You are on page 1of 33

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Hasil produksi perikanan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama jenis udang-udangan (crustacea). merupakan salah satu negara produsen udang Selain itu Indonesia juga

yang cukup besar di kawasan

Asia. Produksi udang Indonesia pada tahun 2004 sekitar 242.560 ton dari luasan tambak udang 380.000 hektar. Produksi udang tersebut sebagian besar diekspor dengan total nilai mencapai US$ 840,4 juta. Udang yang diekspor sebagian besar dalam bentuk beku tanpa kepala (headless) dan kulit (peeled). Saat ini budi daya udang dengan tambak telah berkembang dengan pesat, karena udang merupakan komoditi ekspor yang dapat dihandalkan dalam meningkatkan ekspor non -migas dan merupakan salah satu jenis biota laut yang bernilai ekonomis tinggi. Udang di Indonesia pada umumnya diekspor dalam bentuk udang beku yang telah dibuang bagian kepala, kulit, dan ekornya. Limbah yang dihasilkan dari proses pembekuan udang, pengalengan udang, dan pengolahan kerupuk udang berkisar antara 30% - 75% dari berat udang. Atau diperkirakan, dari proses pengolahan oleh seluruh unit pengolahan yang ada, akan dihasilkan limbah sebesar 325.000 ton per tahun. Dengan demikian jumlah bagian yang terbuang dari usaha pengolahan udang cukup tinggi. Limbah sebanyak itu, jika tidak ditangani secara tepat, akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sebab limbah tersebut dapat meningkatkan biological oxygen demand dan chemical oxygen demand. Sedangkan selama ini

pemanfaatan limbah cangkang udang hanya terbatas untuk campuran pakan ternak saja, seperti itik, bahkan sering dibiarkan membusuk. Oleh karena itu masalah ini perlu dicarikan upaya pemanfaatannya. Hal ini bukan saja memberikan nilai tambah pada usaha pengolahan udang, akan tetapi juga dapat menanggulangi masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan, terutama masalah bau yang dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang bagus. Limbah kulit udang mengandung konstituen utama yang terdiri dari protein, kalsium karbonat, khitin, pigmen, abu, dan lain-lain. Selain itu, limbah udang (kepala kering atau shell) ditemukan kandungan protein tinggi dan tingkat tinggi mineral terutama Ca, P, Na dan Zn yang merupakan unsur hara penting untuk pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu, salah satu upaya dalam pemanfaatan limbah cangkang udang dalam mengurangi dampak negatif bagi lingkungan yaitu menjadikan limbah cangkang udang sebagai pupuk organik bagi tanaman khususnya Brassica juncea. Sehingga judul pada penelitian ini adalah Efektifitas limbah cangkang udang (Cambarus sp) terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea) .

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas,rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana pengaruh pemberian limbah cangkang udang terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea).

C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian limbah cangkang udang terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea).

D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Menambah informasi dan juga pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya dan petani sayuran pada khususnya, tentang manfaat cangkang udang sebagai bahan alternatif pengganti pupuk yang ramah lingkungan. 2. Membantu pemerintah dalam mengurangi pencemaran lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tunjauan Umum Udang a. Taksonomi Udang Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar. Kata Crustacea berasal dari bahasa latin yaitu kata Crusta yang berarti cangkang yang keras. Ilmu yang mempelajari tentang crustacean adalah karsinologi (Demarjati et al., 1990 ). Jumlah udang di perairan seluruh dunia diperkirakan sebanyak 343 spesies yang potensial secara komersil. Dari jumlah itu 110 spesies termasuk didalam famili Penaidae. Udang digolongkan kedalam Filum Arthropoda dan merupakan Filum terbesar dalam Kingdom Animalia (Fast dan Laster, 1992). Menurut Sterrer (1986), udang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Sub Kelas Ordo Family : Animalia : Arthropoda : Crustaceae : Malacostraca : Decapoda : Palaemonoidae Penaeidae Genus : Macrobranchium Caridina

Penaeus Metapenaeus b. Morfologi Udang Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut

cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing (Rizal , 2009),seperti Gambar 1.

Gambar 1 Morfologi Udang Keterangan: a = alat pembantu rahang g = kaki jalan

b = kerucut kepala c = mata d = cangkang kepala e = sungut kecil f = sungut besar

h i j k

= kaki renang = anus = telson = ekor kipas

Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk P. monodon. Bagian kepala lainnya adalah: 1) Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan. 2) Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat. 3) Sepasang sungut besar atau antena. 4) Dua pasang sungut kecil atau antennula. 5) Sepasang sirip kepala (scophocerit). 6) Sepasang alat pembantu rahang (maxilliped). 7) Lima pasang kaki jalan (periopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga 8) bercapit yang dinamakan chela. 9) Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang. Bagian badan dan perut (abdomen) tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang

(pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam. Ciri-ciri morfologi udang menurut Fast dan Laster (1992), mempunyai tubuh yang bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas yang dibungkus oleh kitin sebagai eksoskleton. Tiga pasang maksilliped yang terdapat dibagian dada digunakan untuk makan dan mempunyai lima pasang kaki jalan sehingga

disebut hewan berkaki sepuluh (Decapoda). Tubuh biasanya beruas dan sistem syarafnya berupa tangga tali. Dilihat dari luar, tubuh udang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan disebut bagian kepala, yang sebenarnya terdiri dari bagian kepala dan dada yang menyatu. Bagian kepala tertutup karapaks, bagian perut terdiri dari lima ruas yang masing-masing ruas mempunyai pleopod dan ruas terakhir terdiri dari ruas perut, dan ruas telson serta uropod (ekor kipas). Tubuh udang mempunyai rostrum, sepasang mata, sepasang antena, sepasang antenula bagian dalam dan luar, tiga buah maksilipied, lima pasang cholae (periopod), lima pasang pleopod, sepasang telson dan uropod. c. Daur Hidup Udang Daur hidup udang meliputi beberapa tahapan yang membutuhkan habitat yang berbeda pada setiap tahapan. Udang penaeid dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami beberapa fase, yaitu nauplius, zoea, mysis, post larva, juvenile (udang muda), dan udang dewasa (Fast dan Laster, 1992).

Udang biasa kawin di daerah lepas pantai yang dangkal. Proses kawin udang meliputi pemindahan spermatophore dari udang jantan ke udang betina. Peneluran bertempat pada daerah lepas pantai yang lebih dalam. Telur-telur dikeluarkan dan difertilisasi secara eksternal di dalam air. Seekor udang betina mampu menghasilkan setengah sampai satu juta telur setiap bertelur. Dalam waktu 13-14 jam, telur kecil tersebut berkembang menjadi larva berukuran mikroskopik yang disebut nauplii/ nauplius (Perry, 2008). Tahap nauplii tersebut memakan kuning telur yang tersimpan dalam tubuhnya lalu mengalami metamorfosis menjadi zoea. Tahap kedua ini memakan alga dan setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi mysis. Mysis mulai terlihat seperti udang kecil dan memakan alga dan zooplankton. Setelah 3 sampai 4 hari, mysis mengalami metamorfosis menjadi postlarva. Tahap postlarva adalah tahap saat udang sudah mulai memiliki karakteristik udang dewasa. Keseluruhan proses dari tahap nauplii sampai postlarva membutuhkan waktu sekitar 12 hari. Di habitat alaminya, postlarva akan migrasi menuju estuarin yang kaya nutrisi dan bersalinitas rendah. Mereka tumbuh di sana dan akan kembali ke laut terbuka saat dewasa. Udang dewasa adalah hewan bentik yang hidup di dasar laut (Anonim 2, 2008). Menurut Rizal (2009), setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas menjadi bagian dari zooplankton. Saat stadium post larva bergerak ke daerah dekat pantai dan perlahan-lahan turun ke dasar di daerah estuari dangkal. Perairan dangkal ini memiliki kandungan nutrisi, salinitas dan suhu yang sangat bervariasi dibandingkan dengan laut lepas. Setelah beberapa bulan hidup di daerah estuari, udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam dimana

kematangan sel kelamin, perkawinan dan pemijahan terjadi. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2.

Gambar 2 Siklus hidup udang d. Reproduksi Udang Sistem reproduksi Penaeus vannamei betina terdiri dari sepasang ovarium, oviduk, lubang genital, dan thelycum. Oogonia diproduksi secara mitosis dari epitelium germinal selama kehidupan reproduktif dari udang betina. Oogonia mengalami meiosis, berdiferensiasi menjadi oosit, dan menjadi dikelilingi oleh sel-sel folikel. Oosit yang dihasilkan akan menyerap material kuning telur (yolk) dari darah induk melalui sel-sel folikel (Wyban et al., 1991).

10

Organ reproduksi utama dari udang jantan adalah testes, vasa derefensia, petasma, dan apendiks maskulina. Sperma udang memiliki nukleus yang tidak terkondensasi dan bersifat nonmotil karena tidak memiliki flagela. Selama perjalanan melalui vas deferens, sperma yang berdiferensiasi dikumpulkan dalam cairan fluid dan melingkupinya dalam sebuah chitinous spermatophore (Wyban et al., 1991). Leung-Trujillo (1990) menemukan bahwa jumlah spermatozoa berhubungan langsung dengan ukuran tubuh jantan. e. Kawin dan Bertelur Menurut Dunham (1978) dalam Yano, et al (1988), bahwa adanya perilaku kawin pada krustasea disebabkan adanya feromon. Udang jantan hanya akan kawin dengan udang betina yang memiliki ovarium yang sudah matang. Kontak antena yang dilakukan oleh udang jantan pada udang betina dimaksudkan untuk pengenalan reseptor seksual pada udang (Burkenroad, 1974, Atema et al., 1979, Berg and Sandfer, 1984 dalam Yano, et al., 1988). Proses kawin alami pada kebanyakan udang biasanya terjadi pada waktu malam hari (Berry, 1970, McKoy, 1979 dalam Yano, 1988). Peneluran terjadi saat udang betina mengeluarkan telurnya yang sudah matang. Proses tersebut berlangsung kurang lebih selama dua menit. Penaeus vannamei biasa bertelur di malam hari atau beberapa jam setelah kawin. Udang betina tersebut harus dikondisikan sendirian agar perilaku kawin alami muncul (Wyban et al., 1991). Menurut Caillouet (1972), Aquacop (1975), dan Duronslet et al., (1975), ovum pada udang betina biasanya mengalami reabsorbsi tanpa adanya peneluran

