Professional Documents
Culture Documents
'
+
'
+ =
Ce
1
x
k x a
1
a
1
q
1
1/Ce (ml/gr)
Gambar 2.3 Penentuan konstanta a, k Persamaan Langmuir
Sumber : Budianto (2001)
Dari grafik dapat ditentukan bahwa slope adalah 1/a dan intercept adalah
1/ak, dimana : a, k = Konstanta Persamaan Langmuir
C
e
= Konsentrasi adsorbet di dalam larutan (mg/ml)
q = jumlah adsorbat yang terserap dalam adsorben (mg/gr)
Untuk persamaan Freundlich menggunakan persamaan berikut :
(Khan dan Zareen, 2004)
Log C
e
(mg/ml)
Gambar 2.4 Penentuan Konstanta K dan n pada persamaan Freundlich
Sumber : Mulyatna, dkk (2003)
q = K(C
e
)
1/n
1/a
Log K
1/n
1/ak
1/q
Log q (mg/gr)
Log q = log K + (1/n) log C
e
Dimana :
K, n = Konstanta persamaan Freundlich
Q = Jumlah adsorbat yang terserap oleh adsorben (mg/gr)
C
e
= Konsentrasi adsorbat dalam keadaan setimbang (mg/ml)
Data kesetimbangan biasanya digambarkan dalam bentuk kurva isotherm
adsorpsi. Pendekatan dengan model terhadap kurva isotherm dapat membantu
menganalisis karakteristik isotherm berupa kapasitas, afinitas, selektivitas, serta
mekanisme interaksi adsorpsi. Adsorpsi oleh gugus aktif bahan organik merupakan
adsorpsi kimia. Model Langmuir dapat digunakan sebagai pendekatan untuk system
ini. Menurut Langmuir, pada permukaan adsorben terdapat situs-situs aktif bersifat
homogen yang proporsional dengan luas permukaan. Masing-masing situs aktif
hanya dapat mengadsorpsi satu molekul adsorbat saja sehingga adsorpsi hanya akan
terbatas pada pembentukan lapisan tunggal (monolayer). (Mulyatna, dkk, 2003)
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3.2 Bahan dan Peralatan
3.2.1 Bahan Penelitian dan fungsi
1. Minyak goreng bekas (jelantah)
Fungsi : sebagai sampel yang akan dianalisa.
2. Serabut kelapa
Fungsi : sebagai adsorben.
3. Jerami padi
Fungsi : sebagai adsorben.
4. Natrium hidroksida (NaOH)
Fungsi : sebagai larutan pentiter.
5. Etanol
Fungsi : sebagai pelarut.
6. Fenolftalein
Fungsi : sebagai indikator.
7. Lem glukol
Fungsi : untuk merekatkan gabus pada lubang labu leher tiga.
3.2.2 Peralatan Penelitian dan fungsi
1. Labu leher tiga
Fungsi : sebagai wadah meletakkan minyak jelantah dan adsorben pada saat
proses adsorbsi.
2. Tray dryer
Fungsi : alat untuk mengeringkan serabut kelapa dan jerami padi.
3. Ball mill
Fungsi : alat untuk menumbuk serabut kelapa dan jerami padi.
4. Ayakan
Fungsi : alat untuk mengayak serabut kelapa dan jerami padi.
5. Saringan
Fungsi : alat untuk memisahkan minyak jelantah dari kotorannya.
6. Pipet tetes
Fungsi : alat untuk mengambil larutan dan sampel minyak yang akan
dianalisa.
8. Termometer
Fungsi : alat untuk mengukur suhu.
9. Hot plate
Fungsi : alat untuk memanaskan sampel minyak jelantah.
10. Pompa vacum
Fungsi : alat untuk mengatur tekanan.
11. Buret
Fungsi : alat untuk mentiter atau wadah untuk larutan NaOH.
12. Beaker glass
Fungsi : sebagai wadah untuk meletakkan sampel minyak jelantah dan
larutan.
13. Erlenmeyer
Fungsi : sebagai wadah untuk meletakkan sampel minyak jelantah dan
larutan.
