You are on page 1of 14

media-dakwah

• <-- Terurut Topik -->


• <-- Terurut Waktu -->

[media-dakwah] Fw: Saudaraku


beribicara tentang TASAWUF
Mas No
Thu, 24 Aug 2006 03:32:14 -0700

mudah-mudahan Allah memberi kesempatan kepadaku menuliskan:


KOREKSI TERHDAP
AQIDAH KAUM SUFI
mailist ini. (kebenaran harus ditampilkan)
ammiin

----- Original Message -----


From: Nashir Ahmad M.
To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, August 24, 2006 8:43 AM
Subject: Saudaraku beribicara tentang TASAWUF

Salam,
Saudaraku berbicara tentang tasawuf,
silahkan disimak hingga tuntas agar tidak berada dalam
kesalah pahaman terus menerus.

====

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa istilah tasawuf atau sufi mulai
muncul
dan tersebar pada abad ke-2 Hijriyah dan paruh kedua abad tersebut. Ini
tidak
berarti bahwa pada abad tersebut belum ada semangat hidup spiritual di
kalangan
kaum muslimin. Ada kehidupan spiritual yang akarnya bersumber dari
Islam, meski
tidak disebut tasawuf.

Pada masa Nabi Shallahu Alaihi wa Sallam, kehidupan spiritual yg


dipraktekkan
kaum Muslimin tidak disebut tasawuf dan orang yg mengamalkannya tidak
disebut
sufi. Karena, mereka ketika itu disebut “Sahabat”, dan sebutan “Sahabat
Rasulullah” dianggap sebagai sebutan yg paling mulia. Hal yg sama juga
terjadi
pada masa tabi`in. Sebutan “Tabi`in” (pengikut para sahabat) adalah
sebutan yg
paling mulia bagi mereka. Orang yg hidup setelah masa tabi`in pun
kemudian
disebut sebagai “tabi`it tabi`in” (pengikut para tabi`in).
Kemudian zamanpun berganti dan derajat orang pun menjadi berbeda. Orang
khusus
yg menekuni masalah agama kemudian disebut zahid (orang yg zuhud) dan
abid
(orang yg banyak ibadah).
Selanjutnya muncullah bid`ah-bid`ah dan klaim-klaim suci dari setiap
kelompok.
Setiap kelompok mengklaim mempunyai orang zahid. Maka sekelompok
Ahlusunnah yg
senantiasa mendekatkan diri pada Allah dan menjaga hati dari kelalaian
mengkhususnya diri dengan sebutan SUFI. Sebutan ini mulai dikenal
dikalangan
orang-orang besar tersebut sebelum abad ke-2 Hijriah. (Ar-Risalah
Al-Qusyairiyah).

Tasawuf sebagai pengamalan zuhud sudah dikenal secara luas pada abad
pertama
dan menjelang berakhirnya abad ke-2 Hijriyah. Sedangkan Kata TASAWUF
DAN SUFI
baru muncul menjelang berakhirnya abad kedua Hijriah, dan tersebar luas
hingga
menjadi salah satu cabang ilmu keislaman yang mempunyai kaidah-kaidah
dan
dasar-dasar seperti cabang-cabang ilmu lainnya.

SUMBER-SUMBER TASAWUF
Ada kelompok yg berpendapat bahwa tasawuf berakar dari luar ajaran
Islam
seperti ; Majusi atau Hindu, Kristen atau Yunani, Atau campuran dari
agama-agama tersebut.

Tasauf bersumber dari Yunani?


Teori ini mengandung banyak kelemahan serta bertentangan dengan
realitas
sejarah. Pertama: Tasawuf Islam telah berkembang sebelum ajaran dan
pemikiran
agama hindu merasuki masyarakat muslim. Selain itu, tasawuf Islam lahir
sebelum
munculnya satu-satunya referensi tentang akidah agama hindu. Referensi
itu
adalah sebuah buku yg ditulis oleh Abu Ar-Raihan Al-Biruni (315H-440H)
dengan
judul Tahqiq Ma lil Hindi min Maqulah Maqbulah fil `Aqli Au Marzulah.
Kedua: Dari referensi tersebut Al-Biruni tidak menyebutkan adanya
hubungan
mempengaruhi dan dipengaruhi.
Oleh karena itu, tidak ada sandaran dan landasan historis yg memperkuat
tentang
teori tersebut yg mengatakan tasawuf bersumber dari yunani. (Tarikh
At-Tashawwuf Al-Islami, lihat juga Dr. Jamil Muhammad Abul `Ala, At-
Tasawwuf
Al-Islami Nasy`atuh wa Tathawwuruh)

Tasawuf bersumber dari Persia?


