Professional Documents
Culture Documents
PENELITIAN KUALITATIF
penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan
dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat
peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau
deskriptif.
fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna
karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen.
1
Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari
pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumen-
dokumen tentang hal tersebut : atau biografis, yakni memberikan pengertian yang
luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima
oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap
masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis
dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan
untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara
klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan
unsur lain.
dengan menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut
disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan
jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan
asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah
2
membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan
pengumpulan data.
Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk
sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu
memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat
memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya
yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian
rekayasa.
3
Biologi Mempelajari tentang mahluk hidup
makanan
dan lingkungannya
a. Geologi Mempelajari bumi, termasuk komposisi lapisan bumi, kerak bumi, dan
sejarah bumi - Fosil: Sisa-sisa atau jejak-jejak dari kehidupan pra sejarah yang
mineral-mineral - Batuan: Zat padat yang terbentuk dari satu atau lebih mineral
4
- Seismologi: Mempelajari tentang gempa bumi - Volkanologi Mempelajari
Kemampuan untuk melakukan kerja - Gaya berat: Gaya tarik antara dua
benda; gaya yang menarik benda ke bumi - Mesin: Alat-alat yang membuat
pekerjaan menjadi lebih mudah - Gaya magnet: Gaya tarik atau gaya tolak
antar kutub magnet, dan gaya tarik yang dimiliki magnet terhadap benda-benda
5
Konsep dan Ragam Penelitian Kualitatif
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miler (1986: 9) pada mulanya bersumber
menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat pengamat mulai mencatat atau
menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal
perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri
Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan
kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian
angka seperti untuk mendeskripsikan suatu fenomena maupun gejala yang diteliti.
Dalam perkembangan lebih lanjut ada sejumlah nama yang digunakan para ahli
tentang metodologi penelitian kualitatif (Noeng Muhadjir. 2000: 17) seperti : interpretif
semiotik, heuristik, hermeneutik, atau holistik, yang kesemuanya itu tercakup dalam
6
Berdasarkan beragam istilah maupun makna kualitatif, dalam dunia penelitian istilah
penelitian kualitatif setidak-tidaknya memiliki dua makna, yakni makna dari aspek
1. Filosofi Penelitian
Dari aspek filosofi, penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
kuantitatif kemudian dibuat kategorisasi baik dalam bentuk tabel, diagram maupun
aspek, baik dari segi latar belakang, karakteristik dan sebagainya. Dengan kata lain
data yang bersifat kuantitatif ditafsirkan dan dimaknai lebih lanjut secara kualitatif.
Penelitian di jenjang pendidikan strata satu (S1) istilah penelitian kualitatif lebih
banyak menunjuk pada pengertian jenis pertama ini. Beberapa peneliti menyebut
post positisme. Penelitian kualitatif jenis kedua ini berusaha mencari makna, baik
makna di balik kata, kalimat maupun karya sastra. Penelitian kualitatif dalam
7
sasta. Pada awalnya strukturalisme linguist disebut struturalisme otonom atau
struturalisme obyektif karena menganalisis karya sastra hanya dari struktur karya
sastra itu sendiri, tidak dikaitkan dengan sesuatu di luar karya sastra. Strukturalisme
strukturalisme genetik lebih menekankan makna sinkronik dari pada makna lain,
seperti makna ikonik, simbolik, ataupun indeksikal. Oleh karena itu menurut Prof.
Noeng Muhadjir (2000: 304) analis struturalisme genetik perlu mencakup tiga unsur
masyarakatnya.
dari pengarang, mengakui peran sejarah serta lingkungan sosialnya, meski titik berat
analisis harus tetap pada karya sastra itu sendiri. Analisis karya sastra menurut
struturalisme dinamik mencakup dua hal, yaitu: a) karya sastra itu sendiri yang
merupakan tampilan pikiran, pandangan dan konsep dunia dari pengarang itu sendiri
lingkungannya.
dalam membuat analisis pemaknaan suatu karya sastra mengacu pada semiologi.
Semiologi atau semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda dalam bahasa dan karya
8
sastra. Strukturalisme semiotik mengenal dua cara pembacaan, yaitu heuristik dan
dari bagian- bagian, seperti Said Mahmud (Noeng Muhadjir. 2001: 101) mencari amal
shaleh menurut Al-Qur’an dengan cara mencari kata-kata kunci dalam Al-Qur’an, dan
Radhi Al-Hafid (Noeng Muhadjir. 2001: 101) mencoba mengklasterkan kisah edukatif
dalam Al- Qur’an, secara hermeneutik, dan menemukan tiga klaster, yaitu kisah
(mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang biasa dalam
situasi tertentu (Moleong. 2001: 9). Dengan kata lain penelitian kualitatif dalam
mulai dari model Interpretif Geertz, model grounded research, model Ethnographik,
model paradigma naturalistik dari Guba dan model interaksi simbolik. Model
menurut Noeng Muhadjir (2000: 147) disebut sebagai model yang telah menemukan
karakteristik kualitatif yang sempurna, artinya bahwa kerangka pemikiran, filsafat yang
9
melandasinya, ataupun operasionalisasi metodologinya bukan reaktif atau sekedar
naturalistik yang dikemukan oleh Guba. Begitu juga uraian lebih lanjut dalam tulisan
kualitatif naturalistik sebagai kebalikan dari paradigma ilmiah untuk menunjuk pada
naturalistik, yaitu :
a. Konteks natural (alami), yaitu suatu konteks keutuhan (entity) yang tak akan
dipahami dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari konteksnya.
b. Manusia sebagai instrumen. Hal ini dilakukan karena hanya manusia yang
mampu menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas dan menangkap makna,
sedangkan instrumen lain seperti tes dan angket tidak akan mampu melakukannya.
mengungkap hal-hal yang tak terkatakan yang dapat memperkaya hal-hal yang
d. Metoda kualitatif. Sifat naturalistik lebih memilih metode kualitatif dari pada
kuantitatif karena lebih mampu mengungkap realistas ganda, lebih sensitif dan adaptif
10
f. Analisis data secara induktif, karena dengan cara tersebut konteksnya akan
lebih mudah dideskripsikan. Yang dimaksud dengan analisis data induktif menurut
paradigma kualitatif adalah analisis data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit dan
diangkat dari empiri, bukan dibangun secara apriori. Generalisasi apriorik nampak
bagus sebagai ilmu nomothetik, tetapi lemah untuk dapat sesuai dengan konteks
idiographik.
desain yang telah disusun secara ketat. Hal ini terjadi karena realita di lapangan tidak
Hal ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir atas data yang diperoleh karena
j. Lebih menyukai modus laporan studi kasus, karena dengan demikian deskripsi
realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat terhindar
dari bias. Laporan semacam itu dapat menjadi landasan transferabilitas pada kasus
lain.
nomothetik (dalam arti mencari hukum keberlakuan umum), karena penafsiran yang
berbeda nampaknya lebih memberi makna untuk realitas yang berbeda konteksnya.
