You are on page 1of 10

PENYAKIT MASTITIS PADA TERNAK PERAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ilmu Produksi Ternak Perah

ARIMBI ARISTYA 105050100111053

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam pemeliharaan ternak, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Secara umum penyakit hewan adalah segala sesuatu yang menyebabkan hewan menjadi tidak sehat. Hewan sehat adalah hewan yang tidak sakit dengan ciri-ciri (a) bebas dari penyakit yang bersifat menular atau tidak menular, (b) tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia sebagai konsumen, dan (c) mampu berproduksi secara optimum. Banyak sekali penyakit yang dapat menyerang sapi perah namun demikian yang terpenting adalah mastitis, anthrax, PMK (penyakit mukut dan kuku), BSE atau mad cow dan lainnya. Disamping itu penyakit yang mungkin sehari-hari dapat dihadapi peternak seperti busuk kuku (foot rot), kembung perut dan lain-lainnya. Mastitis merupakan penyakit yang sering terjadi pada sapi perah dan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi peternakan sapi perah di seluruh dunia. Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh mastitis, terutama mastitis subklinis, meliputi penurunan produksi dan mutu susu, peningkatan biaya perawatan dan pengobatan, pengafkiran ternak lebih awal serta pembelian sapi perah baru. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan di atas, dibuat rumusan masalah sebagai berikut : y Apa yang dimaksud mastitis? y Apa penyebab penyakit mastitis dan cara penyebaran penyakit? y Bagaimana gejala penyakit mastitis? y Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan penyakit mastitis? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : y Untuk mengetahui definisi penyakit mastitis y Untuk mengetahui apa saja penyebab penyakit mastitis dan cara penyebarannya y Untuk memahami gejala penyakit mastitis y Untuk memahami cara pencegahan dan pengobatan mastitis pada ternak

BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi Mastitis merupakan penyakit yang sering terjadi pada sapi perah dan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi peternakan sapi perah di seluruh dunia. Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh mastitis, terutama mastitis subklinis, meliputi penurunan produksi dan mutu susu, peningkatan biaya perawatan dan pengobatan, pengafkiran ternak lebih awal serta pembelian sapi perah baru. (Tirnata, 2007) Mastitis adalah penyakit yang terkait dengan ambing susu yang meradang karena penyakit atau proses infeksi yang secara signifikan dapat mengurangi volume susu pada industri sapi perah. Ada dua jenis mastitis yang non infektius (1% kasus mastitis pada ketegori ini yang dapat berkibat kerusakan fisik) namun selebihnya adalah infektius yang diakibatkan oleh infeksi oleh Streptococcus (Baharudin, 2010). Mastitis atau radang ambing merupakan penyakit terpenting pada sapi perah, tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia (Anonymous b, 2010). Mastitis sangat merugikan karena mengakibatkan (Hidayat, 2009) : a. Produksi susu menjadi turun 25 30% atau berhenti sama sekali b. Kualitas susu menjadi turun sehingga tidak dapat dijual atau tidak dapat dikonsumsi c. Biaya perawatan menjadi meningkat d. Ternak perah diafkir lebih awal

2.

Penyebab dan Penyebaran Penyakit Mastitis Mastitis dipengaruhi oleh interaksi 3 faktor yaitu ternak itu sendiri, mikroorganisme

penyebab mastitis dan faktor lingkungan. Menurut para ahli penyebab utama mastitis adalah kuman Streptococcus agalactiae, Streptococcus dysagalactae, Streptococcus uberis, Staphylococcus aureus dan Coliform (Anonymous b, 2010). Dua kuman penyebab yang terpenting yaitu Streptococcus agalactiae dan Staphylococcus aureus. y Streptococcus agalactiae Streptococcus adalah sel yang bulat atau sferis, tersusun berpasangan atau dalam bentuk rantai, merupakan bakteri Gram positif. Streptococcus adalah golongan bakteri yang heterogen. Streptococcus memfermentasi glukosa dengan produk utama adalah asam laktat,

tidak pernah berupa gas. Banyak spesies merupakan anggota dari mikroflora normal pada membran mukosa pada manusia ataupun hewan, dan beberapa bersifat patogenik (Wijayani, 2007). Klasifikasi bakteri Streptococcus agalactiae menurut Lehmann and Neumann (1896) dalam Wijayani (2007) : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Bacteria : Firmicutes : Bacilli : Lactobacillales : Streptococcaceae : Streptococcus : Streptococcus Agalactiae

