You are on page 1of 19

KENAKALAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN

A. A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Setelah kita memasuki era kehidupan dengan sistem komunikasi global, dengan kemudahan mengakses informasi baik melalui media cetak, TV, internet, komik, media ponsel, dan DVD bajakan yang berkeliaran di masyarakat, tentunya memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita. Setiap fenomena yang ada dan terjadi di dunia, tentunya akan memberikan nilai positif sekaligus negatif. Sangat tergantung pada pola pikir dan landasan hidup pribadi masing-masing. Setiap teknologi memberikan efek positif dan negatif . Maraknya penggunaan ponsel telah menurunkan interaksi individu secara langsung. Hal ini akan cenderung membuat pola hidup manusia menjadi indivualistis. Dampak negatif ini tentunya dapat dikurangi bahkan dihindari jika saja si pengguna memiliki pemahaman etika dan sikap yang kuat (bijak-positif) untuk memanfaatkan sesuatu secara selektif dan tepat guna.

Inilah titik permasalahannya bagi anak dan remaja. Penyaring internal (pemahamam, etika dan sikap) anak dan remaja kita masih sangat rapuh. Di era kompleksitas arus kehidupan saat ini, orang tua (terutama di perkotaan) telah kehilangan daya mendidik dan membangun keluarga bagi anak-anaknya.masalah ini muncul karena kurang perhatiannya orang tua terhadap anak. Masa remaja adalah masa dimana mereka mencari identitas diri, oleh karena itu pada masa ini orang tua harus berperan aktif dalam hal menerapkan pola asuh yang baik bagi remaja.dan orang tua harus bisa memahami psikologi remaja agar tidak terjadi salah pola asuh, karena hal ini akan berakibat buruk pada saat remaja menginjak masa dewasa, karena anak akan menjadi anak yang nakal dan akan menjadi pembangkang dalam keluarga. Seperti yang penulis katakan diatas, bahwa pengaruh teknologi juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan remaja, jika remaja salah dalam menanggapi setiap info dan pesan yang diperoleh dari media teknologi tersebut karena secara tidak langsung hal itu sudah menjadi bahan pembelajaran bagi remaja. Dari penjalasan diatas tadi membuat penulis merasa penting untuk mengangkat hal ini.sehingga penulis memilih judul KENAKALAN REMAJA dan dengan ini penulis berharap paper ini bisa berguna. BAB II LANDASAN TEORI

A. Definisi Kenakalan Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kenakalan dengan kata dasar nakal adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak menurut. Sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain ; tingkah laku yang melanggar norma kehidupan masyarakat. Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Definisi kenakalan remaja menurut para ahli, salah satunya adalah Kartono seorang ilmuan sosiologi mengemukakan pendapatnya bahwa Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang". Dan Santrock mengatakan bahwa "Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya.

B. Definisi Remaja Masa remaja adalah masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,psikis & psikososial. Remaja awal (13-14 thn) Remaja Tengah (15-17 Thn) Remaja akhir (18-21 Thn) Istilah Remaja berasal dari bahasa latin Adolescere yang berarti remaja. Mencakup kematangan mental,emosi,social,dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Jhon Pieget, :secara psikologi masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkat yang sama. Presepsi umum tentang remaja merupakan kelompok yang biasanya tidak berada dengan kelompok manusia yang lain, ada yang berpendapat bahwa remaja adalah kelompok orang-orang yang sering menyusahkan orang tua. Remaja merupakan kelompok manusia yang penuh dengan potensi berdasarakan catatan sejarah remaja Indonesia yang penuh vitalitas, semangat patriotisme yang menjadi harapan penerus bangsa Perlu dilakukan pembinaan remaja oleh orang tua dan guru harus memahami kejiwaan dan dunia mereka. Bila tidak akan menimbulkan efek yang tidak diharapkan.

C. Pandangan Alkitab Terhadap Remaja

Alkitab mengajarkan bahwa sebagai remaja Kristen, tubuh kita adalah bait Allah yang hidup. Paulus amat memperhatikan perbuatan dan tingkah laku orang Kristen. Ia berkata kepada orang-orang Kristen di Korintus demikian: Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (1Kor. 3:16). Kemudian ia berkata lebih lanjut: Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. . . ? (1Kor. 6:19). Paulus menulis kepada umat Tuhan di Korintus dengan memakai gaya bahasa retoris tidak tahukah kamu yang mempunyai pengertian bahwa mereka sesungguhnya sudah harus tahu bahwa sebagai orang-orang percaya, tubuh mereka adalah bait Allah yang hidup di mana Roh Kudus diam di dalam mereka. Bagi remaja dunia, tubuh adalah alat untuk melampiaskan nafsu tetapi bagi remaja Kristen, tubuh ialah bait Allah yang kudus sehingga remaja Kristen sepatutnya hidup dalam kekudusan. Ketika kita percaya Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, kita dimeteraikan oleh Roh Kudus. Karena itu kalau kita tetap hidup menuruti hawa nafsu berarti kita mendukakan Roh Kudus. Kita dipanggil untuk meninggalkan semua kebiasaan yang dapat memperhamba kita tetap hidup dalam dosa supaya kita dapat hidup dalam kekudusan. Apakah ada dosa-dosa yang membelenggu kita seperti pestapora, mabuk, judi, narkoba? Kita perlu memohon kepada Tuhan agar kuasa Roh Kudus

memampukan kita untuk lepas dari perbuatan-perbuatan dosa yang memperhamba kita. Menurut remaja dunia, pesta-pora, mabuk, judi dan narkoba adalah hal yang normal. Tetapi menurut Alkitab semua itu memperbudak kehidupan kita sehingga kita hidup dalam belenggu dosa.

