You are on page 1of 9

DASAR HUKUM PENGELOLAAN HUTANG Dasar hukum pengelolaan utang di Indonesia Terdiri dari: y y y UU No 24/2002 tentang Surat Utang

Negara UU No 19/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara PP No 54/2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah y PP No 10/2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah y PP No.2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan PHLN y Perpres No.5 Tahun 2010 tentang RPJMN Tahun 2010-2014

STRATEGI PENGELOLAAN HUTANG Pengelolaan utang pada saat ini berfokus pada meningkatkan efisiensi pengelolaan utang, terutama pada peningkatan likuiditas dan daya serap pasar SBN domestic, dan peningkatan kualitas pinjaman dalam rangka efisiensi pengelolaan hutang. Secara umum, Strategi Pengelolaan hutang pada tahun 2010-2014 adalah sbb: a. mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber domestik melalui penerbitan SBN Rupiah maupun penarikan pinjaman dalam negeri; b. melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang lebih sesuai, cost-efficient dan risiko yang minimal; c. pengadaan pinjaman luar negeri dilakukan sepanjang digunakan untuk memenuhi kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar (favourable) bagi Pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor; d. mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode jangka menengah e. meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal, terutama dalam rangka mendorong upaya financial deepening; dan f. meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating

SURAT BERHARGA NEGARA Surat berharga Negara ( SBN) adalah surat berharga yang diterbitkan oleh negara dengan berupa surat jaminan yang sewaktu-waktu akan dibayarkan kembali oleh negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. SBN di Indonesia terdiri dari Surat Utang Negara (SUN), dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Dari surat berharga lainnya, SBN Indonesia dianggap aman sebab memiliki fundamental ekonomi yang kuat, inflasi yang relative stabil, serta Mata uang yang tidak terlalu fluktuatif. Perbedaan SBN dengan surat berharga lain dapat dilihat dari table berikut:
Saham
Jatuh tempo tidak ada

Deposito
ada ada, dapat berubah setiap saat tidak ada tidak ada ada (maks. Rp2 miliar dengan syarat) tidak dapat tidak ada

Reksadana Terproteksi
ada

SBN
ada ada, jml tetap, di atas bunga deposito pada saat penerbitan tidak ada ada ada (tanpa batasan dan tanpa syarat) dapat Ada

Kupon/Bunga

tidak ada

tidak ada

Dividen Potensi capital gain Jaminan Negara Perdagangan di Pasar Sekunder Stand by buyer di Pasar Sekunder

ada ada tidak ada dapat tidak ada

tidak ada ada tidak ada dapat tidak ada

SUN Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. SUN terdiri dari surat perbendaharaan Negara (berjangka waktu s.d. 12 bulan dengan pembayaran diskonto) dan Obligasi Negara (berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon atau dengan pembayaran bunga secara diskonto). Tujuan penerbitan sun adalah untuk membiayai defisit APBN, menutup kekurangan kas jangka pendek akibat adanya ketidaksesuaian arus kas penerimaan dengan pengeluaran dari RKUN dalam satu tahun anggaran, serta untuk mengelola portofolio hutang. Jenis-jenis SUN terdiri dari:

Surat Perbendaharaan Negara :

Yaitu

SUN

berjangka

waktu

sampai

dengan 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. y Obligasi Negara seri Fixed Rate: Yaitu SUN berjangka waktu lebih dari 12

bulan dengan pembayaran bunga tetap setiap periodenya. y Obligasi Negara seri Variable Rate: Yaitu SUN berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan pembayaran bunga mengambang yang ditentukan berdasarkan suatu acuan tertentu seperti tingkat bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia). y Obligasi Negara seri Zero Coupon Rate: Yaitu SUN berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. y Obligasi Negara Ritel: Yaitu Obligasi Negara yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual, dengan volume minimum yang telah ditentukan. y Obligasi Negara dalam Valuta Asing: Yaitu SUN yang berdenominasi mata uang dalam valuta asing yaitu Yen dan US dollar.

