You are on page 1of 13

Makna Tauhid kepada

Allah (tauhidullah)
APR 11
Posted by chekie
PENDAHULUAN
Syahadatain merupakan dasar terpenting untuk tegaknya totalitas Islam. Islam tidak
akan tegak kalau rukun-rukunya (rukun Islam) tidak tegak, sementara rukun-rukun yang
empat (sholat, zakat, puasa dan haji) tidak akan tegak jika syahadatain tidak tegak secara
sempurna. Bahkan tidak ada Islam sebelum adanya syahadatain.
Syahadatain melambangkan jiwa totalitas Islam, laksana nyawa yang merupakan nadi
seluruh tubuh manusia. Seluruh anggota tubuh manusia tidak akan bisa berfungsi sebagai
seorang manusia yang hidup kalau nyawanya telah tiada. Begitu juga kalimat Laa ilaha
illallah Muhammadu Rasulullah, merupakan ruh setiap aspek ajaran Islam.
Dengan demikian setiap amalan seseorang muslim yang tidak didasari dengan hanya
karena Allah ibarat menanam benih yang mati, yang tiada akan pernah tumbuh dan
berbuah. Dan oleh karena itu setiap amal kebajikan orang-orang kafir tidak ada harganya di
sisi Allah karena dianggap sebagai bangkai; Allah berfirman,
Dan Kami hadapi segala amal (baik) yang telah mereka kerjakan, lalu kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.(25:23).
Dan orang-orang kafir (tidak beriman), amal-amal mereka laksana fatamorgana di
tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya
air itu, ia tidak mendapatinya suatu apapun. Dan didapati ketetapan Allah di sisinya, lalu
Allah memberitakan kepadanya perhitungan amal-amalnya dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya. (24:39).
Seorang muslim, betapapun dia banyak amal kebajikannya, tetapi jika tidak didasari
dengan ruh syahadatain, maka amal kebajikannya menjadi sia-sia di sisi Allah,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, Sesungguhnya pekerjaan itu tergantung pada
niatnya, dan sesuatu pekerjaan seseorang terletak pada niatnya. Barang siapa yang niat
hijrahnya (jihadnya) karena Allah dan RasulNya, maka ia dianggap hijrah kepada Allah dan
RasulNya. Dan barang siapa yang berhijrah (berjihad) karena ingin dapat bagaian dunia
ataupun menginginkan wanita, maka ia akan dapatkan apa yang ia hijrah (niatkan). (HR.
Bukhori)
Mengingat bahwa syahadatain merupakan pintu gerbang bagi seseorang untuk masuk
Islam dan syahadatain adalah dasar diterima atau ditolaknya amal seseorang di sisi Allah ,
disamping ilmu dan keikhlasan dalam amal tersebut. Maka menjadikan penting bagi kita
untuk memahaminya atau meluruskan pemahaman kita terhadap makna kalimat tersebut
agar keimanan kita menjadi benar dan mantap.
III. MAKNA LAA ILAHA ILLALLAH ( )
1. Tinjauan Struktur Kalimat
Kalimat tauhid Laa ilaha illallah ( ) terdiri dari rangkain kalimat
sebagai berikut:
a). La ( )
Sebagai huruf nafi ( ) yang berfungsi menghapus/meniadakan sama sekali
jenis Ilah dan menetapkan Allah sebagai satu-satunya ilah.
b). Ilaha ( )
Sebagai kalimat (janis) yang ditiadakan (dinafikan), disebut al manfi ( ).
Sehingga bila dirangkaikan kedua kalimat tersebut : laa ilaha ( ) mempunyai
pengertian: meniadakan/menghapuskan sama sekali terhadap segala macam, bentuk dan
jenis ilah, seperti halnya kalimat la thoama( ) mempunyai pengertian: Tidak ada
sama sekali makanan (jenis apapun).
c). Illa ( )
Sebagai kalimat pengecualian di sebut istitsna ( ) yang berfungsi itsbat
( ) artinya menetapkan.
d). Allah ( )
Sebagai kalimat yang dikecualikan disebut al mustaatsna( ) dari segala
bentuk ilah yang ditiadakan.
Jadi kalau keseluruhan kalimat tersebut dirangkai menjadi laa ilaha ( )
akan mengandung pengertian Tiada sesuatu apapun yang patut di-ilahkan (dijadikan ilah)
kecuali hanyalah Allah satu-satunya yang wajib disembah. Dengan demikian dari uraian
diatas dapat dipahami bahwa bisa jadi seseorang itu menjadikan ilah selain daripada Allah.
Untuk itu dalam pembicaraan selanjutnya perlu kiranya dibahas tentang apa yang dimaksudkan
dengan ilah ( ) tersebut.