BAB III KENAKALAN REMAJA

A. PERGAULAN BEBAS REMAJA Perilaku yang penuh dengan kebebasan seringkali mengarah pada kenakalan yang sangat mencemaskan Sangat menyedihkan saat perilaku ini mengakibatkan tingginya angka aborsi dikalangan remaja. Karena perilaku yang tidak bertanggung jawab, maka seringkali kehamilan terjadi diluar kehendak mereka. Maklum, akibat kurangnya pengetahuan dan sikap sembrono. Sangat berbahaya mengingat hal ini menyangkut jiwa manusia dan kesehatan reproduksinya dimasa mendatang. Ketidaksadaran akan hal ini sungguh sangat mengkuatirkan. Hal lain yang patut dikuatirkan adalah penggunaan obat terlarang yang marak beredar di pesta-pesta anak muda. Gaya hidup dengan pergaulan seks yang tidak bertanggung jawab juga mereka lakukan pada pacar sendiri. Dan dianggap sebagai ungkapan rasa cinta bila mereka akhirnya bisa tidur bersama. Banyak dilihat kasus-kasus narkoba yang mengarah pada sifat suka mencuri atau bahkan merampok. Konsumsi narkoba memerlukan biaya yang tidak sedikit.

B. PENGARUH TEKNOLOGI BAGI REMAJA Setiap teknologi memberikan efek positif dan negatif Setiap individu dari kita akan merasa senang dengan kehadiran produk atau layanan yang lebih canggih dan praktis. Tidak terkecuali teknologi internet yang telah merobohkan batas dunia dan media televisi yang menyajikan hiburan, informasi serta berita aktual. Setelah kita memasuki era kehidupan dengan sistem komunikasi global, dengan kemudahan mengakses informasi baik melalui media cetak, TV, internet, komik, media ponsel, dan DVD bajakan yang berkeliaran di masyarakat, tentunya memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita. Setiap fenomena yang ada dan terjadi di dunia, tentunya akan memberikan nilai positif sekaligus negatif. Masalah ini Sangat tergantung pada pola pikir dan landasan hidup pribadi masing-masing. Maraknya penggunaan ponsel telah menurunkan interaksi individu

secara langsung. Hal ini akan cenderung membuat pola hidup manusia menjadi indivualistis. Dampak negatif ini tentunya dapat dikurangi bahkan dihindari jika saja si pengguna memiliki pemahaman/pengetahuan, etika dan sikap yang kuat (bijak-positif) untuk memanfaatkan sesuatu secara selektif dan tepat guna.

C. FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA 1. Kurangnya Kasih Sayang Orang Tua. Kasih Sayang orang tua merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan remaja karena dukungan orang tualah yang bisa membuat remaja termotivasi untuk berusaha dan untuk berprestasi tetapi jika orang tua sibuk dengan urusan mereka sendiri dan tidak mempedulikan remaja tersebut, ia akan menjadi anak yang kurang kasih sayang dan ia akan mencari kesenangan sendiri yang bisa membuat dia tenang dan tidak memikirkan masalah dirumah, paling banyak kasus dari kenakalan remaja ini Indonesia adalah mereka yang berasal dari golongan atas/ anak dari orang tua yang berlebihan dalam materi, orang tua yang sibuk dengan segala urusan bisnis membuat anaknya terlantar dan hanya diurusi oleh pembantu. 2. Pergaulan Dengan Teman Yang Tidak Sebaya. Akibat dari kurangnya kasih sayang dan pengawasan dari orang tua anak akan mencari kesenangan di luar dan mereka akan bergaul bebas dengan siapa saja yang mereka inginkan dan terkadang mereka mencari teman yang tidak sebaya. Yang lebih dewasa dari mereka karena mereka merasa dilindungi sehingga mereka mencari teman-teman yang lebih dewasa dari mereka. Dengan begitu mereka akan terpengaruh dangan apa yang dilakukan orang dewasa. 3. Peran Dari Perkembangan Iptek Yang Berdampak Negatif Perkembangan iptek memang sangat baik dan penting bagi perkembangan ilmu pengetehuan dan informasi para remaja, namun saat ini remaja justru salah mempergunakan kecanggihan teknologi tersebut, dan mereka menyelewengkan fungsi teknologi yang sebenarnya. 4. Tidak Adanya Bimbingan Kepribadian Dari Sekolah. Peran guru di sekolah juga sangat berpengaruh pada sikap dan tingkah laku seorang remaja. Terkadang guru di sekolah lebih lebih mementingkan intelegensi pelajar dari pada pembinaan terhadap mental dan sikap mereka dan hal ini juga akan berepengaruh pada tingkah laku mereka ada masa depan, karena guru juga sangat bertanggung jawab atas murid atau pelajar yang mereka didik. 5. Dasar-Dasar Agama Yang Kurang. Hal ini terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan segala usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak sekolah terkadang kurang

memperhatikan hal ini. karena jika remaja tidak mendapat pendidikan agama yang baik mereka akan jauh dari Tuhan dan pasti tingkah laku mereka akan sembarangan. 6. Tidak Adanya Media Penyalur Bakat Dan Hobinya Masa remaja merupakan masa dimana mereka mulai menyalurkan berbagai bakat dan potensi yang mereka miliki dan terkadang media atau tempat untuk mereka menyalurkan bakat mereka,tidak tersedia dan akhirnya yang mereka lakukan adalah mencari kesenangan sendiri dan lebih suka hura-hura daripada duduk tenang dirumah atau belajar. 7. Kebebasan Yang Berlebihan Ada orang tua yang dalam mendidik anak mereka menerapkan pola asuh yang demokratis yang berlebihan sehingga anak menjadi yang keras kepala dan sering memaksakan kehendaknya kepada orang tua dan pola asuh seperti ni akan berakibat buruk pada anak. 8. Masalah Yang Dipendam Masa remaja sering penuh dengan berbagai problem,terkadang remaja tidak terbuka pada orang tua, sehingga merek merasa bahwa mereka mampu mengatasi masalah itu sendiri.ternyata mereka tidak sanggup. Contoh masalah berpacaran,ketika remaja putus cinta terkadang mereka tidak mau menceritakan hal ini kepada orang tua tetapi yang mereka lakukan adalah memendam dan akhirnya mereka sendiri yang depresi dan akhirnya lari ke hal-hal yang tidak baik.mabuk-mabukan merokok,dl.

