebangkitan Islam hanya akan menjadi utopia belaka. Menurut Ibnu Khaldun, wujud suatu peradaban merupakan produk dari akumulasi tiga elemen penting yaitu, kemampuan manusia untuk berfikir yang menghasilkan sains dan teknologi, kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer, dan kesanggupan berjuang untuk hidup. Jadi kemampuan berfikir merupakan elemen asas suatu peradaban. Suatu bangsa akan beradab (berbudaya) hanya jika bangsa itu telah mencapai tingkat kemapuan intelektual tertentu. Sebab kesempurnaan manusia ditentukan oleh ketinggian pemikirannya. Suatu peradaban hanya akan wujud jika manusia di dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupannya. Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan prasarana ataupun suprastruktur dan infra-struktur yang tersedia. Dalam hal ini pendidikan merupakan sarana penting bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang lebih mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal dari pandangan hidup.

Maka dari itu, pembangunan kembali peradaban Islam harus dimulai dari pembangunan ilmu pengetahuan Islam. Orang mungkin memprioritaskan pembangunan ekonomi dari pada ilmu, dan hal itu tidak sepenuhnya salah, sebab ekonomi akan berperan meningkatkan taraf kehidupan. Namun, sejatinya faktor materi dan ekonomi menentukan setting kehidupan manusia, sedangkan yang mengarahkan seseorang untuk memberi respon seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapinya adalah faktor ilmu pengetahuan. Dari sini, kita melihat peran vital pendidikan sebagai jalan kebangkitan peradaban Islam. Menurut satu versi, peradaban adalah kebudayaan yang sudah berkembang dan maju. Disisi lain, Effat Sharqawi menjelaskan bahwa kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat.1 C. HUBUNGAN AL-QURAN DAN HADITS DENGAN PERADABAN Dalam keyakinan ummat islam bahwa Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. yang membacanya bernilai ibadah. Disamping Al-Quran, Hadits adalah sabda (perkataan, Qawl), perbuatan (Fili), ketetapan ( taqri), dan sifat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dalam proses sejarah, ulama dalam berbagai generasi berusaha menangkapkan maksud Allah yang terdapat dalam kitab-Nya. Oleh karena itu, ulama menentukan berbagai cara dalam memahami maksud-maksud Allah. Karena banyaknya cara yang digunakan oleh ulama dalam emahami Al-Quran, ulama kemudian dikelompokkan kedalam berbagai aliran sesuai dengan kecenderungan. Dalam memahami Al-Quran, sebagian ulama cenderung pada pendekatan kualitas keutamaan struktural. Prosedur penafsiran Al-Quran merupakan produk pemikiran ulama dalam rangka memahami kandungan makna Al-Quran. Oleh keran itu, ia dapat disebut sebagai kebudayaan karena produk pemikiran ulama (manusia). Disamping itu, ia pun dapat disebut sebagai peradaban karena prosedur tersebut termasuk maju (terutama dari segi semangat memahami dan menjalankan kitab suci) dan dilakukan oleh ulama pada jamannya. Akan tetapi, sebagian umat islam tidak sreg (keberatan) apabila ilmu quran (ulum quran) disebut sebagai kebudayaan atau peradaban. Menurut Nuchcolis Madjid, agama dan budaya adalah dua bidang yang dapat dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah menurut

perubahan waktu dan tempat. Tetapi budaya, sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sementara kebanyakan budaya berdasarkan agama, namun tidak pernah terjadi sebaliknya, agama berdasarkan budaya. Oleh karena itu, agam adalh primer, dan budaya adalah sekunder. Budaya dapat berupa ekspresi hidup keagamaan.2 Dalam pandangan Harun Nasution, agama pada hakikatnya mengandung dua kelompak ajaran. Pertama, ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para RasulNya kepada masyarakat manusia. Ajaran dasar yang demikian terdapat dalam kitabkitab suci. Ajaran ajaran yang terdapat dalam kitab- kitab suci itu, memerlukan pennjelasan tentang arti dan cara pelaksanaannya. Penjelasan-penjelasan ini diberikan oleh [emuka-pemuka atau ahli-ahli agama. Penjelasan-penjelasan mereka terhadap ajaran dasar agam adalah kelompok kedua dari ajaran agama. Kelompok pertama, karena merupakan wahyu,dari Tuhan, bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan tidak bisa diubah. Kelompok kedua, karena merupakan penjelasan dan dengan demikkian hasil pemikiran pemuka atau ahli agama, pada hakikatnya tidaklah absolut tidak mutlak benar, dan tidak kekal. Kelompok kedua ini bersifat relatif, nisbi, berubah, dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.3 D. METODOLOGI PENULISAN SEJARAH I. Jenis - jenis penulisan sejarah 1.Sejarah Lisan Merupakan upaya mengetahui kejadian masa lalu yang dilakukan dengan teknik wawan cara pada tokoh atau pelaku sejarah yang berkaitan dengan kejadian atau metode ( cara penulisan sejarah) dan kedua sebagai sumber sejarah. 2.Sejarah Sosial Merupakan penulisan sejarah yang berkaitan dengan tema - tema sosial seperti kemis kinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas, pelacuran, perlawanan terhadap kolonial, pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi dan sebagainya. tema tertentu. Sejarah lisan dengan demikian memiliki dua fungsi, pertama ia sebagai

3.Sejarah Kota Sebagaimana sejarah sosial, permasalahan yang menjadi bidang kajian sejarah kota juga sangat luas. Diantara bidang kajian yang termasuk dalam sejarah kota antara lain, perkembangan ekologi (lingkungan) kota; transformasi atau perubahan sosial ekonomi masyarakat kota (termasuk di dalamnya adalah industrialisasi dan urbanisasi); sistem sosial dalam masyarakat kota; problem-problem sosial seperti masalah kepadatan dan heterogenitas; dan mobilitas sosial masyarakat perkotaan. Sejarawan banyak yang memasukkan sejarah kota juga dalam sejarah sosial atau sejarah lokal. 4.Sejarah Pedesaan Sejarah pedesaan adalah sejarah yang secara khusus meneliti tentang desa atau pedesaan, masyarakat petani, dan ekonomi petanian. 5.Sejarah Ekonomi Sejarah ekonomi merupakan salah satu unit penulisan sejarah yang mempelajari berbagai faktor yang menentukan jalannya perkembangan perekonomian (produksi, distribusi dan konsumsi) suatu masyarakat. 6.Sejarah Kebudayaan Merupakan kajian historis yang membahas tentang pola-pola kehidupan (morfologi budaya) dan kesenian. 7.Sejarah Lokal Beberapa tema yang merupakan objek penulisan sejarah lokal adalah dinamika masyarakat pedesaan, interaksi antar suku bangsa dalam masyarakat majemuk, revolusi nasional di tingkat lokal, dan biografi tokoh-tokoh lokal. 8.Sejarah Wanita Bidang kajian dari sejarah wanita ini antara lain meliputi: tentang peranan wanita dalam berbagai sektor sosial-ekonomi, biografi tokoh wanita, gerakan-gerakan wanita, sejarah keluarga dimana peran wanita disini sangat dominan, tentang budaya wanita, dan tema tentang kelompok-kelompok wanita. Sebagai spesialisasi dalam kajian sejarah, sejarah wanita dapat dimasukkan dalam sejarah sosial.

9.Sejarah Agama Kajian dalam sejarah agama antara lain meliputi, sejarah awal lahirnya agama-agama dunia, aliran-aliran keagamaan pada agama-agama tertentu, gerakan-gerakan keagamaan, pemberontakan ulama dan lain sebaginya. 10.Sejarah Politik Sejarah politik merupakan sejarah yang mengkaji tentang masalah-masalah pemerintahan, kenegaraan (termasuk partai-partai politik) dan power (kekuasaan). 11.Sejarah Pemikiran Sejarah pemikiran dapat didefinisikan sebagai the study of the role of ideas in historical events and process. Secara lebih kongkrit sejarah pemikiran mencakup studi tentang pemikiran-pemikiran besar, yang berpengaruh pada kejadian bersejarah, serta pengaruh pemikiran tersebut pada masyarakat bawah. 12.Sejarah Kuantitatif Sejarah kuantitatif adalah penggunaan metode kuantitatif (teknik matematika) dalam penulisan sejarah. Perbedaannya dengan penulisan sejarah lain (sejarah kualitatif) dengan demikian terletak pada penggunaan data sejarah. Kalau sejarah kualitatif datanya berupa deskripsi (berita), peninggalan (bangunan, foto), pikiran, perbuatan, dan perkataan (sejarah lisan), maka sejarah kuantitatif datanya berupa angka-angka (misalnya: angka kejahatan, jumlah murid), statistik (misalnya: harga sembako, perpajakan) dan sensus (misalnya: penduduk, ternak). 13.Sejarah Mentalitas Tema-tema yang menjadi objek studi sejarah mentalitas antara lain meliputi mentalitas revolusioner, kontrarevolusioner, orang-orang militan, kaum anarkis, perbanditan, pelacuran, petualangan, pembunuhan, kriminalitas, konflik desa-kota, fenomena bunuh diri, ketidakwarasan (gila), budaya populer (budaya pop), penindasan perempuan, pertenungan, aborsi, homoseksualitas, dan kematian. 14.Biografi Merupakan sejarah tentang perjalanan hidup seseorang. Misalnya biografi Ki Hajar Dewantoro, Soeharto dan lain sebagainya.