2. Mana Ilah ( )
Secara bahasa kata ilah ( ) berasal dari alaha ( ) yang memiliki beberapa
pengertian yang saling terkait satu sama lain, yaitu:
- Tenang dengannya
- Minta pertolongannya (perlindungnnya)
- Mencintainya
- Rindu padanya
- Beribadah kepadanya
Dalam Al Quran dijelaskan dalam (13:28 / 72:61 / 2:165 / 2:67)
{.minta tolong menyertakan tulisan arab-nya}
Sebagaimana dalam ungkapan-ungkapan:
- Aku merasa tenang kepada si Fulan
- Seseorang memerlukan pertollongan dari kesusahan yang dialaminya
- Memfokuskan kepada seseorang karena ia terlalu mencintainya
- Anak unta mencari (merindukan) ibunya karena ia terpisah
- Beribadat
Kaidah dalam bahas Arab menetapkan bahwa setiap kalimat yang mempunyai pertalian
merupakan satu rangkaian makna yang satu sama lainnya saling berkaitan. Misalnya kita tidak
meminta pertolongan kepada seseorang yang tidak kita anggap akan mengasihi kita dan lebih
kuat dari kita. Begitupun ilah ( ), yang menunjukan sifat sebagai berikut :
- yang dapat memberikan ketenangan
- yang dapat memberi pertolongan, perlindungan
- yang dapat memberikan rasa cinta
- yang dapat membangkitkan perasaan rindu
- yang disembah.
Adapun ilah ( ), bentuk masdar dari kata alaha ( ) yang mempunyai
pengertian sembah memiliki dasar kata abada( ) , yang mengandung makna :
- Al abdu ( ), berarti Dialah yang menjadi raja dan pemimpin seluruhnya.
- Al ibadah ( ), berarti taat serta merendahkan diri.
- Al-Muabbadu ( ), berarti yang disembah, yang dimuliakan, yang diagungkan..
- Abada bihi ( ), berarti menghambakan diri dan harus minta tolong
kepadanya.
Kalau kita perhatikan, makna yang berbeda dalam setiap komponen tersebut terdapat
pertalian umum satu sama lainnya, yaitu pengertian pengabdian. Orang yang mengabdikan
diri kepada Allah, ia pasti membesarkan Allah, merendahkan diri kepadaNya dalam seluruh
kehidupannya. Maka perkataan mabud ( ) memberi arti :
- Maha Kuasa
- Maha Raja
- Yang ditaati
- Maha Agung
- Tempat bergantungya semua Makhluq
Sehingga dari uraian diatas, pengertian ilah ( ), sebagaimana yang didefinisikan
oleh Ibnu Taymiyyah rahimahullah adalah: Ilahadalah sesuatu yang dicondongi / dicenderungi
oleh hati dengan dicintai, ditakuti, diharapkan, dan yang sejenisnya.
3. Mana Laa ilaha illallah ( )
Dari uraian di atas, maka dapat kita pahami bahwa apabila kita mengikrarkan kalimat
tauhid Laa ilaaha Illallah ( ); berarti kita telah bersumpah, berjanji dan
berikrar bahwa Allah-lah satu-satunya yang kita Ilah-kan, Allah-lah satu-satunya dzat yang kita
Ibadahi dan Allah-lah satu-satunya dzat dimana kita mengabdi. Dengan kata lain, apabila kita
mengikrarkan kalimat tauhid laa ilaaha Illallah, mempunyai pengertian bahwa:
Pertama, kita memahami dan mengikrarkan bahwa Allah SWT itu adalah satu-satunya:
- Pencipta ( )
- Pemberi rizki ( )
- Yang menghidupkan ( )
- Yang mematikan ( )
Kedua, kita meyakini dan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tempat/tujuan:
- Penghambaan ( )
- Ketaatan ( )
- Pemberi hukum ( )
- Permohonan pertolongan ( )
- Perlindungan ( )
- Pengharapan ( )
Dari seluruh uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat tauhid Laa
ilaha Illallah ( ) itu juga mengandung pengertian antara lain. :
1. Tiada Pencipta kecuali Allah
2. , Tiada Pemberi rizqi kecuali Allah
3. , Tiada Pengatur kecuali Allah
4. , Tiada Pemberi Hukum (yang Maha bijaksana) kecuali Allah
5. , Tiada Pelindung kecuali Allah
6. , Tiada yang menjadi Tujuan kecuali Allah
7. , Tiada Yang diibadahi (tempat mengabdi) kecuali Allah
IV. MAKNA MUHAMMADUR RASULULLAH ( )
Syahadatur rasul merupakan kesaksian kita, pengakuan dan keimanan kita kepada
Muhammad bin Abdillah SAW sebagai rasul/utusan dan Nabi Allah SWT. Karena Allah itu
pencipta Yang Maha Tahu akan kelemahan-kelemahan ciptaannya, maka dalam rangka
menjalankan tugasnya di bumi (untuk menghamba / mengabdi dan menjadi kholifah),
maka manusia diberikan petunjuk yang dikenal sebagai risalah Islam (Al Quran). Maka untuk
menyampaikan petunjuk/wahyu tersebut diutuslah Muhammad sebagai penyampai risalah (5:67
/ 72:26-28) sekaligus menjadi contoh/teladan satu-satunya (51:21) dalam pelaksanaan
petunjuk (risalah Islam) tersebut.