D. PENANGGULANGAN TERHADAP KENAKALAN REMAJA Diatas penulis sudah menjelaskan sedikit tentang kenakalan remaja dan faktor-faktor penyebab kenakalan remaja tersebut. Dan disini penulis akan membahas tentang bagaimana menanggulangi kenakalan remaja. 1. ORANG TUA Dalam hal pembinaan terhadap remaja, orang tua seharusnya yang berperan aktif dalam memberikan motivasi bagi anak remaja,dan masalah kenakalan remaja juga sangat bergantung pada pola asuh yang diterapkan orang tua bagi anak. Dan hal ini harus sudah di mulai sejak dini mungkin sehingga ketika anak memasuki masa remaja mereka tidak salah dalam pergaulan dan mereka menjadi anak yang penurut dan taat kepada orang tua. Karena hal ini sangat berpengaruh dengan pola asuh maka di sini penulis juga memberikan beberapa contoh pola;

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh seperti ini adalah pola asuh yang salah, karena anak akan selalu berada dibawah kekuasaan orang tua,karena orang tualah yang berkuasa dan anak hanya bisa mengikuti semua aturan dan tidak boleh membantah, pola asuh seperti ini membuat anak menjadi seorang anak yang penakut dan tidak bisa bertanggung jawab terhadap pribadi sendiri, karena anak akan beranggapan bahwa semuanya biarlah orang tua yang mengaturnya, anak tidak mandiri dalam membuat sebuah keputusan kelak nanti, mental anak akan menjadi seorang yang anak yang tidak percaya diri dan tidak berani menghadapi tantangan hidup. Pola asuh seperti ini juga terkadang ada yang bersifat kekerasan,dan hal ini yang akan lebih berbahaya, karena anak akan menjadi berwatak keras dan susah diatur,dan ada juga yang menyimpan akar pahit kepada orang tua. b. Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif adalah pola asuh yang dimana anak yang akan selalu menjadi mendominasi setiap pengambilan keputusan dan orang tua hanya bisa mengikuti setiap apa yang diinginkan anak, hal ini terjadi karena orang tua biasanya terlalu berlebihan dalam memanjakan anak dan jika ini yang dilakukan oleh orang tua, maka anak akan menjadi anak yang bebas, karena apapun yang ia lakukan pasti akan disetujui oleh orang tua, dan jika hal ini tidak segera dirubah maka anak akan menindas orang tuanya sendiri. c. Pola Asuh Demokratis Pola asuh ini lebih menitik beratkan pada sebuah kebebasan,tetapi kebebasan yang bersyarat, artinya setiap hal yang ingin di lakukan oleh anak akan dipertimbangkan oleh orang tua dan dalam hal ini biasanya antara orang tua dan anak menjalin kerja sama yang baik dalam membuat sebuah keputusan, sehingga tidak ada satu pihak yang di rugikan atau satu pihak yang akan mendapat keuntungan, jika pola asuh seprti ini yang diterapkan anak akan menjadi anak yang bijaksana dalam membuat satu keputusan, dia akan belajar untuk menghargai pendapat orang lain dan juga masukan dari orang yang lebih dewasa daripada dia. Anak akan tumbuh menjadi seorang anak yang taat dan juga patuh pada orang tua, dan patuh pada setiap aturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan jika anak yang diasuh dengan pola asuh seprti ini membuat satu kenakalan, sangat mudah diatasi. Setelah kita melihat beberapa pola asuh diatas, yang harus dan perlu diperhatikan dalam setiap sistem pola asuh dan setiap tindakan orang tua terhadap anak harus berpedoman pada firman Tuhan agar tidak salah arah dan akan selalu berjalan sesui dengan koridornya,pola asuh sangat penting dan sangat bermanfat bagi pendidikan anak dalam keluarga, jadi dari penjelasan diatas kita dapat mengatakan bahwa untuk menangulangi kenakalan remaja yang perlu kita lakukan adalah merubah

pola asuh yag salah selama ini. ganti dengan pola asuh yang baik dan sesuai dengan Alkitab agar anak bertumbuh menjadi anak yang patuh dan taat. Selain pola asuh yang sudah kita tahu, yang perlu kita prhatikan juga adalah tentang keadaan keluarga, apakah kelurga itu sedang dalam keadaan brokenhome, atau saja orang tua lebih mementingkan diri sendiri dan segala urusan diluar daripada rumah tangga dan pengasuhan anak ditugaskan kepada pembantu,perhatian dan kasih sayang sangat penting bagi pertumbuhan kejiwaan, kerohanian dan intelektual anak, jadi disini para orang tua harus bisa lebih jeli dalam memperhatikan hal ini agar. Anak bisa di didik dengan baik, dalam hal ini kesadaran orang tua akan tanggung jawabnya yang akan membuat semuanya berjalan dengan baik.selain itu pendidikan seks dalam keluarga juga perlu ditanamkan sejak dini mungkin agar anak tahu tentang seks itu dan batasan dalam pergaulan, agar anak tidak salah melangkah dan terlibat dalm pergaulan bebas dan seks pranikah yang selama ini sangat marak terjadi dikalangan remaja 2. SEKOLAH Sekolah sebagai lembaga pendidikan juga harus berperan aktif dalam penanggulangan terhadap kenakalan remaja.terutama guru, guru yang merupakan orang tua dari anak ketika ia berada disekolah seharusnya juga bisa memainkan perannya dengan baik. Guru tidak boleh hanya mementingkan pengetahuan anak dibidang ilmu. Namun, harus memperhatikan juga kehidupan remaja dan bisa menjadi mentor yang baik bagi anak dalam pertumbuhan iman remaja. Dalam hal ini peran guru pendidikan agama Kristen sangat dibutuhkan, sehingga guru PAK bisa menjadi Pembina bagi remaja,dalam hal ini kerja sama antar orang tua dan sekolah juga harus terjalin dengan baik, agar pembinaan dari sekolah bisa lebih efektif. 3. GEREJA Gereja sebagai organisasi keagamaan harus juga berperan aktif dalam pembinaan terhadap remaja, karena remaja dan pemuda/i merupakan tulang punggung gereja, mereka adalah masa depan gereja, jika mereka tidak hidup berdasarkan dasardasar ajaran agama itu sendiri, bagaimana gereja akan bertumbuh?, dan disini peran gembala sidang dan para pelayan sangat bisa mendukung remaja untuk bisa bertumbuh dalam iman dan kepercayaannya kepada Tuhan, gereja harus lebih bisa memperhatikan dan mengontrol kegiatan pemuda/I gereja,dan membawa mereka untuk lebih dekat kepada Tuhan. Seperti yang tahu bahwa masa remaja adalah masa emas, dimana mereka akan menonjolkon segala potensi yang ada pada mereka, namun jika kita tidak peka dengan hal itu,dan membiarkan mereka begitu saja pasti mereka akan melampiaskan segala aktivitas mereka kearah yang tidak baik. Dalam hal ini orang tua, sekolah, dan gereja harus bisa bekerja sama dalam hal, pengembangan bakat dan minta remaja, kita