Sejarah membuktikan adanya hubungan Arab-Persia. Namun demikian, kita
tidak
mendapatkan keterangan yg jelas yg membuktikan adanya transmisi agama
majusi
dan filsafat Persia dari bangsa Persia ke bangsa Arab melalui hubungan
tadi.
Tidak ada argumentasi yg memungkinkan kita untuk membuat kesimpulan
“bahwa
tasawuf secara spesifik adalah salah satu pengaruh dan buah dari
hubungan
antara bangsa Arab dengan bangsa Persia”.(AL-Hayah Ar-Ruhiyah fil Islam)
Jika ada orang yg mengatakan bahwa ajaran tasawuf bersumber dari Persia
akibat
terpengaruhnya para syeikh sufi pada Persia, maka berarti orang
tersebut tidak
memahami sejarah, dan pendapatnya itu bertentangan dengan kaidah
ilmiah. Selain
itu, fakta menyatakan besarnya pengaruh para sufi terhadap para sufi
Persia.
Sebut saja Muhyiddin Ibnu Arabi (wafat 638H) Tokoh sufi ini sangat
berpengaruh
terhadap sejumlah besar tokoh sufi Persia semisal Al-Iraqi (wafat
686H) dan
AL-Kirmani (wafat 698 H)

Tasawuf bersumber dari Filsafat Yunani?


Sejarah membuktikan bahwa pemikiran Arab dan Yunani baru mengalami
persinggungan setelah adanya kegiatan penerjemahan literature-literatur
Yunani
kuno ke dalam Bahasa Arab. Sementara Kegiatan penerjemahan ini baru
dilakukan
setelah tasawuf tumbuh dan berkembang pesat. Hal ini membuktikan bahwa
pada
fase-fase pertamanya tasawuf bersih dari pengaruh yunani.

Tasawuf bersumber dari Kristen?


Pendapat para peneliti diatas pun tidak benar karena para sufi dan
zahid yg
terpengaruh ajaran Kristen muncul belakangan, jauh hari setelah
kemunculan
tasawuf itu sendiri. Anggapan sebagian orientalis yg mengatakan bahwa
pola
hidup miskin, sikap zuhud, dan zikir yang dilakukan para sufi
diadaptasi dari
Kristen juga salah. Karena banyak sekali ayat Al-Qur`an dan Sunnah Nabi
yg
menyeru ummatnya untuk berprilaku zuhud dan tidak cenderung pada dunia
dan
kenikmatannya. Banyak pula ayat dan hadits yg memotivasi umat untuk
berzikir.
Semua ini menegaskan bahwa praktek sufi tersebut mempunyai sumber yg
orisinil
dalam Islam.

Kesimpulannya:::
Setiap pendapat tentang keterpengaruhan tasawuf oleh unsur diluar Islam
tidak
tepat dan tidak didukung oleh dikumen atau teks yg diketahui khalayak
ramai.
Oleh karena itu, maka pendapat tersebut hanya terbatas pada masa paska
tahun
1920M. Bahkan, sebagian orang yg berpendapat demikian mulai mencabut
pendapatnya (Tarikh At-Thasawwuf Al-Islami).

Akhirnya, para zuhud dan sufi generasi pertama adalah orang-orang yg


bersih
jiwanya dan cerah hatinya, bersih nuraninya dan mampu menyingkap
hakikat.
Mereka melakukan seperti apa yg dilakukan oleh Nabi Shallallahu Alaihi
wa
Sallam seperti zuhud, wara`, takwa, dan ibadah berkesinambungan.
Keterpengaruhan mereka pada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (bukan
pada agama
dan filsafat lain) itulah yg mengantarkan mereka menjadi manusia sufi
dan zahid.

