Professional Documents
Culture Documents
Salam,
Saudaraku berbicara tentang tasawuf,
silahkan disimak hingga tuntas agar tidak berada dalam
kesalah pahaman terus menerus.
====
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa istilah tasawuf atau sufi mulai
muncul
dan tersebar pada abad ke-2 Hijriyah dan paruh kedua abad tersebut. Ini
tidak
berarti bahwa pada abad tersebut belum ada semangat hidup spiritual di
kalangan
kaum muslimin. Ada kehidupan spiritual yang akarnya bersumber dari
Islam, meski
tidak disebut tasawuf.
Tasawuf sebagai pengamalan zuhud sudah dikenal secara luas pada abad
pertama
dan menjelang berakhirnya abad ke-2 Hijriyah. Sedangkan Kata TASAWUF
DAN SUFI
baru muncul menjelang berakhirnya abad kedua Hijriah, dan tersebar luas
hingga
menjadi salah satu cabang ilmu keislaman yang mempunyai kaidah-kaidah
dan
dasar-dasar seperti cabang-cabang ilmu lainnya.
SUMBER-SUMBER TASAWUF
Ada kelompok yg berpendapat bahwa tasawuf berakar dari luar ajaran
Islam
seperti ; Majusi atau Hindu, Kristen atau Yunani, Atau campuran dari
agama-agama tersebut.
Kesimpulannya:::
Setiap pendapat tentang keterpengaruhan tasawuf oleh unsur diluar Islam
tidak
tepat dan tidak didukung oleh dikumen atau teks yg diketahui khalayak
ramai.
Oleh karena itu, maka pendapat tersebut hanya terbatas pada masa paska
tahun
1920M. Bahkan, sebagian orang yg berpendapat demikian mulai mencabut
pendapatnya (Tarikh At-Thasawwuf Al-Islami).
Dari Al-Quran:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main.
Dan
sesungguhnya akhirat itulah yg sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.”
(Al-`Ankabut:64). Lihat pula
- Al-Hadid:20-21
- Ali-Imran:191
- Thaha:130
- Al-Hujurat:13
Dalam banyak ayatnya, Al-Qur`an memotifasi untuk hidup zuhud dan
mewaspadai
sikap cinta dunia dan kemerlapannya. Orang yg membaca Al-Qur`an secara
jeli
akan menjumpai ayat-ayat yg membuka pintu zikir, introspeksi diri,
ibadah dan
bangun malam bagi para ahli ibadah.
Al-Qur`an juga berbicara tentang muraqabah, taubat, takut (khauf) pada
Allah,
harapan (raja`) pada Allah, syukur, tawakal, serta sabar. Al-Qur`an
penuh
dengan anjuran untuk mengamalkan sifat terpuji. Maka karena itu, para
sufi
berupaya memperindah diri dengan sifat-sifat terpuji. Dan mengambil
materi
pertamanya dan makanan rohani mereka dari Kitabullah.
“Jadilah engkau didunia ini laksana orang asing atau orang yg sedang
menyeberang jalan.” (H.R. Al-Bukhari)
Kelompok II:
Memperhatikan penampilan tapi mengabaikan hatinya; tidak mau makan
sederhana;
tidak mau tinggal dirumah sederhana.
“Bahaya kejahatan mereka menimpa manusia yg lain, karena mengikuti
langkah
mereka. Adapun yg tidak mau mengikuti mereka, pasti berburuk sangka
pada
seluruh sufi yg sejati. Orang ini menganggap semua sufi berprilaku
demikian,
dan akhirnya mencela semua sufi secara terang-terangan.” Kelompok ini
lebih
berbahaya, orang yg menjadi pengikutnya akan sesat sementara orang yg
tidak mau
ikut akan menilai semua sufi dengan penilaian yg keliru.
Kelompok III:
Mengaku mempunyai ilmu melalui kasyaf dan ma`rifat, padahal
sesungguhnya adalah
orang yg jauh dari agama, mereka mengklaim lebih tinggi derajatnya dari
pada
ilmu orang zaman dahulu dan zaman sekarang, mereka memandang ulama
dengan
sinis, menurutnya ulama lain tidak mampu sampai pada hakikat. Mereka
meremehkan
ulama, menganggap tujuan utama ulama adalah amal (bukan ilmu).
Imam Al-Ghazali mengataka, “Diantara sufi palsu ada yg mengaku
mempunyai ilmu
mukasyafa, melihat Al-Haq, telah melewati semua maqam, dan sampai di
dekat
Allah.”
Kelompok IV:
Melaksanakan amal kebajikan, mencari yg halal, sibuk melakukan
mujahadah, dan
mengawasi keadaan hati. Hanya saja mereka mengklaim maqam zuhud,
tawakal, dan
cinta tanpa mengetahui hakikat, syarat, tanda, dan penghalang-
penghalang maqam
ini.
Ini terjadi karena mereka malu pada manusia bukan karena Allah SWT.