11

lagi. Masalah tersebut dapat dikurangi dengan cara ablasi salah satu tangkai mata yang menyediakan hormon yang berfungsi sebagai stimulus untuk reabsorbsi ovum (Arnstein dan Beard, 1975; Wear dan Santiago, 1977). Beberapa peneliti telah menunjukkan bahwa ablasi juga dapat meningkatkan pertumbuhan udang (Hameed dan Dwivedi, 1977). Ablasi dilakukan dengan cara membakar, mengeluarkan isi dari salah satu batang mata keluar melalui bola mata, dan melukai batang mata dengan gunting (Wyban et al., 2005). f. Habitat dan Penyebaran Udang Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup di perairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial (Abele, 1982). Udang laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan terbatas dan biasanya hidup terbatas mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini

pada daerah terjauh pada estuari yang umumnya

mempunyai salinitas 30% atau lebih. Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir variasi penurunan salinitas sampai dibawah 30% hidup di daerah terestrial dan menembus hulu estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai dengan kemampuan spesies untuk mentolerir penurunan tingkat salinitas.

Kelompok terakhir adalah udang air tawar. Udang dari kelompok ini biasanya tidak dapat mentolerir salinitas diatas 5%. Udang menempati perairan dengan berbagai tipe pantai seperti: pantai berpasir, berbatu ataupun berlumpur. Spesies yang dijumpai pada ketiga tipe pantai ini berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing spesies menyesuaikan diri dengan kondisi fisik-kimia perairan (Nybakken, 1992).

12

2. Tinjauan Umum Sawi Sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Daerah asal tanaman sawi diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filiphina dan Taiwan. Masuknya sawi ke Indonesia diduga pada abad XI bersamaan

dengan lintas perdagangan jenis sayuran sub-tropis lainnya. Daerah pusat penyebarannya antara lain di Cipanas (Bogor), Lembang dan Pengalengan (Rukmana, 2007) Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Selain memiliki kandungan vitamin dan nilai gizi yang penting bagi kesehatan, sawi dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi yang dikonsumsi berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala dan juga dapat membersihkan darah (Haryanto dkk,2003). a. Deskripsi Tanaman Sawi Sistematika tanaman sawi adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Dycotyledonae : Rhoeadales : Cruciferae : Brassica

13

Species

: Brassica juncea L. (Haryanto dkk, 2003)

Tanaman sawi hijau berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke senua arah di sekitar permukaan tanah, perakarannya sangat dangkal pada kedalaman 5 cm. tanaman sawi hijau tidak memiliki akar tunggang. Perakaran tanamn sawi hijau dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gebur, subur, tanah yang mudah menyerap air, dan kedalaman tanah cukup dalam (Cahyono, 2003). Batang (caulis) sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2007). Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004). Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara alami, baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorecentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2007). Buah sawi termasuk buah polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji (Rukmana,2007). Biji sawi hijau berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaanya licin dan mengkilap, agak keras dan berwarna coklat kehitaman (Cahyono,2003).

14

b. Syarat Tumbuh Sawi 1) Daerah dan Iklim Daerah penanaman yang cocok unuk pertumbuhan tanaman sawi adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai 2500 meter dpl. Namun biasanya tanaman ini dibudidayakan di daerah yang berketinggian 100-500 m dpl. Sebagian besar daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto, dkk, 2003). Tanaman dapat melakukan fotosintetis dengan baik memerlukan energi yang cukup. Cahaya matahari merupakan energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintetis. Energy kinetic matahari yang optimal yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350-400 cal/cm setiap hari. Sawi hijau memerlukan cahaya matahari tinggi (Cahyono, 2003). Kondisi iklim yang dikehendaki untukpertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6 C dan siang hari 21,1 C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam perhari. Meskipun demikian, beberapa varietas sawi yang tahan (toleransi) terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang suhunya antara 27-32 C (Rukmana, 2007). Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau yang optimal berkisar antara 80%-90%. Tanaman sawi hijau tergolang tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi hijau 1000-1500 mm/tahun. Daerah yang memiliki

15

curah hujan sekitar 1000-1500 mm/tahun dapat dijumpai di dataran tinggi pada ketinggian 1000-1500 m dpl. Akan tetapi tanaman sawi tidak tahan terhadap air yang menggenang (Cahyono, 2003). 2) Tanah Tanah yang cocok untuk ditanami saawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto dkk, 2003). Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan tanah secara sempurna, antara lain pengolahan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organic dalam jumlah (dosis) tinggi (Rukmana, 2007). 3) Cuaca Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan.