14. Statif dan klem
Fungsi : alat untuk menyangga buret.
15. Gabus
Fungsi : alat untuk menutup lubang pada labu leher tiga.
16. Kertas saring
Fungsi : untuk menyaring kotoran terdapat didalam minyak.
17. Gelas ukur
Fungsi : sebagai wadah untuk mengukur sampel minyak jelantah dan larutan.
18. Corong gelas
Fungsi : alat yang digunakan untuk membantu proses penyaringan.
19. Batang pengaduk
Fungsi : alat untuk mengaduk sampel.
20. Lovibond
Fungsi : alat untuk menganalisa warna minyak jelantah yang telah diadsorpsi.
3.3 Prosedur Pelaksanaan Percobaan
3.3.1 Prosedur Pelaksanaan Proses Adsorpsi
3.3.1.1 Prosedur Pembuatan Adsorben
1. Adsorben yang digunakan berupa serabut kelapa dan jerami padi yang
dikeringkan dengan melakukan penjemuran di panas matahari terbuka sampai
kering, kemudian dilanjutkan dengan mengeringkan kembali adsorben
dengan menggunakan tray dryer, sehingga adsorben benar-benar kering dan
memudahkan proses selanjutnya.
2. Kemudian adsorben dimasukkan kedalam ball mill, sehingga memudahkan
adsorben untuk diayak.
3. Adsorben yang telah dihaluskan didalam ball mil, kemudian di saring
menggunakan ayakan dengan ukuran partikel 50 mesh, 70 mesh, dan 100
mesh.
3.3.1.2 Prosedur Penyaringan awal
Sebanyak 150 gr minyak jelantah dimasukkan kedalam beaker glass,
kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring agar kotoran hasil
penggorengan yang terdapat dalam minyak jelantah dapat terpisah.
3.3.1.3 Prosedur Proses Adsorpsi
1. Sebanyak 100 gr minyak jelantah pada proses di atas dimasukkan ke dalam
labu leher tiga.
2. Dipanaskan diatas hot plate pada suhu 80rC-90rC dengan menggunakan
pompa vacum dengan tekanan 0 atm.
3. Sebanyak 5 gr serabut kelapa dengan ukuran partikel 50 mesh di masukkan
ke dalam labu leher tiga.
4. Setiap 10 menit sampel diambil sebanyak 5 ml selama 1 jam.
5. Sampel didinginkan hingga mencapai suhu kamar.
6. Sampel disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan minyak
jelantah dengan adsorben.
7. Filtratnya diambil dan dihitung nilai FFA dan dianalisa warnanya dengan
menggunakan lovibond.
8. Dengan cara yang sama dilakukan terhadap ukuran partikel 70 mesh dan 100
mesh, dengan tekanan 1 atm, dan dengan adsorben jerami padi.
3.3.2 Flowchart Percobaan
3.3.2.1 Flowchart Pembuatan Adsorben
Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Adsorben.
Mulai
Serabut kelapa dan jerami padi dikeringkan dibawah sinar
matahari
Dikeringkan kembali didalam tray dryer
Diayak dengan menggunakan ayakan 50 mesh ,
70 mesh dan 100 mesh
Selesai
Dihaluskan dengan menggunakan ball mill
3.3.2.2 Flowchart Penyaringan awal
3.3.2.3 Flowchart Proses Adsorpsi
Mulai
150 gr minyak goreng bekas dimasukkan kedalam beaker glass
Minyak jelantah disaring dengan
menggunakan kertas saring
Apakah kotoran sudah
tersaring semua ?
Ya
Tidak
Selesai
Mulai
100 gr minyak jelantah yang telah disaring dimasukkan
kedalam labu leher tiga
Ditambahkan 5 gr serabut kelapa dengan ukuran
partikel 50 mesh
dipanaskan diatas hot plate pada suhu 80
0
C-90
0
C dengan menggunakan
pompa vacum dengan tekanan 0 atm
A
Dipanaskan diatas hot plate
Gambar 3.2 Flowchart Penyaringan Awal.
Gambar 3.3 Flowchart Proses Adsorpsi.