Dengan kata lain, Ikrar/syahdat kedua ini adalah merupakan janji/sumpah kita untuk
menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satunya teladan/contoh dalam kehidupan
yang kita jalani agar sampai pada penghambaan kepada Allah yang benar dan sempurna.
Firman Allah:
- Apa yang diberikan Rasul kepadamu hendaklah kamu ambil, dan apa yang dilarangnya
hentikanlah. (59:7)
- Siapa yang patuh kepada Rasul sesungguhnya ia telah patuh kepada Allah. (4:80).
V. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwasannya seseorang yang benar-
benar mengikrarkan keislamannya melalui syahadatain akan memiliki ciri kehidupan yang
khas. Yang pertama kali dapat dilihat adalah, dia akan berdiri atas dasar penghambaan
dirinya kepada Allah SWT semata dalam seluruh persoalan. Dimana penghambaan dirinya
ini terlambang dalam konsepsi kepercayaan, demikian juga dalam upacara peribadatan,
sebagaimana juga terlambang dalam peraturan hukum.Katakanlah: Sesungguhnya
sembahyangku, ibadatku, kehidupanku, kematianku, semuanya hanyalah bagi Allah Tuhan
sekalian alam. Ia tidak berserikat. Demikianlah saya diperintah. dan saya adalah orang
pertama islam. (6:162-163).
Reference:
1. Depag RI, Alquran Terjemah dan Tafsir
2. Yusuf Al-Qordhawi, Dr. Fatawa Qardhawi
3. Said Hawwa,Dr. Al-Islam
4. Al Maududhi , Konsep Ketuhanan .
http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/04/11/makna-tauhid-kepada-allah-tauhidullah/





TAUHIDULLAH (Menghayati Kehadiran Allah)
Pengertian Tauhidullah
Tauhidullah merupakan akumulasi kesadaran akan fakta bahwa alam berasal dari dan
kembali kepada Allah. Semua bergerak menuju kesempurnaan sesuai dengan kodrat-Nya.
Karena itu, tauhidullah harus diartikan menempatkan dan memperlakukan Allah sebagai satu-
satunya rujukan dan sandaran dalam seluruh gerak dan diam manusia.
Syahadat berarti bahwa seluruh kenyataan, gerak, dan diamnya merupakan kesaksian dan
perwujudan Tauhidullah. Karena itu, fikiran dan kesadaran manusia harus senantiasa bertemu
dengan kehadiran dan harapan-Nya. Pertemuan inilah yang sesungguhnya dapat memberi
jaminan keberuntungan, keamanan, kesenangan, dan ketenangan.
Menempatkan Allah sebagai satu-satunya sentral, tidak berarti bahwa manusia harus
mereduksi kemanusiaannya. Islam adalah sebuah humanisme yaitu agama yang
mementingkan manusia sebagai suatu kepentingan utama. Humanisme Islam adalah
humanisme teosentris, yakni yang merunjukkan prinsip dan nilai-nilainya pada Tuhan, tapi
mengarahkan perjuangannya pada manusia, untuk kemulyaan peradaban dan kebahagiaan
hidup manusia di bawah kesadaran akan keterarahan kepada-Nya.
Tauhidullah merupakan kekuatan tertinggi dan terkokoh yang pernah menggerakkan dan
mengarahkan kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya.Kalimatun sawa atau tauhidullah
merupakan satu-satunya benang merah yang membentang dan menyebrangi sepanjang
sejarah kerasulan. Tauhidullah telah mampu menggerakan para sahabat dan tabiin
sepeninggal nabi saw. Berekspansi ke berbagai penjuru dunia untuk menyebarkan Islam,
sehingga dalam waktu yang relatitif singkat Islam telah menjadi agama dunia.
Karena itu konsep percaya, yang sering digunakan untuk mengartikan konsep iman
atau akidah harus diartikan mempertaruhkan, menyandarkan dan mengarahkan segala sesuatu
hanya kepada Allah. Di sinilah tauhidullah (percaya) akan mampu melandasi, memaknai,
mengarahkan dan menggerakkan segala aktivitas secara lebih dinamis, dan pada gilirannya
akan mampu menumbuhkan optimisme, keberanian, ketenangan dan kesenangan. Begitu pula
konsep takwa, dalam perspektif akidah harus diartikan menghayati kehadiran dan keterlibatan
Allah dalam seluruh keadaan dan kenyataan yang dialami.
Sumber: Tim Dosen PAI UPI. 2004. Islam Doktrin dan Dinamika
Umat.Bandung: Value Press.
http://srinugraha.blog.upi.edu/tag/tauhidullah/



TAUHIDULLAH
A. LATAR BELAKANG
1. Tuuhld sebugul llmu yung belum udu zumun Rusulluluh, sebub Rusul uduluh cermln durl slkup bertuuhld. Rusululluh
ls the llvlng Qurun.