11
m. Ikatan konteks terfokus. Dengan pengambilan fokus, ikatan keseluruhan tidak
dihilangkan, tetap terjaga keberadaannya dalam konteks, tidak dilepaskan dari nilai
lokalnya.
dengan adanya validitas dan reliabilitas, sedangkan dalam kualitatif naturalistik oleh
2. Desain Penelitian
ada aturan yang sama yang harus dipenuhi oleh peneliti untuk mengadakan penelitian
dalam bidang apapun juga. Pelaksanaan penelitian dimulai dari adanya masalah,
membatasi obyek penelitian, mencari teori dan hasil penelitian yang relevan,
kesimpulan, ada yang menambah dengan implikasi, saran dan atau rekomendasi.
Sebelum data diolah, perlu diuji terlebih dulu validitas dan reliabilitasnya, baik dari
segi konstrak teori, isi maupun empiriknya. Sistematika penulisan sudah terstandar,
rumusan/batasan masalah, dst.). Bab II. Kajian teori atau kajian pustaka (kajian teori
yang sesuai dengan masalah yang diteliti, hasil penelitian yang relevan, kerangka
pikir, hipotesis/pertanyaan penelitian). Bab III. Metode penelitian (Desain, tempat dan
waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen dan teknik
12
analisis data). Bab IV. Hasil penelitian. Bab V. Kesimpulan (ada yang menambah,
kuantitatif tetapi bersifat flesibel (tidak kaku). Dengan kata lain model ini merupakan
yang sama, misalnya memasukkan metode penelitian dalam bab I . Desain penelitian
kualitatif non standar ini digunakan untuk penelitian kualitatif dalam paradigma
Model ini sama sekali berbeda dari model-model di atas. Desain penelitian terstandar
dan non standar disusun sebelum peneliti terjun ke lapangan dan dijadikan sebagai
pada desain yang telah disusun sebelumnya, tetapi lebih memperhatikan kondisi
Dalam desain penelitian terstandar maupun non standar dapat dibakukan dengan
13
termasuk metode penelitian. Bab II. Fantasi. Bab III. Bermain. Bab IV. Sosialisasi, dst.
Pengertian penelitian kualitatif dalam uraian lebih lanjut menunjuk pada penelitian
1. Keabsahan Data
memiliki tiga kriteria untuk memeriksa keabsahan data, yaitu: credibility, trasferability,
dan dependability .
· Pengamatan secara tekun dan terus menerus (untuk memperoleh data secara
lebih mendalam).
data)
14
c. Dependabilitas atau auditabilitas, yang dapat dilakukan dengan:
· Checking data
2. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk
sebagai temuan bagi orang lain. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif
dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Catatan dibedakan
menjadi dua, yaitu yang deskriptif dan yang reflektif (Noeng Muhadjir.2000: 139).
lebih mengetengahkan kerangka pikiran, ide dan perhatian dari peneliti. Lebih
Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan
reduksi data dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga
satuan dan kategorisasi dan langkah terakhir adalah menafsirkan dan atau
Satuan adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang utuh dan dapat berdiri
15
sendiri terlepas dari bagian yang lain. Satuan dapat berwujud kalimat faktual
sepuluh jam seminggu untuk melakukan perjalanan keliling dari satu sekolah ke
sekolah”. Selain itu satuan dapat pula berupa paragraf penuh. Satuan ditemukan
dalam catatan pengamatan, wawancara, dokumen, laporan dan sumber lainnya. Agar
b. Kategorisasi
kejadian mungkin saja mulai dari berdasarkan namanya, fungsinya atau kriteria yang
lain. Pada tahap kategorisasi peneliti sudah mulai melangkah mencari ciri-ciri setiap
pertimbangan rasa-rasanya mirip atau sepertinya mirip, melainkan pada ada tidaknya
muncul ciri berdasarkan kategori. Dalam hal ini ciri jangan didudukkan sebagai
kriteria, melainkan ciri didudukkan tentatif, artinya pada waktu hendak memasukkan
kejadian pada kategori berdasarkan cirinya, sekaligus diuji apakah ciri bagi setiap
Langkah ketiga Moleong (2001: 197) menggunakan istilah penafsiran data,. Noeng
bagian dari proses menuju pemaknaan. Beliau membedakan antara 1) terjemah atau
16
Membuat terjemah berarti upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama
dengan media yang berbeda; media tersebut mungkin berupa bahasa satu ke bahasa
lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. Pada penafsiran, peneliti tetap
berpegang pada materi yang ada, dicari latar belakangnya, konsteksnya agar dapat
pada kemampuan daya pikir manusia untuk menangkap hal di balik yang tersajikan.
Memberi makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran dan mempunyai
manusia: indriawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Di balik yang tersajikan bagi
menjangkau yang etik maupun yang transendental. Dari sesuatu yang muncul
sebagai empiri dicoba dicari kesamaan, kemiripan, kesejajaran dalam arti individual,
pola, proses, latar belakang, arah dinamika dan banyak lagi kemungkinan-
kemungkinan lainnya.
kategori yang dibuatnya. Menafsirkan dan memberi makna hubungan antar kategori
sehingga hubungan antar kategori menjadi semakin jelas. Itu berarti telah tersusun
atribut-atribut teori.
d. Perumusan Teori
sekaligus isi data dapat terus semakin diperbanyak. Atribut terori yang tersusun dari
17
hasil penafsiran/pemaknaan dilengkapi terus dengan data baru, dirumuskan kembali
dalam arti diperluas cakupannya sekaligus dipersempit kategorinya. Jika hal itu sudah
tercapai dan peneliti telah merasa yakin akan hasilnya, pada saat itu peneliti sudah
D. Kesimpulan
peroleh dari dua pendekatan tersebut memiliki ukuran dan sifat yang berbeda.
pendekatan kualitatif lebih menekankan pada esensi dari fenomena yang diteliti.
Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetik dan dapat
tidak dapat digeneralisasi. Hasil analisis penelitian kualitatif naturalistik lebih bersifat
sudah
18
ACTION RESEARCH
Latar Belakang
Action research adalah nama yang diberikan kepada suatu aliran dalam penelitian pendidikan. Untuk
membedakannya dengan action research dalam bidang lain para peneliti pendidikan sering
menggunakan istilah “classroom action research” atau :classroom research”. Action research
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat
kerja (Isaac, 1994:27). Dalam penelitian pendidikan action research tidak hanya terbatas pada ruang
kelas saja, melainkan dimana saja guru berkerja atau mengajar . Di samping dalam bidang pendidikan
Action research digunakan untuk menemukan pemecahan masalah yang dihadapi sesorang dalam
tugasnya sehari-hari dimana pun tempatnya, di kelas, di kantor, di rumah sakit, dan seterusnya. Para
peneliti action research tidak berasumsi bahwa hasil penelitiannya akan menghasilkan teori yang
dapat digunakan secara umum (digeneralisasi). Action research hanya terbatas pada kepentingan
penelitinya sendiri, dengan tujuan agar penelitinya dapat melaksanakan tugasnya sehari-hari dengan
lebih baik.
Dilihat dari ruang lingkup, tujuan, metode, dan prakteknya, action research dapat dianggap sebagai
penelitian ilmiah micro. Action research adalah penelitian yang bersifat partisipatif dan kolaboratif.
Maksudya, penelitiannya dilakukan sendiri oleh peneliti, dan diamati bersama dengan rekan-rekannya.