bisa membuat event-event yang mereka senangi sehingga mereka akan merasa kalau kita mempedulikan mereka dan dengan begitu mereka akan meresponi hal itu dengan baik, karena salah satu faktor penyebab kenakalan remaja adalah tidak adanya wadah untuk menyalurkan bakat mereka. Banyak kegiatan yang bisa kita lakukan, contohnya membuat pertandingan bola, bible champ, parade musik, melukis, dan masih banyak lagi kegiatan yang bisa kita buat agar mereka dapat meyalurkan bakat mereka, dan dalam kegiatan-kegiatan yang lakukan itu kita bisa langsung mengkampanyekan tentang bahaya narkoba, miras,merokok,AIDS, dan pergaulan bebas. BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN Remaja adalah masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,psikis & psikososial Masa remaja, dianggap sebagai masa topan badai dan stress (storm and stress), karena telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Disinilah peran penting keluarga dalam membimbing & mengarahkan remaja menuju masa depan yang cerah.dan menurut penulis hal utama yang perlu diperhatikan adalah polah asuh yang baik sejak dini sehingga ketika anak memasuki masa remaja mereka tidak salah jalan, dan untuk menanggulangi masalah ini, banyak hal perlu diperhatikan. Penyebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan itu yang perlu diperhatikan dan jika belum sesuai dengan apa yang salama ini dilakukan, inilah saatnya untuk merubah semua itu, tidak ada kata terlambat untuk suatu hal yang akan mendatangkan kebaikan. Gereja juga sangat bertanggung jawab terhadap perkembangan iman remaja Karena remaja merupakan tulang punggung gereja. Jadi gereja harus turut berperan aktif dalam pembinan terhadap remaja. B. SARAN

1. Bagi orang tua, didiklah anak menurut kehendak Tuhan (Amsal 22 : 6) 2. Bagi sekolah dan guru, juga demikiaan jangan hanya pengetahuan intelektual yang diperhatikan tetapi pertumbuhan iman juga perlu diperhatikan dan dipelihara dengan baik. Bagi gereja, harus lebih memperhatikan pelayanan terhadap remaja dan lebih bagus lagi kalau mereka dilibatkan dalam pelayanan gereja.

3.

1. Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, 1999 2. Homrig Husen E. G Dr dan Enklaan I . H. DR 3. Jay Kesleh Tolong aku punya anak remaja, BPK Gunung Mulia, 1997 4. Kamus Bahasa Indonesia 5. Diktat kuliah. PAK Remaja Pemuda, Merdiati Marbun, M.Th

6. Sumbangsi Penulis Diposkan oleh yuvenlapu di Selasa, Januari 25, 2011 0 komentar Label: PAPER Link ke posting ini

http://yuvenmrlapu.blogspot.com/2011_01_23_archive.html

FILSAFAT KRISTEN DAN NON-KRISTEN

FILSAFAT NON-KRISTEN DAN KRISTEN "Hati-hatilah supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi menurut Kristus." (Kol. 2:8) Dari pengamatan singkat akan karakter manusia, terlihat fakta adanya dua macam kelompok manusia yang hidup di sekitar kita hari ini. Kedua kelompok ini memegang pandangan yang berlawanan mengenai Allah, dunia, dan diri mereka sendiri. Dua pandangan ini akan disebut filsafat Kristen, yang berakar pada ketergantungan secara total pada Allah; dan filsafat non-Kristen, yang berakar pada kemandirian, terlepas dari Allah. Kedua pandangan ini memengaruhi setiap aspek kehidupan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dalam berapologetika, sangat penting untuk mengetahui kedua filsafat ini dengan jelas. A. STRUKTUR FILSAFAT NON-KRISTEN DAN FILSAFAT KRISTEN 1. Struktur Filsafat Non-Kristen Dalam Ef. 4:17-19, Paulus menjelaskan keberadaan orang non-Kristen untuk menyatakan bentuk filsafat yang mereka hasilkan. Mereka berjalan: "Sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran." Orang non-Kristen menyangkali fakta perbedaan Pencipta dengan ciptaan dan memalingkan diri dari Allah supaya terlepas dari Allah. Akibatnya, mereka hidup dalam kesia-siaan. Semua usaha mereka adalah kegelapan dan kefanaan. Kita harus berhatihati dalam menafsirkan perkataan Paulus untuk mendapatkan pengertian yang tepat.