TASAWUF BERSUMBER DARI ISLAM ???


Ada kelompok yang mengatakan bahwa tasawuf bersumber dari ajaran Islam.
Inilah pendapat yang paling benar. Karena, dasar-dasar akidah dan
perilaku
tasawuf bersumber dari teks-teks Alqur`an dan As-Sunnah, dan kehidupan
Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabat beliau. Para zuhud
menyandarkan
kegiatan zuhudnya dari sumber-sumber Islam tersebut, demikian juga para
sufi yg
menempuh jalan yg lurus.

Dari Al-Quran:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main.
Dan
sesungguhnya akhirat itulah yg sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.”
(Al-`Ankabut:64). Lihat pula
- Al-Hadid:20-21
- Ali-Imran:191
- Thaha:130
- Al-Hujurat:13
Dalam banyak ayatnya, Al-Qur`an memotifasi untuk hidup zuhud dan
mewaspadai
sikap cinta dunia dan kemerlapannya. Orang yg membaca Al-Qur`an secara
jeli
akan menjumpai ayat-ayat yg membuka pintu zikir, introspeksi diri,
ibadah dan
bangun malam bagi para ahli ibadah.
Al-Qur`an juga berbicara tentang muraqabah, taubat, takut (khauf) pada
Allah,
harapan (raja`) pada Allah, syukur, tawakal, serta sabar. Al-Qur`an
penuh
dengan anjuran untuk mengamalkan sifat terpuji. Maka karena itu, para
sufi
berupaya memperindah diri dengan sifat-sifat terpuji. Dan mengambil
materi
pertamanya dan makanan rohani mereka dari Kitabullah.

Hadits Qudsi dan Hadits Nabi:


Abuhurairah r.a. berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda:
Allah Azza Wajalla berfirman, “Aku tergantung pada prasangka hambaKu
dan Aku
selalu bersamanya tatkala ia mengingatKu. Jika hambaKu mengingatKu
dalam
hatinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diriKu. Dan, jika ia
menyebutKu
dihadapan orang banyak, maka Aku akan menyebutnya di hadapan orang
banyak yg
lebih baik dari mereka. Jika dia mendekat padaKu sejengkal, maka Aku
mendekat
padanya sehasta. Jika ia mendekat padaKu sehasta maka aku akan mendekat
padanya
satu depa. Jika dia padaKu dengan berjalan, maka Aku akan datang
padanya
dengan berlari. (H.R. Muslim)

“Bersikap zuhudlah pada dunia, niscaya Allah akan mencintaimu, Bersikap


zuhudlah dari segala apa yg dimiliki manusia, niscaya manusia akan
mencintaimu!.” (H.R. Ibnu Majah)

“Jadilah engkau didunia ini laksana orang asing atau orang yg sedang
menyeberang jalan.” (H.R. Al-Bukhari)

Malaikat Jibril bertanya pada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam


tentang
Ihsan
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab:
“Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya; dan
jika
engkau tidak melihatNya. Maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. AL-
Bukhari)

KEHIDUPAN NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM:


Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam hidup dalam keadaan zuhud dan
menjauhi
kemewahan dunia, baik sebelum dan sesudah pengangkatan beliau sebagai
nabi,
beliau hidup dalam suasana bersih, zuhud, penuh ibadah, dan memfokuskan
diri
untuk Allah Azza wa Jalla.

Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam


melaksanakan
sholat malam hingga kaki beliau pecah-pecah. Akupun berkata padanya,
“Mengapa
engkau melakukan semua ini, wahai Rasulullah, padahal Allah telah
mengampuni
dosa-dosamu, baik dosa terdahulu maupun yang akan datang? Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab,
“Tidakkah aku ingin menjadi hamba yg bersyukur?” (HR. Al-Bukhari)
Dalam riwayat lain, Aisyah r.a. berkata, “Sejak datang (hijrah) ke
Madinah,
keluarga Muhammad tidak pernah merasakan kenyang dengan makanan gandum
selama
tiga malam sampai beliau wafat”. (HR. Al-Bukhari)

Dalam riwayat lain, Aisyah r.a. berkata, “Tidaklah Muhammad Shallallahu


Alaihi
wa Sallam makan sebanyak dua kali dalam sehari kecuali salah satu di
antaranya
dengan kurma”. (HR. Al-Bukhari).