3.3.2.4 Flowchart Analisa FFA
Sampel didinginkan hingga mencapai suhu kamar
Sampel disaring dengan menggunakan
kertas saring
Filtratnya diambil dan dihitung nilai FFA nya serta dianalisa warnanya
Selesai
Mulai
Sebanyak 3 ml minyak jelantah yang telah diadsorpsi
dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan etanol sebanyak 18 ml dan 3
tetes phenolftalein
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai
warna menjadi merah rosa
Apakah warna sudah
berubah menjadi merah
rosa?
Ya
Tidak
Dicatat volume NaOH yang digunakan
Selesai
A
Setiap 10 menit sampel diambil sebanyak 5 ml selama 1 jam
Gambar 3.4 Flowchart Analisa FFA.
3.3.3 Pelaksanaan Analisa
3.3.3.1 Prosedur Analisa FFA
1. Sebanyak 3 ml minyak jelantah yang telah diadsorpsi dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.
2. Ditambahkan Etanol sebanyak 18 ml dan 3 tetes fenolftalein ke dalam
erlenmeyer.
4. Larutan dititrasi dengan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N sampai warna
menjadi merah rosa
5. Dicatat Volume NaOH yang dipakai dan dihitung jumlah milligram NaOH
yang dipakai untuk menetralkan asam lemak dengan rumus :
% FFA = x100
1000 x sampel Berat
256 x pentiter Normalitas x pentiter Volume
3.3.3.2 Penentuan % Pengurangan nilai FFA
Dilakukan penghitungan nilai FFA awal dengan rumus yang sama dengan
rumus yang tertera di atas, setelah itu nilai FFA yang diperoleh dari hasil proses
adsorpsi digunakan untuk meghitung nilai % pengurangan nilai FFA
% Pengurangan nilai FFA = 100% x
FFA
FFA FFA
awal
ahir awal
3.3.3.3 Penentuan Nilai Kapasitas Adsorpsi
Dilakukan penghitungan nilai Kapasitas adsorpsi dengan menggunakan
rumus :
N FFA =
Etanol Vol.
1000
x
256
FFA %
N = valensi x M
M = C
Kapasitas Adsorpsi = C
0
C x
W
V
(meq/ gr adsorben)
Dimana :
C
0
= Konsentarsi awal adsorbat (gr/ml)
C = Konsentrasi adsorbat setiap satuan waktu (gr/ml)
V = Volume larutan (ml)
W = Berat adsorben (gr)
M = Molaritas (mol/ml)
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan.N. 2006. Cara-Cara Daur Ulang Minyak Goreng Bekas Pakai (Jelantah)
Food Review Indonesia Vol.1 No 2. Bogor
Anonim. 2008a. Cellulose. http://id.wikipedia.org/wiki
Anonim. 2008b. Sifat-Sifat Koloid. http://www. Chem-Is-Try.Org
Anonim. 2009a. Adsorpsi Padatan. http://www. Berita Iptek.co.id
Anonim. 2009b. Definisi Adsorpsi, Absorpsi, Dan Desorpsi. http://www.
Blogger.com
Anonim. 2010a. Etanol. http://id.wikipedia.org/wiki
Anonim. 2010b. Benzena. http://id.wikipedia.org/wiki
Anonim. 2010c. Heksana. http://id.wikipedia.org/wiki
Anonim. 2010d. Isotherm Adsorption Langmuir. http://www. Chem-Is-Try.Org
. http://id.wikipedia.org/wiki
Asia Pacific Coconut Community (APCC).2006. Teknologi Proses Pengolahan
Minyak Kelapa. Jakarta
Budianto, Agus. 2001. Studi Kinetika Reaksi dan Kesetimbangan Adsorpsi Logam
Berat Oleh Fly Ash. Jurnal IPTEK Teknik Kimia ATATS Vol.4, No.7, juli
2007
Departemen Perindustrian. 2007. Industri Minyak Kelapa Sawit. www.deperin.go.id
Fahri, M. 2010. Teknik Ekstraksi Senyawa Flavonoid Dari Alga Coklat
.www.blogspot.com
Hariyadi, Priwiyatno. 2008. Minyak Goreng Bekas. M-its.Waroeng-e Aek-arek
Mesin ITS Suroboyo
Haryati, dkk. 2008. Potensi Bentonit Sebagai Penjernihan Minyak Goreng Bekas.
