You are on page 1of 7

engertian Aqiqah, Dalil Syari Tentang Aqiqah, Hukum Aqiqah

Pengertian Aqiqah, Dalil Syari Tentang Aqiqah, Hukum Aqiqah


Muslim category Pengertian Aqiqah, Dalil Syari Tentang Aqiqah, Hukum Aqiqah ketegori Muslim. Pengertian Aqiqah, Dalil Syari Tentang Aqiqah, Hukum Aqiqah Kategori Kurban Dan Aqiqah Jumat, 25 Juni 2004 14:14:56 WIB AHKAMUL AQIQAH Oleh Abu Muhammad Ishom bin Mari Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2] [A]. PENGERTIAN AQIQAH Imam Ibnul Qayyim rahimahulloh dalam kitab Tuhfatul Maudud hal.25-26, mengatakan bahwa : Imam Jauhari berkata : Aqiqah ialah Menyembelih hewan pada hari ketujuh dan mencukur rambutnya. Selanjut Ibnu Qayyim rahimahulloh berkata : Dari penjelasan ini jelaslah bahwa aqiqah itu disebut demikian krn mengandung dua unsur diatas dan ini lebih utama. Imam Ahmad rahimahulloh dan jumhur ulama berpendpt bahwa apabila ditinjau dari segi syar i maka yg dimaksud dgn aqiqah ialah makna berkurban atau menyembelih (AnNasikah). [B]. DALIL-DALIL SYARI TENTANG AQIQAH Hadist No.1 : Dari Salman bin Amir Ad-Dhabiy, dia berkata : Rasululloh bersabda : Aqiqah dilaksanakan krn kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya. [Shahih Hadits Riwayat Bukhari (5472), untuk lebih lengkap lihat Fathul Bari (9/590-592), dan Irwaul Ghalil (1171), Syaikh Albani]

Makna menghilangkan gangguan ialah mencukur rambut bayi atau menghilangkan semua gangguan yg ada [Fathul Bari (9/593) dan Nailul Authar (5/35), Cetakan Darul Kutub Al Ilmiyah, pent] Hadist No.2 : Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : Semua anak bayi tergadaikan dgn aqiqah yg pada hari ketujuh disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya. [Shahih, Hadits Riwayat Abu Dawud 2838, Tirmidzi 1552, Nasa I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22, Ad Darimi 2/81, dan lainlainnya] Hadist No.3 : Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : Bayi laki-laki diaqiqahi dgn dua kambing yg sama dan bayi perempuan satu kambing. [Shahih, Hadits Riwayat Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163), dgn sanad hasan] Hadist No.4 : Dari Ibnu Abbas bahwasan Rasulullah bersabda : Menaqiqahi Hasan dan Husain dgn satu kambing dan satu kambing. [HR Abu Dawud (2841) Ibnu Jarud dalam kitab alMuntaqa (912) Thabrani (11/316) dgn sanad shahih sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Daqiqiel Ied] Hadist No.5 : Dari Amr bin Syu aib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah bersabda : Barangsiapa diantara kalian yg ingin menyembelih (kambing) krn kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yg sama dan untuk perempuan satu kambing. [Sanad Hasan, Hadits Riwayat Abu Dawud (2843), Nasa I (7/162163), Ahmad (2286, 3176) dan Abdur Razaq (4/330), dan shahihkan oleh al-Hakim (4/238)] Hadist No.6 : Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan, dia berkata : Rasulullah bersabda : Cukurlah rambut dan bersedekahlah dgn perak kpd orang miskin seberat timbangan rambutnya. [Sanad Hasan, Hadits iwayat Ahmad (6/390), Thabrani dalam Mu jamul Kabir 1/121/2, dan al-Baihaqi (9/304) dari Syuraiq dari Abdillah bin Muhammad bin Uqoil] Dari dalil-dalil yg diterangkan di atas maka dpt diambil hukum-hukum mengenai seputar aqiqah dan hal ini dicontohkan oleh Rasulullah para sahabat serta para ulama salafus sholih. [C]. HUKUM-HUKUM SEPUTAR AQIQAH HUKUM AQIQAH SUNNAH Al-Allamah Imam Asy-Syaukhani rahimahulloh berkata dalam Nailul Authar (6/213) : Jumhur ulama berdalil atas sunnah aqiqah dgn hadist Nabi : .berdasarkan hadist no.5 dari Amir bin Syu aib.