KEHIDUPAN PARA SAHABAT:

ABU BAKAR AS-SHIDDIQ .R.A. (WAFAT 13H)


Abu Bakar As-Shiddiq, seorang sahabat yg zahid, bertaqwa, dan wara`.
Dia
membuang jauh dunia, meninggalkan tujuan-tujuan duniawi, untuk
menghadapkan
diri sepenuhnya padaAllah, hingga dalam kurun waktu enam tahun dia
tidak
menambah satu bajupun. Dia pernah berkata, “Inilah yg diharapkan Allah
dariku.”
Dalam kesempatan lain dia mengatakan, “Jika seorang hamba telah merasa
kagum
pada perhiasan dunia, maka Allah membenci hamba ini sampai ia
meninggalkan
perhiasan itu” (AL-Hayah Ar-Ruhiyyah fi Al-Islam)
Dalam kesempatan lain juga berbicara tentang ma`rifat. “Barang siapa
merasakan
sesuatu dari kemurnian ma`rifat, maka hal itu akan membuatnya lupa pada
selain
Allah Ta`ala, dan merasa asing ditengah-tengah manusia” (AL-Hayah Ar-
Ruhiyyah
fi Al-Islam).

UMAR BIN KHATTAB R.A. (WAFAT 24 H)


Umar bin Khattab r.a. sangat terpengaruh oleh ahlak Rasulullah
Shallallahu
Alaihi wa Sallam. Dia meneladani sikap zuhud dan ibadah Rasulullah.
Kehidupannya juga terpengaruh oleh kehidupan beliau, Rohaninya jernih
dan
hatinya bersih.
Contoh paling nyata dari gaya hidup bersahaja Umar adalah kenyataan
pada saat
menjadi khalifah, Umar berpidato ditengah-tengah rakyat. Saat itu dia
memakai
sarung dengan dua belas tambalan, dan salah satu tambalan bajunya
terbuat dari
kulit. Selain itu baju yang dikenakannya memiliki empat tambalan. Dia
tidak
mempunyai baju selain yg dikenakannya itu. Selain itu, dia juga mencuci
baju
dengan tangannya sendiri. (At-Tasawwuf Al-Islami:Manabi`uh wa Athwaruh.
lihat
pula Al-Hayah Ar-Ruhiyyah. Hal. 21).

UTSMAN BIN AFFAN R.A (WAFAT 35 H)


Utsman adalah sahabat yg zahid, bertakwa, wara` banyak merenungkan alam
semesta
dan Al-Qur`an. Disiang hari berpuasa, sementara dimalam hari
mengerjakan
shalat. Tidak pernah seharipun ia meninggalkan bacaan Al-Qur`an sampai-
sampai
saat ia mati terbunuh, ia sedang memegang AL-Qur`an. (Al-Hayah Ar-
Ruhiyyah)
Suatu hari Usman berkata, “Aku menjumpai kebaikan itu terkumpul dalam
empat
hal: pertama Mencintai Allah, kedua Saabar dalam Menjalankan Hukum
Allah,
ketiga Rela menerima Takdir Allah Azza wa Jalla, keempat Malu karena
dilihat
Allah Azza wa Jalla. (Nasy`atuh wa Athwaruh)
Salah satu tanda kezuhudannya ia memberi makanan lezat kepada orang-
orang
muslim. Kemudian ia masuk rumah dan hanya memakan cuka dan minyak.
(Ahmad bin
Hanbal)

ALI BIN ABI THALIB R.A. (WAFAT 40 H)