2. PERADABAN ISLAM RASULULLAH PERIODE MAKKAH ( 610-622 M ) A. Peradaban Arab Sebelum Islam Komunitas penduduk arab mekkah ketika itu menganut agam bermacam-macam antara lain yang terkenal adalah penyembah berhala ( paganism). Namun demikian adapula yang masih menganut dengan agama masehi dan yahudi. Agama masehi ini banyak dianut oleh penduduk yang banyak berasal dari yaman, najran, dan syam. Sedangkan agama yahudi banyak dianut oleh para imigran dari yasrib. Disamping itu ada pula agama yang di anut oleh orang Persia. Demikianlah keadaan bangsa Arab menjelang lahirnya Muhammad yang membawa ajaran Islam di tentang masyarakat yang biasa disebut dengan masyarakat zaman jahiliyyah, yaitu zaman kegelapan dan kebodohan dalam hal moral dan etika, bukan dalam hal lain seperti ekonomi, perdagangan, dan sastra. Sebab, dalam hal perekonomian dan sastra bangsa Arab telah mencapai perkembangan yang pesat. Mekkah bukan saja menjadi pusat perdagangan lokal, tetapi menjadi jalur perdagangan dunia yang penting. Yang menghubungkan antar utara (syam) dan selatan (yaman) antara timur ( Persia) dan Utara ( abensia dan mesir). Dalam bidang sastra, mereka sangat menaruh perhatian terhadap sastra, dan parasastrawan di akui kredibilitas oleh bangsa arab ketika itu. Sebelum datangnya Islam , mekkah adalah seperti wilayah Arabia lainnya kota dengan penduduk dengan masyarakat (pastoral) pengembala. Beberapa faktor membawa beberapa perubahan social, seperti berhala yang ada di makkah , system klan yang mulai melinggar, dan persiapan menuju agama monothisme. Mekkah adalah kota yang memikat para pedagang dari banyak penjuru Arabia Maupun diluar Arabia. Masyarakat makkah di akui sebagai pedagang eceran yang handal di bandingkan dengan masyarakat kala itu, perdagangan menjadi sangat esensial dan di beri prestasi lebih oleh masyarakat. Tampaknya apresiasi orang arab ini tidak bias disingkikan oleh agama islam. Ada banyak kata-kata dalam Al-Quran dari imajinasi perdagangan ajritsawab dan lain sebagainya. Begitu juga dengan aturanaturan yang diberikan oleh Islam, perdagangan merupakan salah satu hal yang banyak di atur di dalam Al-Quran.

B. DAKWAH MAKKAH NABI MUHAMMAD Allah menegaskan bahwa Muhammad S.A.W di utus untuk menebar rahmat bagi sekalian alam. Dan untuk mencetak manusia yang berakhlak seperti tertuang dalam tugas yang diemban beliau. Rasulullah memulai aktifitasnya tentunya dibawah bimbingan Allah. Selain akidah, masalah social juga mendapat perhatian pada dakwah di makkah. Sebagai contoh Allah menegaskan kaum muslimin untuk memerdekakan hamba sahaya yang mana perbudakan dimasa itu sangat subur, dan juga memerhatikan anak yatim dan orang fakir yang sangat miskin. Beliau mengambil langkah-langkah bertahap dalam pencapaian dakwah : 1. Tahapan dakwah secara rahasia selama 3 tahun Orang - orang yang masuk islam pada masa ini adalah orang-orang yang terdekat dengan rasulullah, dan orang - orang yang di anggap mampu memegang rahasia. Orang yang pertama kali masuk islam adalah istrinya sendiri yaitu khadijah, selanjutnya zaid bin haritsah, ali bin abi thalib, dan teman dekat rasulullah yaitu abu bakar as-siddiq. Di antara pendahulu kaum muslimin yang masuk islam pada masa ini adalah bilal bin rabah, abu ubaidah bin abil arqam, utsman bin madzun dan dua saudaranya, qudamah dan lain-lain. Mereka masuk islam secara rahasia dan rasulullah membimbing mereka pun dengan rahasia pula. 2. ...Tahapan terang-terangan terhadap penduduk Makkah Dakwah terang-terangan terhadap penduduk Makkah di mulai sejak turunnya ayat 214 surat asy-syuara yang artinya: dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat. Adapun metode yang di lakukan nabi pada tahapan ini adalah: a. Mengundang bani hasyim kerumahnya, di lakukan selama dua kali untuk menjelaskan bahwa beliau di utus oleh Allah. b. Undangan terbuka kepada seluruh masyarakat Quraisy di bukit shafa. Di sini beliau ingin melihat bagaimana pandangan masyarakat Quraisy terhadap dan kepribadian beliau. c. Menyatakan sikap tegas terhadap hakikat ajaran yang di bawa mengecam keyakinan keliru yang tersebar di masyarakat.

d. Melakukan pembinaan dan pengaderan intensif di rumah arqam bin abil arqam. e. Menyuruh sebagian kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke habasyah dengan tujuan untuk menyelamatkan sebagian iman kaum muslimin dari fitrah. 3... Tahapan dakwah di luar Makkah Dalam tahapan ini rasulullah melakukan beberapa langkah dalam lankan anktifitas dakwahnya antara lain: a. Melakukan perjalanan ke thaif, setiap melewati suatu kabilah beliau selalu menyeru kepada islam meskipun tidak ada satu orang pun yang merespon. b. Menawarkan islam pada kabilah - kabilah. Di antara kabilah yang di datangi adalah bani kilab, bani hanifah akan tetapi mereka menolak dengan kasar. c. Di antara hasil dakwah gerilya rasulullah tersebut adalah masuk islamnya enam orang prnduduk yasrib. Setelah pulang ke madinah mereka mendakwah kan islam kepada kaum mereka. d. Baiat aqobah I (tahun ke-12 kenabian), jumlah peserta baiat 12 orang. e. Baiat Aqobah II (tahun ke-13 kenabian), jumlahnya 70 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. f. Hijrah ke madinah C. PEMBENTUKAN SISTEM SOSIAL DI MEKKAH Nabi Muhammad tidak hanya menjadi pendiri suatu agama baru, tetapi juga seorang (reformer) bagi suatu tatanan social yang besar. Pada waktu munculnya Nabi Muhammad SAW bangsa arab sedang melewati suatu masa kebodohan. Seluruh kehidupan sosial arab terjerumus kedalam kenistaan dan pelanggaran-pelangggaran. Penyembahan berhala-berhala, mabuk-mabukan, berjudi dan berzina merupakan sesuatu yang umum pada bangsa arab saat itu. Pembunuhan bayi perepuan merupakan mode yang digemari bangsa arab, dan kaum wanita adalah kaum yang paling rendah derajatnya di dalam masyarakat arab. Mereka tidak mempunyai hak sosial dan hukum. Semua laki-laki, wanita, majikan, dan hamba sahaya, Serta raja dan rakyatnya mempunyai hak yang sama di hadapan Allah dan di hadapan hukum. Dengan kata lain, semuanya mempunyai hak-hak yang sama. Di samping usaha menegakkan persamaan dan hak keharmonisa sosial, dia menciptakan kerukunan kembali di antara agamaagama dunia yang berselisih dengan menetapkan kebijakan toleransi beragama. menja

Nabi Muhammad SAW menghasilkan perubahan yang menyeluruh. Seperti kaum wanita yang dulunya dianggap berbeda, kini kaum wanita dan laki-laki memperoleh tempat yang sama dalam melaksanakan hak-hak hukum. 3. PERADABAN ISLAM RASULULLAH PERIODE MAKKAH ( 622-636 M ) A. ARTI HIJRAH NABI KE MADINAH
Beberapa Peristiwa Penting

Pertama Tersebarnya berita tentang masuk Islamnya sekelompok penduduk Yatsrib (Madinah), membuat orang-orang kafir Quraisy semakin meningkatkan tekanan terhadap orang orang Mukmin di Makkah. Lalu Nabi saw. memerintahkan kaum Mukminin agar hijrah ke kota Madinah. Para sahabat segera berangkat menuju Madinah secara diam-diam, agar tidak dihadang oleh musuh. Namun Umar bin Khattab justru mengumumkan terlebih dahulu rencananya untuk berangkat ke pengungsian kepada orang-orang kafir Makkah. Ia berseru, Siapa di antara kalian yang bersedia berpisah dengan ibunya, silakan hadang aku besok di lembah anu, besuk pagi saya akan hijrah. Tidak seorang pun berani menghadang Umar. Kedua Setelah mengetahui kaum Muslimin yang hijrah ke Madinah itu disambut baik dan mendapat penghormatan yang memuaskan dari penduduk Yatsib, bermusyawarahlah kaum kafir Quraisy di Darun Nadwah. Mereka merumuskan cara yang diambil untuk membunuh Rasululah saw. yang diketahui belum berangkat bersama rombongan para sahabat. Rapat memutuskan untuk mengumpulkan seorang algojo dari setiap kabilah guna membunuh Nabi saw. bersama-sama. Pertimbangannya ialah, keluarga besar Nabi (Bani Manaf) tidak akan berani berperang melawan semua suku yang telah mengutus algojonya masing-masing. Kelak satusatunya pilihan yang mungkin ambil oleh Bani Manaf ialah rela menerima diat (denda pembunuhan) atas terbunuhnya Nabi. Keputusan bersama ini segera dilaksanakan dan para algojo telah berkumpul di sekeliling rumah Nabi saw. Mereka mendapat instruksi: Keluarkan Muhammad dan rumahnya dan langsung pengal tengkuknya dengan pedangmu! Ketiga Pada malam pengepungan itu Nabi saw. tidak tidur. Kepada keponakannya, Ali r.a., beliau memerintahkan dua hal: pertama, agar tidur (berbaring) di tempat tidur Nabi dan, kedua, menyerahkan kembali semua harta titipan penduduk Makkah yang ada di tangan Rasulullah saw. kepada para pemiliknya. Nabi keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh satu orang pun dari para algojo yang mengepung rumahnya sejak senja hari. Nabi saw. pergi menuju rumah Abu Bakar yang sudah