BANTAHAN TERHADAP ORANG YANG MENGINGKARI DAN MEMBIDAHKAN AQIAH Ibnul Mundzir rahimahulloh membantah mereka dgn mengatakan bahwa : Orang-orang Aqlaniyyun (orang-orang yg mengukur kebenaran dgn akalnya, saat ini seperti sekelompok orang yg menamakan sebagai kaum Islam Liberal, pen) mengingkari sunnah aqiqah, pendpt mereka ini jelas menyimpang jauh dari hadist-hadist yg tsabit (shahih) dari Rasulullah krn berdalih dgn hujjah yg lebih lemah dari sarang laba-laba. [Sebagaimana dinukil oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitab Tuhfatul Maudud hal.20, dan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari (9/588)]. WAKTU AQIQAH PADA HARI KETUJUH Berdasarkan hadist no.2 dari Samurah bin Jundab. Para ulama berpendpt dan sepakat bahwa waktu aqiqah yg paling utama ialah hari ketujuh dari hari kelahirannya. Namun mereka berselisih pendpt tentang boleh melaksanakan aqiqah sebelum hari ketujuh atau sesudahnya. AlHafidz Ibnu Hajar rahimahulloh berkata dalam kitab Fathul Bari (9/594) : Sabda Rasulullah pada perkataan pada hari ketujuh kelahirannya (hadist no.2), ini sebagai dalil bagi orang yg berpendpt bahwa waktu aqiqah itu ada pada hari ketujuh dan orang yg melaksanakan sebelum hari ketujuh berarti tdk melaksanakan aqiqah tepat pada waktunya. bahwasan syariat aqiqah akan gugur setelah lewat hari ketujuh. Dan ini mrpk pendpt Imam Malik. Beliau berkata : Kalau bayi itu meninggal sebelum hari ketujuh maka gugurlah sunnah aqiqah bagi kedua orang tuanya. Sebagian membolehkan melaksanakan sebelum hari ketujuh. Pendpt ini dinukil dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitab Tuhfatul Maudud hal.35. Sebagian lagi berpendpt boleh dilaksanakan setelah hari ketujuh. Pendpt ini dinukil dari Ibnu Hazm dalam kitab al-Muhalla 7/527. Sebagian ulama lain membatasi waktu pada hari ketujuh dari hari kelahirannya. Jika tdk bisa melaksanakan pada hari ketujuh maka boleh pada hari ke-14, jika tdk bisa boleh dikerjakan pada hari ke-21. Berdalil dari riwayat Thabrani dalm kitab As-Shagir (1/256) dari Ismail bin Muslim dari Qatadah dari Abdullah bin Buraidah : Kurban untuk pelaksanaan aqiqah, dilaksanakan pada hari ketujuh atau hari ke-14 atau hari ke-21. [Penulis berkata : Dia (Ismail) seorang rawi yg lemah krn jelek hafalannya, seperti dikatakan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (9/594). Dan dijelaskan pula tentang kedhaifan bahkan hadist ini mungkar dan mudraj] BERSEDEKAH DENGAN DENGAN PERAK SEBERAT TIMBANGAN RAMBUT Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Salim bin Dhoyyan berkata : Dan disunnahkan mencukur rambut bayi, bersedekah dgn perak seberat timbangan rambut dan diberi nama pada hari ketujuhnya. Masih ada ulama yg menerangkan tentang sunnah amalan tersebut (bersedekah dgn perak), seperti : al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam Ahmad, dan lain-lain.