Ali r.a. adalah sahabat yg zuhud, bersahaja dan sabar. Bajunya robek di
sana
sini. Pada suatu saat orang yg melihat bajunya robek bertanya, “Wahai
Amirul
Mukminin, mengapa engkau mengenakan baju yg robek?” Dia menjawab, “Agar
hati
ini bisa khusyu’ dan orang mukmin mencontoh perilaku ini.” (AL-Hayah
Ar-Ruhiyyah).
Perilaku Ali ini oleh para sufi dijadikan sebagai teladan bagi perilaku
zuhud,
hingga seorang ulama sufi mengatakan, “Semoga Allah meridhai Amirul
Mukminin
Ali. Jika dia tidak disibukkan oleh urusan perang, niscaya ia akan
memberikan
makna yg banyak dalam ilmu kami.” (Ath-Thusi, Al-Luma`).
Ali pernah berkata pada dunia, “Kepadaku engkau merayu, kepadaku engkau
rindu.
Jauh.. .. Rayulah orang lain. Aku meninggalkanmu karena tiga hal,
umurmu
pendek, majelismu hina, dan bahayamu ringan. Ah.. karena sedikitnya
bekal,
jauhnya perjalanan dan sepinya perjalanan”. (Manabi`uh wa Athwaruh)

Tidak hanya Khulafaurrasyidin yang melakukan hidup zuhud, tapi juga


sahabat-sahabat lain. Mereka adalah teladan luhur yg menjadi panutan
bagi
manusia. Diantara sahabat yang melakukan zuhud adalah Abdullah bin
Umar, dia
berpuasa disiang hari, sholat di malam hari dan menghatamkan Al-Qur`an
setiap
malam. Sahabat lain Adalah Tamim Ad-Dari yg terkenal dengan sholat
tahajjudnya.
SELANJUTNYA Orang-orang zuhud di kalangan Sahabat dan Murid-muridnya
kita akan
melihat bagaimana Tasawuf pada fase awalnya berjalan sesuai dengan
Ajaran
Al-Qur`an dan As-Suunah sampai pada zaman Imam Al-Ghazali:

ABU DHARDA` R.A (WAFAT 32 H)


Ia terkenal sebagai sahabat yg banyak merenungkan alam ciptaan Allah
untuk
mengambil pelajaran darinya. Ia sangat memperhatikan ketakwaan yang
hakiki,
beramal untuk akhirat dan bersikap zuhud dalam memandang dunia, karena
dunia
akan hilang dan musnah.

ABU DZAR AL-GHIFARI R.A. (WAFAT 32 H)


Abu Dzar Alghifari dikenal sebagai toko zuhud. Ia sangat keras
menentang orang
yg menimbun-nimbun emas. Abu Dzar berusaha mencontoh gaya hidup
Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia hidup dengan sikap zuhud. Ia
mempertahankan
pola hidup sederhana hingga istrinya memprotesnya, karena kemiskinan yg
dideritanya bersama keluarga. Ia pun menjawab protes istrinya dengan
mengatakan, “Wahai Ummu Dzar, sesungguhnya kita dihadapkan pada akibat
yg berat
di esok hari. Orang yg membawa beban dunia yg ringan pada hari itu
lebih baik
dari pada orang yg membawa beban yg berat”. (Ahmad bin Hambal)

ZAINAL ABIDIN (WAFAT 95 H)


Ia mempraktekkan sikap Zuhud, tetapi zuhudnya tidak dilakukan dengan
meninggalkan kesenangan dunia. Ia memakai pakaian bagus. Hal ini
dilakukan
sebagai bentuk pengamalan ajaran Al-Qur`an untuk menikmati kesenangan
hidup,
asal tidak melampaui batas dan tidak berlebihan.

HASAN AL-BASHRI (WAFAT 110 H)


Abu Thalib Al-Makki mengatakan, “Jika Hasan AL-Bashri datang, seakan ia
baru
datang dari kuburan kekasihnya. Jika ia sedang duduk, maka ia duduk
bagikan
seorang tawanan yg hendak dipenggal lehernya”.

JA`FAR ASH-SHIDDIQ DAN MAQAM MA`RIFAT.


Al-Qushairi (Wafat 148 H) berpendapat dan pendapatnya ini disetujui
oleh Ibnul
Jauzi dan As-Silmi : Ja`far Ashiddiq adalah toko yg meletakkan zuhud
sebagai
dasar tasawuf.