Semarang : Universitas Diponegoro
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan Jakarta
Universitas Indonesia
Khan, M. Nasiruddin dan U. Zareen. 2004. Adsorptive Removel of Non-Ionic
Surfactans from Water Using Granite Sand. Journal of the Iranian Chemichal
Society, Vol.1, No.2, December 2004, pp. 152-158
Harlina Dewi, Kurnia. 2002. Hidrolisis Limbah Hasil Pertanian Secara Enzimatik.
Bandung : Universitas Pertanian Bogor.
Koswara. 2008. Perubahan Minyak Goreng Selama Pemanasan.
http://www.ntfp.or.id
Mulyana, Lili, Hary Pradiko, dan Umi Kalsum Nasution. 2003. Pemilihan
Persamaan Adsorpsi Isotherm pada Kapasitas Adsorpi Kulit Kacang Tanah
Terhadap Zat warna Remazol Golden Yellow 6. INFOMATEK Volume 5
Nomor 3 September 2003.
Naila, Latisya Zalfa. 2003. Bahaya Gula Bit, Penyedap, Formalin, dan Minyak
Goreng Bekas. http://id.Google.org
Nugraha, Irwan, 2007. Bagaimana Mekanisme Bleaching Earth Terhadap
Pencegahan Kerusakan Minyak. http://www.Chem-Is-Try.org
Pasaribu, Nurhida. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Medan : Universitas Sumatera
Utara
Putra, Rusdy Setiawan. 2007. Teknologi Mengolah Minyak Jelantah. Harian Berita
Sore
Rahayu, Aster, dan Lis. 2008. UNAND Temukan Teknologi Olah Minyak Jelantah.
www.Jurnal nasional.com.PT.Media Nusa Pradana
Rachmaniah, dkk. Potensi Minyak Mentah Dedak Padi sebagai Bahan Baku
Pembuatan Biodiesel. Semarang : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Ridhotulloh, M. Dinden. 2008. Jangan buang Minyak Jelantah.
hhtp://id.Inilah.com.Teknologi/sains
Siradz, Syamsul A. 2000. Peranan Lempung Kaolinit Dalam Retensi P Pada Tanah-
tanah Mineral Masam. Jogjakarta : Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur
Suirta, I W. 2007. Preparasi Biodiesel Dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit. Bali :
Universitas Udayana, Bukit Jimbaran
Sumarni, dkk. 2004. Optimasi Proses Adsorpsi Minyak Goreng Bekas dengan
Adsorben Zeollit Alam. Jurnal Teknik Gelagar Vol. 17, No 01, April 2006.77-
82
Suwarsa, Saepudin. 1998. Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh
Jerami Padi. Bandung : Institute Teknologi Bandung
Tambun, Rondang. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. File://D/E-
Learning/Teknologi?Oleokimia?Textbook/LITBANG.htm(13of13)5/8/2007
Veronica, Yuliana. 2008. Daur Ulang Minyak Goreng Bekas. http://id.Google.org
Widayat, Suherman dan K Haryani. Optimasi Proses Adsorpsi Minyak gorenng
Bekas dengan Adsorben Zeolit Alam. Jurnal Teknik Gelagar Vol.17, No 01,
April 2006. hal :77-82
Yswendy. 2008. Mendaur Ulang Minyak Goreng Bekas. Gagas Media. com
LAMPIRAN A
DATA HASIL PERCOBAAN
A.1 Serabut Kelapa (1 atm).