menyiapkan dua tunggangan (kendaraan) lalu segera berangkat. Abu Bakar menyewa Abdullah bin Uraiqith Ad-Daily untuk menunjukkan jalan yang tidak biasa menuju Madinah. Keempat Rasulullah dan Abu Bakar berangkat pada hari Kamis tanggal 1 Rabiul Awwal tahun kelima puluh tiga dari kelahiran Nabi saw. Hanya Ali dan keluarga Abu Bakar saja yang tahu keberangkatan Nabi saw. dan Abu Bakar malam itu menuju Yatsib. Sebelumnya dua anak Abu Bakar, Aisyah dan Asma, telah menyiapkan bekal secukupnya untuk perjalanan itu. Kemudian Nabi saw. ditemani Abu Bakar berangkat bersama penunjuk jalan menelusuri jalan Madinah-Yaman hingga sampai di Gua Tsur. Nabi dan Abu Bakar berhenti di situ dan penunjuk jalan disuruh kembali secepatniya guna menyampaikan pesan rahasia Abu Bakar kepada putranya, Abdullah. Tiga malam lamanya Nabi saw. dan Abu Bakar bersembunyi di gua itu. Setiap malam mereka ditemani oleh Abdullah bin Abu Bakar yang bertindak sebagai pengamat situasi dan pemberi informasi. Kelima Lolosnya Nabi saw. dari kepungan yang ketat itu membuat kalangan Quraisy hiruk pikuk mencari. Jalan Makkah-Madinah dilacak. Tetapi mereka gagal menemukan Nabi saw. Kemudian mereka menelusuri jalan Yaman-Madinah. Mereka menduga Nabi pasti bersembunyi di Gua Tsur. Setibanya tim pelacak itu di sana, alangkah bingungnya mereka ketika melihat mulut gua itu tertutup jaring laba-laba dan sarang bunung. Itu pertanda tidak ada orang yang masuk ke dalam gua itu. Mereka tidak dapat melihat apa yang ada dalam gua, tetapi orang yang di dalamnya dapat melihat jelas rombongan yang berada di luar. Waktu itulah Abu Bakar merasa sangat khawatir akan keselamatan Nabi. Nabi berkata kepadanya, Hai Abu Bakar, kita ini berdua dan Allah-lah yang ketiganya. Selanjutnya Nabi saw. merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi. Piagam inilah yang oleh Ibnu Hisyam disebut sebagai undang-undang dasar negara dan pemerintahan Islam yang pertama. Isinya mencakup tentang perikemanusiaan, keadilan sosial, toleransi beragama, gotong royong untuk kebaikan masyarakat, dan lain-lain. Saripatinya adalah sebagai berikut: 1. Kesatuan umat Islam, tanpa mengenal perbedaan. 2. Persamaan hak dan kewajiban. 3. Gotong royong dalam segala hal yang tidak termasuk kezaliman, dosa, dan permusuhan. 4. Kompak dalam menentukan hubungan dengan orang-orang yang memusuhi umat.

5. Membangun suatu masyarakat dalam suatu sistern yang sebaik-baiknya, selurusnya dan sekokoh-kokohnya. BEBERAPA PELAJARAN Pertama Seorang yang Mukmin yang percaya akan kemampuannya tentu tidak akan sembunyi-sembunyi beramal. Sebaliknya ia berterus terang tanpa gentar sedikitpun terhadap musuh, sebagaimana yang dilakukan Umar bin Khattab sewaktu dia akan hijrah. Dalam kasus ini ada pelajaran, keberanian bisa membuat musuh merasa ngeri dan gentar. Seandainya orang-orang kafir Quraisy sepakat untuk membunuh Umar, tentulah mereka mampu melakukan itu. Akan tetapi sikap Umar yang berani itulah yang membuat gentarnya kafir Quraisy, dan memang onang-orang jahat selalu merasa takut kehilangan hidup (nyawa). Kedua Ketika ajakan ke arah kebenaran dan perbaikan sudah dapat dibendung, apalagi pendukung-pendukungnya sudah dapat menyelamatkan diri, tentulah orangorang jahat berpikir untuk membunuh pemimpin dakwah itu. Mereka memperkirakan dengan terbunuhnya sang pemimpin, tamatlah riwayat dakwah yang dilakukannya. Pemikiran semacam ini selalu ada dalam benak orang-orang yang memusuhi kebaikan dari zaman dulu sampai sekarang. Ketiga Prajurit yang sungguh-sungguh ikhlas untuk menyerukan kebaikan tentulah bersedia menyela-matkan pemimpinnya sekalipun dengan mengorbankan jiwanya sendiri. Sebab, selamatnya pemimpin berarti selamatnya dakwah. Apa yang telah dilakukan oleh Ali yang tidur di tempat Nabi merupakan pengorbanan jiwa raga guna menyelamatkan diri Nabi. Pada malam itu sangat besar kemungkinan Ali terbunuh karena algojo-algojo yang melakukan pengepungan itu tentu akan menduga Ali itulah Nabi. Akan tetapi hal itu tidak merisaukan diri Ali sama sekali. Seba, ia lebih mementingkan keselamatan Nabi Muhammad saw. Keempat Dititipkannya harta benda milik orang-orang Musyrik kepada Nabi saw. sementara mereka sendiri memusuhi dan berambisi untuk membunuh Nabi, adalah menunjukkan kepercayaan mereka akan kelurusan dan kesucian pribadi Nabi. Mereka juga mengerti benar bahwa Nabi jauh lebih hebat dan lebih bersih hatinya daripada diri mereka sendiri. Hanya kebodohan, ketidaktahuan, dan keterikatan mereka pada tradisi dan kepercayaan yang salah sajalah yang membuat mereka memusuhi, menghalangi dakwah Nabi, dan berusaha membunuh Nabi.

Kelima Berpikirnya seorang pemimpin dakwah, kepala negara, atau pemimpin suatu pergerakan untuk menyelamatkan diri dari ancaman musuh, sehingga ia mengambil jalan lain, tidaklah dapat dianggap sebagai tindakan penakut atau tidak berkorban jiwa. Firman Allah s.w.t lewat surah an-Nahl ayat 41 yang bermaksud: Dan orangorang yang berhijrah kerena Allah, sesudah mereka dianiaya (ditindas oleh musuhmusuh Islam), Kami akan menempatkan mereka di dunia ini pada tempatnya yang baik, Sambutan tahun Hijriah mestilah difahami dari kaca mata yang Islam kehendaki. Bukan hanya dengan dendangan nasyid ataupun pengkisahan peristiwa Hijrah saja, akan tetapi yang lebih utama adalah mengerti maksud dan kehendak hijrah. Itulah roh atau semangat hijrah yang tidak akan padam hingga kini. Hakikatnya hijrah mengandung arti : pengorbanan, keikhlasan, kekuatan, keyakinan dan keberanian. Hijrah juga mengandung unsur kebijaksanaan, perencanaan dan strategi; namun akhirnya meletakkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Itulah dinamakan konsep usaha, doa dan tawakal. Lama sebelum terjadinya hijrah, Nabi Muhammad SAW sudah mengatur strategi dengan penduduk Madinah. Beberapa kali perjanjian telah dibuat, sehinggalah nabi benar-benar meyakini kesanggupan mereka untuk menjadi mitra kerja dan pengikut yang setia. Kemudian, nabi mengatur kaedah paling baik dalam melaksanakan hijrah, sehingga mengaburkan pihak musuh. Coba kita fikirkan, para sahabat telah diminta berhijrah terlebih dahulu sedang nabi masih di rumahnya. Ia menyebabkan musuh-musuh memberikan tumpuan kepada nabi dan sekaligus tidak begitu mengganggu hijrah para sahabat. Kemudian, nabi juga merencanakan beberapa strategi lain. Siapakah yang akan tidur di tempat tidur nabi, siapa yang akan menjadi pemandu dan apakah kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi. Sejarah mencatat, betapa keterlibatan anak muda seperti Ali bin Abu Talib dan Asma binti Abu Bakar, adalah bukti bahwa remaja adalah aset yang mampu menyumbang kepada kebangkitan Islam. Bahkan, keterlibatan seorang lelaki yang bukannya beragama Islam, Abdullah bin Uraiqit sebagai pemandu jalan, juga membuktikan Islam tidaklah memusuhi semua orang-orang bukan Islam. Bahkan mereka yang baik boleh diangkat sebagai kawan. Begitu juga usaha nabi dan Abu Bakar, yang sengaja mengambil haluan ke arah selatan Mekah dan bukannya arah Utara sebagaimana biasa, kemudian menuju Tihama berdekatan pantai Laut Merah, adalah satu strategi untuk mengelabuhi musuh. Ia mampu menimbulkan perpecahan di kalangan musuh yang bertengkar dengan arah yang diambil oleh nabi. Ia menunjukkan, Islam mementingkan kebijaksanaan dalam