Adapun hadist tentang perintah untuk bersedekah dgn emas, ini ialah hadit dhoif. TIDAK ADA TUNTUNAN BAGI ORANG DEWASA UNTUK AQIQAH ATAS NAMA DIRINYA SENDIRI Sebagian ulama mengatakan : Seseorang yg tdk diaqiqahi pada masa kecil maka boleh melakukan sendiri ketika sudah dewasa. Mungkin mereka berpegang dgn hadist Anas yg berbunyi : Rasulullah mengaqiqahi diri sendiri setelah beliau diangkat sebagai nabi. [Dhaif mungkar, Hadits Riwayat Abdur Razaq (4/326) dan Abu Syaikh dari jalan Qatadah dari Anas] Sebenar mereka tdk pu hujjah sama sekali krn hadist dhaif dan mungkar. Telah dijelaskan pula bahwa nasikah atau aqiqah ha pada satu waktu (tdk ada waktu lain) yaitu pada hari ketujuh dari hari kelahirannya. Tidak diragukan lagi bahwa ketentuan waktu aqiqah ini mencakup orang dewasa maupun anak kecil. AQIQAH UNTUK ANAK LAKI-LAKI DUA KAMBING DAN PEREMPUAN SATU KAMBING Berdasarkan hadist no.3 dan no.5 dari Aisyah dan Amr bin Syu aib. Setelah menyebutkan dua hadist diatas, al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari (9/592) : Semua hadist yg semakna dgn ini menjadi hujjah bagi jumhur ulama dalam membedakan antara bayi laki-laki dan bayi perempuan dalam masalah aqiqah. Imam Ash-Shan ani rahimahulloh dalam kitab Subulus Salam (4/1427) mengomentari hadist Aisyah tersebut diatas dgn perkataan : Hadist ini menunjukkan bahwa jumlah kambing yg disembelih untuk bayi perempuan ialah setengah dari bayi laki-laki. Al- Allamah Shiddiq Hasan Khan rahimahulloh dalam kitab Raudhatun Nadiyyah (2/26) berkata : Telah menjadi ijma ulama bahwa aqiqah untuk bayi perempuan ialah satu kambing. Penulis berkata : Ketetapan ini (bayi laki-laki dua kambing dan perempuan satu kambing) tdk diragukan lagi kebenarannya. BOLEH AQIQAH BAYI LAKI-LAKI DENGAN SATU KAMBING Berdasarkan hadist no. 4 dari Ibnu Abbas. Sebagian ulama berpendpt boleh mengaqiqahi bayi laki-laki dgn satu kambing yg dinukil dari perkataan Abdullah bin Umar, Urwah bin Zubair, Imam Malik dan lain-lain mereka semua berdalil dgn hadist Ibnu Abbas diatas. Tetapi al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahulloh berkata dalam kitab Fathul Bari (9/592) : ..meskipun hadist riwayat Ibnu Abbas itu tsabit (shahih), tdklah

menafikan hadist mutawatir yg menentukan dua kambing untuk bayi laki-laki. Maksud hadist itu hanyalah untuk menunjukkan boleh mengaqiqahi bayi laki-laki dgn satu kambing . Sunnah ini ha berlaku untuk orang yg tdk mampu melaksanakan aqiqah dgn dua kambing. Jika dia mampu maka sunnah yg shahih ialah laki-laki dgn dua kambing. [Disalin dan diringkas kembali dari kitab Ahkamul Aqiqah karya Abu Muhammad Ishom bin Mar i, terbitan Maktabah as-Shahabah, Jeddah, Saudi Arabia, dan diterjemahkan oleh Mustofa Mahmud Adam al-Bustoni, dgn judul Aqiqah terbitan Titian Ilahi Press, Yogjakarta, 1997] Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=856&bagian=0 Sumber Pengertian Aqiqah, Dalil Syari Tentang Aqiqah, Hukum Aqiqah : http://alsofwah.or.id Pertama: dianjurkan untuk menajamkan pisau yang akan digunakan untuk menyembelih. .

Dari Syadad bin Aus, beliau berkata, Ada dua hal yang kuhafal dari sabda Rasulullah yaitu Sesungguhnya Allah itu mewajibkan untuk berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik. Demikian pula, jika kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya kalian tajamkan pisau dan kalian buat hewan sembelihan tersebut merasa senang (HR Muslim no 5167). Kedua: penyembelih dianjurkan untuk menghadap kiblat dan menghadapakan hewan sembelihan ke arah kiblat.

Dari Nafi dari Abdullah bin Umar, adalah Ibnu Umar jika membawa hadyu dari Madinah maka beliau tandai bahwa hewan tersebut adalah hewan hadyu dengan menggantungkan sesuatu padanya dan melukai punuknya di daerah Dzul Hulaifah. Beliau gantungi sesuatu sebelum beliau lukai. Dua hal ini dilakukan di satu tempat. Sambil menghadap kiblat beliau gantungi hewan tersebut dengan dua buah sandal dan beliau lukai dari sisi kiri. Hewan ini beliau bawa sampai beliau ajak wukuf di Arafah bersama banyak orang kemudian beliau bertolak meninggalkan Arafah dengan membawa hewan tersebut ketika banyak orang bertolak. Ketika beliau tiba di Mina pada pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah beliau sembelih hewan tersebut sebelum beliau memotong atau menggundul rambut kepala. Beliau sendiri yang menyembelih hadyu beliau. Beliau jajarkan onta-onta hadyu tersebut dalam posisi berdiri dan beliau arahkan ke arah

kiblat kemudian beliau memakan sebagian dagingnya dan beliau berikan kepada yang lain (HR Malik dalam al Muwatha no 1405). . Dari Nafi, sesungguhnya Ibnu Umar tidak suka memakan daging hewan yang disembelih dengan tidak menghadap kiblat (Riwayat Abdur Razaq no 8585 dengan sanad yang shahih). : .