Dalam pernyataan itu, Paulus tidak melawan filsafat secara umum; ia sendiri adalah seorang ahli filsafat. Yang ia lawan adalah filsafat yang mengadopsi kemandirian untuk lepas dari Allah, yang akan menghasilkan kehancuran dan kematian kekal. Mungkin kita berpikir bahwa Paulus terlalu berlebihan dalam mengomentari soal ini, namun perkataannya yang berikut ini justru membuktikan kesungguhannya: "Hati-hatilah supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi menurut Kristus." (Kol. 2:8) Filsafat orang non-Kristen berdasar pada kemandirian pikiran manusia dan kesetiaan atas "tradisi manusia" serta "prinsip-prinsip dasar dari dunia". Tidak ada yang benar bagi mereka selain bisa dibuktikan benar oleh pikiran manusia yang mandiri.Untuk lebih jelasnya, Paulus menunjukkan karakter filsafat non-Kristen yang dengan tegas menolak Kristus dan bersikeras memertahankan kemandirian mereka. Orang-orang yang mengambil posisi netral juga telah menolak pernyataan Kristus sebagai Tuhan atas seluruh alam semesta. Oleh karena itu, filsafat non-Kristen dapat diumpamakan sebagai bangunan yang atapnya mendukung fondasinya; tidak ada dasar yang kokoh di bawahnya. 2. Struktur Filsafat Kristen Filsafat Kristen menunjukkan usaha untuk menghindarkan diri dari kesia-siaan yang berasal dari kemandirian. Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus: "Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita." (1 Kor. 2:12) Paulus selanjutnya menyatakan sifat dari komitmen agamawi yang merupakan dasar dari filsafat Kristen: "Sebab dalam Dialah (Kristus) berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa." (Kol. 2:9-10) Paulus memberikan tiga prinsip yang penting sehubungan dengan filsafat Kristen: "Di dalam Dia, seluruh kepenuhan ilahi tinggal." Kristus adalah penyataan Allah dalam bentuk fisik. Karena itu, filsafat manusia harus berdasarkan pada komitmen bahwa Kristus adalah yangMdiwahyukan Allah dalam Alkitab. Hanya Allah yang mengetahui alam semesta ini secara mendalam dan menyeluruh; hanya Dia yang dapat mengajarkan kebenaran kepada manusia. Karena Kristus adalah Allah, maka kita harus menyerahkan diri pada-Nya apabila kita ingin memiliki kebenaran. "Di dalam Dia, kamu telah menjadi sempurna." Hanya melalui persekutuan dengan Kristus dalam iman, kita dimungkinkan untuk dapat melihat Allah, dunia, dan diri kita sendiri dengan tepat dan benar. Lepas dari iman pada Kristus sebagai komitmen dasar hidup, kita tidak mungkin mendapatkan filsafat yang benar. "Dia adalah kepala dari segala pemerintah dan penguasa." Apabila kita lebih memercayai prinsip yang tidak bergantung secara total pada Allah sebagai dasar pikiran kita, maka ini sama dengan menganggap bahwa ada otoritas lain yang melebihi Kristus. Padahal tidak ada pengadilan yang dapat mengadili Kristus. Tidak ada hakim di atas Dia. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dinyatakan oleh Kristus harus

diterima sebagai kebenaran, sebab Dialah yang memiliki otoritas mutlak/terakhir atas segala sesuatu. Setiap aspek dari filsafat kristiani harus bersandar pada komitmen ketergantungannya pada Allah. Filsafat Kristen dapat digambarkan sebagai suatu bangunan yang besar dan disangga oleh satu tiang utama -- Kristus. Komitmen orang Kristen akan ketergantungannya pada Allah sering kali disalahmengerti dalam dua hal: Pertama, komitmen pada Kristus dianggap hanya dilaksanakan apabila berurusan dengan masalah-masalah gerejawi. Oleh karena itu, persoalan-persoalan sekuler tidak perlu didasarkan pada komitmen ketergantungan mutlak pada Allah. Pandangan ini sangat tidak benar. Komitmen ketergantungan secara mutlak pada Allah harus dilaksanakan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Contohnya, dalam bercocok tanam, orang-orang percaya harus menyadari bahwa pengetahuannya adalah berasal dari Allah. "Bukankah setelah meratakan tanahnya, ia menyerakkan jintan hitam dan menebarkan jintan putih, menaruh gandum jawawut dan jelai kehitam-hitaman dan sekoi di pinggirnya? Mengenai adat kebiasaan ia telah diajari, diberi petunjuk oleh Allahnya." (Yes. 28:25-26) Semua hikmat dan pengetahuan kita berasal dari Allah. "yang memberi kita akal budi melebihi binatang di bumi, dan hikmatmelebihi burung di udara?" (Ay. 35:11) Orang Kristen berusaha untuk bergantung pada Allah dalam segala sesuatu supaya dapat mengatasi segala sesuatu sesuai dengan prinsip berikut:"Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita." (Kol. 3:17) Kedua, komitmen ketergantungan pada Allah disalahmengerti secara total dalam pengertian bahwa filsafat Kristen hanya sekadar membaca firman Tuhan dan berdoa. Padahal, orang-orang Kristen tidak mendapatkan keseluruhan filsafat mereka hanya dari Alkitab dan berdoa, walaupun kedua hal itu paling utama. Orang Kristen juga melihat dunia dan menemukan jawaban atas pertanyaannya setelah secara aktif melakukan pengamatan dan penganalisaan. Allah tidak mewahyukan jawaban secara rinci dalam Alkitab atas setiap pertanyaan yang diajukan manusia. Yang Allah berikan kepada kita adalah prinsipprinsip sebagai pedoman untuk membangun filsafat kita. Saat Allah memerintahkan nabi Nuh untuk membangun bahtera, petunjuk tertentu diberikan melalui wahyu khusus, namun hal-hal yang terperinci dipelajari dengan menerapkan prinsip-prinsip sesuai dengan kondisi yang ada. Misalnya, Allah mengatakan kepada nabi Nuh untuk memplester bahtera itu, namun jumlah aspal yang akan dipergunakan tidak diberitahukan oleh Allah. Karena itu, nabi Nuh harus menentukan sendiri jumlah aspal dengan melihat seberapa banyak yang diperlukan untuk menjaga bahtera dari kebocoran. Filsafat Kristen bukan hanya membaca Alkitab dan berdoa. Tetapi merupakan sebuah konstruksi yang dibangun berdasarkan prinsip firman Tuhan. Tuduhan yang sering kali diberikan kepada orang Kristen adalah bahwa komitmen orang Kristen akan ketergantungan pada Allah merupakan hasil keputusannya yang mandiri. Dengan kata lain, mereka mengatakan bahwa ketergantungannya pada Allah adalah proses kemandirian orang Kristen yang