rancangan. Umat Islam juga sewajarnya menobatkan Tahun Islam ini sebagai mukaddimah membaharui azam dan cita-cita. Apakah sepanjang tahun lalu sudah terealisasi segala azam dan cita-cita itu ataukah masih banyak bersifat angan-angan kosong belaka. Ini kerena, berkat keazaman dari Rasulullah SAW melaksanakan hijrah, maka kita mendapat kebaikannya hingga kini. Di samping itu, hijrah juga menunjukkan Islam mampu menyatukan semua umat walaupun berbeda keturunan. Siapakah yang dapat menyangkal, hijrah telah menyatukan kaum Anshar dan Muhajirin: "Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia," (al-Anfal: 74) Jelaslah, hijrah mampu memberikan pedoman buat kita sepanjang zaman sebagai momentum kebangkitan Islam. Syaratnya, jika kita mau menggali makna hijrah yang hakiki. Jika tidak, hijrah hanya tinggal catatan sejarah belaka, tanpa memberikan perubahan yang signifikan dalam hidup dan kehidupan kita. Wallahu Alamu bishowab. B. DASAR POLITIK NEGARA MADINAH Politik diartikan sebagai seni mengatur dan memerintah masyarakat. Agak sulit memisahkan Muhammad SAW dari kepemimpinan politik, sebab di samping sebagai seorang rasul beliau adalah kepala masyarakat politik muslim pertama dengan Madinah sebagai pusat pemerintahan. Muhammad SAW merupakan seorang pemimpin politik karena mempunyai kapasitas dalam mengatur dan mengelola masyarakat muslim yang dipusatkan di Madinah. Parasejarawan membagi periode awal Islam menjadi periode Makkah dan Madinah. Periode Makkah merupakan peletakan dasar-dasar agama tauhid dan pembentukan akhlak mulia. Periode Madinah menandai kemunculan Islam sebagai sebuah kekuatan sosial dan politik. Muhammad SAW tidak lagi hanya tampil sebagai seorang rasul yang menyerukan agama Islam. Tetapi, sebagai pemimpin dari sebuah komunitas peradaban baru berpusat di Madinah. Dengan demikian pembentukan sebuah masyarakat Islami telah dimulai, sejak itu wahyu yang turun tidak lagi terbatas pada seputar ke-Esaan Tuhan tetapi mulai mencakup ajaran lainnya yang berhubungan dengan pengaturan kehidupan masyarakat. Keunikan politik Muhammad SAW di zamannya yaitu kemampuannya menggabungkan kepemimpinan politik dan militer. Jadi selain sebagai kepala Negara

beliau merupakan seorang jenderal yang menguasai taktik peperangan. Kemampuan ini sangat langka ditemukan di antara pemimpin-pemimpin besar dunia. Pada waktu itu disekitar dunia Arab ada beberapa kerajaan seperti Romawi dan Persia. Sementara di tanah Arab sendiri terdapat beberapa penguasa kecil yang wilayahnya tidak terlalu besar. Kerajaan-kerajaan Romawi dan Persia tidak tertarik dengan semenanjung Arab yang tandus. Jazirah Arab pada waktu itu dijadikan sebagai daerah pemisah antara Romawi dan Persia. Masyarakat yang hidup di jazirah Arab terdiri dari berbagai suku-suku besar yang terbagi lagi ke beberapa suku-suku yang lebih kecil. Mereka hidup menurut aturan-aturan yang hanya mengikat terhadap anggota masing-masing. Meskipun demikian mereka memiliki adat kebiasaan yang disepakati bersama oleh semua suku. Dengan demikian mereka tidak terikat dengan hukum kerajaan sebagai mana masyarakat di Romawi dan Persia. Dalam bersikap terhadap dua Negara besar Romawi dan Persia masing-masing suku memiliki kecenderungan yang berbeda. Namun dari segi politik dan administrasi pemerintahan mereka tetap merdeka. Di antara mereka ada yang memihak Romawi dan yang lain memihak Persia. Sebagai contoh, ketika Persia berhasil mengalahkan Romawi di wilayah Syria kaum musyrik Makkah bergembira karena mempunyai keterikatan emosional sebagai sesama kaum musyrik. Sebaliknya kaum Muslim lebih mengharapkan kemenangan Romawi karena Negara tersebut menganut agama Nasrani. Wahyupun turun merespon peristiwa ini sebagaimana tercatat dalam surah ar-Rum (30) ayat 1-5 Strategi politik Muhammad berbeda dengan pemimpin politik di masanya. Beliau tidak membangun kerajaan, melainkan sebuah Negara (state) dengan prinsip prinsip baru yang berbeda dengan tradisi yang ada. Unsur Negara yang beliau fokuskan pertama kali adalah membentuk warga sebagai power-base. Membentuk wilayah dalam periode Makkah tidak strategis dan sulit untuk dilakukan karena dominasi musyrikin yang begitu kuat. Beliau pernah bermaksud meminta suaka politik ke Thaif, tetapi menemui kegagalan karena penolakan penduduk di sana. Demi keselamatan warga (kaum muslim) dari tekanan kaum musyrik Quraisy, Muhammad SAW mengungsikan sejumlah sahabat ke negeri Habsyah (Etiopia) dua kali. Membentuk suatu system pemerintahan yang baru di Mekah juga tidak memungkinkan. Masyarakat Quraisy sangat keras memegang adat kebiasaan yang sudah diwarisi secara turun temurun. Administrasi pemerintahan baru diciptakan pada periode Madinah. Jadi periode Makkah adalah sebagai pembentukan masyarakat warga tanpa mempunyai wilayah (land) dan pemerintahan (administration). Ajaran-ajaran

Islam yang diturunkan pada periode ini juga lebih banyak tentang pembentukan karakter masyarakat yang berkeadaban(civilized society). Setelah melaksanakan dakwah selama 10 tahun kepada penduduk Makkah dan tidak mendapat respon positif yang signifikan, Muhammad SAW mulai berdakwah kepada para jemaah haji yang berziarah ke Kabah selama musim-musim haji. Di antara para jemaah haji tersebut berasal dari Yatsrib, suatu daerah sebelah utara Makkah. Muhammad SAW telah cukup membentuk keimanan dan mental yang tangguh di antara pengikutnya. Hal ini perlu dilanjutkan dengan membentuk sebuah komunitas yang Islami dengan tatanan sosial yang lebih baik. Oleh karena itu masyarakat Muslim awal itu memerlukan suatu daerah yang mampu memberikan perlindungan bagi mereka sekaligus tempat untuk membentuk kawasan percontohan komunitas Muslim yang ideal. Diceritakan, pada suatu musim haji, Muhammad SAW berdakwah kepada jemaah dari Yatsrib dan disambut dengan positif. Mereka berjanji akan datang lagi di musim haji berikutnya dan meminta Muhammad SAW mengirimklan salah seorang sahabatnya untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Yatsrib. Muhammad SAW mengutus Musab bin Umair sebagai duta Islam pertama dan ia cukup berhasil dalam menjalankan misinya. Pada tahun berikutnya penduduk Yatsrib datang dengan jumlah yang lebih banyak dan mengikrarkan janji setia kepada Muhammad SAW dan memintanya untuk pindah ke Yatsrib. Mereka bersedia membela Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya dengan jiwa dan harta mereka.Setelah mendapat izin dari Allah SWT, Muhammad SAW hijrah ke Yatsrib yang kemudian berganti nama menjadi AlMadinah Al-Munawwarah (kota yang bercahaya). (Mubarok, Jaih, 2004: 29) Pergantian nama dari Yatsrib menjadi Madinah merupakan suatu keputusan politik yang tepat. Secara bahasa Madinah mempunyai akar kata dengan tamaddun (peradaban). Dengan demikian Madinah dapat diartikan sebagai sebuah tempat peradaban yang lazim diterjemahkan dengan kota. Penggunaan nama Madinah mengisyaratkan adanya visi politik menjadikan daerah tersebut sebagai salah satu pusat peradaban manusia yang baru. Dengan demikian berakhirlah periode Makkah dan dimulailah periode Madinah. Dalam periode Makkah yang ditekankan adalah pembentukan karakter warga Negara yang akan didirikan. Sementara periode Madinah adalah peletakkan fondasi administrasi pemerintahan dan hal-hal kenegaraan lainnya, Hijrah bukan hanya bermakna menghindar dari siksaan, fitnah dan cacian belaka, namun juga merupakan

