You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena dilengkapi akal dan pikran sebagiman yang tidak dimiliki oleh hewan, tumbuhan, serta makhluk yang lain. Oleh karena itu, manusia selalu memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap fenomena alam yang ada disekitarnya. Dengan perasaan penasaran inilah manusia mulai berpikir untuk mencari penyebab atau kebenaran yang hakiki dibalik segala fenomena alam yang terjadi. Mulai dari sinilah, muncul yang disebut dengan filsafat. Filsafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan. Karena melaui filsafat inilah seseorang mulai mencari kebenaran. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia. Philein yang berarti mencintai dan shopia berarti kebijaksanaan. Jadi philosophia artinya mencintai kebijaksanaan. (Arab: Muhibbu al Hikmah; Inggris: Love of Wisdom). Akan tetapi dalam lisan Arab kata Sophia dipindah kedalam bahasa mereka dengan kata hikmah. Sebgaimana firman Allah SWT: Kebijaksanaan atau pengetahuan sejati itu tidak didapati oleh satu orang saja. Secara histori, setelah datang seorang folosof (orang yang berfilsafat), kemudian muncul filosof lain yang mengoreksi temuan filosof pertama dan mengajukan gagasan pembaruan dari yang sebelumnya, demikian seterusnya selama kehidupan berlangsung. Ini adalah refleksi potensi kemanusiaan yang telah dianugerahkan oelah Allah SWT yaitu akal, intuisi, alat indera, dan kekuatan fisik.1 Jadi secara sederhana dapat dikatakan, filsafat adalah hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan universal. Sedangkan dalam filsafat Islam sendiri adalah hasil pemikiran filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari oleh
Dr. Hasyimsyah Nasution, MA. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama,2005,Hlm. 1-2
1

ajaran islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis yang diciptakan oleh ahli pikir Islam.2 Menurut sejarah banyak sekali filsuf Islam yang muncul seperti alKindi, Al-Razi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Ryusd, Al-Farabi dan lain-lain. Akan tetapi pada makalah ini, penulis akan focus membehas filsuf Islam yakni Al-Farabi. Beliau pada zamannya termasuk seorang filsuf yang sangat terkenal bahkan ada yang menyebutnya sebagai Muallim Assani (Guru besar filsafat kedua setelah Aristoteles). Ia berasal dari daerah Farab wilayah Turkistan. Pada masanya, beliau dapat dibilang filsuf terbesar yang memilki banyak keahlian di banyak bidang keilmuan seperti bahasa, matematika, kimia, astronomi, ilmu alam, music, manthiq dan sebagainya. Beliau juga sekaligus peletak dasar filsafat dibeberapa cabang keilmuan yang nantinya akan dibahas oleh penulis diantaranya yaitu tentang ketuhanan, filsafat kenegaraan, filsafat praktis serta filsafat logika dan bahasa yang tentu akan sangat menarik jika dibahas nanti. Berdasarkan ulasan latar belakang inilah penulis mengambil judul Al-Farabi pada karya tulis ini, semoga dengan mengetahui lebih dalam tentang cara berfilsafat al-Farabi dapat memberikan kita tambahan ilmu yang luar biasa yang nantinya dapat kita gunakan dalam kehidupan yang Islami.

Muhammad Athaif al-Iraqi, Al-Falsafah al-Islamiya, Kairo: Dar al-Maarif, 1978, Hlm. 19-20

BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Al-Farabi Abu Muhammad Ibn Muhammad Ibn Takhan IbnAuzalagh atau yang lebih dikenal dengan sebutan Al Farabi dilahirkan pada tahun 257 H atau 870 M dan meninggal pada tahun 950 M atau pada tahun 258 H 339 H. sebagai suatu sistem pembangunan filsafat, Al Farabi telah membaktikan hidup dan pemikirannya pada masyarakat dunia Islam dan tidak terkecuali bagi kaum nasrani dan yahudi. Al Farabi merupakan seorang philosof muslim yang menjauhi dunia politik, keramaian dan gaungan serta kericuhan masyarakat. Ia telah membuahkan karya dan pemikirannya yang sampai sekarang banyak dianut oleh masyarakat barat dan timur.3 Kehidupan seorang Al Farabi dapat dikategorikan menjadi dua periode, yaitu periode pertama berawal sejak ia dilahirkan sejak usianya beranjak 50 tahun. Informasi yang diterima tentang hal ini adalah bahwa seorang Al Farabi dilahirkan di Wasij, sebuah desa kecil dekat Farab di transoxiana. Al farabi terlahir sebagai seorang berkebangsaan Turki dan ayahnya seorang jenderal dan ia pernah bekerja sebagai hakim dalam kurun waktu tertentu. Pada awal abad ke 3 H atau 9 M di Farab sendiri tengah terjadi pergerakan kebudayaan dan pemikiran yang luas dan bersamaan dengan pengenalan Islam dan pada saat itu pula terkenal seorang ahli bahasa Al Jauhari yang telah menulis buku Al Shihah, salah seorang yang hidup pada zaman Al Farabi. Pendidikan dasarnya adalah keagamaan dan bahasa. Ia mempelajari fiqh, hadist dan tafsir Al Quran. Ia juga mempelajari bahasa Arab, Turki dan Parsi. Adalah sangat meragukan bahwa seorang Al Farabi menguasai bahasa bahasa lainnya seperti apa yang dikatakan oleh Ibn Khalikan, Al Farabi menguasai 70 bahasa. 4

Poerwantana, dkk, Seluk-beluk Filsafat Islam, Bandung: Rosdakarya, 1988, Hlm. 133 4 Dr. Hasyimsyah Nasution, MA. Filsafat, Hlm. 32

Periode kedua, kehidupan Al Farabi adalah pada massa tua. Baghdat, sebagai pusat belajar terkemuka pada abad ke 4 H atau 10 M merupakan tempat pertama yang dikunjunginya dan disanalah ia bertemu dengan sarjana sarjana dari berbagai bidang keilmuan dan diantaranya adalah para philosof dan penterjemah. Al Farabi pun tertarik untuk mempelajari logika, dan diantara ahli ahli logika terkenal di Bagdhat diantaranya adalah Abu Bisyr, Matta Ibn Yusnus lah yang dipandang sebagai seorang ahli logika yang paling terkemuka dizamannya. Untuk beberapa waktu Al Farabi belajar dari Ibn Yusnus dan berhasil mengungguli gurunya karena pencapaiannya yang gemilang dibidang logika. Guru logika yang kedua yang dimiliki Al Farabi adalah muridnya yang bernama Yahya ibn Adi. Al Farabi tinggal di Bagdhat selama kurun waktu 20 tahun dan kemudian ia pun tertarik dengan pusat kebudayaan yang lain di Aleppo. Disana, tempat orang orang pandai dan para sarjana. Istana Saif Al Daulah berkumpul para penyair, ahli bahasa, philosof dan sarjana sarjana kenamaan lainnya. Tetapi ia memilih hidup sederhana (Zuhud) tidak tertarik dengan kemewahan dan kekayaan.5 Al-Farab hidup pada zaman ketika situasi politik dan kekuasaan Abbasasiyah diguncang oleh berbagai gejolak, pertentangan dan pemberontakan. Diperkirakan erat kaitannya dengan situasi politik yang demikian kisruh, al-Farabi gemar berhalwat, menyendiri, dan merenung. Ia merasa terpanggil untuk mencari pola kehidupan bernegara dan bentuk pemerintahan yang ideal.6 Karena begitu mendalam penyelidikanya tentang filsafat Yunani terutama mengenai filsafat Plato dan Aristoteles, sehingga ia digelari julukan Mu alim Tsani (Guru Kedua), karena Guru Pertama diberikan kepada Aristoteles, disebabkan usaha Aristoteles meletakkan dasar ilmu logika yang pertama dalam sejarah dunia.
5

Dedi Supriyadi, M.Ag. Pengantar Filsafat Islam, Bandung :Pustaka Setia, 2009, Hlm. 81 6 Ibid, Hlm. 83

B. Substansi Pemikiran Al-Farabi Al-Farabi dikenal sebagi filsuf Islam yang terbesar memiliki keahlian dalam bidang keilmuan, seperti bahasa, matematika, logika, manthiq dan sebagainya. Sebagian besar karyanya hilang, dan yang masih bisa dibaca dan dipublikasikan kurang lebih 30 judul saja, diantaranya yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
15.