MA`RUF AL-KARKHI (WAFAT 201 H)


Dipenghujung abad I dan awal abad II H tasawuf berada dalam
perkembangan pesat
di tangan seorang tokoh quthub tasawuf . Dia adalah Ma`ruf Al-Karkhi.
Ia
mengatakn bahwa tasawuf yg dipraktekkan didasarkan pada ajaran AL-
Qur`an dan
As-Sunnah.

ABU SULAIMAN AD-DARANI (WAFAT 215 H)

ABU HUSAIN AHMAD BIN AL-HAWARI (WAFAT 230 H)


Ia mengataka, “Barang siapa melihat dunia dengan pandangan tamak dan
cinta,
maka Allah akan mengeluarkan cahaya yakin dan Zuhud dari dalam dirinya”
(Ibid.75)

AL-MUHASIBI (WAFAT 243 H)


Ia memiliki pengetahuan yg luas dalam ilmu kalam. Menurutnya, kita bisa
memiliki hati yg jernih secara sempurna jika patuh pada kaidah-kaidah
ahlak
tasawuf.
Banyak ahli fiqih yg mengkritiknya diantara yg mengkritiknya adalah
Imam Ahmad
bin Hanbal. Namun para sejarawan menulis bahwa akhirnya Imam Ahmad bin
Hanbal
memahami pendapat Al-Muhasibi.
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Aku tidak mengingkari AL-Muhasibi
karena aku
melihat saat adzan maghrib dikumandangkan ia melakukan sholat, ia
menikmati
makan, dan kemudian berbicara dengan teman-temannya saat mereka
menghadapi
hidangan makanan. Apa yg dilakukan sesuai dengan ajaran Sunnah…..”
Selanjutnya Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Apa yg aku dengar
tentang
tasawufnya berlainan dengan pemandangan yg aku lihat sendiri. Aku
memohon
ampunan dari Allah Yang Maha Agung.” (Asy-Sya`rani, At-Thabaqat, hal.
218-219)

DZUN NUN AL-MISRI (WAFAT 240 H)


ABU SAID AL-KHARRAZ (WAFAT 279 H)
SAHL BIN ABDULLAH AT-TUSTURI
AL-JUNAID BIN MUHAMMAD
ABU HUSAIN AL-WARRAQ (WAFAT 319)
IMAM AL-GHAZALI (LAHIR 450 H)

Demikian Tasawuf dijalankan oleh kelompok orang-orang yg berpegang


teguh pada
Al-Qur`an dan As-Sunnah. Tasawuf berkembang hingga sampai pada
puncaknya pada
zaman Imam Al-Ghazali (lahir 450 H). Tasawuf dikuatkan oleh dalil-dalil
dan
Ajaran Al-Qur`an dan As-Sunnah, dibangun diatas perilaku dan ahlak para
Nabi
dan orang-orang yg jernih hatinya.

SELANJUT SIAPAKAH YG MENGAKU-NGAKU SUFI?


Setiap sisi kehidupan baik politik, agama, dan ilmu pengetahuan pasti
diisi
oleh orang-orang gadungan demikian juga dalam dunia tasawuf.
Siapakah kelompok gadungan itu ?::::::

Menurut Imam Al-Ghazali:


Kelompok I:
Berpenampilan layaknya seorang sufi tetapi mereka tidak melakukan
mujahadah,
riyadhah, tidak melakukan muraqabah lahiriah dan bathiniah serta tidak
membersihkan diri dari maksiat.
Penampilannya sebagai sufi dimaksudkan untuk mendapatkan harta dan
kedudukan
dengan cara cepat. Al-Ghazali mengatakan, “Mereka adalah sufi-sufi
jaman ini
kecuali mereka yang dijaga oleh Allah SWT….”

Kelompok II:
Memperhatikan penampilan tapi mengabaikan hatinya; tidak mau makan
sederhana;
tidak mau tinggal dirumah sederhana.
“Bahaya kejahatan mereka menimpa manusia yg lain, karena mengikuti
langkah
mereka. Adapun yg tidak mau mengikuti mereka, pasti berburuk sangka
pada
seluruh sufi yg sejati. Orang ini menganggap semua sufi berprilaku
demikian,
dan akhirnya mencela semua sufi secara terang-terangan.” Kelompok ini
lebih
berbahaya, orang yg menjadi pengikutnya akan sesat sementara orang yg
tidak mau
ikut akan menilai semua sufi dengan penilaian yg keliru.