y Staphylococcus aureus Identifikasi untuk membedakan antara S. aureus dengan stafilokokus lainnya merupakan faktor utama sebagai salah satu langkah dalam penanganan kasus mastitis, dimana cara yang dilakukan sebagian besar masih bergantung atas dasar kriteria fenotipik yang tampak, antara lain meliputi morfologi pertumbuhan koloni, uji katalase untuk membedakan dari streptokokus, adanya produksi enzim koagulase serta adanya fermentasi mannitol pada Mannitol Salt Agar (MSA). Faktor patogenitas S. aureus berhubungan dengan adanya produksi enzim koagulase, yang membedakan S. aureus dari stafilokokus lainnya (Tirnata, 2007) Proses mastitis hampir selalu dimulai dengan masuknya mikroorganisme ke dalam kelenjar melalui lubang puting (sphincter puting). Sphincter puting berfungsi untuk menahan infeksi kuman. Pada dasarnya, kelenjar mammae sudah dilengkapi perangkat pertahanan, sehingga air susu tetap steril. Perangkat pertahanan yang dimiliki oleh kelenjar mammae, antara lain : perangkat pertahanan mekanis, seluler dan perangkat pertahanan yang tidak tersifat (non spesifik). Tingkat pertahanan kelenjar mammae mencapai titik terendah saat sesudah pemerahan, karena sphincter masih terbuka beberapa saat, sel darah putih, antibodi serta enzim juga habis, ikut terperah (Rahayu, 2011).

Adapun faktor yang mempermudah terjadinya mastitis (Hidayat, 2009) :  Kondisi ternak tersebut, seperti penyakit yang diderita (radang rahim, mencret, radang kuku, infeksi kulit ambing)  Bentuk ambing. Ambing yang bergantung sangat rendah akan mudah kontak dengan lantai kandang sehingga berisiko terserang mastitis  Pakan. Kuantitas dan kualitas pakan yang tidak memadai (kurang gizi) menyebabkan ternak menjadi kurus, kelemahan umum dan gangguan metabolisme  Umur. Makin tua ternak semakin peka karena mekanisme penutupan lubang puting susu semakin menurun dan penyembuhan semakin lambat  Stadium laktasi. Yang berisiko terserang mastitis yaitu minggu pertama dan minggu terakhir masa laktasi serta minggu pertama masa kering kandang  Luka pada ambing, yang diakibatkan oleh lantai kandang yang kasar, kuku yang panjang atau tajam, sikat yang keras, memerah dengan cara yang kasar, memerah dengan cara menarik puting, dll  Kondisi lingkungan. Kondisi yang mempermudah terjadinya mastitis yaitu kandang dan ternak yang basah dan kotor, peternak/pemerah/pekerja yang kukunya tajam, memakai pakaian kotor, dll

Penularan dari ambing mastitis ke ambing sehat dapat terjadi melalui : a. Kain lap ambing : - sehelai kain lap ambing digunakan untuk seluruh ternak laktasi - kain lap ambing digunakan tidak tepat b. Tangan pemerah yang kotor c. Urutan pemerahan yang salah d. Peralatan pemerahan yang kotor

3.

Gejala Penyakit Mastitis Mastitis terutama yang klinis dapat dilhat dengan adanya perubahan bentuk anatomi

ambing dan fisik air susu yang keluar. Sedangkan mastitis subklinis dapat didiagnosis melalui uji kimiawi atau uji mikrobiologis. y Gejala klinis Gejala klinis mastitis nampak adanya perubahan pada ambing maupun air susu. Misalnya bentuk yang asimetri, bengkak, ada luka, rasa sakit apabila ambing dipegang, sampai nantinya mengeras tidak lagi menghasilkan air susu jika sudah terjadi