Action research berbeda dengan studi kasus karena tujuan dan sifat kasusnya yang tidak unik seperti
pada studi kasus, action research tidak digunakan untuk menguji teori. Namun kedua macam
19
penelitian ini mempunyai kesamaan, yaitu bajwa peneliti tidak berharap hasil penelitiannya akan dapat
Action research mendorong para guru agar memikirkan apa yang mereka lakukan sehari-hari dalam
menjalankan tugasnya, membuat para guru kritis terhadap apa yang mereka lakukan tanpa tergantung
pada teori-teori yang muluk-muluk yang bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar penelitian
yang sering kali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas. Keterlibatan peneliti action research
dalam penelitiannya sendiri itulah yang membuat dirinya menjadi pakar peneliti untuk kelasnya dan
keperluan sehari-harinya dan tidak membuat ia tergantung pada para pakar peneliti yang tidak tahu
Dalam bidang pendidikan, action research dianggap sebagai alternatif dari penelitian tradisional
(penelitian yang biasa dilakukan). Modal utama peneliti action research adalah pengalamannya dalam
bidang yang digeluti dan pengetahuan yang ia miliki. Sebenarnya action research dapat juga
dilakukan dalam skala besar karena seperti dikatakan di atas, action research dilakukan bersama
rekan-rekan seprofesi, sehingga mereka dapat berbagai pengalaman untuk kepentingan mereka
misng-masing. Action research merupakan metode yang handal untuk menjembatani teori dan
praktek (dalam pndidikan ), karena dengan action research para guru dianjurkan menemukan dan
Literatur mengenai action research telah tumbuh dengan pesat. Pertumbuhan literature juga diikuti
oleh pertumbuhan definisi dan cirri-cirinya. Pertama, dalam literature dijumpai berbagai definisi untuk
intervensi yang dilakukan oleh guru dalam praktek mengajarnya sendiri, seperti “classroom research”.
“self reflective enguiry”. “dan action research”. Dalam artian ini, tidak ada definisi yang ketat menganai
apa yang terjadi. Action research dipandang sebagai suatu cara untuk memberi ciri bagi seperangkat
kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan; pada pokoknya ia merupakan suatu
cara eklektik yang dituangkan ke dalam suatu program refleksi-diri (self-reflection) yang ditujuan untuk
peningkatan mutu pendidikan. Perspektif kedua mencoba untuk mengidentifikasi criteria dari kegiatan-
20
kegiatan ini; untuk merumuskan sistem-sistem yang dimaksudkan untuk perbaikan yaitu hasil yang
diantisipasi dari program refleksi-diri. Dalam artian ini, istilah action research adalah suatu istilah yang
Dalam literatur terdapat beberapa definisi (misalnya, Rapoport, 1970; Elliot, 1981; Ebbutt, 1983).
Barang kali definisi yang paling banyak digunakan ialah definisi yang diberikan oleh Stephen Kemmis
dari Deakin University, bersama Wilf Carr dari University College of North Wales:
Action research adalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan
(guru,siswa,atau kepala sekolah,) dalam situasi-situsi social (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
rasionalitas dan kebenaran (a) preaktek-praktek sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b)
pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) di mana
Seperti halnya dengan aliran-aliran lain yang timbul, interpretasi akan berbeda-berbeda dan akan terus
bertambah. Tetapi fokus utama dari action rescarch di kelas dan sekolah adalah untuk mendorong
para guru terlibat langsung dalam prakteknya sendiri, dan memandang dirinya sendiri sebagai peneliti.
Dengan kata lain, action research mendorong para guru untuk menjadi peneliti di kelas mereka
sendiri.
Dasar sosial action research adalah keterlibatan; dasar pendidikan action research adalah perbaikan
atau peningkatan mutu. Jadi seseorang yang melakukan action research adalah orang yang
menginginkan adanya perubahan dari apa yang selama itu dijalankan dan ingin yang lebih baik. Action
research berarti ACTION (TINDAKAN ), baik mengenai sistemnya maupun mengenai orang-orang
yang terlibat dalam sistem tersebut. Sistim dapat berarti kelompok sosial manusia apa pun-pabrik,
perusahaan pesawat terbang, kantor yang memberi jasa layanan, sekolah dan orang-orang berarti
semua personalia, tidak hanya para manajer, karena dalam sistem yang demokratis bagian yang
terkecil akan mempengaruhi system keseluruhan. Dalam suatu sistim, satu aspek dari sistem tersebut
21
dapat diindetisifikasi sebagai suatu masalah; jadi misalnya, seorang guru mungkin memusatkan
perhatiannya pada suatu bagian yang terbatas dari praktek mengajarnya sehari-hari dalam kelasnya di
tempat ia bekerja. Ia mungkin berpendapat bahwa tindakan yang dilakukan dalam mengatasi
masalahnya barangkali akan meresahkan masyarakat di sekolah tersebut, termasuk para karyawan.
Misyalnya , Pak Kadir, prihatin bahwa ia mempunyai masalah tentang kedisiplinan siswanya dalam
suatu kelas, dan ia marah-marahi siswanya karena perilaku mereka yang tidak baik. Kemudian pada
suatu hari ia berpikir bahwa mungkin bila cara mengajarnya diubah masalah-masalah tersebut akan
hilang dengan sendirinya. Perubahan gaya mengajar tersebut mencakup negosiasi dengan para siswa
mengenai peraturan disiplin kelas yang disetujui bersama oleh guru (Pak Kadir ) dan para siswanya.
Kedua belah pihak menyetujui untuk mematuhinya. Kemudian ia terdorong untuk menemukan
kemungkinan dan penyempurnaan dari gaya mengajar tersebut dikelas-kelas yang lain, dan meminta
partisipasi dari rekan-rekan guru yang lain. Ada kemungkinan, rekan-rekannya melihat manfaat dari
gaya mengajar tersebut dan ingin mencoba di kelas mereka masing-masing. Para guru tersebut terus
menerus bertukar fikiran, saling belajar dari rekanya dalam suasana yang kondusif untuk secara
berkelanjutan meningkatkan mutu pengajaran melalui penelitian yang sistematik, yaitu claasroom
Sebagai suatu metode untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah, action research dapat juga
diterapkan atau dilaksanakan dalam bentuk skala besar. Kurt Lewin, orang yang mempopulerkan nama
action research, secara pribadi terlibat dalam suatu action research yang bertujuan untuk
memperbaiki hubungan dalam situasi di perusahaan. Ia melihat bahwa prosedur parsitipatif semacam
ini jauh lebih efektif untuk memecahkan masalah-masalah hubung antar manusia dari pada suatu
proses yang ditentukan sebelumnya di mana manusia diharapkan untuk menyesuaikan dari.
Hal ini menggarisbawahi salah satu pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian pendidikan pada
umumnya, yaitu action research berusaha untuk menjawab mesalah “makro-mikro”. Sekalipun pada
umumnya action research dilaksanakan dalam skala kecil (small-scale), ia dapat pula diterapkan
untuk skala besar (large scale), berdasarkan pandangan bahwa peneliti sebagai individu dapat
22
memperoleh informasi mengenai perkembangan propesinya dan dirinya sendiri; dan dengan demikian
Bila diterapkan di kelas, action research adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan
melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktek mengajarnya sendiri, agar
kritis terhadap praktek tersebut, dan agar mau untuk memperbaikinya. Action research bersifat
patisipatif, karma ia melibatkan guru dalam penelitiannya sendiri, dan kolaboratif, karena ia melibatkan
orang lain (rekan-rekan) sebagai bagian dari suatu penelitian yang hasilnya dapat dinikmati bersama
(shared enguiry). Hal ini penting untuk dicamkan karena anggapan yang dominan dari pendekatan
tradisional adalah bahwa peneliti,pakar, telah melakukan segala macam penelitian mengenai manusia.