Al-Jamu baina Rayay al-Hakimain Alflatun wa Arissthu. Tahiq Ghard Aristu fi kitab ma Bada Ath-Thabiah Syarah Risalah Zainun al-KAbir al-Yunani At-Taliqat Risalah fima Yajibu Marofat Qabla taallumi al-FAlsafah Kitab Tahsil as-Saadah Risalah fi Istbat al-Mufaraqah Uyun al-Masail Ara Ahl-al-Madinah al-Fadilah Ihsa al-Ulum wa at-Tarif bi Aghradita Maqalat fi Maani Aql Fushul al-Hukm Risalat al-Aql As-Siyasah al-Madaniyah Al-Masail al-Falsafiyah wa al-Ajwibah Anha7

Dari ktab-kitab di atsa dengan berbagai macam objek kajian yang ditulis al-Farabi, terlihat jelas bahwa ia seorang sosok filsuf , ilmuwan dan cendekiawan Islam yang hebat. Sebelum dia, al-Kindi telah membuka pintu filsafat Yunani bagi dunia Islam. Akan tetapi banyak persoalan yang dibicarakan belum memperoleh pemecahan yang memuaskan. Sebaliknya alFarabi telah menciptakan suatu system filsafat yang jauh lebih lengkap. AlFarabi memiliki beberapa substansi pemikiran diantaranya: a. Pemaduan Filsafat Dalam pemikirannya al-Farabi berusaha untuk memadukan beberapa aliran filsafat yang berkembang sebelumnya, terutama pemikiran
7

Ibid, Hlm. 84

Plato, Aristoteles, dan Plotinus, juga antara agama dan filsafat. Oleh karenanya dalam hal akhlak dan politik ia dpengaruhi oleh Plato, dalam logika dan fisika ia dipengaruhi oleh Aristoteles, sedangkan dalam hal metafisika ia dipengaruhi oleh Plotinus. Ini sebenarnya adalah usaha yang dilakukan al-Farabi kea rah sinkretis. Karena ia percaya bahwa aliran-aliran filsafat dari seorang filosof pada hakikatnya adalah satu, meskipun hasilnya beragam.8 Adapun perbedaan antara agama denga filsafat, tidak selalu ada karena keduanya mengacu pada kebenaran, dan kebenaran itu adalah satu, kendati posisi dan cara mendapatkannya berbeda. Yang satu menawarkan kebenaran yang lain mencari kebenaran. Tetapi kebenaran yang berada dalam keduanya adalah serasi karena bersumber dari akal yang katif. Dengan demikian, filsafat Yunani tidak bertentangan secara hakikat dengan jaran Islam. Hal ini tidak berarti Alfarabi mengagungkan filsafat dari agama. Ia tetap mengakui bahwa ajaran Islam mutlak kebenarannya.9 b. Metafisika Di antara pemikiran filsafat Al-Farabi yang terkenal adalah penjelasannya tentang emanasi (al-faid), yaitu teori yang mengajarkan tentang proses urut urutan kejadian suatu wujud yang mungkin (alam makhluk) dari Zat yang wajib al wujud (Tuhan). Menurutnya, Tuhan adalah akal pikiran yang bukan berupa benda. Segala sesuatu, menurut alFarabi, keluar (memancar) dari Tuhan karena Tuhan mengetahui bahwa Ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik baiknya. Ilmu-Nya menjadi sebab bagi wujud semua yang diketahui-Nya.10 Bagaimana cara emanasi itu terjadi? Al-Farabi mengatakan bahwa Tuhan itu benar benar Esa sama sekali. karena itu, yang keluar dari pada Nya juga tentu harus satu wujud saja. Kalau yang keluar dari zat Tuhan itu terbilang, maka berarti zat Tuhan juga terbilang. Menurut Al-Farabi
8

Ibrahim Madkour, Al-Farabi A History of Muslim Philosophy, Wiesbaden: Otto Harrassowitz, 1963, Hlm. 456 9 . Hasyimsyah Nasution, MA. Filsafat, Hlm. 34 10 http://dedekusn.wordpress.com/2009/12/22/al-farabi-biografi/ diakses 01 Nopember 2011