memutuskan bahwa kekristenan merupakan pilihan yang terbaik. Memang, seakanakan terlihat seperti itu jika dilihat dari sudut pandang orang non-Kristen. Namun, orang Kristen menyadari bahwa kenyataannya tidak demikian. Orang Kristen tidak mendasarkan kemandiriannya saat menyerahkan diri untuk bergantung kepada Allah. Terlebih dahulu, ia telah diberi anugerah kelahiran baru, lepas dari kehendaknya sendiri. Oleh karena anugerah Allahlah, ia dimungkinkan untuk menyerahkan dirinya pada ketergantungan secara total pada Allah. "Hal itu tidak bergantung kepada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah." (Rom. 9:16) Sirkulasi pemikiran orang Kristen terdiri dari pengakuan bahwa tidak ada yang lebih tinggi daripada otoritas Allah dan firman-Nya. Sirkulasi pemikiran orang nonKristen merupakan bukti dari pemikiran yang mandiri dan lepas dari Allah yang berusaha untuk mendukung dirinya sendiri. Perbedaan kedua pandangan ini membentuk jurang pemisah yang besar yang hanya bisa dijembatani oleh anugerah kelahiran baru dari Allah. B. DILEMA ORANG NON-KRISTEN DAN JAWABANNYA Saat manusia menolak fakta perbedaan Pencipta dengan ciptaan dan menyerahkan dirinya kepada kemandirian yang lepas dari Allah, manusia dihadapkan pada suatu dilema yang tidak dapat dihindari oleh orang-orang non-Kristen. Suatu analogi dapat kita lihat dalam teater Yunani kuno, di mana aktor yang sama sering kali harus memainkan berbagai peran dengan cara menggonta-ganti topengnya. Demikian juga halnya dengan orang non-Kristen yang tidak mengenal kebenaran Allah, mereka terpaksa harus memakai dua topeng. Saat berpaling kepada Allah, mereka menyatakan keyakinannya yang mutlak bahwa fakta perbedaan Pencipta dengan ciptaan-Nya adalah tidak benar; karena itu, ia memakai topeng "keyakinan yang mutlak". Namun ketika berpaling dari Allah, mereka berada pada posisi di mana ia tidak memunyai dasar yang kuat untuk pengetahuan. Karena itu, ia harus menggunakan topeng "ketidakyakinan yang mutlak". Suatu saat, orang non-Kristen memakai topeng yang satu dan memakai topeng yang lain pada saat lain. Sesungguhnya, mereka diperhadapkan pada suatu dilema yang tidak dapat dipecahkan di balik topeng itu, di mana kedua-duanya, pada saat yang sama, yakin secara mutlak dan tidak yakin secara mutlak. Pembukaan atau upaya menyingkapkan topeng orang tidak percaya dan memerlihatkan dilema ini kepada mereka, merupakan bagian penting dalam pembelaan (apologetika) alkitabiah. Apabila orang yang non-Kristen bersikeras untuk berpegang pada pandangannya, maka dia harus mengabaikan secara total kesadarannya akan keterbatasan manusia. Sering kali, keadaan ini diperlihatkan oleh orang non-Kristen sebagai usaha untuk menghindari kesombongan atau membuat dogma (memutlakkan sesuatu). Mereka akan mengatakan bahwa kita tidak yakin akan apa yang kita pikir kita tahu, atau bahwa kita hanya akan sampai kepada "pengetahuan yang berdasarkan pada suatu kemungkinan". Pernyataan ini kelihatannya seperti "kerendahan hati" pada

permukaannya, namun sebenarnya merupakan pernyataan ketidakyakinannya yang mutlak pada waktu bersamaan.

keyakinan

dan

Titik ini akan sangat menolong untuk menggambarkan lebih lanjut bagaimana filsafat orang non-Kristen memerlihatkan dilema "keyakinan yang mutlak bahwa tidak ada keyakinan-keyakinan yang mutlak". Penjelasan akan diberikan berdasarkan tiga hal utama dari pemikiran manusia tentang Allah, dunia di luar manusia, dan manusia sendiri.Penjelasan ini bukan merupakan penjelasan yang mendalam karena kita hanya akan memerlihatkan beberapa contoh untuk mendukung gambaran yang akan diberikan. Hal-hal ini sangat penting bagi apologetika alkitabiah. Filsafat Kristen menyediakan jawaban atas dilema orang non-Kristten. Kristus adalah dasar dari kepastian manusia dan jawaban atas ketidakpastian yang ditemukan. Allah dilihat sebagai sumber dari segala pengetahuan, maka orang Kristen tidak lagi dihadapkan pada masalah pasti dan tidak pasti yang tidak terpecahkan. Memang ada kepastian dan ketidakpastian dalam filsafat kristiani, namun itu semua ada di bawah bimbingan ke-Tuhanan Kristus. Di satu pihak, orang Kristen memiliki kepastian akan pengetahuan manusia selama ia bergantung pada wahyu Allah. Mendasari filsafat kita atas Allah dan wahyuNya, berarti menerima secara pasti hal-hal yang telah diwahyukan. Kepastian orang Kristen tidak dihancurkan oleh apa yang tidak diketahuinya karena Allah mengetahui segala sesuatu secara mendalam dan menyeluruh. Oleh karena itu, Ia dapat menyediakan pengetahuan yang cukup bagi manusia, bahkan dalam keterbatasan manusia sekalipun. Manusia akan mengetahuinya dengan benar tanpa disertai rasa takut akan salah. Di pihak lain, memang ada ketidakpastian dalam diri orang Kristen. Ia menyadari bahwa tidak mungkin ia mampu memahami semua pengetahuan. Ini berkenaan dengan hal-hal yang melampaui akal budinya dan yang belum dinyatakan Allah kepada manusia. Dalam hal-hal seperti itu, orang Kristen mengakui ketidakpastiannya, tetapi tetap percaya pada hikmat Allah dan pengertian-Nya yang sempurna. Contohnya, orang percaya tidak mampu untuk memecahkan misteri ke-Tuhanan dan kemanusiaan Tuhan Yesus. Namun, ia percaya bahwa hal itu bukanlah suatu misteri bagi Allah dan hal itu pasti benar karena Allah yang mengatakannya. Ketergantungan pada Allah ialah tetap memercayai-Nya dalam hal-hal yang belum dapat kita pahami sepenuhnya sekalipun. Dapat dikatakan, orang Kristen dapat memiliki ketidakpastian yang bergantung pada pengetahuan Allah yang sempurna. Supaya kita dapat melihat dengan jelas perbedaan antara kepastian dan ketidakpastian antara orang Kristen dan orang non-Kristen, kita akan melihat beberapa gambaran berikut ini. 1. Pemikiran Berkenaan dengan Allah