2. Perkembungun llmu pengetuhuun menlmbulkun slkup posltlf dun negutlf. Mlsulnyu suluh puhum tentung tuqdlr,
menyebubkun uputlsme/futullsme.
3. Kepercuyuun udunyu Alluh uduluh lnheren (ubudul). Fllrmun Alluh swt.:
-Musuluhnyu: bugulmunu mentuuhldkun Alluh?
-Iblls dun setun pun percuyu ekslstensl Alluh. Kurenu lrl utus penclptuun munuslu, muku dlu lngkurl (Al Buquruh:30),
dun flrmun Alluh swt.: Al Aruf 172:
B. Tuuhld sebugul uqlduh Islum
1. A|urun semuu Rusul terduhulu uduluh tuuhld : Nubl Nuh (Al Aruf:59), Nubl Hud (Huud:50), Nubl Shullh (Huud:61),
Nubl Syuulb (Huud:84), Nubl Musu (Thuhu:13-14), Nubl Ibruhlm (AL Buquruh 233), Nubl Isu (Al Mulduh:13):
2. Munlfestusl Tuuhld:DALAM SEMUA ASPEK KEHIDUPAN (dulum lbuduh, muncurl nufkuh, pendldlkun, slkup,
hldup, ucupun sehurl-hurl, sepertl:
Iluh dun Alluh dulum Al Qurun dlsebutkun 100x
Iluh utuu Tuuhun uduluh sesuutu yung dlunggup pentlng oleh munuslu sedemlklun rupu sehlnggu munuslu ltu
memblurkun dlrlnyu dlkuusul utuu dldlmlnlr oleh Tuhun (sesuutu) tersebut. Judl Tuhun ltu blsu unuk , lstrl , |ubutun,
llmum kekuyuun dsb.
C. Allrun-ullrun Teologl Islum
1. Syluh : kelompok yung terlulu mengugungkun All.
Pokok-pokok ullrun:
u. All luh yung henduk men|udl khullfuh sepenlnggul Rusululluh.
b. All mushum durl dosu.
c. Percuyu dun tuut All Termusuk rukun Imun
d. Menoluk hudlts-hudlts non Imum.
e. Imumuh termusuk rukun ugumu.
2. Mutuzlluh, plmplnunyu: Wushll bln Athu
Pokok-pokok plklrun:
u. Kedudukun dlunturu duu kedudukun
b. Mu mln yung berdosu besur, tlduk kuflr dun tlduk mumln.
3. Wldhutul Wu|ud (Muu|usslmuh), tokohnyu: Muhummud bln Korum As-Sl|ltunl.
Pokok-pokok plklrun:
Munyutunyu Tuhun dengun dlrl humbu-Nyu.
4. Jubburlyuh, tokohnyu: Juhun bln Syufwun
Pokok-pokok plklrun:
u. Munuslu terpuksu, sepertl robot hunyu meluksunukun progrum yung teluh dlslupkun.
b. Alluh tlduk memlllkl slfut, hunyu memlllkl dzut
c. Al Qurun ltu hudlts (buru)
d. Surgu dun neruku ukun lenyup, kerenu mukhluk.
5. Qudurlyuh, tokohnyu: Mubuh Al-Juuhurl Al- Blshrl.
Pokok-pokok plklrun:
u. Munuslu otonom, menentukun dlrl sendlrl
b. Alluh tlduk tuhu upu yung dlperbuut munuuslu.
6. Asyuurlyyuh , tokohnyu Abu Husun Al-Asyurl
Pokok-pokok poklrun:
Gubungun ullrun Jubburlyug dub Qudurlyuh
7. Mur|luh
Pokok-pokok plklrun:
u. Mumln yung berdosu, terseruh Alluh
b. Muslyut tlduk berpenguruh terhuduput kelmunun dun sebullknyu.
D. Mucum-mucum Tuuhld
1. Tuuhld Rubublyuh (Rukun Imun)
2. Tuuhld Uluhlyuh (Rukun Islum)
3. Tuuhld Slfutlyuh
4. Tuuhld Itlkudlyuh
5. Tuuhld Quullyuh
6. Tuuhld Amullyuh.
http://andiezittelkom.wordpress.com/2009/11/15/genia-festivaltauhidullah/
TAUHIDULLAH


A. Definisi Tauhid
Kata "tauhid" di dalam bahasa Arab berasal dari kata (wahhada yuwahhidu - tauhidan), dan
makna (wahhadasy syai'a) yaitu menjadikan (sesuatu) satu-satunya, dan semuanya berasal dari kata
(wahidun) yang berarti satu atau tunggal.
Adapun menurut arti dalam syari'at maka makna tauhid bila dimutlakkan maksudnya adalah
menyendirikan / mengesakan Allah dalam beribadah kepadanya. Adapun pengertian secara lebih luas
lagi adalah menyendirikan / mengesakan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi
Allah, baik dalam hal rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, maupun asma' (nama-nama) dan sifat-sifat
Nya, dan tidak ada sekutu bagi Allah dalam semua hal tersebut.