Seringkali kita kesal terhadap orang-orang seperti itu yang mengangkat dirinya sebagai pakar dengan
menggunakan sekolah, siswa, dan guru sebagai pemasok data yang hasilnya telah “ditentukan
sebelumnya”. Pada umumnya, para “pakar” hanya ingin menguji hipotesisnya atau telah mempunyai
tujuan tertentu dan mereka melakukan eksperimen pada orang lain dan berusaha agar hasilnya cocok
dengan hipotesisnya. Hal ini sangat membahayakan bila yang diteliti manusia, lain halnya bila yang
diteliti adalah benda mati. Sangat riskan jika dalam eksperimen tersebut yang menjadi kelompok
kontrol adalah kelompok yang terdiri dari manusia (siswa). Sekalipun banyak aspek dari tingkah laku
manusia yang dapat ditebak dalam berbagai taraf, namun sifat dasar manusia adalah kreatif dan tidak
dapat diprediksi.
Misalnya, ada seorang guru ingin mengetahui apakah pendekatan lain mengenai waktu berbicara di
kelas akan mempengaruhi kinerja atau prestasi siswa. Bila ia mengajurkan para siswa untuk bertanya
secara bebas, atau belajar dalam pasangan (in pairs) atau dalam kelompok, yang tidak hanya
mendengarkan guru atau membaca buku, apakah pengertian mereka mengenai pelajaran tersebut
Untuk menjawab pertanyaan itu para peneliti tradisional (para peneliti yang menggunakan pendekatan
kuantitatit0 akan membentuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, mengukur kemajuannya
dengan menggunakan test. Hasil pengukuran dari kelompok eksperimen dibandingkali dengan hasil
23
pengukuran dari kelompok kontrol.Berdasarkan hasil test tersebut, disimpulkan bahwa apakah guru
tersebut berhasil atau gagal dalam metode yang telah dicobakan. Sebaliknya, para guruyang sehari-
harinya mengajar di kelas berpendapat bahwa mereka tidak dapat memaksakan diri untuk mengikuti
struktur penelitian pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya seperti itu, dan jika mereka gagal
menurut tolok ukur pendekatan penelitian seperti itu, mereka merasa Karena ada ketidak cocokan.
Action research berpandangan bahwa masalahnya bukan cocok atau tidak cocok; yang keliru adalah
bahwa manusia tidak dapat digolongkan ke dalam kategori-kategori dan sistem-sistem tertentu; dan
tidak dapat dipaksa untuk memberi reaksi sesuai dengan teori tertentu.
Menurut para pakar action research cara berfikir mekanistis seperti yang diuraikan di atas merupakan
dasar pandangan tradisional dari penelitian pendidikan. Pandangan tersebut didasarkan pada metode
yang mencoba mengukur dan mengkuantifikasi, seolah-olah manusia dapat dipredik. Action research
berusaha untuk memberi makna kepada situasidari sudut pandang yang berlainan. Bila para pakar
penelitian tradisional memandang fungsinya sebagai pemecahan masalah , maka action research
dipandang sebagai pengajuan masalah . Action research berupaya mencari pertanyaan yang benar
Dalam contoh di atas, guru akan mengadakan intropeksi mengenai pelaksanaan mengajar di kelasnya
sendiri. Mengapa ia tidak puas dengan situasi yang dihadapinya sekarang? Apa yang ingin ia rubah?
Bagaimana ia akan mengamati reaksi-reaksi terhadap tindakan yang akan ia lakukan tersebut?
penemuan-penemuannya?
pertanyaan yang setiap guru siap untuk menanyakan kepada diri sendiri mengenai apa yang terjadi,
dan kesiapannya untuk menjawab secara jujur dan dengan mengikat konsekuensi yang akan
dihadapinya.
Konsekuensi-konsekuensi itu tentu mengandung perubahan, tetapi perubahan yang ditujukan untuk
perbaikan. Perbaikan tersebut tidak akan terjadi apabila ia tidak sadar atau tanggap akan standard
24
profesinya sendiri. Action research adalah suatu instrumen yang digunakan dengan penuh
Namun, salah satu dari tantangan terhadap action research adalah bahwa memperbaiki mutu
mengajar adalah hal yang harus senantiasa dilakukan oleh guru yang baik; ia harus terus-menerus
sadar mengenai praktek di kelasnya dan berusaha untuk memperbaiki praktek tersebut. Orang-orang
yang skeptis terhadap action research menyatakan bahwa ini bukan penelitian, melainkan hanya
mengajar yang baik. Sebaliknya para pakar action rsearch mengatakan bahwa action research tidak
berhenti di situ, dan ia merupakan cara untuk menghalang situasi belajar-mengajar. Action research
bukan sekedar mengajar.Action research mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan
menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan
perbaikan mengajar. Action research mendorong para guru untuk berani bertindak dan berfikir kritis
dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai
http://72.14.235.104/search?q=cache:vHS5jgDpMtAJ:www.ditplb.or.id/new/index.php%3Fmenu%3Dpro
file%26pro%3D87+Action+Research+KELAS&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id
25
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
A. PENGERTIAN
Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh
guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-
masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua
(CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan
Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa
saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang
bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum
kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action
research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip
26
Penelitian Formal Classroom Action Research
Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru/dosen
Kerepresentatifan sampel tidak
Sampel harus representatif
diperhatikan
Instrumen yang valid dan reliabel tidak
Instrumen harus valid dan reliabel
diperhatikan
Tidak diperlukan analisis statistik yang
Menuntut penggunaan analisis statistik
rumit
Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis
Memperbaiki praktik pembelajaran secara
Mengembangkan teori
langsung
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action
memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin
terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting),
Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting
dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang
C. MASALAH CAR
27
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan
masalah CAR.
Setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada
putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk
CAR sungguh ironis. Merenunglah barang sejenak, atau ngobrollah dengan teman
sejawat, Anda akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah
pengelolaan kelas. Jika Anda berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi
sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada
pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media,
Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda
berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori
28
Jika Anda yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca
kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan
CAR untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku
masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan
lain yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible),
berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang
berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di
Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu
besar untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang
cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks
mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk
Anda pecahkan.
Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara
terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa
dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya
menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang
29
6. Masalah yang Cukup Besar dan Strategis
Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah
yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata
proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti
pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar)
merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan
demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas.
Akhirnya Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang Anda teliti.
Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran Anda terhadap masalah itu dan
keinginan Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan.
Jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda ingin mempunyai masalah yang
berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda
9. Perlunya Kolaborasi
30
Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam collaborative action
reseach Anda perlu bertukar fikiran dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis
1. Identifikasi Masalah
2. Pemilihan Masalah
Anda tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara
sekaligus, dalam suatu action research yang berskala kelas. Masalah-masalah itu
berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang
satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan
terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan
sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun masalah-
masalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai
prerekuisit. Akhirnya Anda pilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya
“Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang
lain.”
3. Deskripsi Masalah
31
Setelah Anda memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci mungkin
untuk memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu untuk dipecahkan ditinjau
dari pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang
terlibat.