3. Unsur Hara yang Dibutuhkan Oleh Tanaman

16

Unsur hara diperlukan oleh tanaman terutama dalam transpor. Misalkan suatu zat mineral berupa larutan hinggap pada salah satu daun, maka dalam hitungan detik, zat tersebut diserap oleh ektoderm yang ada pada permukaan daun. Dan tidak lama kemudian zat tersebut dialirkan ke bagian-bagian tanaman. Kejadian ini berkaitan erat dengan adanya proses fotosintesis di daun (Utami, 2009). Ketersediaan unsur-unsur hara (mineral) makro dan mikro tersebut sangat penting karena setiap zat mempunyai kegunaan yang berbeda-beda. Hal itu pula yang mengakibatkan kebutuhan tanaman untuk setiap zat berbeda-beda jumlahnya. Seperti kita tahu, tanaman memerlukan banyak unsur Nitrogen, Phosphor dan Kalium dalam jumlah banyak, sedangkan mineral lain diperlukan lebih sedikit (Utami, 2009). Setiap jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, tentunya memiliki fungsi, kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam memberikan unsur hara pada tanaman tentunya sangat penting dijaga keseimbangan dan pengaturan kadar pemberian unsur hara tersebut, sebab jika kelebihan dalam pemberiannya akan tidak baik dampaknya, demikian pula halnya jika yang diberikan tersebut krang dari takaran yang semestinya diberikan. a. Unsur Hara Makro Unsur hara makro adalah unsur yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang besar untuk melaksanakan/mempunyai fungsi yang sangat penting dalam tubuh tanaman, adapun unsur/elemen makro adalah sebagai berikut : (Eddi Purwanto, 2010)

17

1) Nitrogen (N) Sebagai unsur kimia dan komponen utama yang penting dalam tanaman, protoplasma sel mempunyai kandungan nitrogen yang tinggi, dan juga merupakan unsur pokok protein, asam amino, almida dan alkolida. Klorophil juga mempunyai unsur nitrogen, jika dalam keadaan dibawah optimal ada kecendrungan nitrogen akan ditransfer ke jaringan yang lebih muda, yang secara fisiologis merupakan daerah aktif titik tumbuh. Nitrogen memiliki peran utama bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang, dan daun. Nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun, yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Nitrogen dapat membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik yang lain (Eko Prasetyo, 2010). Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+ , protoplasma yang hidup terdiri dari kira-kira 25% bahan kering dengan komposisi 50-50% zat-zat putih telur dan 5-10% lipoiden dan persenyawaan lainnya yang mengandung N. kadar zat lemas dari protoplasma kira-kira antara 2-2,5%. Dengan adanya pemungutan hasil tanaman secara besar-besaran maka banyak sekali zat lemas yang hilang. Pada perusahan tebu sering kali didapat penghasilan sebanyak 1000-1500 qt tebu. Bila kadar airnya dihitung 70% maka bahan keringnya berjumlah 300-450 qt/ha pada tiap panennya. Untuk padi hasilnya lebih rendah yakni 22 qt/ha gabah atau 20 qt/ha bahan kering dari gabah dan 45 qt/ha bahan kering dari jeraminya jadi sejumlah 64 qt/ha. Oleh karena itu pemupukan N pada tanaman tebu harus lebih besar dari pada tanaman padi (Utami, 2009).

18

Biarpun ada hubungan yang erat antara pemberian N dengan sejumlah bahan kering yang dihasilkan, tidak berarti bahwa pemberian zat N itu harus sebanyak-banyaknya sebab pemberian zat N yang berlebih akan dapat membahayakan. Memang benar pemberian N akan menghasilkan banyak bahan hijau berupa daun dan batang tetapi pemberian N yang banyak dapat memperlambat masaknya biji (Utami, 2009). Pemberian N yang banyak mempengaruhi juga perkembangan susunan akar, tetapi tidak sebagai Phosphorus dimana akar menjadi lebih panjang dan lebih dalam masuk kedalam tanah. Oleh karena dalamnya masuknya susunan akar kedalam tanah yang tidak sepadan dengan kesuburan pada bagian atas tanah, maka tanaman dalam keadaan demikian akan lebih lekas kekeringan (Utami, 2009). Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen akan mengalami gejala seperti pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati, serta klorosis di daun tua dan semakin parah akan terjadi juga pada daun muda. 2) Fosfor (P) Fosfor dalam bentuk senyawa fosfat organik, bertanggung jawab pada salah satu atau beberapa cara perubahan energi dalam bahan hidup. Sejumlah senyawa fosfat telah terbukti bersifat esensial bagi fotosintesis, sintesis karbohidrat dan senyawa lain yang sejenis, glikolisis, asam amino, metabolisme lemak dan S, serta oksidasi biologis. Karena peranannya sebagai energi tanaman,