Table A.1.1 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 50.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi
(Meq/ gr adsorben)
10 2,430% 0,04927
20 2,430% 0,04927
30 1,620% 0,10471
40 1,620% 0,10471
50 1,440% 0,11703
60 1,440% 0,11703
70 1,440% 0,11703
80 1,080% 0,14167
90 1,080% 0,14167
Tabel A.1.2 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 70.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi
(Meq/ gr adsorben)
10 1,260% 0,12935
20 0,990% 0,14783
30 0,900% 0,15399
40 0,850% 0,15707
50 0,810% 0,16015
60 0,810% 0,16015
70 0,810% 0,16015
80 0,810% 0,16015
90 0,810% 0,16015
Tabel A.1.3 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 100.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi (q)
(Meq/ gr adsorben)
10 1,080% 0,14167
20 0,720% 0,16631
30 0,720% 0,16631
40 0,720% 0,16631
50 0,720% 0,16631
60 0,630% 0,17247
70 0,630% 0,17247
80 0,630% 0,17247
90 0,630% 0,17247
B.1 Jerami Padi (1 atm).
Table B.1.1 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 50.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi
(Meq/ gr adsorben)
10 1,796% 0,09239
20 1,707% 0,09855
30 1,258% 0,12935
40 1,078% 0,14167
50 0,988% 0,14783
60 0,808% 0,16015
70 0,808% 0,16015
80 0,719% 0,16631
90 0,719% 0,16631
Tabel B.1.2 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 70.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi
(Meq/ gr adsorben)
10
0,01527 0,11087
20
0,01527 0,11087
30
0,01347 0,12319
40
0,00898 0,15399
50
0,00718 0,16631
60
0,00628 0,17247
70
0,00628 0,17247
80
0,00628 0,17247
90
0,00628 0,17247
Tabel B.1.3 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 100.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi (q)
(Meq/ gr adsorben)
10
0,00898 0,15399
20
0,00628 0,17247
30
0,00538 0,17863
40
0,00449 0,18479
50
0,00449 0,18479
60
0,00449 0,18479
70
0,00449 0,18479
80
0,00449 0,18479
90
0,00449 0,18479
A.3 Serabut Kelapa (0 atm).
Table A.3.1 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 50.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi
(Meq/ gr adsorben)
10
1,258% 0,12935
20
1,258% 0,12935
30
1,168% 0,13551
40
0,808% 0,16015
50
0,808% 0,16015
60
0,808% 0,16015
70
0,629% 0,17247
80
0,629% 0,17247
90
0,359% 0,19095
Tabel A.3.2 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 70.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi
(Meq/ gr adsorben)
10
1,078% 0,14167
20
0,988% 0,14783
30
0,898% 0,15399
40
0,898% 0,15399
50
0,719% 0,16631
60
0,719% 0,16631
70
0,539% 0,17863
80
0,180% 0,20327
90
0,180% 0,20327
Tabel A.3.3 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 100.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi (q)
(Meq/ gr adsorben)
10
0,00359 0,19095
20
0,00269 0,19711
30
0,00269 0,19711
40
0,00269 0,19711
50
0,00269 0,19711
60
0,00269 0,19711
70
0,00269 0,19711
80
0,00179 0,20327
90
0,00134 0,20635
A.4 Jermai Padi (0 atm).
Table A.4.1 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 50.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi
(Meq/ gr adsorben)
10
0,539 0,17863
20
0,449 0,18479
30
0,449 0,18479
40
0,449 0,18479
50
0,359 0,19095
60
0,359 0,19095
70
0,359 0,19095
80
0,359 0,19095
90
0,359 0,19095
Tabel A.4.2 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 70.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi
(Meq/ gr adsorben)
10
0,00449 0,18479
20
0,00359 0,19095
30
0,00359 0,19095
40
0,00359 0,19095
50
0,00269 0,19711
60
0,00269 0,19711
70
0,00269 0,19711
80
0,00269 0,19711
90
0,00269 0,19711
Tabel A.3.3 Bilangan Asam (FFA) untuk mesh 100.
Waktu
(menit)
Nilai FFA
(%)
Kapasitas Adsorpsi (q)
(Meq/ gr adsorben)
10
0,00449 0,18479
20
0,00449 0,18479
30
0,00449 0,18479
40
0,00359 0,19095
50
0,00359 0,19095
60
0,00269 0,19711
70
0,00269 0,19711
80
0,00269 0,19711
90
0,00269 0,19711
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
B.1 Variabel Bilangan Asam untuk Adsorben Serabut Kelapa
B.1.1 Sebelum Adsorpsi
Massa minyak goreng : 24,2 gr = 2,85 ml
Massa Adsorben : 5 gr
Volume NaOH : 3,5 ml
Volume Etanol : 18 ml
N NaOH : 0,1 N
% FFA = x100
1000 x sampel Berat
256 x pentiter Normalitas x pentiter Volume
= 100% x
1000 x gr 2,85
256 x 0,1N x 3,5
% FFA = 0,0314 %
Untuk mencari Normalitas FFA adalah :
N FFA =
Etanol Vol.