B. Macam-macam Tauhid
Dari definisi diatas kita dapatkan bahwa mentauhidkan Allah itu meliputi tiga hal yang merupakan
kekhususan / keistimewaan bagi Allah, yaitu:
Tauhid Rububiyyah
Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Asma' Wa Shifat
Ketiga macam tauhid ini terkumpul dalam firman Allah yang artinya"Robb (yang menguasai) langit
dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, maka sembahlah dia dan teguh hatilah dalam
beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (Allah yang
patut disembah)?" [QS. Maryam: 65].

Adapun perincian ketiga macam tauhid tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tauhid Rububiyyah
Yaitu menyendirikan / mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan-Nya, seperti menciptakan,
menguasai, mengatur, dan yang lainnya dari perbuatan-perbuatan Allah yang tidak ada sekutu dan
tandingan bagi Allah dalam hal tersebut.Maka makna menyendirikan / mengesakan Allah dalam hal
penciptaan yaitu seseorang meyakini bahwasanya tidak ada pencipta selain Allah. Allah
berfirman yang artinya :
"Ingatlah (ketahuilah) menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah."
[QS. Al-A'raaf: 54].
Dan dalam ayat lain Allah berfirman: "Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki
kepada kalian dari langit dan bumi?" [QS. Faathir: 3].
Sedangkan penetapan adanya pencipta selain Allah seperti dalam firman-Nya:
"Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (diantara para pencipta)." [QS. Al-Mu'minuun:
14].
Maka itu bukanlah penciptaan yang hakiki, yakni bukan mengadakan sesuatu setelah tidak ada, tetapi
penciptaan dalam bentuk merubah sesuatu dari satu keadaan ke keadaan yang lain, dan itupun tidak
sempurna mencakup segala sesuatu, tetapi terbatas pada apa yang dimampui oleh manusia,
terbatas pada ruang lingkup yang sempit. Adapun makna menyendirikan/mengesakan Allah dalam
hal penguasaan (pemilikan)-Nya, yaitu kita meyakini bahwa tidak ada yang menguasai (memiliki)
seluruh makhluk kecuali penciptanya (yakni Allah), sebagaimana
dalam firman-Nya 'Azza wa Jalla:
"Dan hanya milik Allah-lah kerajaan (kekuasaan) langit dan bumi." [QS. Ali
'Imran: 189].
Dan juga firman-Nya :
Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya ada kekuasaan atas segala sesuatu?" [QS. Al-Mu'minuun:
88]
Sedangkan penetapan adanya kekuasaan/kepemilikan bagi selain Allah seperti dalam firman-Nya :
"kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela." [QS. Al-Mu'minuun: 6].
Dan seperti dalam firman-Nya :
"atau di rumah kalian yang kalian miliki kuncinya" [QS. An-Nuur: 61]. Maka itu semua adalah
kekuasaan/kepemilikan yang terbatas, tidak meliputi kecuali sedikit dari makhluk-makhluk. Jadi
seseorang hanya memiliki apa yang ada di tangannya dan tidak memiliki apa yang ada di tangan
orang lain. Dan juga dari sisi sifatnya, kekuasaan/kepemilikan tersebut bersifat terbatas, karena
seseorang tidaklah memiliki apa yang ada padanya secara sempurna, sehingga dia tidaklah bebas
mengaturnya kecuali atas dasar apa yang diijinkan oleh syari'at. Sebagai contoh misalnya: kalau
seseorang hendak membakar hartanya, atau menyiksa hewan piaraannya, maka kita katakan
kepadanya: tidak boleh. Sedangkan Allah,maka kekuasaan/kepemilikan-Nya meliputi segala sesuatu
(yang Dia ciptakan) secara sempurna.Adapun makna menyendirikan/mengesakan Allah dalam hal
pengaturan-Nya, yaitu seseorang meyakini bahwa tidak ada yang mengatur
kecuali Allah saja, sebagaimana dalam firman-Nya :
Katakanlah: "siapakah yang memberi rezki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang
menguasai pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang
mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dansiapakah yang mengatur segala urusan?"
Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah: "Mengapa kalian tidak bertakwa (kepada
Nya)? Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Robb kalian sebenarnya; maka tidak ada sesudah
kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kalian dipalingkan (dari kebenaran)?" [QS.
Yunus: 31-32].Sedangkan pengaturan manusia, maka hanya terbatas pada apa yang ada di tangannya,
dan juga terbatas pada apa yang diijinkan oleh syari'at dari apa yang ada di tangannya.Dan tauhid
rububiyyah ini tidak disangkal dan ditentang oleh orang-orang musyrikin - terdahulu -yang mana
Rasulullah diutus di tengah-tengah mereka, bahkan mereka mengakuinya, Allah berfirman:
Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "siapakah yangmenciptakanlangit dan bumi?",
niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui". [QS. Az-Zukhruf:9].