Dari Ibnu Sirin (seorang tabiin) beliau mengatakan, Dianjurkan untuk menghadapkan hewan sembelihan ke arah kiblat (Riwayat Abdur Razaq no 8587 dengan sanad yang shahih). Riwayat-riwayat di atas dan yang lainnya menunjukkan adanya anjuran untuk menghadapkan hewan yang hendak disembelih kea rah kiblat. Namun jika hal ini tidak dilakukan daging hewan sembelihan tersebut tetap halal dimakan. An Nawawi menyebutkan adanya anjuran untuk membaringkan sapi dan kambing pada lambung kirinya. Dengan demikian proses penyembelihan akan lebih mudah. Bahkan dalam al Mufhim 5/362, al Qurthubi mengatakan bahwa membaringkan hewan yang hendak disembelih pada lambung kirinya adalah suatu yang telah dipraktekkan kaum muslimin semenjak dahulu kala. Bahkan Ibnu Taimiyyah mengklaim tata cara seperti ini sebagai salah satu sunnah Nabi. Beliau berkata, Hewan sembelihan baik hewan kurban ataupun yang lainnya hendaknya dibaringkan pada lambung kiri dan penyembelih meletakkan kaki kanannya di leher hewan tersebut sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih dari Rasulullah. Setelah itu hendaknya penyembelih mengucapkan bismilah dan bertakbir. Lengkapnya yang dibaca adalah sebagai berikut Bismillahi allahu akbar. Allahumma minka wa laka. Allahumma taqabbal minni kama taqabbalta min Ibrahim khalilika. Barang siapa yang membaringkan hewan tersebut pada lambung kanannya dan meletakkan kaki kirinya di leher hewan tersebut akhirnya orang tersebut harus bersusah payah menyilangkan tangannya agar bisa menyembelih hewan tersebut maka dia adalah seorang yang bodoh terhadap sunnah Nabi, menyiksa diri sendiri dan hewan yang akan disembelih. Akan tetapi daging hewan tersebut tetap halal untuk dimakan. Jika hewan tersebut dibaringkan pada lambung kirinya maka lebih nyaman bagi hewan yang hendak disembelih dan lebih memperlancar proses keluarnya nyawa serta lebih mudah dalam proses penyembelihan. Bahkan itulah sunnah yang dipraktekkan oleh Rasulullah dan seluruh kaum muslimin bahkan praktek semua orang. Demikian pula dianjurkan agar hewan yang hendak disembelih tersebut dihadapkan ke arah kiblat (Majmu Fatawa 26/309-310). Ketiga: Dimakruhkan memotong leher hewan yang disembelih

ari Nafi, sesungguhnya Ibnu Umar tidak mau memakan daging kambing yang disembelih hingga lehernya terputus (Riwayat Abdur Razaq no 8591dengan sanad yang shahih).

Dari Ibnu Thawus dari Thawus, beliau berkata, Andai ada orang yang menyembelih hewan hingga lehernya putus maka daging hewan tersebut tetap boleh dimakan (Riwayat Abdur Razaq no 8601 dengan sanad yang shahih).

Dari Mamar, Az Zuhri seorang tabiin- ditanya tentang seorang yang menyembelih dengan menggunakan pedang sehingga leher hewan yang disembelih putus. Jawaban beliau, Sungguh jelek apa yang dia lakukan. Apakah dagingnya boleh dia makan?, lanjut penanya. Boleh, jawab az Zuhri (Riwayat Abdur Razaq no 8600 dengan sanad yang shahih). Tentang hal ini, ada juga ulama yang memberi rincian. Jika dilakukan dengan sengaja maka dagingnya jangan dimakan. Akan tetapi jika tanpa sengaja maka boleh. Di antara yang berpendapat demikian adalah Atha, seorang ulama dari generasi tabiin.

Dari Atha, beliau berkata, Jika ada orang yang menyembelih hewan hingga kepala terpisah dari badannya maka silahkan kalian makan asalkan orang tersebut tidak sengaja (Riwayat Abdur Razaq no 8599 dengan sanad yang shahih). Imam Ahmad pernah ditanya tentang masalah ini. Beliau membenci perbuatan ini jika dilakukan dengan sengaja sebagaimana dalam Sualat Abdullah bin Ahmad hal 260 no 980 dan 981. Demikian pula Imam Syafii membenci hal ini (al Hawi 15/87-91).

You might also like