Salah satu keterbatasan filsafat non-Kristen adalah dalam hal pertanyaan akan keberadaan Allah. Di satu pihak, orang non-Kristen (mungkin seorang ateis) berpegang pada keyakinan yang mutlak bahwa Allah tidak ada. Untuk berpegang pada pandangan ini, orang ateis berusaha untuk mengabaikan fakta keterbatasannya dalam menyelidiki seluruh alam semesta dan mendorongnya menyadari bahwa mereka tidak yakin secara mutlak akan keberadaan Allah. Oleh karena orang non-Kristen belum menyelidiki semua kemungkinan yang membuktikan keberadaan Allah, ia tidak dapat yakin secara mutlak bahwa Allah tidak ada. Orang Kristen memiliki kepastian yang bergantung pada Allah mengenai keberadaan dan karakter Allah melalui wahyu Allah dalam Alkitab. Allah telah berfirman dan menyatakan diri-Nya bahwa Ia dapat dikenali oleh mereka yang menyerahkan dirinya untuk percaya kepada Anak-Nya. Namun, orang Kristen memiliki ketidakpastian yang bergantung pada Allah karena ia tidak mengetahui segala sesuatu mengenai Allah. Allah merahasiakan sebagian mengenai diri-Nya. Selain itu, dosa yang tersisa dalam kehidupan orang percaya menahannya untuk mengetahui apa yang telah diwahyukan sebagaimana seharusnya. Namun demikian, ketidakpastian ini tidak menghancurkan segala sesuatu yang dapat diketahui oleh orang Kristen mengenai Allah, sebab Allah memiliki semua pengertian dan pengetahuan akan segala sesuatu. 2. Pemikiran Mengenai Dunia di Luar Diri Manusia Dilema dari filsafat orang non-Kristen dapat dilihat pula dari apa yang dikatakan mengenai lingkungan ciptaan di sekitar mereka. Klaim akan keyakinan yang mutlak telah dikemukakan, misalnya, saat mereka mengatakan bahwa dunia ini, dalam pengertian tertentu, merupakan dunia yang teratur dan dapat dimengerti. Mereka yakin secara mutlak bahwa keteraturan yang telah benar-benar diamati merupakan suatu realitas dari dunia ini. Namun, orang tidak percaya diperhadapkan pada fakta bahwa ia belum dan tidak dapat menyelidiki keseluruhan dari dunia di luar dirinya, sehingga ia tidak dapat menghindari ketidakpastian yang mutlak. Kepastian yang bergantung pada Allah dapat ditemukan dalam pandangan Kristen yang mengajarkan bahwa Allah telah menciptakan dunia yang teratur ini. Orang Kristen dapat mengerti tentang dunia ini sebab Allah telah menyediakan garis-garis petunjuk dalam Alkitab untuk dapat mengerti dunia ini. Ketidakpastian hadir dalam pandangan kristiani untuk beberapa alasan. Membutuhkan waktu untuk menerapkan pengajaran Alkitab ke dalam setiap aspek dari keseluruhan alam semesta ini. Lebih dari itu, kehadiran dosa menyebabkan orang Kristen mungkin mengabaikan Alkitab sehingga salah mengerti akan dunia, Alkitab, atau kedua-duanya. Akibatnya, filsafat Kristen memiliki ketergantungan kepastian dan ketergantungan ketidakpastian dalam memertimbangkan dunia di luar dirinya. 3. Pemikiran Mengenai Manusia Bukanlah hal yang mengejutkan apabila orang non-Kristen juga memerlihatkan ketidakkonsistenan pemikiran ketika membicarakan diri mereka sendiri. Dengan