Contoh: “Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi,
dan sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke
pelajaran lain. Pelajaran yang saya berikan adalah geografi, tetapi saya sering
mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah.
Ketika saya minta siswa mengemukakan hipotesis tentang pengaruh Danau Toba
mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran
geografi. Saya khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan
dapat diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya
setiap hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang
tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa
mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga
mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata
pelajaran lain.”
4. Rumusan Masalah
32
Setelah Anda memilih satu masalah secara seksama, selanjutnya Anda perlu
merumuskan masalah itu secara komprehensif dan jelas. Sagor (1992) merinci
5. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan
hipotesis tindakan).
• Siswa di SLTP-X tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang
• Grup action research percaya bahwa hal ini merupakan hasil dari jadwal mata
pertanyaan 2)
bahasa, dan IPS dalam satuan pelajaran interdisiplin berjudul Masyarakat dan
33
Contoh pertanyaan penelitian:
1. Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu
2. Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata
4. Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas
1. Kajian Teori
tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan diberikan, Anda perlu merujuk pada
teori-teori yang sudah ada. Tujuannya sekedar meyakinkan bahwa apa yang Anda
Anda juga perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk CAR, siapa tahu apa
yang akan Anda lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang lain; Anda dapat
mengambil manfaat dari pengalaman orang itu. Manfaat lain yang lebih penting, Anda
34
akan mengetahui trend-trend baru yang sedang diperhatikan atau diteliti oleh para
guru di seluruh dunia. Sekarang ini sedang nge-trend pembelajaran yang bernuansa
competency based curriculum yang semua berorientasi pada kepentingan siswa. Jika
penelitian Anda masih berkutat pada pemberian drill dan PR agar nilai UAN mereka
akan dipertanyakan.
2. Hipotesis Tindakan
Lakukanlah analisis penyebab masalah secara seksama agar tindakan yang Anda
rencanakan berjalan dengan efektif. Hipotesis tindakan dapat Anda tuliskan secara
eksplisit, tetapi dapat juga tidak karena pada dasarnya Anda belum tahu tindakan
F. METODOLOGI
1. Setting Penelitian
Setting penelitian perlu Anda uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain
yang ingin meniru keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-
masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian
Anda.
35
Dalam melakukan CAR kegiatan mengajar standar (biasa) berlangsung secara alami;
tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi perlakuan secara khusus dan diamati
rencana pelajaran, lembaran kerja, dan alat bantu pembelajaran lainnya adalah
langkah pembelajaran standar, bukan CAR. Asumsinya CAR dilaksanakan oleh guru
3. Tahap Perencanaan
dengan CAR. Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya bagian
yang diubah saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jika perubahan itu
diletakkan dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar
Yang sering terjadi dalam CAR selama ini pembelajaran standar belum dilaksanakan
sehingga CAR menjadi wahana untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu
terlihat dari latar belakang yang diuraikan secara emosional oleh peneliti, umumnya
36
uraian latar belakang itu tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Secara
4. Siklus-siklus
Dalam CAR siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis
lain; oleh karena itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya
Dalam penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan.
Dalam CAR hasil yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi
sampai berhasil.
Siklus terdiri dari (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi;
dan (5) perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang
atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research yang berskala
kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah.
carta. Dalam “perencanaan” yang Anda uraikan adalah tentang carta itu saja,
misalnya “Tiap pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.”
37
Dalam “pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap
pertemuan bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap pertemuan hanya
dapat dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu
carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengelaborasi “pelaksanaan” itu
dengan menyebutkan carta-carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang
paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan,
berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb., dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-
yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang mengapa terjadi
Dalam action reseach selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai
2. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus-
(triangulasi). Sebagai analogi, jika selama satu minggu suhu badan pasien
38
disimpulkan bahwa kondisinya telah kembali normal. Itu digabungkan dengan
data pengamatan lain selama seminggu juga seperti perilaku, nafsu makan,
3. Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus
siklus kedua dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya
ingin menunjukkan bahwa metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini
Untuk materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.
5. Instrumen
Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan CAR.
Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangulasi
dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.
G. HASIL PENELITIAN
1. Siklus-siklus Penelitian
Hasil penelitian CAR tidak hanya berisi data hasil observasi, melainkan justru proses
perbaikan yang dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk menyajikan
hasil penelitian. Data hasil observasi tidak disajikan secara terpisah melainkan dalam
39
Tabel, diagram, dan grafik sangat baik digunakan untuk menyajikan data hasil
observasi. Gunanya agar refleksi dapat dilakukan lebih mudah. Tetapi sajian yang
cantik itu bisa menjadi blunder manakala angka-angkanya diatur sedemikain rupa
sehingga terkesan artificial. Hasil yang begitu spektakuler seringkali tidak disertai
ragu.
Hasil-hasil yang otentik seperti karangan siswa, gambar hasil karya siswa, dan foto
tentang proyek yang dilakukan siswa akan sangat baik dicantumkan sebagai hasil
penelitian.
H. KESIMPULAN CAR
1. Kesimpulan
atas di samping menuntut jawaban yang berupa hasil juga menuntut prosesnya.
1. Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu
mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain ? Jawaban atas pertanyaan ini bisa
diperoleh melalui tes awal dan atau selama proses pembelajaran berlangsung.
Walaupun baru berupa daftar kesulitan yang dialami siswa, temuan ini cukup
40
berarti bagi guru-guru lain. Kita sendiri pada saat ini belum bisa
2. Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata
pelajaran yang disukai ? Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah guru
menghubungkan berbagai mata pelajaran dalam materi tes awal atau selama
ini dapat diperoleh melalui kuesioner dan atau wawancara pada awal
4. Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas
mata pelajaran tunggal ?Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah siswa
diberi perlakukan yang berbeda; misalnya satu kelas diberi pelajaran multi
disiplin, dan kelas lain diberi pelajaran yang terpisah-pisah, seperti biasanya.
Ini tampaknya merupakan fokus dari CAR. Jika ditemukan bahwa mata
Jadi kesimpulan penelitian CAR akan kurang bermanfaaat jika bunyinya hanya
Kesimpulan ini mirip dengan yang diinginkan penelitian kuantitatif. Guru lain yang
41
media itu bisa meningkatkan hasil belajar. Jadi kesimpulan itu masih harus diikuti
dengan proses atau rinciannya, seperti a) Transparansi OHP lebih disukai siswa
daripada media lain, b) Paling banyak hanya 10 transparansi dapat ditunjukkan dalam
satu presentasi, jika lebih dari itu siswa akan bosan; c) Presentasi pada awal
pembelajaran cenderung lebih disukai; d) Penjelasan yang terlalu lama terhadap satu
transparansi cenderung membuat siswa bosan; dan e) Satu kali presentasi sebaiknya
2. Saran
Karena CAR bersifat kontekstual, pemberian saran kepada orang lain berdasarkan
secara rinci sudah cukup untuk memberikan informasi bagi guru lain yang ingin
meniru keberhasilan Anda. Saran seperti “Program CAR ini perlu lanjutkan dan
diperluas untuk tahun-tahun mendatang,” juga kurang begitu perlu, bahkan kurang
relevan.
