You are on page 1of 13

AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA (PSAK 30) "Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan

barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama". Kriteria Pengelompokan Transaksi Sewa Guna Usaha 1) Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang disewagunausahakan pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha; 2) Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang disewagunausahakan serta bunganya, sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease); 3) Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun. Kalau salah satu kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi maka transaksi sewa guna usaha dikelompokkan sebagai transaksi sewa menyewa biasa (operating lease). Perlakuan Akuntansi oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha (Lessor) 1. Finance Lease (1) Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai penanaman neto sewa guna usaha. Jumlah penanaman neto tersebut terdiri dari jumlah piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang akan diterima oleh perusahaan sewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha dikurangi dengan pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income), dan simpanan jaminan (security deposit). (2) Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan harga perolehan aktiva yang disewagunausahakan diperlakukan sebagai pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income). (3) Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkala (periodic rate of return) atas penanaman neto perusahaan sewa guna usaha. (4) Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman neto dalam sewa guna usaha pada saat penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan. (5) Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi Sewa Guna Usaha harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan. 2. Operating Lease (1) Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan. (2) Pembayaran sewa guna usaha (lease payments) selama tahun berjalan yang diperoleh dari penyewa guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.

(3) Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan harus dilakukan dalam jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya. (4) Kalau aktiva yang disewagunausahakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan. Perlakuan Akuntansi oleh Penyewagunausaha (Lessee) 1. Capital Lease (1) Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha. (2) Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha. (3) Aktiva yang disewagunausahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya. (4) Kalau aktiva yang disewagunausahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan. (5) Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha. (6) Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and leaseback) maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewagunausahakan apabila leaseback merupakan capital lease atau secara proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback merupakan operating lease. 2. Sewa Menyewa Biasa (Operating Lease) Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha 1. Finance Lease (1) Aktiva dilaporkan berdasarkan urutan likuiditasnya, kewajiban dilaporkan berdasarkan urutan jatuh temponya tanpa mengelompokkan ke dalam unsur lancar dan tidak lancar (unclassified balance sheet). (2) Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus dilaporkan dalam neraca. (3) Laporan laba rugi disajikan sedemikian rupa sehingga seluruh pendapatan dilaporkan dalam kelompok yang terpisah dari kelompok biaya (single step).

(5) Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut: (i) Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha; (ii) Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya; (iii) Sifat dari simpanan jaminan yang merupakan kewajiban perusahaan sewa guna usaha kepada penyewa guna usaha; (iv) Piutang sewa guna usaha yang dijaminkan kepada pihak ketiga; (v) Sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases. 2. Operating Lease (1) Barang modal yang disewagunausat akan dilaporkan berdasarkan harga perolehan setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. (2) Aktiva yang disewagunausahakan dilaporkan secara terpisah dari aktiva tetap yang tidak disewagunausahakan. (3) Perhitungan laba rugi harus disusun sedemikian rupa sehingga seluruh pendapatan dilaporkan dalam kelompok yang terpisah dari kelompok biaya (single step). Pendapatan sewa guna usaha harus dilaporkan sebagai komponen utama dalam kelompok pendapatan. (4) Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan dilaporkan secara terpisah dari penyusutan aktiva yang tidak disewagunausahakan. (5) Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut: (i) Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha; (ii) Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya; (iii) Sifat dari simpanan jaminan (jika ada); (iv) Aktiva yang disewagunausahakan yang dijaminkan kepada pihak ketiga; (v) Sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha oleh Penyewaguna usaha 1. Capital Lease (1) Aktiva yang disewagunausahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya. (2) Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut: Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dibayar paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya: (i) Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan; (ii) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha; (iii) Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi sale and leaseback; (iv) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha (major covenants). 2. Operating Lease

Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut: (i) Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan yang dibebankan sebagai biaya sewa; (ii) Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya; (iii) Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha; (iv) Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi sale and leaseback; (v) Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha (major covenants). AKUNTANSI ANJAK PIUTANG PSAK 43. Anjak Piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha. Jenis Anjak Piutang Kegiatan anjak piutang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jasa non-pembiayaan dan jasa pembiayaan. Jasa non pembiayaan meliputi jasa penatausahaan penjualan secara kredit dan penagihan piutang klien, seperti: investigasi kredit (credit investigation); administrasi penjualan (sales ledger administration); penagihan (credit control and collection); dan proteksi terhadap risiko kredit (protection againts credit risk). Atas pemberian jasa tersebut, factor memperoleh fee dari klien (service fee dan atau handling fee). Jasa pembiayaan merupakan jasa pembelian dan atau pengalihan piutang jangka pendek dari kegiatan usaha, termasuk transaksi perdagangan dalam dan luar negeri. Anjak piutang pembiayaan ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: anjak piutang tanpa recourse dan anjak piutang dengan recourse. Atas anjak piutang pembiayaan ini, factor memperoleh bunga atau diskonto. Akuntansi Anjak Piutang bagi Factor Anjak Piutang tanpa Recourse Anjak piutang tanpa recourse diakui sebagai tagihan anjak piutang sebesar nilai piutang yang diperoleh. Selisih antara tagihan anjak piutang dengan jumlah pembayaran kepada klien ditambah retensi diakui sebagai pendapatan anjak piutang pada saat traksaksi anjak piutang. Tagihan anjak piutang tanpa recourse dinyatakan sebesarnilai bersih yang dapat direalisasi. Sedangkan retensi diakui sebagai hutang retensi anjak piutang dan disajikan dalam neraca sabagai kewajiban. Dalam transaksi anjak piutang tanpa recourse, factor memperlakukan piutang yang diperoleh dari klien sebagai pembelian piutang. Factor memperoleh hak sekaligus menanggung risiko kolektibilitas piutang. Dengan pembelian tersebut factor mengakui jumlah piutang alihan sebagai aktiva dengan nama akun tagihan anjak piutang. Di lain pihak, factor menanggung risiko kolektibilitas piutang dengan membentuk penyisihan piutang ragu-ragu. Dalam anjak piutang tanpa recourse, factor telah memperoleh hak atas piutang. Oleh karena itu, bagian dana yang ditahan dalam rangka anjak piutang tersebut merupakan kewajiban dengan

nama akun hutang retensi anjak piutang. Hutang retensi anjak piutang akan berkurang apabila terjadi penyesuaian terhadap piutang, misalnya klien memberikan potongan penjualan dan menerima pengembalian penjualan, dan saldonya akan dikembalikan kepada klien pada saat penyelesaian akhir anjak piutang. Anjak Piutang dengan Recourse Anjak piutang dengan recourse, diakui sebagai tagihan anjak piutang sebesar nilai piutang yang diperoleh. Selisih antara tagihan anjak piutang dengan jumlah pembayaran kepada Men ditambah retensi diakui sebagai pendapatan tangguhan selama periode anjak piutang. Anjak piutang dengan recourse pada dasarnya merupakan pemberian pinjaman dengan jaminan piutang. Oleh karena itu, selisih antara tagihan anjak piutang dengan jumlah pembayaran kepada klien ditambah retensi, merupakan pendapatan anjak piutang tangguhan dan diakui sebagai pendapatan selama periode anjak piutang. Tagihan anjak piutang dengan recourse dinyatakan sebasar nilai bersih yang dapat direalisasi dan retensi disajikan sebagai pengurang tagihan anjak piutang. Akuntansi Anjak Piutang bagi Men Anjak Piutang tanpa Recourse Anjak piutang tanpa recourse diperlakukan sebagai penjualan piutang. Selisih antara nilai piutang alihan dengan jumlah dana yang diterima ditambah retensi diakui sebagai kerugian atas transaksi anjak piutang. Anjak piutang tanpa recourse memiliki substansi sebagai penjualan piutang. Klien tidak lagi memiliki manfaat ekonomi dan risiko kolektibilitas atas piutang alihan. Substansi penjualan piutang adalah berkurangnya jumlah piutang sebesar nilai tercatat dan timbulnya keuntungan atau kerugian. Dalam anjak piutang tanpa recourse, klien telah mengalihkan risiko kolektibilitas atas piutang sehingga tidak diperlukan penyisihan piutang raguragu. Kerugian atas transaksi anjak piutang tanpa recourse diakui sebagai beban pada saat transaksi dan disajikan dalam laporan laba rugi sebagai beban usaha. Dana yang ditahan (retensi) oleh factor dalam rangka anjak piutang tanpa recourse diakui sebagai piutang retensi anjak piutang dan disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Anjak Piutang dengan Recourse Anjak piutang dengan recourse diakui sebagai kewajiban anjak piutang sebesar nilai piutang yang dialihkan. Selisih antara nilai piutang yang dialihkan dengan dana yang diterima ditambah retensi diakui sebagai beban bunga selama periode anjak piutang. Kewajiban anjak piutang disajikan dalam neraca sebesarnilai piutang yang dialihkan dikurangi retensi dan beban bunga yang belum diamortisasi. Pengungkapan Pengungkapan oleh Factor (a) Kebyakan akuntansi yang digunakan untuk anjak piutang. (b) Jumlah tagihan anjak piutang tanpa recourse, termasuk anjak piutang dengan recourse yang memenuhi kriteria penjualan, jumlah hutang retensi anjak piutang dan pendapatan anjak piutang, serta pengungkapan mengenai ikatan penting lainnya yang diatur dalam perjanjian anjak piutang,