Kelompok III:
Mengaku mempunyai ilmu melalui kasyaf dan ma`rifat, padahal
sesungguhnya adalah
orang yg jauh dari agama, mereka mengklaim lebih tinggi derajatnya dari
pada
ilmu orang zaman dahulu dan zaman sekarang, mereka memandang ulama
dengan
sinis, menurutnya ulama lain tidak mampu sampai pada hakikat. Mereka
meremehkan
ulama, menganggap tujuan utama ulama adalah amal (bukan ilmu).
Imam Al-Ghazali mengataka, “Diantara sufi palsu ada yg mengaku
mempunyai ilmu
mukasyafa, melihat Al-Haq, telah melewati semua maqam, dan sampai di
dekat
Allah.”

Kelompok IV:
Melaksanakan amal kebajikan, mencari yg halal, sibuk melakukan
mujahadah, dan
mengawasi keadaan hati. Hanya saja mereka mengklaim maqam zuhud,
tawakal, dan
cinta tanpa mengetahui hakikat, syarat, tanda, dan penghalang-
penghalang maqam
ini.
Ini terjadi karena mereka malu pada manusia bukan karena Allah SWT.

Kelompok V:
Sibuk mencari makanan halal, tapi lalai dalam mengevaluasi perbuatan
hati dan
anggota badannya. “Diantara mereka ada yg sibuk mencari makanan,
pakaian, dan
pendapatan yg halal. Mereka tidak sadar bahwa Allah hanya meridhoi
hambaNya yg
melakukan ketaatan dengan sempurna. Karena barang siapa yg mengikuti
sebagian
tuntunan Allah dan mengabaikan tuntunanNya yg lain maka ia adalah orang
yg
terpedaya”.

Kelompok VI:
Mengaku berahlak mulia, tawadhu`, dan lapang dada. Mereka membantu para
sufi.
Yg mereka harapkan adalah pujian. Mereka adalah manusia yg gemar pamer
kebajikan (riya`).
Kelompok VII:
Mereka adalah adalah orang yg menghiasi jiwa dengan ahlak mulia dan
membersihkannya dari aib. Mereka tidak mempunyai kegiatan lain selain
mencari
aib dan penyakit hati. Ahirnya waktu mereka banyak yg terbuang dan
tidak sempat
melakukan hal lain. “seakan-akan mereka hidup sendiri dan tidak sibuk
dengan
penciptanya, mereka sibuk membahas waktu dan penghalang ibadah haji
tapi tidak
melakukan menempuh jalan untuk melaksanakannya…”(Al-Kasyf wat Tabyin.
Hal 72).

Kelompok VIII:
Menempuh jalan mujahadah hingga terbuka bagi mereka pintu ma`rifat. Ia
merasa
takjub dan heran. Ia memikirkan bagaiman pintu-pintu itu terbuka bagi
dirinya
dan Tertutup bagi orang lain selain dirinya. Pikiran orang ini disebut
tipu
daya. (Al-Ihya 3,406).

Kelompok IX:
Kelompok ini belum mendapat cahaya penerang jalan; juga belum
mendapatkan
karunia. Saat sampai pada tujuan, mereka merasa puasdan menyangka telah
sampai,
padahal sesungguhnya belum. Mereka salah sangka, karena Allah memiliki
banyak
hijab. Hijab pertama yg harus dilalui adalah jiwa hamba sendiri. Jika
hakikat
itu telah terbuka, maka ia akan mampu mendengar seluruh alam. Pada saat
itu,
cahaya akan bersinar kemilau, karena hakikat semua yg wujud akan nampak
dimatanya. Lalu mereka takjub lalu bisa saja ia berteriak mengatakan
“AKULAH
AL-HAQ…!”
Kelompok X
Melepaskan diri dari aturan syariat.
Kenapa terjadi demikian? Karena mereka menempuh jalan tarekat tanpa
bekal ilmu
dan tanpa dasar As-Sunnah. Mereka adalah orang-orang yg telah
menyimpang.
“Batas yg memisahkan antara kita dengan mereka (orang kafir) adalah
sholat”
(HR. An-Nasa`i).