suatu strategi untuk mendirikan masyarakat baru di dalam negeri yang aman. Peristiwa hijrah ini tercatat sebagai lembaran terpenting dalam peradaban Islam pada zaman nabi di Madinah, Nabi membuat perjanjian di antara suku-suku yang ada di Madinah dan menghasilkan konstitusi tertulis pertama dalam sejarah umat manusia yaitu piagam Madinah (The charter of Medina). Berdasarkan pasal pertama konstitusi tersebut, Nabi membentuk Ummah yang disepakati oleh empat macam komunitas : Yahudi, Nasrani, Anshor dan Muhajir yakni Negara persemakmuran. Masyarakat yang ditemui Rasulullah SAW di Madinah ada tiga golongan. Golongan-golongan tersebut adalah para shahabat, kaum Musyrik, dan orang-orang Yahudi. Setiap golongan memiliki kondisi yang berbeda dengan golongan lain. Beliau menghadapi berbagai masalah dari setiap golongan, dan masalah yang beliau hadapi dari setiap golongan tersebut tidak sama. Kaum Muslim sendiri terdiri dari dua golongan. Pertama, golongan Anshar, yaitu mereka yang berada di dalam negeri mereka sendiri bersama harta mereka. Mereka tidak memerlukan selain rasa aman setelah sejak lama terlibat konflik sesame mereka. Kedua, golongan Muhajirin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki apa-apa. Mereka tidak memiliki tempat tinggal untuk berlindung, dan tidak memiliki pekerjaan untuk menyambung hidup. Jumlah mereka tidak sedikit, setiap hari terus bertambah sebab setiap orang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya diizinkan untuk berhijrah dan menetap di Madinah. Pada waktu itu Madinah bukanlah negeri yang kaya. Pertambahan jumlah penduduk yang mendadak sedikit banyaknya mengguncang perekonomian Madinah. Dalam kondisi yang kritis tersebut, berbagai kekuatan yang memusuhi Islam melakukan semacam embargo ekonomi sehingga persediaan (supply) barang berkurang dan keadaan pun semakin gawat. Dalam keadaan demikian, setidaknya ada dua hal yang dilakukan oleh Muhammad SAW sebagai pemimpin. Pertama, mengirimkan ekspedisiekspedisi kaum Muslim Muhajirin untuk menghadang dan menakut-nakuti kafilah dagang Makkah. Kedua, membuat kebijakan politik ekonomi yang berisikan aturanaturan tentang perekonomian.Kemunculan komunitas Madinah berlangsung dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah konsolidasi internal umat dan komunitas Madinah. Tahap ini dimulai dengan usaha mempersatukan umat Islam yang terdiri atas berbagai suku, bani, dan kelompok yang berbeda-beda. Juga mengupayakan pengaturan hubungan antara kelompok Muslim dan Non-Muslim khususnya Yahudi, melalui penyusunan dan penandatanganan Piagam Madinah(IH/622M).

Dalam piagam Madinah setiap kelompok menyepakati 5 perjanjian : 1. Tiap kelompok dijamin kebebasan dalam beragama 2. Tiap kelompok berhak menghukum anggota kelompoknya yang bersalah 3. Tiap kelompok harus saling membantu dalam mempertahankan Madinah baik yang muslim maupun yang non muslim 4. Penduduk Madinah semuanya sepakat mengangkat Muhammad SAW sebagai .pemimpinnya dan memberi keputusan hukum segala perkara yang dihadapkan .kepadanya 5. Meletakkan landasan berpolitik, ekonomi dan kemasyarakatan bagi negeri Madinah yang baru dibentuk. Sementara perekonomian Madinah dikuasai oleh orang Yahudi yang terkenal mahir dalam melakukan aktivitas perekonomian. Kebijakan tersebut di antaranya melarang riba, gharar, ihtikar, tadlis dan market inefficiency.Dasar berpolitik negeri Madinah adalah prinsip keadilan yang harus dijalankan kepada setiap penduduk tanpa pandang bulu. Dalam perinsip keadilan diakui adanya kesamaan derajat antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, yang membedakan di antara mereka hanyalah taqwa kepada Allah. Yang lain adalah prinsip musyawarah untuk memecahkan segala persoalan dengan dalil al-Quran Dan bermusyawarahlah di antara mereka dalam suatu urusan(Q.S. al-Syura,42:38) C. PIAGAM MADINAH Piagam Madinah merupakan produk yang lahir dari rahim peradaban Islam. Piagam Madinah diakui sebagai bentuk perjanjian dan kesepakatan bersama bagi membangun masyarakat Madinah yang plural, adil dan berkeadaban. Bagi para sejarahwan dan sosiolog ternama Barat, Piagam Madinah yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW merupakan kosntitusi termodern di zamannya, atau konstitusi pertama di dunia. Diterbitkannya Piagam Madinah diawali dengan adanya sejarah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib. Adapun faktor utama hijrahnya Nabi Muhammad ke Yastrib bukan semata-mata karena siksaan kaum Quraisy, melainkan dalam rang Nabi Muhammad SAW memenuhi undangan masyarakat Yastrib untuk datang ke Yatsrib sebagai pendamai. Adanya undangan resmi dari masyarakat Yatsrib sebanyak dua kali, di samping itu penduduk Mekah tidak banyak berubah, maka Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk Hijrah ke Yastrib.

Peristiwa hijrah terebut tercatat sebagai salah satu lembaran terpenting dalam peradaban Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW di Madinah. Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian di antara suku-suku yang ada di sana yang menghasilkan konstitusi tertulis pertama dalam sejarah umat manusia, yaitu Piagam Madinah (The Charter of Medina). Berdasarkan pasal pertama konstitusi tersebut, Nabi membentuk ummah yang disepakati empat komunitas: Yahudi, Nasrani, Anshar, dan Muhajir negara persemakmuran-. Masyarakat Madinah pada waktu itu terdiri atas 12 (dua belas) kelompok yang mengadakan perjanjian dan dituangkan dalam Piagam Madinah. Mereka diwakili oleh tiga kelompok besar, yakni kaum muslim, orang Arab yang belum masuk Islam dan kaum Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Quraizah. Pada piagam Madinah tertuang 5 (lima) perjanjian sebagai hasil kesepakatan di antara mereka. Adapun isi dari perjanjian yang telah mereka sepakati ialah sebagai berikut: 1. Tiap kelompok dijamin kebebasannya dalam beragama. 2. Tiap kelompok berhak menghukum anggota kelompoknya yang bersalah. 3. Tiap kelompok harus saling membantu dalam mempertahankan Madinah, baik yang muslim maupun yang non muslim. 4. Penduduk Madinah semuanya sepakan mengangkat Muhammad sebagai pemimpinnya dan memberi keputusan hukum segala perkara yang dihadapkan padanya. 5. Meletakkan landasan berpolitik, ekonomi, dan kemasyarakatan bagi Negeri Madinah yang baru terbentuk. Dasar berpolitik negeri Madinah adalah prinsip keadilan yang harus dijalankan kepada setiap penduduk tanpa pandang bulu. Pada prinsip keadilan diakui adanya kesamaan derajat antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Adapun yang membedakan di antara mereka hanyalah takwa kepada Allah. Adapun yang lainnya adalah prinsip musyawarah untuk memecahkan segala persoalan dengan dalil al-

Quran. Musyawarah pula dilakukan di antara mereka ketika sedang menyelesaikan suatu urusan. (Q. S. Al-Syura, 42:38). 4. PERIODE KHULAFAUR RASYIDIN ( 632 661 M ) Khulafaur Rasyidin merupakan para pemimpin ummat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu Taala anhum ajmain dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang islami karena berundang-undangkan dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Nabi Shallallahu Alaihi wasallam nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Saidah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, samasama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar Radhiallahu anhu terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar Radhiallahu anhu mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya. Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar Radhiallahu anhu disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul Allah) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi Shallallahu Alaihi wasallam wafat untuk menggantikan beliau Shallallahu Alaihi wasallam melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. I. KHALIFAH ABU BAKAR AS-SIDDIQ (632 634 M) Abu Bakar Radhiallahu anhu menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah Shallallahu

Alaihi wasallam. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam, dengan sendirinya batal setelah Nabi Shallallahu Alaihi wasallam wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar Radhiallahu anhu. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar Radhiallahu anhu menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid Radhiallahu anhu adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini. Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar Radhiallahu anhu, sebagaimana pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam, Abu Bakar Radhiallahu anhu selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah. Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar Radhiallahu anhu mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid Radhiallahu anhu dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil Radhiallahu Taala anhu ajmain. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah ibn Zaid Radhiallahu anhu yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid Radhiallahu anhu diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria. Pada saat Abu Bakar Radhiallahu anhu meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh tangan kanan nya, Umar ibn Khatthab al-Faruq Radhiallahu anhu. Ketika Abu Bakar Radhiallahu anhu sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar ibn Khatthab Radhiallahu anhu sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar Radhiallahu anhu tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-

ramai membaiat Umar Radhiallahu anhu . Umar Radhiallahu anhu menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Muminin (petinggi orang-orang yang beriman). II. KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB ( 634 644 M ) Di zaman Umar Radhiallahu anhu gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr ibn Ash Radhiallahu anhu dan ke Irak di bawah pimpinan Saad ibn Abi Waqqash Radhiallahu anhu. Iskandariah/Alexandria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu anhu segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah. Umar Radhiallahu anhu memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang majusi, budak dari Persia bernama Abu Luluah. Untuk menentukan penggantinya, Umar Radhiallahu anhu tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar Radhiallahu anhu. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali,

Thalhah, Zubair, Saad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn Auf Radhiallahu Taala anhu ajmain. Setelah Umar Radhiallahu anhu wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman Radhiallahu anhu sebagai khalifah, melalui proses yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib Radhiallahu anhu. III. KHALIFAH USMAN BIN AFFAN ( 644 656 M ) Di masa pemerintahan Utsman Radhiallahu anhu (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini. Pemerintahan Usman Radhiallahu anhu berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman Radhiallahu anhu memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar Radhiallahu anhu. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman Radhiallahu anhu dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba itu. Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan Utsman Radhiallahu anhu adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman Radhiallahu anhu hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman Radhiallahu anhu laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman Radhiallahu anhu sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba.