Pengungkapan oleh Klien (a) Kebijakan akuntansi mengenai transaksi anjak piutang baik tanpa recourse maupun dengan recourse. (b) Jumlah piutang yang dialihkan dalam rangka anjak piutang dengan recourse, termasuk anjak piutang dengan recourse yang memenuhi kriteria penjualan. Pengungkapan ini juga meliputi jumlah kerugian, piutang retensi anjak piutang, jatuh tempo, dan ikatan penting lainnya yang diatur dalam perjanjian anjak piutang. AKUNTANSI TANAH (PSAK 47) Tanah adalah aktiva berwujud yang diperoleh slap pakai atau diperoleh lalu disempurnakan sampai slap pakai dalam operasi entitas dengan manfaat ekonomik lebih dari setahun, dan tidak dimaksud untuk diperjualbelikan dalam kegiatan operasi normal entitas. Pengakuan Tanah Biaya perolehan Aktiva Tetap Tanah yang dibangun sendiri merupakan akumulasi seluruh Biaya perolehan dan pengembangan tanah, berupa Maya pematangan tanah, di luar Beban Tangguhan akibat Maya legal pengurusan hak. Pengukuran Tanah Tanah pada awalnya diukur berdasar biaya perolehan. Pengeluaran untuk memperoleh tanah diakui secara terpisah dari pengeluaran legal hak atas tanah. Apabila tanah diperoleh cuma-cuma, pengakuan awal terdiri dari harga wajar sesuai paragraf 13 Standar PSAK ini, ditambah unsur biaya legal saja. Penyajian Tanah disajikan sebagai bagian kelompok aktiva tetap berwujud. Semua hak atas tanah, disajikan sebagai Beban Tangguhan-Hak Atas Tanah dalam neraca, terpisah dari Beban Tangguhan yang lain. Pengungkapan (a) jenis hak atas tanah dan masa manfaatnya; (b) prediksi manajemen atau derajat kepastian yang diperoleh manajemen mengenai diperoleh atau tidaknya perpanjangan/pembaharuan hak atas tanah; dan (c) keterkaitan dengan pos Beban Tangguhan - Hak Atas Tanah. Reklasifikasi status tanah dalam neraca harus diungkapkan, misalnya aktiva lain-lain menjadi aktiva tetap tanah, persediaan tanah real estat menjadi aktiva tetap tanah, investasi tanahmenjadi aktiva tetap tanah, dan sebaliknya. Informasi tentang Beban Tangguhan - Hak Atas Tanah harus diungkapkan, dalam catatan atas laporan keuangan, terutama: (a) keterkaitan dengan tanah tertentu, sejalan dengan pengungkapan pada paragraf 30; (b) kebijakan amortisasi Beban Tangguhan dan alasan pemilihan kebijakan; dan (c) bila perpanjangan atau pembaharuan hak tidak diperoleh, harus diungkapkan secara khusus

AKUNTANSI PENURUNAN NILAI AKTIVA (PSAK 48) Definisi Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini. Mai vanq dapat diperoleh kembali (recoverable amount) adalah nilai tertinggi antara harga jual veto dengan ni/ai pakai (value in use) suatu aktiva. Nilai pakai (value in use) adalah ni/ai sekarang dari taksiran a/iran kas yang diharapkan akan diterima atas penggunaan aktiva dan penghentian penggunaan aktiva pada akhir masa manfaatnya. Harga jual neto (net selling price) adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aktiva dalam transaksi antar pihak-pihak yang bebas (arm's length transaction), setelah dikurangi biaya yang terkait. Biava penghentian pemakaian aktiva (cost of disposal) adalah tambahan biaya yang secara langsung terkait dengan penghentian pemakalan aktiva, tidak termasuk biaya pendanaan dan biaya pajak penghasilan. Rugi penurunan nilai (impairment loss) adalah jumlah yang diturunkan dari nilai tercatat hingga menjadi sebesar Mai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva. Nilai tercatat (carrvinq amount) adalah Mai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi akumulasi depresiasi atau amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Depresiasi (amortisasi) adalah alokasi sistematis atas jumlah yang dapat didepresiasi dari suatu aktiva selama masa manfaatnya. Jumlah yang dapat didepresiasi (depreciable amount) adalah harga perolehan aktiva, atau jumlah lain yang dapat menggantikan harga perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai sisa (residual value). Masa manfaat (useful life) adalah: (a) jangka waktu penggunaan aktiva yang diharapkan dapat dicapai; atau (b) jumlah unit produksi atau unit sejenis yang diharapkan dapat dihasilkan dari suatu aktiva. Unit penghasil kas (cash-generating unit) adalah kelompok terkecil aktiva yang menghasilkan aliran kas masuk dari penggunaannya. Aliran kas masuk tersebut tidak tergantung pada aliran kas masuk dari aktiva atau kelompok aktiva lain. Pengakuan Penurunan Aktiva Suatu aktiva turun nilainya jika nilai tercatatnya melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali. Penurunan nilai aktiva tersebut diakui sebagai kerugian dalam laporan keuangan. jika terdapat indikasi suatu aktiva turun nilainya, perusahaan harus menentukan taksiran nilai yang dapat diperoleh kembali. Jika tidak terdapat indikasi penurunan nilai aktiva, risiko terjadinya kerugian