Saran CAR diperlukan misalnya jika temuan penelitian menyangkut sistem yang lebih
luas dari sekedar kelas, misalnya menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal
pelajaran di sekolah. Dalam hal itu peneliti dapat menyarankan tentang jadwal yang
I. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka mencerminkan penguasaan Anda atas teori belajar dan pembelajaran
yang Anda minati. Di samping itu, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, daftar
42
pustaka mencerminkan keluasan pengetahuan Anda atas penelitian-penelitien terbaru
yang sedang ngetren. Selama ini guru peneliti sering mencantumkan nama-nama ahli
*) Dr. Supriyadi M. Pd. adalah staf pengajar pada Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Negeri Jakarta.
Cisarua, Bogor.
Tulisan lain tentang Penelitian Tindakan Kelas dalam bentuk tayangan slide bisa Anda
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/12-penelitian-tindakan-kelas-02/
43
IMPLEMENTASI TINDAKAN KELAS
Oleh: Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Kisyani Laksono
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan
pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan
baik di sini berarti pihak yang terlibat (dosen dan guru) mencoba dengan sadar
mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah
pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat
memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati
pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar
berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan.
Makalah ini membahas bagaimana implementasi penelitian tindakan kelas untuk peningkatan
kualitas pembelajaran yang mencakup diagnosis dan penetapan masalah yang ingin
diselesaikan, bentuk dan skenario tindakan, pengembangan instrumen untuk mengukur
kebehasilan tindakan, serta prosedur analisis dan interpretasi data penelitian.
Masalah PTK yang merupakan penelitian kolaborasi antara dosen dan guru di sekolah
hendaknya berasal dari persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Oleh karena
itu, diagnosis masalah hendaknya tidak dilakukan oleh dosen lalu “ditawarkan” kepada guru
untuk dipecahkan tetapi sebaiknya dilakukan bersama-sama oleh dosen dan guru. Pada
kenyataannya dosen dapat mengajak guru untuk berkolaborasi melakukan PTK dan
menanyakan masalah-masalah apa yang dihadapi guru yang mungkin dapat diteliti melalui
PTK. Guru yang telah berpengalaman melakukan penelitian tindakan kelas mungkin dapat
langsung mengatakan permasalahan yang dihadapinya yang mungkin dapat diteliti bersama
dan kemudian membahas masalah tersebut dengan dosen.
Lain halnya dengan guru yang belum berpengalaman dalam PTK. Guru tersebut mungkin
belum dapat secara langsung mengemukakan permasalahan yang mungkin dapat diteliti
bersama dosen. Dalam hal ini dosen perlu meminta izin kepada guru untuk hadir di kelas dan
mengamati guru mengajar. Setelah pembelajaran berakhir dosen dapat terlebih dahulu
menanyakan kepada guru masalah apa yang dirasakan guru pada saat pembelajaran sebelum
mengusulkan salah satu permasalahan yang dipikirkan dosen. Dosen baru-boleh mengajukan
permasalahan bila guru tidak dapat mendeteksi adanya masalah di kelasnya.
Di dalam mendiagnosis masalah untuk PTK ini guru dan dosen harus ingat bahwa tidak semua
topik penelitian dapat diangkat sebagai topik PTK. Hanya masalah yang dapat “dikembangkan
berkelanjutan” dalam kegiatan harian selama satu semester atau satu tahun yang dapat dipilih
menjadi topik. “Dikembangkan berkelanjutan” berarti bahwa setiap waktu tertentu, misalnya 2
minggu atau satu bulan, rumusan masalahnya, atau hipotesis tindakannya, atau pelaksanaannya
44
sudah perlu diganti atau dimodifikasi. Dalam kegiatan di kelas, guru dapat mencermati
masalah-masalah apa yang dapat dikembangkan berkelanjutan ini dalam empat bidang yaitu
yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, proses belajar-mengajar, pengembangan/penggunaan
sumber-sumber belajar, maupun sebagai wahana peningkatan personal dan profesional.
PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dapat dilakukan dalam rangka: 1) meningkatkan
kegiatan belajar-mengajar, 2) meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, 3) menerapkan
pendekatan belajar-mengajar inovatif, dan 4) mengikutsertakan pihak ketiga dalam proses
belajar-mengajar. PTK yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar dapat dilakukan dalam
rangka: 1) menerapkan berbagai metode mengajar, 2) mengembangkan kurikulum, 3)
meningkatkan peranan siswa dalam belajar, dan 4) memperbaiki metode evaluasi. PTK yang
dikaitkan dengan pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan pemanfaatan 1) model atau peraga, 2) sumber-sumber lingkungan, dan
3) peralatan tertentu. PTK sebagai wahana peningkatan personal dan profesional dapat
dilakukan dalam rangka 1) meningkatkan hubungan antara siswa, guru, dan orang tua, 2)
meningkatkan “konsep diri” siswa dalam belajar, 3) meningkatkan sifat dan kepribadian siswa,
serta 4) meningkatkan kompetensi guru secara profesional. Jadi, masalah penelitian yang
dipilih hendaknya memenuhi kriteria “dapat diteliti”, dapat “ditindaki”, dan “ditindaklanjuti”.
Contoh permasalahan ada di Lampiran 1.
Dari sekian banyak kemungkinan masalah, guru bersama dosen perlu mendiagnosis masalah
apa atau masalah mana yang perlu diprioritaskan pemecahannya dalam penelitian yang akan
dilakukan bersama itu.
Penetapan masalah hendaknya dilakukan bersama oleh dosen dan guru setelah menganalisis
seluruh pilihan masalah, minat, dan keinginan guru serta dosen (bersama) untuk memecahkan
salah satu atau beberapa di antaranya. Penetapan masalah ini ditandai dengan penentuan
permasalahan yang akan diteliti dan perumusan fokus masalahnya. Rumusan fokus masalah
yang mungkin ditetapkan bersama antara guru dan dosen dapat berupa rumusan sebagai
berikut: Bagaimana membelajarkan siswa materi tertentu agar siswa mau dan mampu belajar?
Masalah-masalah lain yang mungkin dihadapi guru dapat berupa:
• Bagaimana meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar? yang “ideal” itu
dapat meningkatkan antusiasme siswa sehingga mereka sepertinya “tidak sabar”
menunggu-nunggu datangnya jam pelajaran yang dibina oleh guru tersebut;
• Bagaimana mengajak siswa agar di kelas mereka benar-benar aktif belajar (aktif secara
mental maupun fisik, aktif berpikir)?
• Bagaimana menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan siswa
sehari-hari agar mereka dapat menggunakan pengetahuan dan pemahamannya
mengenai materi itu dalam kehidupan sehari-hari dan tertarik untuk mempelajarinya
karena mengetahui manfaatnya?
• Bagaimana memilih strategi pembelajaran yang paling tepat untuk membelajarkan
materi?
• Bagaimana melaksanakan pembelajaran kooperatif?
Striger (2004) memberikan arahan untuk memfokuskan penelitian dengan jelas setelah
melakukan refleksi mengenai apa yang terjadi yang memunculkan masalah dan apa isu serta
45
peristiwa yang terkait dengan masalah. Isu atau masalah itu harus dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan yang dapat diteliti dan diidentifikasi tujuan meneliti masalah tersebut.
Isu atau topik yang ingin diteliti: Definisikan apa isu atau peristiwa yang menimbulkan
permasalahan.