Padahal Utsman Radhiallahu anhu yang paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah. IV. KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB ( 656 661 ) Setelah Utsman Radhiallahu anhu wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib Radhiallahu anhu sebagai khalifah. Ali Radhiallahu anhu memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali Radhiallahu anhu menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Ustman Radhiallahu anhu. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman Radhiallahu anhu kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar Radhiallahu anhu. Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib Radhiallahu anhu menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali Radhiallahu anhu tidak mau menghukum para pembunuh Utsman Radhiallahu anhu , dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman Radhiallahu anhu yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali Radhiallahu anhu sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair Radhiallahu anhu ajmain agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah Radhiallahu anha dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah Radhiallahu anha ditawan dan dikirim kembali ke Madinah. Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali Radhiallahu anhu juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Muawiyah Radhiallahu anhu, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan

Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali Radhiallahu anhu bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Muawiyah Radhiallahu anhu di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali Radhiallahu anhu. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu anhu umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyah, Syiah (pengikut Abdullah bin Saba al-yahudi) yang menyusup pada barisan tentara Ali Radhiallahu anhu, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali Radhiallahu anhu. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Muawiyah Radhiallahu anhu semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali Radhiallahu anhu terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam. Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya al-Hasan bin Ali Radhiallahu anhuma selama beberapa bulan. Namun, karena al-Hasan Radhiallahu anhuma menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah, maka alHasan Radhiallahu anhuma menyerahkan jabaran kekhalifahan kepada Muawiyah Radhiallahu anhu . Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah ibn Abi Sufyan Radhiallahu anhu Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan Muawiyah Radhiallahu anhu menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jamaah (am jamaah)! Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafaur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam. 5. BANI UMAYYAH ( 661 750 M ) Bani Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafa arRasyidin yang memerintah dari 661-M sampai 750-M di Jazirah Arab dan sekitarnya, serta dari 756-M sampai 1031-M di Cordova, Spanyol. Nama dinasti ini dirujuk kepada

Umayyah bin Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah. Bani Umayyah memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi penguasa yang sudah terpendam sejak dulu. Ambisi ini ada karena Bani Umayyah menganggap keturunan mereka berasal dari golongan bangsawan, terhormat dan mempunyai kekayaan yang melimpah. Namun, kenyataannya Bani Umayyah tidak berhasil, karena Bani Umayyah tidak memperoleh popularitas di lingkungan penduduk Arab, tidak seperti layaknya Bani Hasyim yang berhasil memperoleh popularitas di lingkungan penduduk Arab. Sebagai akibat ambisi yang tidak kesampaian, maka terjadilah persaingan antara Umayyah dengan pamannya Hasyim bin Abd al-Manaf. Kondisi ini justru semakin menyudutkan citra Umayyah di mata masyarakat Arab. Walau demikian, akhirnya, ambisi untuk menjadi penguasa dari keturunan Bani Umayyah ini tercapai juga oleh keturunan Bani Umayyah yang bernama Muawiyah bin Abi Sufyan. Bani Umayyah berkuasa setelah kepemimpinan Khulafa ar-Rasyidin. A. SEJARAH KELAHIRAN DINASTI UMAYAH Bani Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafa arRasyidin yang memerintah dari 661-M sampai 750-M di Jazirah Arab dan sekitarnya, serta dari 756-M sampai 1031-M di Cordova, Spanyol. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah. Ia adalah pendiri dan Khalifah pertama Dinasti ini. Terbentuknya Dinasti ini dan Muawiyah memangku jabatan khalifah secara resmi, menurut ahli sejarah, terjadi pada tahun 660 M/40 H pada saat Umayah memproklamirkan diri menjadi khalifah di Iliyah (Palestina), setelah pihaknya dinyatakan oleh Majelis Tahkim sebagai pemenang, Pemerintahan Dinasti Umayah(41132H). Peristiwa itu terjadi setelah Hasan bin Ali yang dibaiat oleh pengikut setia Ali menjadi khalifah, sebagai penganti Ali, mengundurkan diri dari gelanggang politik. Sebab, ia tidak ingin lagi terjadi pertumpahan darah yang lebih besar, dan menyerakan kekuasaan sepenuhnya kepada Muawiyah. Langkah penting Hasan bin Ali ini dapat dikatakan

sebagai usaha rekonsiliasi umat Islam yang terpecah belah. Karenanya peristiwa itu dalam sejarah Islam dikenal dengan tahun persatuan (am al-jamaat). Yaitu episode sejarah yang mempersatukan umat kembali berada dibawah kekuasaan seorang khalifah. Rujuk dan perdamaian antara Hasan dan Muawiyah setelah Muawiyah bersedia memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Hasan. Yaitu Muawiyah harus menjamin keamanan dan keselamatan jiwa dan harta keturunan Ali dan pendukungnya. Pernyataan ini diterima Muawiyah dan dibuat secara tertulis. Persetujuan Muawiyah ini diimbangi oleh Hasan dengan membaiatnya. Rakyat juga menunjukkan ketaatan dengan membaiatnya. Muawiyah dikenal sebagai seorang politikus dan administrator yang pandai. Umar bin Khattab sendiri pernah menilainya sebagai seorang yang cakap dalam urusan politik pemerintahan, cerdas dan jujur. Ia juga dikenal seorang negarawan yang ahli bersiasat, piawai dalam merancang taktik dan strategi, disamping kegigihan dan keuletan serta kesediaanya menempuh segala cara dalam berjuang. Untuk mencapai cita-citanya karena pertimbangan politik dan tuntunan situasi. Dengan kemampuan tersebut dan bakat kepemimpinan yang dimilikinya, Muawiyah dinilai berhasil merekrut para pemuka masyarakat, politikus, dan administrator bergabung ke dalam sistemnya pada zamannya, untuk memperkuat posisinya dipuncak pimpinan. Muawiyah juga dikenal berwatak keras dan tegas, tetapi juga bisa bersifat toleran dan lapang dada. Hal ini dapat dilihat dalam ucapannya yang terkenal sebagai prinsip yang ia terapkan dalam memimpin: Aku tidak mempergunakan pedangku kalau cambuk saja sudah cukup, dan tidak pula kupergunakan cambukku kalau perkataan saja sudah memadai, andaikata aku dengan orang lain memperebutkan sehelai rambut, tiadalah akan putus rambut itu, karena bila mereka mengencangkannya aku kendorkan, dan bila mereka kendorkannya akan kukencangkan. Tabel Khalifah-Khalifah Dinasti Umayyah No Nama Khalifah Memerintah Lama Mulai Selesai 1 Muawiyah bin Abi Sofyan 19 th 3 bln 41 H / 661 M 60 H / 681 M 2 Yazid bin Muawiyah 3 th 6 bln 60 H / 681 M 64 H / 683 M 3 Muawiyah bin Yazid 6 bln 64 H / 683 M 64 H / 684 M 4 Marwan bin Hakam 9 bl 18 hari 64 H / 684 M 65 H / 685 M

5 Abdul Malik bin Marwan 21 th 8 bln 65 H / 685 M 86 H / 705 M 6 Walid bin Abdul Malik 9 th 7 bln 86 H / 705 M 96 H / 715 M 7 Sulaiman bin Abdul Malik 2 th 8 bln 96 H / 715 M 99 H / 717 M 8 Umar bin Abdul Aziz 2 th 5 bln 99 H / 717 M 101 H / 720 M 9 Yazid bin Abdul Malik 4 th 1 bln 101 H / 720 M 105 H / 724 M 10 Hisyam bin Abdul Malik 19 th 9 bln 105 H / 724 M 125 H / 743 M 11 Walid bin Yazid 1 th 2 bln 125 H / 743 M 126 H / 744 M 12 Yazid bin Walid 6 bln 126 H / 744 M 126 H / 744 M 13 Ibrahim bin Yazid 4 bln 126 H / 744 M 127 H / 744 M 14 Marwan bin Muhammad 5 th 10 bln 127 H / 745 M 132 H / 750 M
B. POLA PEMERINTAHAN DINASTI UMAYAH