Maka mereka mengakui bahwa Allah adalah yang mengatur segalaurusan, dan bahwa Dia-lah yang
ditangan-Nya ada kekuasaan langit dan bumi Akan tetapi pengakuan mereka akan rububiyyah Allah
tidak memasukkan mereka ke dalam Islam, kecuali bila mengakui dua macam tauhid yang lainnya.
Karena ketiga macam tauhid tersebut adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, siapa
saja yang tidak mengakui salah satu diantaranya maka belumlah benar keislamannya.

2. Tauhid Uluhiyyah
Yaitu menyendirikan/mengesakan Allah dalam ibadah, dan disebutjuga "tauhid ubudiyyah". Maka
yang berhak untuk diibadahi adalah Allah,sebagaimana dalam firman-Nya:
"Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak (untuk
disembah), dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah itulah
yang batil." [QS. Luqman: 30].
Adapun ibadah itu sendiri mengandung dua pengertian:
Pertama: Beribadah yang berarti menundukkan/menghinakan diri kepada Allah dengan
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan penuh rasa cinta dan
pengagungan kepada-Nya.Kedua: Jenis ibadah, yang maknanya adalah seperti yang dikatakan
oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah, yaitu: "Semua apa yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, daripada
perkataan maupun perbuatan, yang lahir maupun yang batin". Dan menyendirikan/mengesakan
Allah dalam tauhid uluhiyyah ini mengharuskan seseorang menjadi hamba yang beribadah kepada
Allah semata,yang tunduk hanya kepada-Nya, dengan rasa cinta dan pengagungan kepada-Nya, serta
beribadah menurut syari'at yang telah Allah gariskan.
Allah berfirman:
"Janganlah kamu adakan sesembahan yang lain disamping Allah, agar kamu
tidak menjadi tercela dan terhina." [QS. Al-Israa': 22].
Dan Allah berfirman:
"Wahai manusia, sembahlah Allah yang telah menciptakan kalian dan
orang-orang sebelum kalian". [QS.Al-Baqarah: 21].
Maka yang bersendiri dalam hal penciptaan, dialah yang berhak untuk diibadahi dan disembah, yaitu
Allah.Dan tauhid uluhiyyah inilah yang diingkari dan ditentang oleh hampir kebanyakan manusia,
diantaranya orang-orang musyrikin dahulu -,oleh karena itu Allah mengutus para rasul-Nya, dan
menurunkan kitab-kitab-Nya kepada mereka. Allah berfirman:
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:
"Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah oleh kalian akan
Aku." [QS.Al-Anbiya': 25].

3. Tauhid Asma' Wa Sifat
Yaitu menyendirikan/mengesakan Allah dalam apa yang Allah miliki dari nama-nama dan sifat-sifat-
Nya. Dan dalam hal ini terkandung duaperkara:
Pertama: Al-Itsbat (penetapan), yakni kita menetapkan semua nama dan sifat bagi Allah, dari apa
yang telah Allah tetapkan sendiri dalam kitab-Nya atau apa yang ditetapkan Rasul-Nya dalam
sunnahnya.
Kedua: Nafyul Mumatsalah (meniadakan penyerupaan/penyamaan), yaknibahwa kita tidak
menyamakan/menyerupakan Allah dengan selain-Nya dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya,
sebagaimana yang Allah firmankan:
"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia (Allah), dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat." [QS. Asy-Syuura: 11].Maka ayat tersebut menunjukkan bahwa semua sifat-sifat-Nya tidak
ada satupun dari para makhluk-Nya yang menyerupainya/menyamainya.Dan tauhid asma' wa sifat
inilah yang sebagian umat Islam tersesat di dalamnya dan tercerai berai menjadi banyak golongan.
Maka diantara mereka ada yang mengikuti jalur ta'thil (menolak/meniadakan), yaknimeniadakan
sifat-sifat Allah, baik sebagian maupun keseluruhan, yang mereka mengira bahwa mereka
mensucikan Allah (dari kekurangan) dengan hal tersebut. dan diantara mereka ada yang mengikuti
jalur tamtsil (menyamakan/menyerupakan), yakni menyamakan atau menyerupakan sifat-sifat Allah
dengan sifat-sifat makhluk-Nya, dan mereka mengira bahwa diri merka mengetahui hakekat apa yang
Allah tetapkan dari sifat-sifat-Nya. Dan ada pula yang mengikuti jalur tahrif
(menyimpangkan/mengalihkan), yakni menyimpangkan/mengalihkan makna sifat-sifat Allah dari
makna asalnya "Istiwa' itu diketahui maknanya (dalam bahasa arab), adapun ketentuan hakekatnya
tidak dikethui, sedangkan mengimaninya wajib, dan bertanya tentang - ketentuan hakekat - nya
adalah bid'ah."
Adapun ahlus sunnah wal jama'ah, maka mereka mengimani dan menetapkan semua apa yang telah
Allah tetapkan sendiri di dalam kitab-Nya daripada nama-nama dan sifat-sifat-Nya, dan yang telah
ditetapkan oleh Rasul-Nya dalam sunnahnya, dengan tanpa tahrif, ta'thil, takyif, dantamtsil. Dan
tidak ada tempat bagi akal untuk menetapkan suatu nama atau sifat sebagaimana yang dilakukan oleh
banyak dari golongan-golongan sesat, yang karena penggunaan akal dalam hal ini itulah yang
menyebabkan mereka tersesat.