dasar adanya emanasi ialah karena dalam pemikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal yang timbul dari Tuhan terdapat kekuatan emanasi dan penciptaan. Pandangan al-Farabi tentang sifat Tuhan, sejalan degan paham Muktazilah, yakni sifat Tuhan tidak berbeda dengan substansi-Nya. Asmaul Husna tidak menunjukkan adanya bagian-bagian pada Dzat Tuhan. 11 c. Jiwa Adapun tentang jiwa, al-Farabi dipengaruhi oleh filsafat Plato. Jiwa manusia, menurut al-Farabi, memiliki 3 daya: 1) daya gerak (quwwah muharrikah), berupa: makan (ghdiyah, nutrition), memelihara (murabbiyah,preservation), dan berkembang biak (muwallidah, reproduction); 2) daya mengetahui (quwwah mudrikah), berupa: merasa (hssah, sensation) dan imajinasi (mutakhayyilah, imagination); dan 3) daya berpikir (alquwwah al-nthiqah, intellectual), berupa: akal praktis (aql amal) dan akal teoretis (aql nazhar). Dan al-aql al-nazhar terbagi pada 3 tingkatan: 1) al-aql al-hayln (akal potensial, material intellect) yang mempunyai potensi berpikir dalam arti melepaskan arti-arti atau bentuk-bentuk (mhiyah) dari materinya; 2) al-aql bi al-fil (akal aktual, actual intellect) yang dapat melepaskan arti-arti (mhiyah) dari materinya dan arti-arti itu telah mempunyai wujud dalam akal yang sebenarnya (aktual), bukan lagi dalam bentuk potensial; 3) al-aql al-mustafd (akal pemerolehan, acquired intellect) yang sudah mampu menangkap bentuk murni (pure form) tanpa terikat pada materinya karena keberadaannya (pure form) tidak pernah menempati materi.12
d. Psikologi dan Pengetahuan Kenabian

Dalam pengobatan tentang jiwa manusia, al-Farabi menarik pada garis dasar Aristotelian, yang diinformasikan oleh komentar-komentar dari para pemikir kemudian Yunani. Dia mengatakan itu terdiri dari empat
Dedi Supriyadi, M.Ag. Pengantar Filsafat.., Hlm. 88-89 http://abibaba7.blogspot.com/2009/04/biografi-singkat-al-farabi.html diakses 01 Nopember 2011
12
11

fakultas: Para selera (keinginan, atau keengganan untuk obyek rasa), yang sensitif (persepsi oleh indera substansi korporeal), yang imajinatif fakultas yang mempertahankan gambar objek yang masuk akal setelah mereka telah dirasakan, dan kemudian memisahkan dan menggabungkan mereka untuk sejumlah berakhir), dan rasional, yang merupakan fakultas pemikiran.13 Perhatian khusus harus diberikan untuk pengobatan al-Farabi fakultas imajinatif jiwa, yang penting untuk interpretasi pengetahuan kenabian dan kenabian. Selain kemampuannya untuk mempertahankan dan memanipulasi gambar objek masuk akal, ia memberikan imajinasi fungsi imitasi. Nabi, di samping kapasitas intelektualnya sendiri, memiliki kemampuan imajinasi yang sangat kuat, yang memungkinkan dia untuk menerima limpahan dari kecerdasan inteligensi agen (kecerdasan kesepuluh dalam kosmologi emanational). Ini inteligensi ini kemudian terkait dengan simbol dan gambar, yang memungkinkan dia untuk berkomunikasi kebenaran abstrak dalam cara yang dapat dipahami oleh orang biasa. Oleh karena itu apa yang membuat unik adalah pengetahuan kenabian tidak puas, yang juga diakses melalui demonstrasi dan filsuf pemikiran, melainkan bentuk yang itu diberikan oleh imajinasi nabi. 14
e. Filsafat Kenegaraan

Dalam hal filsafat kenegaraan, Al-Farabi membedakan menjadi lima macam:


1. Negara Utama (al-madinah al-fadilah),

yaitu negara yang

penduduknya berada dalam kebahagiaan. Menurutnya negara terbaik adalah negara yang dipimpin oleh rasul dan kemudian oleh para filusuf;

13
14

http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi diakses 6 Nopember 2011 Hasyimsyah Nasution, MA. Filsafat, Hlm.44

2. Negara orang orang bodoh (al-madinah al-jahilah), yaitu negara

yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan;