Kelompok V:
Sibuk mencari makanan halal, tapi lalai dalam mengevaluasi perbuatan
hati dan
anggota badannya. “Diantara mereka ada yg sibuk mencari makanan,
pakaian, dan
pendapatan yg halal. Mereka tidak sadar bahwa Allah hanya meridhoi
hambaNya yg
melakukan ketaatan dengan sempurna. Karena barang siapa yg mengikuti
sebagian
tuntunan Allah dan mengabaikan tuntunanNya yg lain maka ia adalah orang
yg
terpedaya”.
Kelompok VI:
Mengaku berahlak mulia, tawadhu`, dan lapang dada. Mereka membantu para
sufi.
Yg mereka harapkan adalah pujian. Mereka adalah manusia yg gemar pamer
kebajikan (riya`).
Kelompok VII:
Mereka adalah adalah orang yg menghiasi jiwa dengan ahlak mulia dan
membersihkannya dari aib. Mereka tidak mempunyai kegiatan lain selain
mencari
aib dan penyakit hati. Ahirnya waktu mereka banyak yg terbuang dan
tidak sempat
melakukan hal lain. “seakan-akan mereka hidup sendiri dan tidak sibuk
dengan
penciptanya, mereka sibuk membahas waktu dan penghalang ibadah haji
tapi tidak
melakukan menempuh jalan untuk melaksanakannya…”(Al-Kasyf wat Tabyin.
Hal 72).
Kelompok VIII:
Menempuh jalan mujahadah hingga terbuka bagi mereka pintu ma`rifat. Ia
merasa
takjub dan heran. Ia memikirkan bagaiman pintu-pintu itu terbuka bagi
dirinya
dan Tertutup bagi orang lain selain dirinya. Pikiran orang ini disebut
tipu
daya. (Al-Ihya 3,406).
Kelompok IX:
Kelompok ini belum mendapat cahaya penerang jalan; juga belum
mendapatkan
karunia. Saat sampai pada tujuan, mereka merasa puasdan menyangka telah
sampai,
padahal sesungguhnya belum. Mereka salah sangka, karena Allah memiliki
banyak
hijab. Hijab pertama yg harus dilalui adalah jiwa hamba sendiri. Jika
hakikat
itu telah terbuka, maka ia akan mampu mendengar seluruh alam. Pada saat
itu,
cahaya akan bersinar kemilau, karena hakikat semua yg wujud akan nampak
dimatanya. Lalu mereka takjub lalu bisa saja ia berteriak mengatakan
“AKULAH
AL-HAQ…!”
Kelompok X
Melepaskan diri dari aturan syariat.
Kenapa terjadi demikian? Karena mereka menempuh jalan tarekat tanpa
bekal ilmu
dan tanpa dasar As-Sunnah. Mereka adalah orang-orang yg telah
menyimpang.
“Batas yg memisahkan antara kita dengan mereka (orang kafir) adalah
sholat”
(HR. An-Nasa`i).
Demikian, saat ini banyak sekali corak warna tentang hal ini beserta
yang
menentangnya. Ada yg mengaku tapi tidak termasuk, ada yg tidak mengaku
tapi
termasuk, ada yg mengaku lurus tapi bengkok, ada yg mengaku bengkok
tapi lurus.
Allahlah yg maha mengetahui, bukan anda. (e-mail sender)
- HULUL
Pandangan Imam Al-Ghazali terhadap Paham Immanentisme atau Hulul
Imam Al-Ghazali menolak keras paham ini ia mengatakan, “Mengabaikan
akal dan
hukumnya menyebabkan manusia terjebak dalam kesalahan, yaitu menganggap
sama
dua entitas yg tidak mungkin saling menempati satu sama lain. Kedua
entitas itu
adalah Zat Allah dan diri manusia. (Al-Maqshad Al-Asna fi Syarh
Asma`illah
Al-Husna).
- ITTIHAD
Imam AL-Ghazali mengatakan, “Pandangan tentang menyatunya Sang Khaliq
dengan
mahluk adalah pandangan yang sangat jelas kebatilannya. Karena klaim
“hamba
telah menjadi tuhan” bertentangan dengan hakikat Allah sendiri. Bahkan,
Tuhan
harus disucikan dari sifat yg berlaku pada manusia, seperti hal yang
mustahil
ini (yaitu ittihad). (Al-Maqshad Al-Asna).
- WAHDATUL WUJUD
Imam Al-Ghazali mengatakan, “Adalah suatu hal yg tidak masuk akal dan
tidak
dapat diterima, jika allah menjadikan diriku seperti DiriNya. Tidak
masuk akal
Allah jika Allah menjadikanku qadim, padahal aku bukanlah sang pencipta
langit
dan bumi…
Jika seorang membenarkan kejadian mustahil ini, berarti ia telah
mengabaikan
akal...
Ia tidak layak untuk diajak bicara. Dia harus ditinggalkan.
Al-Ghazali menjelaskan, mungkin saja ucapan para sufi mabuk tersebut
diartikan
secara kiasan sebagimana yg sering diucapkan oleh penyair karena jika
tidak
maka ucapan tersebut dianggap sebagai penyimpangan, kesalahan dan
keluar dari
islam.
-----------------------------------------------------------------------
---------
Apakah Anda Yahoo!?
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
Kirimkan email ke