19

P merupakan unsur yang segera mobil dan dipusatkan dibagian pertumbuhan aktif (Utami, 2009). Fosfor adalah komponen asam nukleat, yang berfungsi untuk mengatur proses perkembangan, defisiensi unsur ini akan menghambat pertumbuhan, dan juga mempengaruhi pertumbuhan akar. Fosfor juga merupakan komponen berbagai system fisiologis yang berhubungan dengan nutrisi dan respirasi (Eddi Purwanto, 2010). Fosfor diambil oleh akar dalam bentuk H2PO4- dan HPO4 = sebagian besar fosfor didalam tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organik dan hanya sebagian kecil terdapat dalam bentuk anorganik sebagai ion-ion phosphat. Beberapa bagian tanaman sangat banyak mengandung zat ini, yaitu bagian-bagain yang bersangkutan dengan pembiakan generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai sari, kepala sari, butir tepung sari, daun buah dan bakal biji. Jadi untuk pembentukan bunga dan buah sangat banyak diperlukan unsur fosfor. Selain itu fosfor berperan juga pada sintesa hijau daun. Fosfor mendorong pertumbuhan akar-akar muda yang berguna bagi resistensi terhadap kekeringan. Tanaman yang kekurangan unsure posfor memperlihatkan gejala berupa pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat ). 3) Kalium (K) Kalium merupakan unsur makro seperti nitrogen dan fosfor, kalium berperan penting dalam fotosintesis, karena secara langsung meningkatkan

20

pertumbuhan dan luas daun. Disamping itu kalium dapat meningkatkan pengambilan karbondioksida, memindahkan gula pada pembentukan pati dan protein, membantu proses membuka dan menutup stomata, kapasitas menyimpan air, memperluas pertumbuhan akar, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, memperkuat tubuh tanaman supaya daun bunga dan buah tidak gampang rontok. Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif/menambah rasa manis pada buah, mensuplai karbohidrat yang banyak terutama pada tanaman umbi-umbian (Ali ngewa, 2010). Kalium diserap dalam bentuk K+. kalium banyak terkandung pada abu. Abu daun teh yang muda mengandung sampai 50% K2O, pucuk tebu yang muda mengadung 60-70% K2O dan pada tanaman jagung adalah sbb: Didalam batang dan daun : 52% dan 61% Didalam tongkol : 21%-45% Didalam akar : 3%-20% Kalium terdapat didalam sel-sel yaitu sebagai ion-ion didalam cairan sel dan sebagai persenyawaan adsorptif didalam zat putih telur dari sitoplasma. Inti sel tidak mengandung kalium. Sebagai ion didalam cairan sel, Kalium berperan dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan osmotis (Utami, 2009). Ion Kalium mempunyai fungsi psikologis pada asimilasi zat arang. Bila tanaman sama sekali tidak diberi Kalium, maka asimilasi akan terhenti. Oleh sebab itu pada tanaman yang banyak menghasilkan hasil asimilasi seperti kentang, ubi kayu, tebu, nanas, akan banyak memerlukan Kalium (K2 O) didalam tanah.

21

Kalium berfungsi pula pada pembelahan sel dan pada sintesa putih telur. Pada saat terjadi pembentukan bunga atau buah maka Kalium akan cepat ditarik oleh sebab itu Kalium mudah bergerak (mobil) (Utami, 2009). Fungsi lain dari Kalium adalah pada pembentukan jaringan penguat. Perkembangan jaringan penguat pada tangkai daun dan buah yang kurang baik sering menyebabkan lekas jatuhnya daun dan buah itu. Daun-daun pada teh dan tangkai buah kelapa bila kekurangan Kalium akan terkulai dan buahnya lekas jatuh. Tanaman yang kekurangan Kalium akan cepat mengayu atau menggabus, hal ini disebabkan kadar lengasnya yang lebih rendah. Menurut penyelidikan mikro, Kalium berpengaruh baik pada pembentukan serat-serat seperti pada rosela, kapas dan rami.; dinding-dinding sel lebih baik keadaannya dan lebih baik kandungan airnya, sel-sel ini tumbuh lebih baik, lebih kuat dan lebih panjang. Gejala tanaman jika kekurangan unsur hara ini yaitu: Pertumbuhan terhambat, batang kurang kuat dan mudah patah, biji buah menjadi kisut, daun mengerut/kriting timbul bercak-bercak merah coklat lalu kering dan mati. (Ali ngewa, 2010). 4) Magnesium (Mg) Magnesium diserap tanaman dalam bentuk ion Mg2+ dan merupakan satusatunya mineral penyusun klorofil. Sebagai regulator/pengatur dalam penyerapan unsur lain seperti P dan K, Merangsang pembentukan senyawa lemak dan minyak, membantu translokasi pati dan distribusi fosfor didalam tanaman, serta aktifator berbagai jenis enzim tanaman. Tanaman yang mengalami kekurangan

