You are on page 1of 4

Dosen Pengampu: Dr. Novi Siti Kussuji, M.

Hum

Laporan Kegiatan Lapangan Pagelaran Srandul


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Kelisanan dan Keberaksaraan

DISUSUN OLEH: ZURAIDA NIM. 11/321705/PSA/02354

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA
2012

Pagelaran Kesenian Tradisional Srandul Cemara Di Ujung Senja Bangsa dan Rakyat Indonesia memiliki kekayaan seni luar biasa banyaknya. Kesenian rakyat kurang dikenal lantaran tak terjamah media mainstream yang lebih suka menampilkan seni popular. Salah satu seni rakyat yang ada di Jogja adalah srandul. Laporan ini akan mencoba memaparkan tentang pagelaran kesenian tradisional Srandul di Pondok Pesantren Kaliopak, Yogyakarta. Pagelaran ini dipentaskan pada 27 Desember 2011 silam. Pementasan kesenian tersebut merupakan hasil dari kerjasama dari Universitas Indonesia dengan warga setempat. Adapun tujuan daripada pementasan kesenian tersebut adalah untuk kegiatan penelitian sastra lisan dan pendokumentasian. Susunan acara yang behasil terekam oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Pembukaan acara diiringi dengan doa. 2. Sambutan oleh kepala pondok pesantren Kaliopak K.H. Jadul Maulana 3. Sambutan oleh Ketua Komunitas Srandul, Bapak Minong 4. Penyerahan kenang-kenangan dari Kepala Ponpes kepada komunitas Srandul. 5. Acara inti pagelaran Srandul. Srandul dimainkan oleh beberapa pemain namun tidak bersifat kolosal. Para pemain dibagi menjadi beberapa segmen pementasan. Para pemain Srandul ini disebut nekeli. Ada lima cerita, yakni Mandung, Manuk, Kethek Ogleng, dan srandul. Adapun nama lakon srandul itu adalah tumenggung sunthi. Pementasan dijadwalkan dimulai pada pukul 22.00 dan berakhir hingga pukul 04.00 dini hari. Para penonton kesenian mendapatkan hidangan berupa wedang jahe, camilan seperti kacang rebus, dan rokok secara cuma-cuma. Berikut adalah urutan jalannya pementasan Srandul: 1. Pementasan dibuka dengan alunan music rancak dari gamelan jawa. Tidak lama berselang, masuklah tiga orang penari bertopeng ke dalam panggung. Tarian yang dibawakan oleh ketiganya menyerupai tarian Jathilan di Jawa Tengah mengingat salah seorang penari menari hingga kerasukan jin di akhir segmen pertama ini. 2. Pada segmen yang kedua, ada seorang penari dewasa yang menggantikan. Penari ini selain menari juga mendendangkan lagu berbahasa jawa. Tembang atau lagu yang dibawakan berupa puji-pujian kepada Tuhan atau doa-doa.

3. Pada bagian ketiga ini, tarian disajikan oleh penari yang paling tua dengan menyembah terlebih dahulu sebanyak tiga kali, penari juga menyanyi, menggunakan surjan, sampur, sang penari menembang lalu disanri ele-elo berkali. Kali ini si penari ini tidak kaku dalam setiap gerakan tari yang dimainkannya, penulis melihat dia adalah sosok penari senior. 4. Pada segmen yang keempat, terdapat dua orang penari yang saling berinteraksi di dalamnya. Kedua penari tersebut adalah laki-laki. Akan tetapi salah satu penari menggunakan riasan layaknya seorang perempuan. Dia menggunakan make up tebal dan dandanan berupa semacam lonceng-lonceng kecil di celananya. Keduanya memeragakan tarian yang seolah-olah hendak berciuman. Gerakan ini dilakukan dengan teknik gerak maju mundur hingga berakhir. Menurut informasi yang dihimpun penulis dari warga sekitar, tokoh penari perempuan tersebut adalah simbolisasi dari wanita yang sesungguhnya mengingat pada dahulu tidak ada sosok penari wanita dalam pagelaran Srandul. 5. Pada segmen selanjutnya, mula-mula ada tiga orang penari yang terdiri dari seorang lelaki dan dua orang perempuan. Tidak lama berselang, masuklah seorang penari lelaki lagi sehingga membuat penari menari secara berpasang-pasangan. Adegan selanjutnya adalah mereka menari dengan bertukar pasangan. 6. Berikutnya tampillah dua orang penari pria yang melakukan dialog dengan bahasa Jawa dan tukang nyawi sesekali ikut menyahut dialog tersebut dan terjadilah interaksi diantara ketiganya. Beberapa saat kemudian, hadirlah seorang penari perempuan untuk bergabung dalam tarian. 7. Pada bagian ketujuh ini, muncullah tokoh Hanoman yang bermonolog pada awalnya dan diikuti oleh seorang penari perempuan. Keduanya pun selanjutnya larut dalam tarian dengan balutan irama gamelan. 8. Seorang penari perempuan bersanggul kuning masuk dengan diikuti lelaki berambut panjang diiringi lagu-lagu. Pada penampilan ini banyak penonton yang memberikan saweran.

Pertunjukan Srandul ini diiringi oleh seperangkat alat musik tradisional berupa sebuah kendang, dua buahgong, kenong, gitar, lima buah angklung yang telah divariasi dengan bulu ayam jantan. Pertunjukan tersebut sangatlah menarik untuk dikaji lebih dalam dan merupakan tontonan yang sangat menghibur di tengah gempuran jaman. Kesenian tersebut wajib dilestarikan sebagai warisan budaya lokal yang menjadi akar dari budaya bangsa.

You might also like