You are on page 1of 3

Anak sekolah di Jepang

Seragam Sekolah Seragam bergaya barat mulai diperkenalkan di Jepang sekitar akhir abad ke-19 sebagai suatu bagian dari modernisasi, mengingat saat itu Jepang menutup diri dari dunia luar. Pemakaian seragam yang dikenal dengan nama seifuku pun kemudian berkembang luas baik di sekolah-sekolah umum maupun sekolah privat yang mewajibkan muridnya mengenakan seragam, khususnya murid sekolah menengah. Seragam murid perempuan yang terkenal saat itu adalah seragam ala pelaut yang dinamakan sailor fuku. Desain sailor fuku tersebut didasarkan pada pakaian militer Jepang periode Meiji yang kemudian dimodifikasi menyerupai seragam pelaut gaya Eropa. Sampai saat ini sailor fuku masih menjadi seragam yang umum dipakai murid-murid perempuan di Jepang., namun seiring perkembangan zaman mulai dikembangkan pula seragam bergaya Barat. Seragam bergaya Barat umumnya terdiri dari kemeja /atasan berwarna putih , dasi, blazer, dan rok tartan [rok pola petak dengan paduan berbagai warna]. Seragam pun mulai dibuat berbagai model dan bahan sesuai musim. Pada musim panas seragam yang lazim dikenakan adalah setean one piece berupa kemeja berbahan katun, dasi dan rok. Sedangkan memasuki musim gugur dan musim dingin, seragam yang dikenakan semakin tebal dengan penambahan jas atau blazer. Jam Belajar di Sekolah

Jam pelajaran pertama dimulai pada pukul 8:45, dan jam pelajaran terakhir (jam ke-6) berakhir pada pkl 15.15. Terdapat 31 jam pelajaran selama 5 hari belajar, yaitu masing-

masing 6 jam, dan pengecualian untuk hari Rabu terdapat 7 jam pelajaran. Satu jam pelajaran lamanya 50 menit. Siswa-siswi di Jepang kebanyakan tidak bisa menyetir, jadi untuk menuju sekolah mereka menggunakan transportasi umum. Jarak sekolah dari rumah sepertinya juga lumayan jauh, ada yang menghabiskan sekitar dua jam perjalanan untuk tiba di sekolah. Orang Jepang memang tidak suka membuang waktu, selama perjalanan biasanya digunakan untuk membaca buku. Juku

Sama seperti murid murid di Indonesia, murid di Jepang juga membutuhkan pelajaran tambahan di luar sekolah alias Bimbel (baca: Bimbingan Belajar) yang disebut Juku. Selain belajar tentang pelajaran di sekolah seperti matematika, bahasa Inggris, bahasa Jepang, sains, Juku juga ada yang menawarkan untuk berenang, piano, maupun hal non akademik lainnya. Dan tentu saja murid yang akan ujian masuk universitas berbondong-bondong mengikuti les. Libur musim panas Liburan musim panas di Jepang berlangsung dari bulan Juli hingga awal oktober. Panjang memang. Tapi bagi anak sekolah di Jepang, sekalipun nama resminya libur, mereka sebenarnya tidak libur benar. Sejak hari belajar dikurangi menjadi 5 hari per pekan,

pemerintah mewajibkan guru untuk memberikan aktivitas tambahan buat murid selama musim panas. Anak-anak SD, SMP dan SMA dibebani PR yang cukup banyak, dan sesekali harus datang ke sekolah berdiskusi dengan guru atau mengumpulkan PR-nya. Anak-anak SMA kelas 3 setiap hari tetap masuk untuk bimbingan belajar plus melakukan bukatsudo (klub olahraga atau seni). Karena anak-anak masuk, maka otomatis guru pun harus masuk. Dan tidak tanggungtanggung, bukan hanya wali kelas yang wajib hadir atau guru yang memberikan tugas yang harus hadir, tapi semua guru termasuk kepala sekolah. Bisa dikatakan tidak ada hari libur yang mutlak bagi para guru dan pejabat sekolah. Ya, sekalipun libur, anak-anak tidak boleh berhenti berfikir. Mahasiswa tingkat akhir pun tidak boleh berhenti menulis, sekalipun otak tak bekerja baik karena panas yang menyengat.

Sumber terkait: Arigato buat link dibawah ini http://watashiwauchadesu.blogspot.com/2010/11/kehidupan-sma-di-jepang.html http://inkchanplace.blogspot.com/2011/07/sma-di-jepang-seperti-apa.html http://onlinesoftskills.wordpress.com/2010/11/17/the-history-of-sailor-seifuku/
http://murniramli.wordpress.com/2008/08/07/menikmati-liburan-musim-panas-di-jepang/

You might also like