22

unsur hara ini dapat menghambat sintesis protein dan mengakibatkan daun menjadi pucat (klorosis) (Ali ngewa, 2010). 5) Sulfur (S) Sulfur sangat penting dalam pembentukan minyak pada tanaman, seperti halnya sulfur dan nitrogen, adalah pembentuk asam amino. Sulfur Sangat mirip dengan Nitrogen jika dibandingkan dengan nutrient essensial tanaman lainnya, dan kekurangan unsur sulfur pun sangat mirip dengan dengan defensiensi nitrogen (Eddi Purwanto, 2010). Tanaman menyerap sulfur dalam bentuk ion sulfat (SO4)-2 karena

bermuatan negatif, ion sulfat mudah hilang dari daerah perakaran karena tercuci oleh aliran air, khususnya pada tanah yang berpasir. Maka pemberian yang efektif sulfur diberikan lewat pupuk daun (Ali ngewa, 2010). Sulfur sangat berperan dalam pembentukan klorofil dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan jamur. Sulfur juga membentuk senyawa minyak yang menghasilkan aroma seperti pada jenis bawang dan cabe. Pada tanaman kacang sulfur merangsang pembentukan bintil akar didalam tanah, sulfur berperan untuk menurunkan PH tanah alkali (Ali ngewa, 2010). Gejala kekurangan sulfur pada tanaman mirip dengan gejala kekurangan nitrogen. Misalnya daun muda berwarna hijau muda hingga kuning merata, tanaman kurus dan kerdil atau perkembangannya sangat lambat (Ali ngewa, 2010). 6) Kalsium (Ca)

23

Fungsi utama dari kalsium adalah sebagai komponen dinding sel. Dinding sel ini mempunyai daerah meristimatik dan ini sangat penting untuk pertumbuhan akar yang baik, dalam fisiologi sel kalsium cenderung mengatur atau menghambat aktivitas kalium, dan kalsium dapat juga mempengaruhi penyerapan nitrogen (Eddi Purwanto, 2010). Unsur ini diserap dalam Ca++, Kalsium terdapat sebagai kalsium pectinaat pada lamela-lamela tengah dari dinding-dinding sel, endapan-endapan dari kalsium oksalat dan kalsium karbonat dan sebagai ion didalam air-sel. Kebanyakan dari zat kapur ini (CaO) terdapat didalam daun dan batang. Pada bijibiji relatif kurang mengandung kapur, demikian juga pada akar-akaran. Pada akarakaran banyak terdapat pada ujung-ujungnya dan bulu-bulu akar (Utami, 2009). Fungsi ion Kalsium yang penting adalah mengatur permeabilitas dari dinding sel. Telah diketahui bahwa ion-ion Kalium itu mempertinggi permeabilitas dinding sel dan ion-ion Kalsium adalah sebaliknya. Hal ini penting bagi organisme, sebab bertambahnya permeabilitas yang disebabkan ion-ion Kalium dapat lebih dicegah.

Peranan yang penting dari kapur terdapat pada pertumbuhan ujung-ujung akar dan pembentukan bulu-bulu akar. Bila kapur ditiadakan maka pertumbuhan keduanya akan terhenti dan bagian-bagian yang telah terbentuk akan mati dan berwarna coklat kemerah-merahan. b. Unsur Hara Mikro

24

Yaitu unsur yang mutlak diperlukan oleh tumbuhan, tetapi jumlahnya sangat kecil. 1) Tembaga (Cu) Tembaga penting sebagai koenzym yang dibutuhkan untuk mengaktifkan beberapa enzym tanaman, juga terlibat dalam pembentukan klorophil. Penyerapan tembaga berlawanan dengan penyerapan zat besi. Jumlah tembaga yang terlalu kecil menyebabkan zat besi terakumulasi dalam tanaman, dan jumlah tembaga yang terlalu banyak menyebabkan gejala klorosis yang terjadi hampir disetiap pertumbuhan baru, karena tembaga relatif tidak mobil (Eddi Purwanto, 2010). Tembaga diserap tanaman dalam bentuk ion Cu2+ atau Cu 3+, unsur ini beperan sebagai aktfiator enzim dalam proses penyimpanan cadangan makanan, katalisator dalam proses pernapasan dan perombakan karbohidrat, dan sebagai salah satu elemen dalam proses pembentukan vitamin A dan secara tidak langsung berperan dalam pembentukan klorofil (Ali ngewa, 2010). Tanaman yang memasuki fase generatif sangat memerlukan besi. Pengaplikasian tembaga sangat aman diberikan lewat penyemprotan pupuk daun karena pada tanah organic seperti gambut, tembaga terikat sangat kuat sehingga tidak dapat dikomsumsi oleh makanan (Ali ngewa, 2010). Gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan Cu yaitu daun muda akan menguning, pertumbuhannya akan tertekan kemudian berubah memutih, sementara itu daun-daun tua akan gugur. Kekurangan Cu pada padi ditunjukan lewat daun muda yang memutih dengan ujungnya yang mongering. Ketersediaan

25

Cu pada tanah yang normal 0,1-4 ppm dan kebutuhan normal tanaman berkisar antara 5-20 ppm (Ali ngewa, 2010). 2) Seng (zn) Unsur ini penting untuk mengaktifkan beberapa enzim dan dalam pembentukan asam indol-asetat. Defenisi seng mengakibatkan salah tumbuh pada ujung akar yang akhirnya menghambat pertumbuhan. Kebutuhan seng sangat kecil, jika terjadi kelebihan sedikit saja tanaman akan keracunan . Unsur seng didalam tanaman tidak dapat dipindahkan dari jaringan tua ke jaringan yang muda sehingga gejala defisiensi akan terlihat lebih awal pada daun muda. . Kegunaan seng sangat penting antara lain sebagai katalisator dalam pembentukan protein,mengatur pembentukan asam yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh tanaman. Ketersediaan seng dalam tanah 1-20Ppm, sedangkan kebutuhan normal tanaman 25-125ppm. Gejala Kekurangan seng dapat menyebabkan klorosis, ruas pada bagian pucuk lebih pendek, pembentukan bakal buah terhambat atau tanaman tdak dapat sama sekali berbuah, pembentukan warna kuning diantara tulang daun.kemudian diikuti kematian pada jaringan daun, ukuran menjadi lebih kecil, sempit dan menebal (Ali ngewa, 2010). 3) Besi (Fe) Unsur besi dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan sangat dibutuhkan tanaman dalam pembentukan klorofil, berperan pada proses-proses fisiologis

