You are on page 1of 4

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini sebagai komoditi andalan untuk eksport maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani perkebunan Indonesia. Sehubungan hal tersebut, maka sejak tahun 1986 pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit harus ditingkatkan dan dikaitkan dengan program koperasi (Lubis, 1992). Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang diperlukan sebagai kegiatan pengembangan sub sektor perkebunan dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Perkembangan pada berbagai subsistem yang sangat pesat pada agribisnis kelapa sawit sejak menjelang akhir tahun 1970-an mejadi bukti pesatnya perkembangan agribisnis kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya yang diusahakan oleh perusahaan negara, tetapi juga perkebunan rakyat dan swasta. Pada tahun 2003, luas areal perkebunan rakyat mencapai 1.827 ribu ha (34,9%), perkebunan negara seluas 645 ribu ha (12,3%), dan perkebunan besar swasta seluas 2.765 ribu ha (52,8%) (Deptan, 2007). Masalah yang timbul di perkebunan salah satunya adanya gulma. Adapun spesies gulma penting di perkebunan kelapa sawit adalah Imperata cylindica, Paspalum cunjugatum, Eupatorium odoratum L, Cyperus rotundus L, Mikania micrantha, Asystasia intrusa, dan Melastoma affine. Memang secara

Universitas Sumatera Utara

kualitas belum tampak jelas pengaruhnya tetapi secara kuantitas gulma dampak mempengaruhi hasil panen. Salah satu gulma yang penting di pekebunan akhirakhir ini adalah Asystasia. Biji dari Asystasia sangat ringan dan dapat dibawa oleh angin sehingga penyebarannya sangat cepat di sekitar tanaman induknya. Penyebaran yang sangat cepat ini juga dapat disebabkan karena biji yang terbawa oleh angin dan menjadi seed bank di areal perkebunan. Seed bank merupakan biji gulma yang berada di atas pemukaan tanah ataupun di dalam tanah. Jika hal ini dibiarkan begitu saja maka penyebaran gulma ini dapat mendominasi areal perkebunan. Jika hal itu terjadi maka dapat mengakibatkan menurunnnya produksi perkebunan. Daerah dimana perkebunan telah lama dibuka, dapat terlihat adanya perubahan jenis gulma ke arah gulma berdaun lebar yang agresif, bandel dan sangat merugikan seperti Asystasia intrusa. Munculnya gulma berdaun lebar yang agresif dan bandel tersebut, dinilai sangat merugikan usaha budidaya tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit, dan dapat menekan hasil panen antara 10-100%. (http://syngenta.co.id/tujiwanti.htm) Asystasia intrusa tersebar luas di perkebunan kelapa sawit, karet, nenas dan perkebunan kakao, maupun pada tempat pembuangan limbah. Asystasia intrusa telah dilaporkan baru-baru ini sebagai gulma penting di perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara, penghasil biji terbesar dan memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang lebih untuk mengendalikannya (http://biotrop.org/database.php, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Pengendalian gulma secara khemis telah umum dilakukan di perkebunan. Dengan pengaplikasian herbisida maka gulma yang mati disekitar tanaman tidak terbongkar keluar sehingga bahaya erosi dapat ditekan sekecil mungkin dan juga dapat dihindari kerusakan perakaran akibat alat-alat mekanis disamping

pekerjaan pengendalian dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat dibanding membabat atau mengkikis (Purba, 2004). Herbisida adalah bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan gulma sementara atau mematikannya bila diaplikasikan pada ukuran yang tepat. Dengan kata lain jenis dan kadar racun bahan kimia suatu herbisida itu sendiri (Moenandir, 1988). Sekarang ini banyak merek dagang herbisida yang dijual di pasaran dengan berbagai bahan aktif yang dikandungnya. Agar penggunaan herbisida efektif dan efisien untuk mengendalikan jenis gulma tertentu, maka harus diketahui jenis bahan aktif yang terkandung dalam herbisida dan juga dosis yang tepat. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan Kajian Efikasi Parakuat, Glifosat, dan 2,4 D terhadap Asystasia dan Perkecambahan Seed Bank Di Pertanaman Kelapa Sawit.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efikasi herbisida Parakuat, Glifosat, dan 2,4 D terhadap Asystasia dan perkecambahan seed bank pada tanaman kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui herbisida terbaik dari Parakuat, Glifosat, dan 2,4 D untuk mengendalikan Asystasia pada tanaman kelapa sawit. Hipotesis Penelitian 1. Ada efikasi yang berbeda dari herbisida Parakuat, Glifosat, dan 2,4 D terhadap Asystasia. 2. Ada efikasi yang berbeda dari herbisida Parakuat, Glifosat, dan 2,4 D terhadap perkecambahan seed bank 3. Ada efikasi yang berbeda dari herbisida Parakuat, Glifosat, dan 2,4 D terhadap komposisi gulma pada tanaman kelapa sawit. Kegunaan Penelitian Untuk mengetahui efikasi dari parakuat, glifosat, dan 2,4-D terhadap perkecambahan seed bank dan pengendalian Asystasia. Sebagai bahan informasi dalam pengendalian gulma khususnya Asystasia di perkebunan.

Universitas Sumatera Utara

You might also like