C. Disyari'atkannya Tauhid
Tauhid yang bila dimutlakan berarti penyendirian / pengesaan Allah dalam beribadah kepada-Nya,
adalah agama yang dibawa oleh para nabi dan rasul, khususnya semenjak nabi Nuh yang awal
kesyirikan muncul pada masanya sampai kepada nabi kita Muhammad, dimana tidak ada seorang
rasulpun yang Allah utus kepada manusia kecuali mengajak umatnya untuk mentauhidkan
(mengesakan) Allah dalam beribadah kepada-Nya dan meninggalkan peribadahan kepada selain-Nya.
Allah berfirman:
"dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah thagut (segala apa yang disembah selain Allah)". [QS.An-Nahl: 36].
Dan juga sebagaimana dalam ayat terdahulu, Allah berfirman:
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah oleh
kalian akan Aku." [QS.Al-Anbiya': 25]. Maka tauhidullah merupakan syari'at Allah ysng paling agung
yang diwajibkan atas semua umat dan setiap manusia sampai hari kiamat. Dan Rasulullah ?
memerangi orang-orang musyrikin karenanya agar mereka mau bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang hak kecuali Allah, sebagaimana tersebut dalam salah satu hadits:
"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
(yang hak) kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah." (HR. Bukhary dan Muslim).
Dan mentauhidkan Allah dalam beribadah kepadanya merupakan hikmah asal penciptaan jin dan
manusia, sebagaimana Allah berfirman:
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku (saja)." [QS. Adz-
Dzaariyaat: 56].
Dan Allah juga berfirman:
"Hai manusia, sembahlah Robb kalian (saja) yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum
kalian", sampai firman-Nya:
"maka janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah (dalam beribadah kepada-Nya),
padahal kalian mengetahui." [QS. Al-Baqarah:21-22].
Maka dengan demikian wajib atas setiap muslim untuk mempelajari tentang tauhid yang merupakan
awal yang harus dia tuntut untuk kemudian dia realisasikan dalam pengamalan dan peribadahannya,
Allah berfirman:
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Allah, dan
mohonlah ampunan bagi dosamu".
Dan mempelajari pula tentang kesyirikan dan macam-macamnya untuk dia jauhi dan agar tidak
terjatuh ke dalamnya. Maka tauhid adalah yang teragung diantara perintah-perintah Allah yang
diwajibkan atas manusia.

D. Kewajiban Menyeru Kepada Tauhid
Tatkala seseorang telah mengetahui dan mengamalkan tauhid, maka wajib baginya untuk
menyampaikan dan mengajarkannya kepada yang lain daripada manusia yang belum mengerti
tentang tauhid tersebut, sehingga dia menempatkan dirinya dalam barisan para nabi dan rasul yang
telah sama-sama mengemban risalah tauhid yang agung ini, dan khususnya adalah menjadi pengikut
Rasulullah , sebagaimana dalam firman Allah :
Katakanlah: "Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru (kalian) (untuk
beribadah) kepada Allah diats hujjah yang nyata."[QS.Yusuf: 108].
Dan manakala tauhid merupakan awal yang harus dipelajari oleh setiap manusia, maka berarti ia
adalah awal yang harus didakwahkan kepada manusia sebagimana apa yang didakwahkan oleh para
rasul, yaitu menyeru agar manusia beribadah kepada Allah saja:
"Sembahlah (ibadahilah) Allah, sekali-kali tidak ada sembahan bagimu selain Dia." [QS. Huud: 50]
Dan Rasulullah tatkala mengutus Muadz bin Jabal ke negeri Yaman, beliau berkata kepada Muadz:
"Sesungghunya kamu akan mendatangi satu kaum dari ahlul kitab, maka hendaklah yang pertama
kamu seru mereka (agar mereka) bersaksi bahwa tidak ada sembahan (yang hak ) kecuali Allah)) [HR.
Bukhary dan Muslim], dan dalam salah satu riwayat Bukhary (dengan lafal): "agar mereka
mentauhidkan Allah (dalam beribadah kepada-Nya)".
Demikianlah jalan yang ditempuh oleh para rasul dalam dakwah mereka, yaitu bahwa mereka
mendahulukan dan memulai dakwahnya dengan tauhid. Dan adalah Rasulullah selama kurang lebih
tiga belas tahun berdakwah di Mekkah, menyeru orang-orang Quraisy untuk mentahidkan Allah
dalam beribadah kepadanya dan melarang mereka dari penyembahan kepada berhala-berhala,
patung-patung, dan semua apa yang selain Allah, beliau
diperintahkan Allah untuk mengatakan:
Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya menyembah Robb-ku dan aku tidak akan mempersekutukan
sesuatupun dengan-Nya." [QS. Al-Jin: 20].