pembentukan jaringan ikat. Pada air susu sendiri terjadi perubahan bentuk fisik maupun kimiawi (Anonymous b, 2010). Pada literatur Hidayat (2009), gejala klinis dibagi menjadi gejala akut dan kronis. Gejala akut meliputi :  Kondisi umum : ternak tidak mau makan  Tanda-tanda peradangan pada ambing : ambing membengkak, panas, kemerahan, nyeri bila diraba dan perubahan fungsi  Perubahan pada susu : - Susu memancar tidak normal, bening atau encer - Kental, menggumpal atau berbentuk seperti mie - warna berubah menjadi semu kuning, kecoklatan, kehijauan, kemerahan atau ada bercak-bercak merah Sedangkan pada gejala kronis meliputi ternak terlihat seperti sehat, ambing teraba keras, peot dan mengeriput, serta puting keriput. y Gejala subklinis Pada mastitis subklinis, perubahan secara klinis pada ambung maupun air susu tidak tampak namun dengan pengujian secara mikrobiologi dan kimiawi akan nampak adanya perubahan. Penurunan produksi yang tidak wajar merupakan gejala yang dapat diperhatikan peternak untuk mendeteksi mastitis subklinis (Anonymous b, 2010). Pada literatur Hidayat (2009), Mastitis Sub klinis merupakan peradangan pada ambing tanpa ditemukan gejala klinis pada ambing dan air susu :    Ternak terlihat seperti sehat : nafsu makan biasa dan suhu tubuh normal Ambing normal Susu tidak menggumpal dan warna tidak berubah

Tetapi melalui pemeriksaan akan didapatkan :  Jumlah sel radang meningkat  Ditemukan kuman-kuman penyebab penyakit  Susu menjadi pecah (terbentuk butiran-butiran halus atau gumpalan)
Tabel :Perbedaan air susu normal dengan air susu mastitis (Anonymous b, 2010) Sifat Air Susu

Normal Fisik
y

Mastitis
y y

Warna putih kekuningan

Warna putih pucat agak kebiruan Rasa getir atau agak asin

y y y

Rasa agak manis Bau harum asam Konsistensi cair, emulsi merata

y y

Bau asam Konsistensi pecah, lebih cair, kadang ada jonjot, endapan fibrin dan bila dipanasi pecah.

Kimiawi

y y y y y y y

Kasein normal Protein total normal Albumin normal Globulin normal Gula susu normal Laktosa normal Tekanan osmose isotonis

y y y y y y y y y

Kasein menurun Protein total menurun Albumin meningkat Globulin meningkat Gula susu menurun Laktosa menurun Tekanan osmose hipotonis PH air susu alkalis Jumlah SCC (sel/ml air susu) di atas 400.000

y y

PH air susu normal Jumlah SCC (sel/ml air susu) 0 200,000

PMN (%) di atas 25

PMN (%) 0 - 25

Mikrobiologis Jumlah bakteri total dan sel radang yang dianggap aman < 500.000 -

4.

Cara Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Mastitis Pemeriksaan mastitis dapat dilakukan dengan inspeksi. Inspeksi dilakukan dengan

mengamati kedua kuartir belakang ambing dari posisi belakang sapi dengan mengangkat ekor sapi, sedangkan pengamatan terhadap kedua kuartir depan ambing dilakukan dari posisi samping/lateral hewan. Selanjutnya dibandingkan besar/ukuran tiap kuartir, termasuk kesimetrisan, serta posisi dan kondisi puting. Pada kasus mastitis, dapat diamati adanya disproporsi ukuran antar-kuartir ambing dan pembesaran/pembengkakan ambing. Metode pemeriksaan fisik selanjutnya adalah palpasi. Palpasi dilakukan dengan cara

meraba/memegang ambing dan puting yang berguna untuk mengetahui adanya peningkatan suhu ambing (heat), perubahan konsistensi (swelling) serta ada tidaknya respon sakit (pain) pada ambing. Selain pemeriksaan fisik secara inspeksi dan palpasi, diperlukan pemeriksaan