Transaksi SUN Untuk melakukan transaksi pembelian SUN, dapat Dilakukan dengan 3 cara, yaitu: a. Transaksi SUN secara langsung 1. Pemerintah menunjuk Dealer Utama 2. Pemerintah dapat melakukan transaksi SUN secara langsung ke Dealer Utama, Bank Indonesia atau LPS 3. Investor selain BI dan LPS dapat membeli SUN melalui Dealer Utama b. Penjualan SUN dengan Private Placement 1. Pemerintah menunjuk Dealer utama 2. Pemerintah dapat melakukan transaksi SUN secara langsung ke Dealer Utama, Bank Indonesia atau LPS 3. Pemerintah menetapkan investor tertentu dengan menegosiasi investor terlebih dahulu 4. Investor dapat membeli SUN dengan negosiasi terlebih dahulu dengan pemerintah atau Dealer Utama c. Lelang di pasar pedana 1. Pemerintah mengumumkan lelang dari DJPU 2. Seluruh penawaran disampaikan ke DJPU dalam rapat penetapan hasil lelang

3. Hasil lelang kemudian ditetapkan dan diumumkan oleh DJPU 4. Hasil lelang tersebut mengikat antara pemerintah dan pemenang lelang

Jenis Operasi Pemerintah Di Pasar Sekunder Banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk mengatur beredarnya SUN di pasar sekunder, diantaranya adalah Buyback adalah pembelian kembali obligasi (Surat Utang Negara) sebelum jatuh tempo. Program ini dilaksanakan melalui lelang.  TUJUAN :  Menstabilkan pasar  Memberikan acuan harga harga baru  Diharapkan bisa mengembalikan dan menjaga stabilitas nasional disaat krisis. Debt Switching adalah penukaran obligasi yang telah beredar dengan obligasi jenis lain yang memiliki jangka waktu jatuh tempo dan/atau kupon yang berbeda.  TUJUAN :  mengurangi pembayaran kupon dengan menukar atau mengganti seri-seri kupon tinggi dengan kupon rendah  mengurangi tekanan risiko refinancing  memberikan gambaran harga pasar yang sebenarnya kepada para investor melalui ditebitkannya SUN yang baru Metode Penerbitan SUN a. Transaksi SUN secara langsung y y Pemerintah menunjuk Dealer Utama Pemerintah dapat melakukan transaksi SUN secara langsung ke Dealer Utama, Bank Indonesia atau LPS y Investor selain BI dan LPS dapat membeli SUN melalui Dealer Utama

b. Penjualan SUN dengan Private Placement y Pemerintah menunjuk Dealer utama

Pemerintah dapat melakukan transaksi SUN secara langsung ke Dealer Utama, Bank Indonesia atau LPS

Pemerintah menetapkan investor tertentu dengan menegosiasi investor terlebih dahulu

Investor dapat membeli SUN dengan negosiasi terlebih dahulu dengan pemerintah atau Dealer Utama

c. Lelang di pasar pedana y y Pemerintah mengumumkan lelang dari DJPU Seluruh penawaran disampaikan ke DJPU dalam rapat penetapan hasil lelang y Hasil lelang kemudian ditetapkan dan diumumkan oleh DJPU

SBSN Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.SBSN diterbitkan dengan tujuan untuk membiayai APBN termasuk membiayai pembangunan proyek. SBSN terdiri dari berbagai macam bentuk tergantung dengan objek yang dibiayainya.

Karakteristik Sukuk Sukuk merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau kegiatan investasi tertentu yang terbebas dari unsur riba (bunga), Gharar (ketidakjelasan), dan Masyir (spekulasi) yang memerlukan adanya underlying asset penerbitan dan sesuai dengan Prinsip Syariah

Menurut UU no. 19 tahun 2008, SBSN terdiri dari: y y y y y SBSN Ijarah, yang diterbitkan berdasarkan Akad Ijarah; SBSN Mudarabah, yang diterbitkan berdasarkan Akad Mudarabah; SBSN Musyarakah, yang diterbitkan berdasarkan Akad Musyarakah; SBSN Istishna, yang diterbitkan berdasarkan Akad Istishna; SBSN yang diterbitkan berdasarkan Akad lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; dan

SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dari dua atau lebih dari Akad sebagaimana dimaksud diatas

BIAYA biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan. penghasilan (revenue) dan akan di pakai sebagai pengurang

Komponen Biaya Utang terdiri dari kupon, bunga, dan Yield. y Kupon adalah besarnya bunga yang dibayarkan secara reguler, yang dinyatakan dalam persentase terhadap nilai nominal obligasi y Bunga adalah suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut. Bunga terbagi menjadi dua bagian, bunga sederhana dan bunga majemuk y Yield adalah discount rate yang digunakan untuk mem-present value-kan cash flow obligasi di masa mendatang (baik kupon maupun pokok) sehingga sama dengan harga belinya. Yield dibagi menjadi dua jenis yaitu current yield dan yield to maturity