Sejalan dengan watak dan prinsip Muawiyah tersebut serta pemikirannya yang perspektif dan inovatif, ia membuat berbagai kebijaksanaan dan keputusan politik dalam dan luar negeri. Dan jejak ini diteruskan oleh para penggantinya dengan menyempurnakannya. Pertama, pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan politik dan alasan keamanan. Karena letaknya jauh dari Kufah pusat kaum Syiah pendukung Ali, dan jauh dari Hijaz tempat tinggal mayoritas Bani Hasyim dan Bani Umayah, sehingga bisa terhindar dari konflik yang lebih tajam antara dua bani itu dalam memperebutkan kekuasaan. Lebih dari itu, Damaskus yang terletak diwilayah Syam (Suria) adalah daerah yang berada di bawah gengaman pengaruh Muawiyah selama 20 tahun sejak ia diangkat menjadi Gubernur di distirk itu sejak zaman Khalifah Umar bin Khatab. Kedua, Muawiyah memberi penghargaan kepada orang-orang yang berjasa dalam perjuangannya mencapai pundak kekuasaan. Seperti Amr bin Ash ia angkat kembali menjadi Gubernur di Mesir, Al-Mughirah bin Syubah juga ia diangkat menjadi Gubernur diwilayah Persia. Ia juga memperlakukan dengan baik dan mengambil baik para sahabat terkemuka yang bersikap netral terhadap berbagai kasus yang ditimbul waktu itu, sehingga mereka berpihak kepadanya. Ketiga, Menumpas orang-orang yang beroposisi yang dianggap berbahaya jika tidak bisa dibujuk dengan harta dan kedudukan, dan menumpas kaum pemberontak. Ia menumpas kaum Khawarij yang merongsong wibawa kekuasaannya dan mengkafirkannya. Golongan ini menunduhnya

tidak mau berhukum kepada Al-Quran dalam mewujudkan perdamaian dengan Ali diperang Shiffin melainkan ia mengikuti ambisi hawa nafsu politiknya. Keempat, membangun kekuatan militer yang terdiri dari tiga angakatan, darat, laut dan kepolisian yang tangguh dan loyal. Mereka diberi gaji yang cukup, dua kali lebih besar dari pada yang diberi pada yang diberikan Umar kepada tentaranya. Ketiga angkatan ini bertugas menjamin stabilitas keamanan dalam negeri dan mendukung kebijaksanaan politik luar negeri yaitu memperluas wilayah kekuasaan. Kelima, meneruskan wilayah kekuasaan Islam baik ke Timur maupun ke Barat. Perluasan wilayah ini diteruskan oleh para penerus Muawiyah, seperti Khalifah Abd alMalik ke Timur, Khalifah al-Walid ke Barat, dan ke Perancis di zaman Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Perluasan wilayah dizaman Dinasti ini merupakan ekspansi besar kedua setelah ekspansi besar pertama di zaman Umar bin Khattab. Daerah-daerah yang dikuasai umat Islam dizaman Dinasti ini meliputi Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebahagian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Rurkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, sehingga Dinasti ini berhasil membangun Negara besar di zaman itu. Bersatunya berbagai suku bangsa di bawah naungan Islam melahirkan benih-benih peradaban baru yang bercorak Islam, sekalipun Bani Umayah lebih memusatkan perhatiannya kepada pengembangan kebudayaan Arab. Benih-benih peradaban baru itu kelak berkembang pesat di zaman Dinasti Abbasiyah sehingga Dunia Islam menjadi pusat peradaban dunia selama berabad-abad. Keenam, baik Muawiyah maupun para penggantinya membuat kebijaksanaan yang berbeda dari zaman Khulafa al-Rasyidin. Mereka merekrut orang-orang non-musim sebagai pejabat-pejabat dalam pemerintahan, seperti penasehat, administrator, dokter dan dikesatuan-kesatuan tentara. Tapi di zaman Khulafaur Umar bin Abd al-Aziz kebijaksanaan itu ia hapuskan. Karena orang-orang non-Muslim (Yahudi, Nasrani, Majusi) yang memperoleh privilege di dalam pemerintahan banyak merugikan kepentingan umat Islam bahkan menganggap rendah mereka. Didalam Al-Quran memang terdapat peringatan-peringatan yang tidak membolehkan orang-orang mukmin merekrut orang-orang non-muslim sebagai teman kepercayaan dalam mengatur urusan orang-orang mukmin.

Ketujuh,

Muawiyah

mengadakan

pembaharuan

dibidang

administrasi

pemerintahan dan melengkapinya dengan jabatan-jabatan baru yang dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantium. Kedelapan, Kebijaksanaan dan keputusan politik penting yang dibuat oleh Khalifah Muawiyah adalah Mengubah system pemerintahan dari bentuk Khalifah yang bercorak Demokratis menjadi system Monarki dengan mengankat putranya, Yazid, menjadi putra Mahkota untuk menggantikannya sebagai Khalifah sepeninggalnya nanti. Ini berarti suksesi kepemimpinan berlansung secara turun-temurun yang diikuti oleh para pengganti Muawiyah. Dengan demikian ia mempelopori meninggalkan tradisi di Zaman Khulafa al-Rasyidin dimana Khalifah ditetapkan melalui pemilihan oleh umat. Lebih dari itu Muawiyah telah melanggar asas musyawarah yang diperintahkan oleh AlQuran agar segala urusan diputuskan melalui musyawarah. Karena itu keputusan politik Muawiyah itu mendapat protes dari umat Islam golongan Syiah, pendukung Ali, Abd al-Rahman bin Abi Bakar, Husein bin Ali, dan Abdullah bin Zubeir. Bahkan kalangan tokoh masyarakat Madinah mengadakan dialog dengan Muawiyah. Mereka menyarankan agar ia mengikuti jejak Rasulullah atau Abu Bakar dan atau Umar dalam urusan Khalifah tidak mendahulukan kabilah dari umat. Muawiyah tidak mengubris saran ini. Alasan yang dikemukakan karena ia khawatir akan timbul kekacauan, dan akan mengancam stabilitas keamanan kalau ia tidak mengangkat putra mahkota sebagai penggantinya. Keputusan ini direkayasa oleh Muawiyah seolah-seolah mendapatkan dukungan dari para pejabat penting pemerintah. Ia memanggil para Gubernur datang ke Damaskus agar mereka membuat semacam kebulatan tekad mendukung keputusannya. Ia meminta salah seorang gubernur yang bernama Al-Dhahhak bin Qais al-Fahri agar, setelah ia (Muawiyah) berpidato dan memberi nasehat dalam suatu pertemuan, minta izin berbicara dengan memuji Allah dan menyatakn, Yazid adalah orang yang pantas memangku jabatan khalifah setelah Muawiyah. Kepada para Gubernur lain diminta oleh Muawiyah agar membenarkan ucapan Dhahhak. Mereka memenuhi perintah itu, kecuali Gubernur Ahnaf bin Qais. Walaupun Muawiyah mengubah system pemerintahan menjadi monarki, namun dinasti ini tetap memakai gelar khalifah. Bahkan Muawiyah menyebut dirinya sebagai

Amir al-Muminin. Dan status jabatan Khalifah diartikan sebagai Wakil Allah dalam mempimpin umat dengan menggantikannya kepada Al-Quran (surat al-Baqarah ayat 30). Atas dasar ini Dinasti menyatakan bahwa keputusan-keputusan khalifah didasarkan atas perkenaan Allah. Siapa yang menentangnya adalah kafir. Pengelolaan administrasi pemerintahan dan struktur pemerintahan Dinasti Bani Umayah merupakan penyempurnaan dari pemerintahan Khulafaur Rasyidin yang diciptakan oleh Khalifah Umar. Wilayah kekuasaan yang luas itu, sebagaimana pada periode Negara madinah, dibagi menjadi beberapa wilayah provinsi. Setiap provinsi dikepalai oleh Gubernur dengan gelar wali atau amir yang diangkat oleh Khalifah. Gubernur didampingi oleh seorang atau beberapa katib (sekretaris), seorang hajib (pengawal) dan pejabat-pejabat penting lain, yaitu shahib al-kharaj (pejabat pendapatan), shahib al-syurthat (pejabat kepolisian), dan qadhi (kepala keagamaan dan hakim). Pejabat pendapatan dan qadhi diangkat oleh khalifah dan bertanggung jawab kepadanya. Di tingkat pemerintahan pusat dibentuk beberapa lembaga dan departemen, alkatib, al-hajib dan diwan. Lembaga al-katib terdiri dari katib al-rasail (Sekretaris Negara), katib al-kharaj (sekretaris Pendapatan Negara), katib al-jund (sekretaris militer) katib al-syurthat (sekretaris kepolisian) dan katib al-qadhi (panitera). Katib alrasail dianggap paling penting posisinya. Karena itu pejabatnya selalu orang terpercaya dan pandai serta dari keluarga kerajaan. Para katib betugas mengurus administrasi Negara secara baik dan rapih untuk mewujudkan kemaslahatan Negara. Al-Hanib (pengawal dan kepala rumah tangga istana) bertugas mengatur para pejabat atau siapapun yang ingin bertemu dengan khalifah. Lembaga ini belum dikenal dizaman Negara Madinah. Karenanya siapa saja boleh bertemu dan berbicara langsung dengan khalifah tanpa melalui birokrasi. Tapi ada tiga orang yang boleh langsung bertemu dengan khalifah tanpa hijab, yaitu muzin untuk memberitahukan waktu shalat kepada khalifah. Shahib al-barid (pejabat pos) yang membawa berita-berita penting untuk khalifah, dan shahib al-thaam, petugas yang mengurus hal-ihwal makanan di istana. Lembaga al-syurthat yang dipimpin oleh shihab al-syurthat bertugas memilihara keamanan masyarakat dan Negara.