Demikian, saat ini banyak sekali corak warna tentang hal ini beserta
yang
menentangnya. Ada yg mengaku tapi tidak termasuk, ada yg tidak mengaku
tapi
termasuk, ada yg mengaku lurus tapi bengkok, ada yg mengaku bengkok
tapi lurus.
Allahlah yg maha mengetahui, bukan anda. (e-mail sender)

PEMIKIRAN ASING YG MEMASUKI TASAWUF

- HULUL
Pandangan Imam Al-Ghazali terhadap Paham Immanentisme atau Hulul
Imam Al-Ghazali menolak keras paham ini ia mengatakan, “Mengabaikan
akal dan
hukumnya menyebabkan manusia terjebak dalam kesalahan, yaitu menganggap
sama
dua entitas yg tidak mungkin saling menempati satu sama lain. Kedua
entitas itu
adalah Zat Allah dan diri manusia. (Al-Maqshad Al-Asna fi Syarh
Asma`illah
Al-Husna).
- ITTIHAD
Imam AL-Ghazali mengatakan, “Pandangan tentang menyatunya Sang Khaliq
dengan
mahluk adalah pandangan yang sangat jelas kebatilannya. Karena klaim
“hamba
telah menjadi tuhan” bertentangan dengan hakikat Allah sendiri. Bahkan,
Tuhan
harus disucikan dari sifat yg berlaku pada manusia, seperti hal yang
mustahil
ini (yaitu ittihad). (Al-Maqshad Al-Asna).
- WAHDATUL WUJUD
Imam Al-Ghazali mengatakan, “Adalah suatu hal yg tidak masuk akal dan
tidak
dapat diterima, jika allah menjadikan diriku seperti DiriNya. Tidak
masuk akal
Allah jika Allah menjadikanku qadim, padahal aku bukanlah sang pencipta
langit
dan bumi…
Jika seorang membenarkan kejadian mustahil ini, berarti ia telah
mengabaikan
akal...
Ia tidak layak untuk diajak bicara. Dia harus ditinggalkan.
Al-Ghazali menjelaskan, mungkin saja ucapan para sufi mabuk tersebut
diartikan
secara kiasan sebagimana yg sering diucapkan oleh penyair karena jika
tidak
maka ucapan tersebut dianggap sebagai penyimpangan, kesalahan dan
keluar dari
islam.

IBNU TAIMIYAH (LAHIR 661 H)


Tersebar kabar di kalangan peneliti, klasik maupun modern, bahwa Ibnu
Taimiyah
memusihi tasawuf . kabar ini tidak mempunyai dasar ilmiah, bahkan
disandarkan
pada pandangan yg salah. (Da`irah Almaarif Al-Islamiyah).
Ini adalah anggapan keliru yg dibuat oleh musuh Ibnu Taimiyah, karena
orang yg
meneliti dengan teliti kitab-kitab Ibnu Taimiyah akan menjumpai
pernyataan-pernyataan yg memuji guru-guru sufi yg setia pada Al-Quran
dan
As-Sunnah.

Ibnu Taimiyah mengelompokkan sufi ke dalam tiga golongan:


Sufi hakiki (yang benar-benar sufi), Sufi (yang megharapkan) rizki dan
sufi
(yang hanya) penampilan.
Ibnu taimiyah mengatakan, “Pendapat yg benar, mereka kaum sufi itu
sebenarnya
adalah orang yg bersungguh-sungguh menaati Allah, sebagaimana golongan
lain
juga melakukannya….”(Ash Shufiyah wa Al-Fuqara’)

-----------------------------------------------------------------------
---------
Apakah Anda Yahoo!?
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.


Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:


http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:


http://docs.yahoo.com/info/terms/

[media-dakwah] Fw: Saudaraku beribicara tentang TASAWUF Mas No

Kirimkan email ke

You might also like