RESIKO HUTANG Dengan jumlah utang yang semakin besar banyak ekonom yang memeringatkan pemerintah akan adanya risiko jebakan utang (debt trap) dimana utang sudah terlalu membebani anggaran Negara untuk membayar angsuran pokok utang dan bunga.pada tahun 2001 IMF dan World Bank mengidentifikasi beberapa risiko yang dihadapi suatu Negara terkait dengan jumlah utang yang besar yaitu:

Market risk Market Risk merupakan risiko yang berkaitan dengan fluktuasi suku bunga, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan inflasi. Market risk dibagi menjadi dua sub risk, yaitu exchange rate risk dan interest Risk.

Risiko Nilai Tukar Indikator risiko nilai tukar diukur melalui porsi utang berdenominasi valas terhadap total utang. Semakin tinggi porsi utang valas mengindikasikan semakin tingginya risiko nilai tukar

faktor yang mempengaruhi porsi utang valas, yaitu: o kebijakan Pemerintah dalam mengendalikan utang valas dengan menjaga jumlah pinjaman luar negeri alam mata uang aslinya menurun; o o fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap valas; dan transaksi yang dapat mempengaruhi struktur portofolio utang.

Langkah Pengelolaannya yaitu: y y memprioritaskan penerbitan SBN dalam mata uang rupiah; mengutamakan utang valas baru dengan mata uang yang kurang volatile; y memanfaatkan tawaran konversi pinjaman concessional. Melalui

konversi ini, mata uang pinjaman yang sebelumnya terdiri dari sebelas mata uang dikonversi menjadi satu mata uang utama dalam bentuk Special Drawing Right (SDR). Kelebihan konversi ini adalah

berkurangnya volatilitas nilai kewajiban pinjaman Pemerintah dan berpotensi menurunkan biaya pinjaman secara umum

Risiko Tingkat Bunga Risiko tingkat bunga dapat diukur melalui porsi utang dengan tingkat bunga tetap terhadap total utang. Semakin tinggi porsi utang dengan tingkat bunga tetap menunjukkan semakin rendahnya risiko tingkat bunga.

Langkah Pengelolaannya sbb: y memprioritaskan penerbitan/pengadaan utang baru dengan tingkat bunga tetap; y melakukan program debt switch melalui penukaran utang dengan tingkat bunga mengambang dan menggantikannya dengan penerbitan utang dengan tingkat bunga tetap;

melakukan restrukturisasi beberapa pinjaman yang memiliki tingkat bunga mengambang dan menggantikannya dengan tingkat bunga tetap melalui amandemen perjanjian pinjaman. Sebagai tahap awal, Pemerintah dengan salah satu pemberi pinjaman multilateral telah mengkonversi tingkat bunga reference dari sebelumnya Libor base menjadi fixed rate pada tahun 2009. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan utama bahwa pada triwulan ketiga tahun 2009, environment tingkat bunga mencapai titik yang cukup rendah.

Funding risk Funding risk merupakan risiko ketika pemerintah memerlukan dana untuk

pembiayaan anggaran ataupun roll-over utang pada tingkat yang dapat diterima. Risiko lainnya adalah risiko roll-over yaitu risiko bahwa utang akan diroll-over dengan biaya yang sangat tinggi atau bahkan risiko utang tidak dapat diroll-over sama sekali.

Liquidity Risk Liquidity risk berkenaan dengan manajemen kas pemerintah.Risiko likuiditas menunjuk ke suatu keadaan dimana volume aset lancar (kas) menurun dengan cepat karena timbulnya kewajiban pembayaran yang tidak diantisipasi sebelumnya atau kesulitan dalam memperoleh kas melalui pinjaman jangka pendek Credit Risk Credit risk berkenaan dengan kinerja yang rendah dari peminjam atas kesepakatan keuangan yang telah dituangkan dalam kontrak.Risiko tersebut relevan khususnya dalam pengelolaan aset lancar.

Operasional Risk Operasional risk meliputi berbagai jenis risiko seperti kemungkinan kesalahan

berbagai tahapan pelaksanaan dan pencatatan transaksi, ketidakcukupan atau kegagalan pengendalian intern atau kegagalan sistem, risiko reputasi, risiko hukum, risiko keamanan dan risiko bencana alam yang mempengaruhi aktivitas pemerintah

You might also like