1000
x
256
FFA %
= N
18 x 256
1000 x 0,0314
= 0,006823 N
N = M x Valensi
M = 0,006823 M
Maka konsentrasi FFA (C) = 0,006823 gr/ ml
B.1.2 Setelah Adsorpsi
B.1.2.1
Massa minyak goreng : 24,2 gr = 2,85 ml
Massa Adsorben : 5 gr
Volume NaOH : 2,7 ml
Volume Etanol : 18 ml
N NaOH : 0,1 N
% FFA = x100
1000 x sampel Berat
256 x pentiter Normalitas x pentiter Volume
= 100 x
1000 x 2,85
256 x 0,1 x 2,7
% FFA = 0,0243 %
Untuk mencari Normalitas FFA adalah :
N FFA =
Etanol Vol.
1000
x
256
FFA %
=
18 x 256
1000 x 0,0243
= 0,00526 N
N = M x Valensi
M = 0,00526 M
Maka konsentrasi FFA (C) = 0,00526 gr/ ml
B.2 Kapasitas Adsorpsi
Kapasitas Adsorpsi (q) = (C
0
C) x
W
V
= (0,006823 - 0,00526) x
adsorben gr
Meq
5
158
= 0,049279
adsorben gr
Meq
B.3 Kajian Isoterm
Dari hasil penelitian dipeoleh kajian isoterm yang sesuai adalah persamaan
Langmuir. Dari grafik diperoleh bahwa nilai
Slope =
1 2
1 2
x x
y y
=
33 , 0 44 , 1
169 , 2 597 , 3
= 1,286
Slope = 1/a
1,286 = 1/a
a = 1/ 1,286
a = 0,777
Nilai intercept = 1,44
intercept =
k x a
1
=
k x 777 0,
1
1,44 =
k x 0,777
1
k =
0,777 x 1,44
1
k = 0,89
maka diperoleh persamaan Langmuri yang sesuai adalah :
'
+
'
+ =
Ce
1
x
k x a
1
a
1
q
1
'
+
'
+ =
Ce
1
x
0,89 x 0,777
1
0,777
1
q
1
'
+
'
+ =
0,691Ce
1
287 , 1
q
1
LAMPIRAN C
1. Foto kondisi Awal Minyak Goreng Bekas
ABSTRAK
Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak,
berwujud cair pada suhu kamar (25C) dan lebih banyak mengandung asam lemak
tidak jenuh sehingga mudah mengalami oksidasi. Minyak yang telah mengalami
oksidasi karena proses pemanasan itu dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan biodiesel setelah terlebih dahulu mengalami proses adsorpsi dengan
menggunakan bahan yang memiliki karakteristik fisik dan kimia yang cocok
dijadikan sebagai adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan
adsorben dalam mengadsorpsi bilangan asam pada minyak goreng bekas serta
melihat kajian isotherm yang sesuai pada penentuan kapasitas adsorpsi untuk jenis
adsorben tersebut dengan variasi adsorben yakni ampas tebu, kulit kacang dan daun
nenas dan variasi waktu adsorpsi setiap 5 menit sampai nilai bilangan asamnya
konstan. Persamaan yang digunakan adalah Langmuir isoterm dan Freundlich
isoterm. Dalam penelitian ini adsorben yang paling baik digunakan pada penurunan
bilangan asam (FFA) adalah daun nenas, dimana bilangan asam sebelum adsorpsi
sebesar 5,33% setelah diadsorpsi menjadi 1,6% dan persamaan adsorpsi yang cocok
digunakan adalah adalah Langmuir isotherm karena nilai R
2
mendekati 1.