26

tanaman seperti proses pernapasan, selain itu besi berfungsi sebagai aktifator dalam proses biokimia didalam tanaman, dan pembentuk beberapa enzim. Besi diserap dalam bentuk Fe++ dan mempunyai fungsi yang tidak dapat digantikan pada pembentukan hijau daun. Besi juga merupakan salah satu unsur yang diperlukan pada pembentukan enzym-enzym pernapasan yang

mengoksidasikan hidrat arang menjadi gas asam arang dan air. Besi didalam tanaman kurang bergerak, oleh karena itu bila kekurangan besi maka akan segera tampak gejala-gejala pada bagian tanaman yang masih muda. Gejala kekurangan besi pada tanaman dapat menimbulkan korosi , lembaran daun menjadi kuning/pucat. Dalam jumlah tertentu besi menjadi racun bagi tanaman. Besi tersedia dalam tanah berkisar 2-150ppm. Dan kebutuhan normal tanaman berkisar 40-250ppm. 4) Molibdenum (Mo) Molybdenum berfungsi seperti Cu, berperan sebagai pengikat nitrogen yang bebas diudara untuk pembentukan protein dan menjadi komponen pembentuk enzim pada bakteri bintil akar tanaman. Unsur ini diserap dalam bentuk MoO4- . Esensi unsur ini: Sebagai aktivator dan penyusun enzim sitrat reduktase yaitu enzim yang bekerja membantu perubahan ion NO3- menjadi NH3 yang siap dipakai untuk pembentukan asam amino dan protein untuk pembelahan dan pembesaran sel. Jadi NH3 adalah prekursor untuk selanjutnya membentuk asam amino dan asam amino membentuk protein dan asam nukleat. Mo berperan pada

27

metabolisme hormon tanaman. Kekurangan Mo maka per-tumbuhan terhambat karena kadar NO3 - menumpuk dalam tubuh tanaman. Gejala kekurangan unsur Mo yakni daun berubah warna keriput dan melengkung seperti mangkok, muncul bintil-bintil kuning disetiap lembaran daun dan akhirnya mati sehingga pertumbuhan tanaman terhenti. Ketersediaan Mo dalam tanah antara 0,05-0,5 ppm sedang kebutuhan normal pada tanaman 0,2-1 ppm. 5) Clorida Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion Cl- , berperan dalam proses fotosintesis, keberadaannya tidak dihasilkan dari metabolisme tanaman,dan fungsi lain berkaitan dengan pengaturan tekanan osmosis didalam sel tanaman. Gejala kekurangan Cl biasanya menimbulkan pertumbuhan akar yang tertekan, daun layu dan berwarna kuning.

B. KERANGKA PIKIRAN Saat ini budi daya udang dengan tambak telah berkembang dengan pesat, karena udang merupakan komoditi ekspor yang dapat dihandalkan dalam meningkatkan ekspor non -migas dan merupakan salah satu jenis biota laut yang bernilai ekonomis tinggi. Udang di Indonesia pada umumnya diekspor dalam bentuk udang beku yang telah dibuang bagian kepala, kulit, dan ekornya. Limbah yang dihasilkan dari proses pembekuan udang, pengalengan udang, dan pengolahan kerupuk udang berkisar antara 30% - 75% dari berat udang. Atau diperkirakan, dari proses pengolahan oleh seluruh unit pengolahan

28

yang ada, akan dihasilkan limbah sebesar 325.000 ton per tahun. Dengan demikian jumlah bagian yang terbuang dari usaha pengolahan udang cukup tinggi. Limbah sebanyak itu, jika tidak ditangani secara tepat, akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sebab limbah tersebut dapat meningkatkan biological oxygen demand dan chemical oxygen demand.

Oleh sebab itu, salah satu upaya dalam pemanfaatan limbah cangkang udang dalam mengurangi dampak negatif bagi lingkungan yaitu menjadikan limbah cangkang udang sebagai pupuk organic. Limbah udang dapat digunakan sebagai pupuk organic karena dalam limbah cangkang udang (kepala kering atau shell) ditemukan kandungan protein tinggi dan tingkat tinggi mineral terutama Ca, P, Na dan Zn, serta zat kapur, nitrogen, kalium, dan magnesium yang merupakan unsur hara penting untuk pertumbuhan tanaman. Sawi merupakan sekelompok tumbuhan yang berasal dari marga Brassica . Sawi banyak mengandung vitamin dan mineral. Kadar vitamin K, A, C, E, dan folat pada sawi tergolong dalam kategori excellent. Mineral pada sawi yang tergolong dalam kategori excellent adalah mangan dan kalsium. Sawi juga excellent dalam hal asam amino triptofan dan serat pangan (dietaryfiber). Tanaman sawi memiliki banyak manfaat terutama bagi kesehatan. Manfaat sawi antara lain mencegah osteoporosis , mencegah penyakit jantung , menjaga kornea mata agar tetap sehat , mencegah anemia , menjaga kulit , mencegah diabetes militus , tangkal macam macam kanker , mencegahpenyakit gondok . Dengan adanya kandungan unsur hara dalam cangkang udang sehingga penulis menjadikan limbah cangkang udang sebagai bahan alternatif pupuk untuk