beragam cara, orang non-Kristen menyelewengkan gambaran manusia secara alkitabiah sebagai manusia menurut gambar Allah dan menggantikannya dengan konsep mereka sendiri, lepas dari ketergantungannya pada Allah. Mereka bisa mengatakan tentang manusia seperti yang mereka mau. Apa pun masalahnya, orang non-Kristen sebenarnya membuat klaim yang berpegang pada kepastian yang mutlak dan mengabaikan fakta keterbatasan dari penyelidikan mereka sebagai manusia, serta akhirnya mengembalikan diri mereka pada ketidakpastian yang mutlak. Ketika memikirkan dirinya sendiri, orang Kristen kembali diperhadapkan pada kepastian dan ketidakpastian dalam ketergantungannya pada Allah. Orang Kristen mengetahui bahwa ia merupakan gambar Allah karena Allah mewahyukannya dalam Alkitab. Namun, ada misteri mengenai diri kita sendiri di mana orang Kristen tidak mampu memahaminya. Lebih dari itu, dosa menyebabkan orang Kristen salah mengerti dan kadang menolak kebenaran dari karakter mereka sendiri. Namun, orang Kristen menyerahkan dirinya pada pengertian bahwa secara menyeluruh, Allah mengerti karakter manusia. Oleh karena itu, saat orang Kristen berada dalam ketidakpastian yang bergantung pada Allah, saat itu pula mereka berada dalam kepastian yang bergantung kepada Allah. C. MITOS DARI NETRALITAS Setelah kita melihat perbedaan filsafat non-Kristen dan Kristen, maka penting bagi kita untuk tahu bahwa dua filsafat inilah yang menjadi pilihan manusia, tidak ada daerah netral di antara keduanya. Dalam kerangka berpikir abad ke-20, yang menghargai ilmu pengetahuan, banyak orang non-Kristen mengklaim bahwa mereka sulit sekali untuk tiba pada keyakinan mereka setelah melihat dunia dari pandangan yang netral. Hampir tidak pernah satu hari berlalu tanpa kita mendengar seseorang mengatakan, "Saya hanya ingin berhubungan dengan fakta objektif sebagaimana adanya. Saya ingin menghindarkan diri dari pertanyaan- pertanyaan yang bersifat rohani/agamawi." Walaupun kalimat ini dinyatakan dengan ketulusan, namun orang non-Kristen sebenarnya sangat jauh dari keberadaan netral (objektif). "Kejujuran yang netral" yang mereka kemukakan hanyalah bentuk lain dari penyerahan kepada kemandirian yang lepas dari ketergantungan pada Allah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Tuhan Yesus: "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia menceraiberaikan." (Mat. 12:30) Meskipun terlihat aneh, ada juga orang Kristen yang berusaha untuk menemukan tempat netral. Bahkan konsep daerah netral di antara orang non-Kristen dan Kristen telah merupakan konsep dasar yang banyak dipakai dalam berapologetika di masa lampau. Pada dasarnya, orang-orang Kristen berusaha mencari titik pertemuan pada dasar yang sama dengan orang non-Kristen di mana di atasnya mereka ingin membangun kredibilitas kristiani. Sangatlah penting dalam perkembangan apologetika untuk melihat beberapa hal yang dikatakan atau dianggap sebagai konsep netral dan melihat mengapa mereka sebenarnya sama sekali tidak netral.

Konsisten dalam logika merupakan prinsip yang disuguhkan, di mana orang Kristen dan orang non-Kristen bersepakat. Apabila kita bermaksud untuk memerlihatkan kebenaran kekristenan kepada orang non-Kristen, maka kita dapat memberikan logika dari kepercayaan kita pada Allah, Kristus, dan Alkitab. Dengan suatu pengharapan bahwa penjelasan berdasarkan logika ini dapat meyakinkan atau memenangkan mereka ke dalam Kerajaan Allah, atau paling tidak ke arah itu. Namun, walaupun kita setuju akan keharusan berpikir secara logis, pengertian kristiani akan keterbatasan dan fungsi logika sangat berbeda dengan apa yang dimengerti oleh orang-orang non-Kristen. Pemikiran manusia, dalam bentuk yang paling murni dan yang paling lengkap, tetap tidak lebih dari pemikiran makhluk yang diciptakan Allah dan yang telah dipengaruhi oleh bentuk pemikiran yang subjektif. Jadi pada dasarnya, logika pun tidak ada yang bersifat netral. Juga, sebenarnya tidak ada fakta dari ilmu pengetahuan di mana orang Kristen dan orang non-Kristen memegangnya sebagai satu kesepakatan. Baik dalam psikologi, biologi, sejarah, matematika, filsafat, teologi, dan lain-lain. Fakta-fakta ilmiah pada dasarnya dimengerti secara berlainan oleh orang Kristen dan non-Kristen. Tidak ada daerah netral untuk berbicara mengenai "fakta-fakta" tanpa pengaruh dari komitmen dasar kita, yang pada dasarnya berbeda. Karena perbedaan yang begitu jelas, bagaimana orang Kristen dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang non-Kristen? Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada fakta bahwa meskipun tidak ada netralitas, ada titik temu di antara orang Kristen dan non-Kristen, yaitu di tempat-tempat yang memiliki persamaan -- dunia di mana kita hidup, keberadaan kita sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, dan penawaran Injil yang bersifat anugerah. Orang Kristen dan non-Kristen sama-sama hidup di dunia yang sama, kita hidup di bumi yang sama, belanja di toko yang sama, dan makan makanan yang sama. Dalam pengertian ini, kita dapat melakukan fungsi secara mekanis yang sama. Sebagai gambar Allah, manusia yang telah jatuh tetap dapat berargumentasi, berpikir, merasakan sesuatu, dan dapat menggunakan bahasa manusia. Akibatnya, kita dapat berkomunikasi dan benar-benar sampai pada kesepakatan, meskipun hanya secara permukaan saja, sebab perbedaan kita yang radikal tetap ada. Lebih dari itu, sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, orang non-Kristen mengenal Allah dan tuntutan-Nya dalam hati mereka. Walaupun mereka berusaha untuk menyangkalinya, namun setiap fakta dari ciptaan berbicara kepada mereka tentang Allah. Bahkan pembicaraan orang Kristen mengenai kesadaran akan Allah akan menyebabkan mereka tidak dapat luput dari kesadarannya akan Allah. Kita hanya dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang non-Kristen karena kekuatan dan pekerjaan kelahiran baru yang dilakukan Roh Kudus, yang selalu ada dan bekerja. Melalui Injil yang diberitakan, Roh Kudus membuka hati dan membawa seseorang pada iman pada Kristus. Pengakuan akan konsep mitos netralitas tidak akan menghancurkan semua pengharapan untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang

non-Kristen. Sebenarnya, dengan kesadaran bahwa tidak ada netralitas, kita mulai berkomunikasi dengan orang non-Kristen dengan cara yang relevan dengan kebutuhan mereka akan Kristus. Tanpa pengakuan akan adanya perspektif-perspektif ini, apologetika alkitabiah tidak dapat dikembangkan.

You might also like