3. Negara orang orang fasik (al-madinah al-fasiqah), yakni negara

yang penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan akal Faalalmadinah al-fadilah), tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negeri yang bodoh;seperti penduduk utama (
4. Negara yang berubah ubah (al-madinah almutabaddilah), ialah

negara yang penduduknya semula mempunyai pikiran dan pendapat seperti yang dimiliki negra utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan;
5. Negara

sesat

(al-madinah

ad-dallah),

yaitu

negara

yang

penduduknya mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang Tuhan dan akal Faal, tetapi kepala negaranya beranggapan bahwa dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya. 15 f. Filsafat Praktis Dalam Karyanya, Tahshil al-Saadah, al-Farabi memperlihatkan keidentikan real konseptual dari gagasan para filsuf, ahli hokum dan imam, dan mengklaim bahwa keragaman label religious dan filosofis hanyalah mencerminkan penekanan yeng berbeda atas aspek-aspek tertentu dari realitas yang sama. Ini berarti, dengan gaya Platonik yang bagus bahwa orang yang tidak berupaya menerapkan kesempurnan teoritisnya untuk pencarian praktis dan politik tidak dapat mengklaim dirinya sebagai filsuf : orang yang semacam itu menurut al-farabi adalah seorang filsug yang siasia atau gagal. 16
g. Logika dan Filsafat Bahasa

Salah satu pokok dalam karya al-Farabi adalah menguraikan antara logika filsafat dengan tata bahasa umum. Hal ini kita bisa lihat di kitab alHuruf dan Kitab al-Alfazh al-Mustamalah fi al-Mantiq.
15 16

Dedi Supriyadi, M.Ag. Pengantar Filsafat.., Hlm. 89-95 Ibid, Hlm. 96-97

Realitas historis masuknya filsafat ke dalam bahasa Arab dari suatu bahasa dan budaya asing , masuknya bahasa Yunani kuno dan munculnya kesulitan akibat kebutuhan akan kosa kata filsafat dalam bahasa Arab, menjadi isu penting bagi filsuf Arab awal, termasuk guru dan murid alfarabi sendiri. Jadi melalui karya logika al-FarabI menggambarkan salah satu usaha sistematis untuk menyelaraskan pendekatan-pendekatan yang saling berlawanan dalam studi bahasa. Oleh karenanya, al-Farabi meletakkannya dalam suatu bagian karyanya yang terkenal Ihsha al-Ulum, engan menegaskan bahwa logika dan tata bahasa merupakan dua ilmu berdasarkan kaidah yang terpisah, masing-masing terletak di ruang lingkup permasalahannya sendiri.17 Jadi benar apa yang dikatan oleh al Farabi bahwa, Untuk menjadi filsuf yang betul-betul sempurna, seseorang harus memilki ilmu-ilmu teoritis dan daya untuk menggali ilmu-ilmu itu demi kemanfaatn orang lain sesuai dengan kapasitas mereka.

17

Ibid, Hlm. 98-99

10

BAB III PENUTUP A. Simpulan Setelah melakukan pembahasan diatas penulis memperoleh beberapa kesimpulan, bahwa Al Farabi adalah seorang filsuf dari daerah Farab, Turkistan. Ia merupakan filsuf yang produktif yang telah menghasilkan banyak filsafat seperti konsep pemaduan filsafat, metafisika, filsafat kenegaraan, praktis, logika dan bahasa. Hal ini tertuang pada setiap karyakaryanya yang masih sekrang dijadikan rujukan atau fondasi dalam berfilsafat. B. Saran Secara umum makalah ini diperuntukkan bagi semua pembaca agar dapat memperoleh pengetahuan lebih luas mengenai Filsafat Islam. Akan tetapi secara khusus diperuntukkan bagi mahasiswa atau pelajar Islam dalam memperluas khasanah pengetahuan akan filsafat khususnya Filsafat Islam.

11

DAFTAR PUSTAKA Athaif al-Iraqi, Muhammad. 1978. Al-Falsafah al-Islamiya. Kairo: Dar alMaarif Madkour, Ibrahim. 1963. Al-Farabi A History of Muslim Philosophy. Wiesbaden: Otto Harrassowitz Nasution, Hasyimsyah. 2005. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama Poerwantana, dkk. , 1988. Seluk-beluk Filsafat Islam. Bandung: Rosdakarya Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Bandung : Pustaka Setia Hasil Penelusuran internet: http://dedekusn.wordpress.com/2009/12/22/al-farabi-biografi/ Nopember 2011 http://abibaba7.blogspot.com/2009/04/biografi-singkat-al-farabi.html diakses 01 Nopember 2011 http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi diakses 6 Nopember 2011 diakses 01

12

You might also like