Tujuan penelitian:Deskripsikan apa yang diharapkan dapat diperoleh dengan meneliti masalah
ini.
Misalnya dipilih masalah sebagai berikut.
Isu : Siswa kurang aktif di kelas, cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan dalam
pembelajaran. Guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi hampir
tidak ada siswa yang bertanya.
Masalah : Siswa perlu digalakkan untuk aktif dalam kelas, aktif secara utuh (sedapat mungkin
“hands on” atau “minds on”, bahkan juga kalau mungkin “hearts on”).
Fokus masalah: Bagaimana meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas?
Rumusan masalah PTK yang lengkap biasanya berupa suatu pertanyaan dalam bentuk
“Masalah apa yang terjadi di kelas, bagaimana upaya mengatasinya, apa tindakan yang
dianggap tepat untuk itu, di kelas, dan sekolah mana hal itu terjadi?”
Contoh fokus masalah (rumusan masalah yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi
penelitian): Bagaimana peningkatan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara “hands on”,
“minds on” maupun “hearts on” ?
Setelah ditetapkan fokus masalah seperti itu, dosen dan guru berdiskusi mengadakan gagas
pendapat mengenai tindakan apa saja yang dapat dipilih untuk memecahkan masalah.
Gagas pendapat mengenai tindakan apa saja yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi
akan menghasilkan banyak alternatif tindakan yang dapat dipilih.
Dosen dan guru perlu membahas bentuk dan macam tindakan (atau tindakan-tindakan) apa
yang kira-kira paling dikehendaki untuk dicoba dan dilaksanakan dalam kelas. Bentuk dan
macam tindakan ini kemudian dimasukkan dalam judul usulan penelitian yang akan disusun
bersama oleh dosen dan guru.
Tindakan yang dipilih dapat disebutkan sebagai suatu nama tindakan (misalnya penugasan
siswa membaca materi pelajaran 10 menit sebelum pembelajaran) atau dalam bentuk
46
penggunaan salah satu bentuk media pembelajaran (misalnya penggunaan peta konsep,
penggunaan lingkungan sekitar sekolah, penggunaan sungai, dan seterusnya), atau dapat pula
dalam bentuk suatu strategi pembelajaran (misalnya strategi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw atau STAD atau TGT atau GI, strategi pembelajaran berbasis masalah dan seterusnya).
Contoh tindakan untuk rumusan masalah di atas: problem posing .
Bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan dalam PTK perlu direncanakan dengan
cermat. Perencanaan pelaksanaan tindakan ini dituangkan dalam bentuk Rencana Pembelajaran
(RP) atau dalam bentuk Skenario Pembelajaran. Dalam makalah ini dilampirkan (Lampiran 2)
contoh salah satu RP untuk pembelajaran dengan Problem Posing (Chotimah dkk., 2005).
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan
prosedur dan langkah PTK. Instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan dapat dipahami
dari dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati.
1. Dari sisi proses
Dari sisi proses (bagan alirnya), instrumen dalam PTK harus dapat menjangkau masalah yang
berkaitan dengan input (kondisi awal), proses (saat berlangsung), dan output (hasil).
a. Instrumen untuk input
Instrumen untuk input dapat dikembangkan dari hal-hal yang menjadi akar masalah beserta
pendukungnya. Misalnya: akar masalah adalah bekal awal/prestasi tertentu dari peserta didik
yang dianggap kurang. Dalam hal ini tes bekal awal dapat menjadi instrumen yang tepat. Di
samping itu, mungkin diperlukan pula instrumen pendukung yang mengarah pada
pemberdayaan tindakan yang akan dilakukan, misalnya: format peta kelas dalam kondisi awal,
buku teks dalam kondisi awal, dst.
Instrumen yang digunakan pada saat proses berlangsung berkaitan erat dengan tindakan yang
dipilih untuk dilakukan. Dalam tahap ini banyak format yang dapat digunakan. Akan tetapi,
format yang digunakan hendaknya yang sesuai dengan tindakan yang dipilih.
c. Instrumen untuk output
Adapun instrumen untuk output berkaitan erat dengan evaluasi pencapaian hasil berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan. Misalnya: nilai 75 ditetapkan sebagai ambang batas peningkatan
(pada saat dilaksanakan tes bekal awal, nilai peserta didik berkisar pada angka 50), maka
pencapaian hasil yang belum sampai pada angka 75 perlu untuk dilakukan tindakan lagi (ada
siklus berikutnya).
Selain dari sisi proses (bagan alir), instrumen dapat pula dipahami dari sisi hal yang diamati.
Dari sisi hal yang diamati, instrumen dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: instrumen
47
untuk mengamati guru (observing teachers), instrumen untuk mengamati kelas (observing
classroom), dan instrumen untuk mengamati perilaku siswa (observing students) (Reed dan
Bergermann,1992).
Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari tentang metode dan
strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas, respon siswa
terhadap lingkungan kelas, dsb. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah catatan
anekdotal (anecdotal record).
Catatan anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan
tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Catatan anekdotal mencatat kejadian di
dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan itu memuat
deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal tidak
mempersyaratkan pengamat memperoleh latihan secara khusus. Suatu catatan anekdotal yang
baik setidaknya memiliki empat ciri, yaitu:
pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di kelas, tujuan, batas
waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas, hasil pengamatan dicatat lengkap dan hati-hati, dan
pengamatan harus dilakukan secara objektif.
Beberapa model catatan anekdotal yang diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) dan dapat
digunakan dalam PTK, antara lain:
Catatan Anekdotal Pola Pengelompokan Belajar (Anecdotal Record Form for Grouping
Patterns),
Catatan Anekdotal Aktivitas Pembelajaran (Anecdotal Record of Pre-, Whilst-, and Post-
Teaching Activities) ,
Catatan Anekdotal Membantu Siswa Berpartisipasi (Checklist for Routine Involving Students),
dsb.
48
Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian
yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-
praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, pengamatan itu dapat
menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan hambatan
pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang
lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas.
Beberapa model catatan anekdotal kelas yang diusulkan oleh Reed dan Bergermann (1992) dan
dapat digunakan dalam PTK, antara lain:
d) Format Skala Pengkodean Lingkungan Sosial Kelas (Form for Coding Scale of Classroom
Social Environment),
e) Lembar Cek Wawancara Personalia Sekolah (Checklist for School Personnel Interviews),
Pengamatan terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik.
Masing-masing individu siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat
berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat
diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan
diimplementasikan, dan seusai tindakan.
Beberapa model pengamatan terhadap perilaku siswa diusulkan oleh Reed dan Bergermann
(1992) yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain:
49
e) Sistem Koding Partisipasi Siswa (Coding System to Observe Student Participation in
Lessons),
h) Sosiogram, dsb
Adapun instrumen lain selain catatan anekdotal yang dapat digunakan dalam pengumpulan
data PTK dapat berwujud:
Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses
pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan
(format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran
interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan kelas (cf. Mills, 2004: 19).
Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan
proses lainnya. Catatan lapangaan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan
untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses .
Untuk memperoleh data dan atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil
observasi, tim peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah dan
fasilitator yang berkolaborasi. Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan
dengan sikap, pendapat, atau wawasan .
Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur. Wawancara hendaknya dapat
dilakukan dalam situasi informal, wajar, dan peneliti berperan sebagai mitra. Wawancara
hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman wawancara agar semua informasi
dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula
dilakukan secara bebas. Guru yang berkolaborasi dapat berperan pula sebagai pewawancara
terhadap siswanya. Namun harus dapat menjaga agar hasil wawancara memiliki objektivitas
yang tinggi.
Indikator untuk angket atau kuesioner dikembangkan dari permasalahan yang ingin digali.
Dokumen yang dikaji dapat berupa: daftar hadir, silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya
guru, arsip, lembar kerja dll.
50
(5) Tes dan Asesmen Alternatif
Pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya
dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai
prosedur asesmen (cf. Tim PGSM, 1999; Sumarno, 1997; Mills, 2004).
Dalam Lampiran 3-17 dicontohkan beberapa macam instrumen yang dapat digunakan oleh
peneliti (Chotimah dkk. 2005; Tim Biologi SMA Lab. UM 2005)
Instrumen ini dikembangkan pada saat penyusunan usulan penelitian atau dikembangkan
setelah usulan penelitian disetujui untuk didanai dan dilaksanakan. Keuntungannya bila
instrumen dikembangkan pada saat penyusunan usulan adalah peneliti telah mempersiapkan
diri lebih dini sehingga peneliti dapat lebih cepat mengimplementasikannya di lapangan.
Pengukuran keberhasilan tindakan sedapat mungkin telah ditetapkan caranya sejak awal
penelitian, demikian pula kriteria keberhasilan tindakannya. Keberhasilan tindakan ini disebut
sebagai indikator keberhasilan tindakan. Indikator keberhasilan tindakan biasanya ditetapkan
berdasarkan suatu ukuran standar yang berlaku. Misalnya: pencapaian penguasaan kompetensi
sebesar 75% ditetapkan sebagai ambang batas ketuntasan belajar (pada saat dilaksanakan tes
awal, nilai peserta didik berkisar pada angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai
75% diartikan masih perlu dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya).
Dalam PTK, perhatian lebih kepada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi bahwa
metodologi yang dipakai lebih dapat diterapkan terhadap pemahaman situasi problematik
daripada atas dasar prediksi di dalam parameter.
a. validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai (saturasi, triangulasi, atau jika
memang perlu uji statistik);
c. tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor dengan teknik penelitian kelas.
Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah dilakukan
dalam tahap pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar kembali hasil rekaman proses
pembelajaran dengan video tape recorder guru mengamati kegiatan mengajarnya dan
membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama dengan dosen. Pada
proses analisis dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa
terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang
diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut
51
2. Validasi hipotesis
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan
keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini
dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan
keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis
tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu
dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan
lagi data tambahan. Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi
tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh
divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk
memperoleh kesimpulan yang objektif.
Di Bab Hasil dan Pembahasan Penelitian dalam Laporan PTK pada umumnya peneliti terlebih
dulu menyajikan paparan data yang mendeskripsikan secara ringkas apa saja yang dilakukan
peneliti sejak pengamatan awal (sebelum penelitian) yaitu kondisi awal guru dan siswa diikuti
refleksi awal yang merupakan dasar perencanaan tindakan siklus I, dilanjutkan dengan paparan
mengenai pelaksanaan tindakan, hasil observasi kegiatan guru, observasi situasi dan kondisi
kelas dan hasil observasi kegiatan siswa. Paparan data itu kemudian diringkas dalam bentuk
temuan penelitian yang berisi pokok-pokok hasil observasi dan evaluasi yang disarikan dari
paparan data.
Berikutnya berdasarkan temuan data dilakukan refleksi hasil tindakan siklus 1 yang dijadikan
dasar untuk merencanakan tindakan untuk siklus ke 2. Di sini dapat dibandingkan hasil siklus 1
dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 1 yang telah ditetapkan berdasarkan refleksi
awal.
Paparan data siklus dua juga lengkap mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi.
Ringkasan paparan data dicantumkan dalam bentuk temuan penelitian. Temuan ini menjadi
dasar refleksi tindakan siklus ke 2, termasuk apakah perlu dilanjutkan dengan pelaksanaan
tindakan untuk siklus ke 3. Peneliti dapat membandingkan hasil siklus 2 ini dengan indikator
keberhasilan tindakan siklus 2 yang telah ditetapkan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus
ke 1.
52
Jadi prosedur analisis dan interpretasi data penelitian dilaksanakan secara deskriptif kualitatif
dengan meringkas data (reduksi data), saturasi dan triangulasi.
E. Penutup
PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
keprofesionalan guru maupun dosen. Dalam pelaksanaannya dosen dan guru perlu melakukan
segala langkah penelitian ini secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal hingga akhir. Ciri
khas penelitian ini ialah adanya masalah pembelajaran dan tindakan untuk memecahkan
masalah ini. Penelitian tindakan sebenarnya dapat dilakukan oleh guru atau dosen sendiri-
sendiri atau seperti dalam pelatihan ini, guru dan dosen dapat saling berkolaborasi. Tahapan
penelitian dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi refleksi yang dapat
diulang sebagai siklus. Refleksi merupakan pemaknaan dari hasil tindakan yang dilakukan
dalam rangka memecahkan masalah. Disarankan guru dan dosen dapat secara kolaboratif
melakukan tindakan kelas ini untuk peningkatan keprofesionalannya.
Proposal usulan penelitian tindakan kelas perlu dibuat sebagai pedoman (tuntunan) dalam
melaksanakan penelitian. Dalam penyusunan usulan yang sesungguhnya guru peneliti harus
berusaha memenuhi ketentuan, kriteria atau standar yang ditetapkan oleh sponsor atau lembaga
pemberi dana. Saran lainnya ialah banyak membaca laporan penelitian, artikel dan sumber-
sumber mengenai penelitian tindakan kelas.
Di hadapan para bapak ibu dosen yang hadir dalam pelatihan kali ini saya sampaikan harapan
masa depan saya mengenai PTK ini yaitu agar makin banyak guru maupun dosen sains seluruh
Indonesia yang melaksanakan PTK.
Keinginan lainnya adalah agar dalam pelaksanaan PTK itu dosen dan guru tidak hanya sekedar
melaksanakan, tapi juga mengkomunikasikan hasilnya kepada rekan-rekan guru dan dosen lain
melalui media komunikasi (majalah) yang sudah ada sekarang. Saya pikir kita juga sudah
punya organisasi profesi sehingga pertemuan periodik antar guru dan dosen untuk
pengembangan profesi dapat direncanakan dan dilaksanakan secara lebih terjadwal. Melalui
pertemuan ilmiah dan majalah ilmiah itu antara para guru dan dosen bidang studi diharapkan
dapat terjadi saling tukar informasi, pengalaman, dan pemikiran untuk peningkatan
keprofesionalan guru dan dosen.
Akhir kata, saya ingatkan kembali bahwa profesi guru dan dosen adalah profesi yang
memerlukan pengembangan terus-menerus, karenanya setiap guru dan dosen harus selalu siap,
mau, dan mampu untuk membelajarkan dirinya sepanjang hayat agar dapat lebih mampu
membelajarkan anak didiknya. PTK merupakan salah satu sarana belajar sepanjang hayat yang
penting yang perlu dikuasai oleh setiap guru dan dosen yang mau mengembangkan
keprofesionalannya.
http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/01/implementasi-penelitian-tindakan-kelas/
53