lanjutan berupa pemeriksaan mikroskopis, kimia, dan/atau kultur sampel air susu untuk peneguhan diagnosis mastitis (Baharudin, 2010). Dilihat dari faktor penyebabnya yaitu bakteri, memang penggunaan antibiotik sangatlah tepat untuk pengobatan penyakit ini, terutama penicillin (Benzyl penicillin G, procain penicillin-G, ampicilin), cephalosporin, erythromycin, neomycin, novobiosin, oksitetrasiklin, streptomycin (Anonymous a, 2007) serta sulfamethazine melalui mulut (oral) (Anonymous c, 2011). Selain itu dilakukan pemberian antibiotik dan vitamin-vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh sapi terhadap penyakit (Anonymous c, 2011). Pemberian antibiotik ke dalam puting yaitu setelah minggu pertama kering kandang dan diulang 2-3 minggu sebelum beranak (Hidayat, 2009). Pencegahan penyakit pada ternak sapi perah khususnya mastitis dapat dilakukan dengan membersihkan lantai kandang secara teratur dan usahakan senantiasa dalam keadaan kering, hindarkan hal-hal yang dapat mengakibatkan ambing atau puting terluka, setiap akan diperah ambing harus selalu dalam keadaan bersih dan higienis, sapi yang terkena mastitis harus dipisahkan dari sapi-sapi yang sehat, pemerah harus selalu berupaya agar tangan dalam keadaan bersih dan kuku tidak melukai puting, Setiap pemerahan harus sampai apuh yaitu tak ada air susu yang tertinggal dalam puting. (Anonymous c, 2011). Pemeriksaan mastitis dilakukan secara teratur tiap bulan dan dilakukan terhadap ternak laktasi yang akan dibeli. Masa kering kandang selama 6-7 minggu dilaksanakan dengan baik, yaitu dengan cara hari ke 1-3 diperah satu kali, hari ke-1 diperah satu kali lalu jangan diperah lagi, hari ke 5-8 ambing mulai mengecil dan pembentukan susu mulai terhehnti (Hidayat, 2009).

BAB III PENUTUP


Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang dijabarkan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : y Mastitis adalah penyakit yang terkait dengan ambing susu yang meradang karena penyakit atau proses infeksi yang secara signifikan dapat mengurangi volume susu pada industri ternak perah terutama sapi perah
y

Penyebab utama mastitis adalah kuman Streptococcus agalactiae, Streptococcus dysagalactae, Streptococcus uberis, Staphylococcus aureus dan Coliform. Proses mastitis hampir selalu dimulai dengan masuknya mikroorganisme ke dalam kelenjar melalui lubang puting (sphincter puting). Penularan dari ambing mastitis ke ambing sehat dapat terjadi melalui kain lap ambing, tangan pemerah yang kotor, urutan pemerahan yang salah, dan peralatan pemerahan yang kotor

Gejala penyakit mastitis dibagi menjadi mastitis klinis dan subklinis. Perubahan yang terjadi akibat mastitis dapat dilihat dari ambing dan air susu yang dihasilkan

Pengobatan penyakit mastitis pada ternak dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik. Sedangkan pencegahannya dapat dilakukan dengan membersihkan lantai kandang secara teratur dan usahakan senantiasa dalam keadaan kering, hindarkan hal-hal yang dapat mengakibatkan ambing atau puting terluka, setiap akan diperah ambing harus selalu dalam keadaan bersih dan higienis, sapi yang terkena mastitis harus dipisahkan dari sapi-sapi yang sehat, pemerah harus selalu berupaya agar tangan dalam keadaan bersih dan kuku tidak melukai puting, setiap pemerahan harus sampai apuh yaitu tak ada air susu yang tertinggal dalam puting.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous a, 2007. Pengobatan Mastitis yang Efektif. http://vet-indo.com/. Anonymous b, 2010. Penyakit pada Ternak Sapi Perah dan Sapi Potong. http://smallcrab.com/. Anonymous c, 2011. Sanitasi dan Kesehatan Ternak. http://ojimori.com/. Baharudin, 2010. Mastitis Pada Ternak Sapi. http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/. Hidayat, Arif, dkk. 2009. Manajemen Kesehatan Pemerahan. http://disnak.jabarprov.go.id/. Rahayu, Imbang Dwi. 2011. Mastitis pada Sapi Perah. http://staff.umm.ac.id/. Tirnata, Luthvin Paramitha. 2007. Identifikasi Staphylococcus aureus Penyebab Mastitis dengan Uji Fermentasi Mannitol dan Deteksi Produksi Asetoin pada Sapi Perah Di Wilayah Kerja Koperasi Usaha Tani Ternak Suka Makmur Grati Pasuruan. http://digilib.unair.ac.id/.

Wijayani, Cinthya. 2007. Streptococcus agalactiae. http://farmasi.sanatadharma.ac.id/.

You might also like