Lembaga lain adalah dibidang pelaksanaan hukum, yaitu Al-Nizham al-qadhai terdiri dari tiga bagian, yaitu al-qadha, al-hisbat dan al-mazhalim. Badan al-qadha dipimpin oleh seorang qadhi yang bertugas membuat fatwa-fatwa hukum dan peraturan yang digali langsung dari al-Quran, Sunnah Rasul, atau Ijmak dan atau Ijtihad. Badan ini bebas dari pengaruh penguasa dalam menetapkan keputusan hukum terhadap para pejabat, pegawai Negara yang melakukan pelanggaran. Pejabat badan al-hisbat disebut al-muhtasib, tugasnya menangani krimininal yan perlu penyelesaian segera. Pejabat badan al-mazhalim disebut qadhi al-mazhalim atau shahib al-mazhalim. Kedudukan badan ini lebih dari al-qadha dan al-hisbat. Karena badan ini bertugas meninjau kembali akan kebenaran dan keadilan keputusan-keputusan hukum yang dibuat oleh qadhi dan muhtasib. Bila ada suatu kasus perkara yang keputusannya dianggap perlu ditinjau kembali baik perkara seorang rakyat maupun pejabat yang menyalagunakan jabatannya, badan ini menyelenggarakan mahkamat al-mazhalim yang mengambil tempat di masjid. Sidang ini dihadiri oleh lima unsur lengkap, yaitu para pembantu sebagai juri, para hakim, para fuqaha, para katib dan para saksi, yang dipimpin oleh qadhi al-mazhalim. Berarti pemerintahan Dinasti Umayah, sebagaimana pada periode Negara Madinah, peradilan bebas tetap dilaksanakan. Didalam tubuh organisasi pemerintahan Dinasti Umayah juga dibentuk beberapa diwan atau departemen. 1). Diwan al-Rasail, departemen yang mengurus surat-surat Negara dari Khalifah kepada para Gubernur atau menerima surat-surat dari Gubernur. Departemen ini memiliki dua sekretariat, untuk pusat menggunkan bahsa Arab, dan untuk daerah menggunakan bahasa Yunani dan bahasa Persia. Tapi pada masa Khalifah Abd al-Malik diadakan arabisasi, yaitu hanya menggunakan bahasa Arab dalam suratsurat Negara. Politik arabisasi ini berlanjut pada masa putranya, Khalifah Al-Walid, yaitu penggunaan bahasa Arab sebagai linguafranca dan bahsa ilmu pengetahuan untuk seluruh wilayah pemerintahan. Pengaruhnya berlanjut sampai sekarang. Misalnya Mesir dan Irak menggunakan bahasa Pahlawi dan Kpti, dan Damaskus bahasa Greek, kini menggunakan bahasa Arab. Kebijaksanaan ini mendorong seorang ulama, sibawaih, untuk menyususn Al-Kitab yang selanjutnya menjadi pegangan dalam soal tata bahasa Arab. 2). Diwan al-Khatim, departemen pencatatan yang bertugas menyalin dan meregistrasi semua keputusan khalifah atau peraturan-peraturan pemerintah untuk dikirim kepada pemerintahan di daerah. 3). Diwan al-Kharaj, usyur, zakat, jizyah, faI dan ghanimah dan sumber lain. Semua pemasukan keuangan yang diperoleh dari

sumber-sumber itu disimpan di Baitul Mal (kantor perbendaharaan Negara. 4). Diwan al-Barid, departemen pelayanan pos bertugas melayani informasi tentang berita-berita penting di daerah kepada pemerintahan pusat dan sebaliknya, sehingga khalifah dapat mengetahui apa yang terjadi di daerah dan memudahkannya untuk mengontrol jalannya pemerintahan di daerah. 5). Diwanul al-jund, departemen pertahanan yang bertugas mengornisir militer. Personilnya mayoritas orang-orang Arab. C. EKSPANSI WILAYAH Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukan. Di sebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul, angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibukota Byzantium, Konstatinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan oleh Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abdul Malik. Dia mengirim tentaranya menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menaklukan Balkan, Bukhara, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan. Ekspansi ke wilayah Barat secara besar-besaran dilanjutkan dizaman Walid bin Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, keamanan, dan ketertiban. Pada masa pemerintahan yang berjalan kurang lebih 10 tahun, tercatat suatu ekspedisi militer dari AfrikaUtara menuju wilayah barat daya benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M setelah Aljazair dan Maroko dapat ditaklukan Thariqbin Ziyad, pemimpin pasukan Islam atas perintah gubernur Afrika Utara, Musa bin Nushair dengan membawa pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko dan benua Eropa dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar ( Jabal Thariq ), tentara spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian Spanyol menjadisasaran ekspansi selanjutnya. Ibukota Spanyol, Kordova dengan cepat dapat dikuasai, menyusul kota-kota lain seperti Sevilla, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibukota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah Karena men dapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Selain Thariq bin Zayid dan Musa bin Nushair pahlawan yang berjasa menaklukan Spanyol adalah Tharifbin Malik yang dapat disebut sebagai pahlawan perintis membuka jalan ke Spanyol. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, pasukan Islam

berusaha menaklukan Perancis melalui pegunungan Pyrenia dipimpin oleh Abdul Rahmanbin Abdullah Al-Ghofiqi, ia mulai dengan menyerang Bordeaux, Poiters. Melalui daerah tersebut, ia men coba menyerang Tours. Al-Ghofiqi terbunuh dan tentaranya mundur ke Spanyol. Di samping daerah-daerah tersebut diatas, pulau-pulau yang terdapat di laut tengah juga jatuh ke tangan pemerintah Bani Umayyah seperti pulau Mayorca, Corsica, Saedinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian Sicillia. Dengan keberhasilan ekspansi kebeberapa daerah baik wilayah timur atau barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas, meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab. Selanjutnya sebagian Asia Kecil, Persia, Afghanistan, Palestina, Turkmenia, Uzbek, Kirgis dan Asia Tengah. 6. BANI ABBASIYAH ( 750 1258 M ) A. PENDIRIAN Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M. oleh Abdul Abbas AsSaffah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Keuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama lima abad dari tahun 132656 H(750-1258 M).Berdirinya pememrintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim (Alawiyyun) setelah meninggalnya Rasulullah SAW dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya. Sebelum berdirinya dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan perannya untuik menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah SAW, Abbah bin Abdul Muthalib.Dari nama inilah disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah, Kuffah, dan Khurasan. Humaimah merupkan tempat bermukim keluarga Bani Hasyim, baik dari kalangan pendukung Ali maupun kalangan pendukung keluarga Abbas. Kuffah merupakan wilayah penduduknya menganut aliran Syiah, pendukung Ali bin Abi Thalib, yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani Umayah. Khurasan memiliki warga yang pemberani, kuat fisik, teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung terhadap kepercayaan yang menyimpang, dan disanalah diharapakan dakwah kaum Abbasiyah mendapat dukungan.

Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasi yang gerakanya diketahui oleh Khalifah Umayah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya ditangkap oleh pasukan dinasti bani Umayah dan dipenjarakan di Haran. Penguasa Umayah di kufah, Yazid bin Umar bin hubairah, ditaklukan oleh Abbasiyah dan di usir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di kufah yang telah ditaklukan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukanya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat ditaklukan di dataran rendah Sungai Zab. Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyebrangi Sungai Eufrat samapi ke Damaskus. Khalifah itu melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum tahun 132 H/750 M dibawah pimpinan Shalih bin Ali. Dengan demikian, maka tumbanglah kekuasaan dinasti Umayah dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abu Abbas Ash-Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kuffah. Dalam khotbah penobatanya,Khalifah Abbasiyah pertama itu menyebut dirinya as-saffah,Penumpah darah,yang kemudian menjadi julukanya.Hal tersebut mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam menjalankan kebijakanya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam, disisi singgasana khalifah tergelar karpet yang digunakan sebagai tempat eksekusi.Dan dari sinilah awal berdirinya dinasti Arab Islam kedua yang sangat besar dan lama. B. POLA PEMERINTAHAN Sistem Pemerintahan Bani Abbasiyah Orang Abbasiyah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan,yaitu gagasan Negara Teokrasi yang menggantikan pemerinthan sekuler ( Mulk ) Dinasti Umayah. Dalam menjalankan pemerintahan, Dinasti Abbasiyah memiliki kantor pengawas yang pertama kali dikenalkan oleh Al Mahdi, dewan korespondensi atau kantor arsip yang menangani semua surat resmi dokumen politik serta instruksi dan ketetapan khalifah ,dewan penyelidik keluhan adalah sejenis pengadilan tingkat banding atau pengadilan tinggi untuk menangani kasus-kasus yang diputuskan secara keliru pada departemen administrative dan politik.Selama Bani Abbasiyah berkuasa pola pemerintahan yang

diterapkan berbeda-beda sesuai dengan pola pemerintahan dan perubahan politik.Pada mulanya, ibu kota Negara adalah Al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas Negara yang baru berdiri itu, Al Manshur memindahkan ibu kota Negara ke kota yang baru di bangunnya, Bagdad, dekat bekas ibukota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Di ibukota yang baru ini Al Manshur melakukan konsolodasi dan penertiban pemerintahanya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan dilembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan ia menciptakan tradsi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protocol Negara, sekretaris Negara, dan kepolisisan Negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia menujuk Muhammad ibn Abd Al- rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman Negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayah ditingkatkan perananya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk menantar surat, pada masa Al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah, sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancer. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku Gurbernur setempat kepada khalifah. C. EKPANSI WILAYAH Dinasti Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah.Disinilah letak perbedaan pokok antara dinasti Umayah dan dinasti Abbasiyah. Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid( 786-809 M) dan anaknya Al Makmun ( 813-833 M). Ketika ArRasyid memerintah, Negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pembertontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga Ke India.

You might also like