Bahkan sampai hal itu terus dilanjutkan sampai setelah beliau ? berhijrah ke Madinah, beliau terus
mengajarkan dan mengingatkan umatnya akan tauhid sampai akhir hayat beliau.
Beliau bersabda:
"Janganlah kalian melebih-lebihkan (dalam mengagungkan) aku sebagaimana yang dilakukan kaum
nasrani tarhadap 'Isa putera Maryam, hanyasanya aku seorang hamba, maka katakanlah: Hamba
Allah dan Rasul-Nya." [HR. Bukhary dan Muslim].
Dan bahkan Rasulullah mengajarkan tauhid ini kepada para pengikutnya semenjak mereka kecil,
diantaranya beliau pernah berkata kepada Ibnu Abbas - yang waktu itu masih belia -:
"Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika kamu memohon pertolongan, mohonlah
pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzy, beliau berkata: Hasan shahih).
Maka wajib atas setiap da'i yang menyeru manusia untuk memulai dakwahnya dengan mengajarkan
manusia tentang tauhid dan mengutamakannya diatas yang lainnya, apalagi di zaman sekarang yang
mana kesyirikan dengan berbagai bentuknya telah merajalela dan menyebar di tengah-tengah kaum
muslimin, yang sepertinya semua itu dianggap sebagai suatu hal yang biasa dan dianggap remeh oleh
mereka. Padahal kesyirikan tersebut akan menjerumuskan mereka dalam api neraka dan kekal di
dalamnya karenanya, Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah akan
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, dan tidak ada seorang penolong pun
bagi orang-orang yang zhalim." [QS. Al-Maidah: 72].
Dan kesyirikan adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah, sebagaimana dalam firman-Nya:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa kesyirikan (mempersekutukan sesuatu) dengan
Nya, dan akan mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya." [QS.
An-Nisaa': 116].

E. Keutamaan Dan Buah Dari Tauhid
Adapun keutamaan dan buah dari tauhid, maka diantaranya adalah:
1. Mendatangkan keamanan di akhirat dan petunjuk di dunia.
Allah berfirman:
"Orang-orang yang beriman an tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik),
mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanandan petunjuk." [QS. Al-An'aam: 82].
Dalam ayat ini Allah memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang bertauhid bahwa
mereka akan mendapat keamanan dari siksa Allah di akhirat dan mereka akan mendapat petunjuk di
dunia. Semakin sempurna iman dan tauhid seseorang, maka akan semakin sempurna pula
keamanan dan petunjuk yang akan dia peroleh.
2. Tauhid adalah yang paling utama diantara cabang-cabang keimanan.
Rasulullah bersabda:
"Iman itu ada enam puluh sekian cabang: yang paling utama adalah perkataan 'Laa Ilaaha Illallah',
dan yang palingrendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang menyakitkan dari jalan." (HR.
Muslim).
3. Tauhid memasukkan pelakunya ke dalam surga.
Nabi bersabda:
"Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada sembahan (yang hak) kecuali Allah semata tidak ada
sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan bahwa 'Isa adalah hamba
dan rasul-Nya, dan kalimatnya yang Allah lemparkan kepada Maryam dan ruh dari-Nya (diantara
ruh-ruh yang Allah ciptakan), dan surga itu benar adanya, dan neraka itu benar adanya, niscaya Allah
akan memasukkannya ke dalam surga, apapun yang dia amalkan."[HR. Bukhary dan Muslim].
Maka Allah telah menjamin seorang yang bertauhid dengan surga-Nya, sebagaimana juga dalam
hadits yang lain Nabi bersabda:
"Barangsiapa yang bertemu Allah (dalam keadaan) tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
maka dia akan masuk surga, dan barangsiapa yang bertemu Allah (dalam keadaan) mentekutukan-
Nya dengan sesuatu mka dia akan masuk neraka." [HR.Muslim].
4. Tauhid dapat menghapuskan dosa-dosa dan mendatangkan ampunan dari Allah.
Yaitu sebagaimana datang dalam hadits Qudsi, bahwa Allah berkata: "Wahai anak adam, jikalau kamu
datang kepadaku dengan membawa dosa seisi bumi, kemudian kamu menjumpaiku (dalam keadaan)
tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan membawa
seisi bumi ampunan." [HR. At-Tirmidzy].
Demikianlah pembahasan ringkas tentang tauhid. Semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita
semua untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang bertauhid sehingga memperoleh yang telah Allah
janjikan kepada orang-orang yang beriman dan bertauhid daripada petunjuk, dan surga-Nya,
ampunan-Nya, serta keselamatan dari siksa api neraka. Amiin Yaa Robbal 'Aalamiin.

Referensi :
1.Al-Qoulul Mufid 'ala Kitab at-Tauhid, karya Syeikh Muhammad bin
'Utsaimin.
2. Minhaj al-firqotun Najiyah, karya Syeikh Jamil zainu.
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/message/4498

You might also like