29

tanaman sawi yang digemari oleh masyarakat karena khasitnya juga dapat menyehatkan tubuh.

C. HIPOTESIS Adapun rumusan hipitesis dalam penelitian ini yaitu: Ada pengaruh pemberian ekstrak limbah cangkang udang trhadap pertumbuhan tanaman sawi.

30

BAB III METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan membuat variabel bebas kemudian mengukur pengaruhnya terhadap variabel terikat.

B. VARIABEL DAN DESAIN PENELITIAN 1. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas dua macam variabel, yaitu variabel bebas dalam hal ini cangkang udang, dan pertumbuhan tanaman sawi sebagai variabel terikat. 2. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan, dengan melakukan pengulangan sebanyak 8 kali berdasarkan rumus penentuan ulangan (t-1) (n-1) 15, dimana t = peerlakuan, dan n = ulangan. Setiap perlakuan terdiri dari 8 pot tanaman dan 3 perlakuan dengan symbol P0, P1, dan P2. Sehingga jumlah unit pengamatan keseluruhan adalah 3 x 8 = 24 tanaman. Adapun perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: P0 P1 P2 : Tanpa pemberian cangkang udang (kontrol) : Pemberian cangkang udang yang telah dihaluskan. : Pemberian cangkang udang yang telah dihaluskan dan ditambahkan air.

31

C. DEFENISI OPERASIONAL 1. Limbah Cangkang Udang Merupakan bagian atau lapisan luar tubuh udang yang kaku karena tersusun atas zat kapur, yang telah dipisahkan dari daging udang karena tidak digunakan untuk bahan makanan. 2. Pertumbuhan Tanaman Merupakan objek pengamatan dengan melihat kuantitas dari morfologi tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun.

D. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan laboratorium Kimia & Biologi Universitas Cokroaminoto Palopo, mulai bulan Februari s/d Maret 2011.

E. PROSEDUR KERJA 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis menulis, dan alat ukur (mistar/meteran) mortar, dan wadah (gelas ukur). 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu limbah cangkang udang, plastic polybak, tanah, air, tanaman sawi,dan kertas label. 3. Cara Kerja a. Tahap persiapan

32

Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah limbah cangkang udang yang diperoleh dari beberapa warung makan yang ada di kota Palopo, lalu dikumpulkan dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3 hari atau sampai kering. Kemudian di haluskan dengan menggunakan mortar lalu tepung dari cangkang udang yang dihasilkan disimpan dalam wadah. b. Pelaksanaan Penelitian 1) Penyemaian Benih Tempat penyemaian benih dibuat dengan ukuran plot 1 x 2 dengan media tanamnya berupa tanah yang gembur. Media tanam harus dibersihkan dari gulma dan sampah. Media semai atau tempat persemaian sebelum ditanam benih disiram air terlebih dahulu hingga lembab. Setelah itu benih disebar pada permukaan media tanam secukupnya kemudian ditutup tanah. 2) Penanaman Petama-tama menyediakan polybek sebagai tempat untuk menanam bibit sawi yang telah ditumbuhkan. Kemudian polybek diisi tanah yang telah dibersihkan dari gulma dan sampah. Sebelum bibit ditanam, tanah pada polybek ditugal dengan kedalaman 4 cm, setelah itu bibit dicabut dari persemaian dan

ditanam pada lubang tanam yang telah dipersiapkan. Pindah tanam dilakukan pada 9 hst (hari setelah tabur). 3) Pengaplikasian Pupuk Cangkang Udang Pengaplikasian pupuk cangkang udang dilakukan mulai pada 9 hst atau bersamaan pada saat pindah tanam kemudian 14, 19, 24, dan 29 hst. Untuk P1 pengaplikasian pupuk cangkang udang dilakukan dengan menaburkan di sekitar

33

batang tanaman, dan untuk P2 pengaplikasian pupuk cangkang udang dilakukan dengan menyirami tanah sekitar batang tanaman. 4) Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi antara pada pukul 08.00-09.00 dan sore hari antara pukul 16.00-17.00 secara merata pada seluruh tanaman dengan menggunakan air bersih dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran. Parameter yang diamati adalh mengukur komponen pertumbuhan dan produksi sawi meliputi pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun.

G. TEKNIK ANALISIS DATA Data yang diperoleh dianalisis secara varians dalam bentuk uji F kemudian dilanjutkan dengan uji BNT = 0,05. = 0.05

You might also like