penurunan nilai adalah kecil, sehingga perusahaan tidak perlu menentukan taksiran nilai yang dapat diperoleh kembali. Pengakuan Dan Pengukuran Kerugian Penurunan Nilai Aktiva Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva lebih kecil dari nilai tercatatnya, nflai tercatat aktiva harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan nilai aktiva dan harus segera diakui sebagai beban pada laporan laba rugi. Jika jumlah taksiran kerugian penurunan nilai aktiva lebih besar dari nilai tercatat aktiva, perusahaan harus mengakui kewajiban hanya jika hal ini diwajibkan dalam PSAK lain. Setelah kerugian penurunan nflai aktiva diakui, beban depresiasi (amortisasi) aktiva untuk periode yang akan datang harus disesuaikan agar mencerminkan alokasi nflai tercatat yang telah direvisi, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara s/stemat/s selama sisa periode depresiasi (amorisasi). Pengungkapan Untuk setiap kelompok aktiva, laporan keuangan harus mengungkapkan: (a) rugi penurunan nilai yang diakui selama periode tersebut dan a%men laporan laba rugi yang didalamnya kerugian penurunan nilai telah dimasukkan; dan (b) pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui selama periode tersebut dan elemen laporan laba rugi yang didalamnya kerugian penurunan nilai telah pulih. Untuk setiap aktiva individual, atau unit penghasil kas, yang kerugian penurunan nilainya telah diakui atau dipulihkan dalam periode tertentu, laporan keuangan harus mengungkapkan: (a) sifat aktiva (unit penghasil kas), nilai tercatatnya dan segmen yang mengoperasikan aktiva tersebut (sebagaimana didefinisikan dalam PSA K No. 5, Pelaporan Segmen); (b) jumlah kerugian penurunan nilai yang telah diakui atau dipulihkan dalam periode tersebut untuk aktiva (atau unit penghasil kas), dan kejadian serta kondisi yang men yebabkan pengakuan atau pemulihan tersebut; (c) nilai yang digunakan untuk mengungkapkan jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aktiva (unit penghasil kas): harga jual neto atau nilai pakainya; dan (d) informasi berikut ini, jika jumlah nilai yang dapat diperoleh kembali didasarkan pada nilai pakai aktiva (unit penghasil kas): (i) jangka waktu yang digunakan manajemen untuk memproyeksikan aliran kas di masa depan secara jangka pendek jika jangka waktu tersebut lebih dari lima tahun, dan alasan penggunaan jangka waktu tersebut; Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva adalah nilai pakainya, pada setiap periode berikutnya, perusahaan harus membandingkan aliran kas sesungguhnya dengan taksiran aliran kas, sebelum perhitungan diskonto, yang ditentukan pada saat nilai pakai terakhir kali ditentukan. Jika aliran kas sesungguhnya secara material lebih kecil dari (lebih besar dari) taksiran, perusahaan harus menaksir kembali nilai pakai yang terakhir kali ditentukan dengan menggunakan aliran kas sesungguhnya namun dengan menganggap semua asumsi lain tidak berubah. Jika penggunaan aliran kas sesungguhnya pada periode-periode sebelumnya

memerlukan pengakuan atau pemulihan kerugian penurunan nilai dalam periode-periode tersebut, perusahaan harus mengungkapkan: (a) jumlah kerugian penurunan nilai yang seharusnya diakui atau dipulihkan jika aliran kas sesungguhnya digunakan dalam menaksir nilai pakai tahun-tahun sebelumnya; (b) jumlah setiap kerugian penurunan nilai yang telah diakui atau dipulihkan untuk aktiva selama periode sekarang; dan (c) sifat perubahan asumsi yang menjelaskan mengapa jumlah yang diungkapkan sehubungan dengan (a) dan (b) di atas berbeda (jika hal ini terjadi).

Pengertian

Properti Investasi (PSAK 13) property (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau keduaduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee/penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk: a. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif, atau b. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Asset tidak lancar Properti investasi diakui sebagai asset jika dan hanya jika: a.Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan dari asset yang tergolong properti investasi akan mengalir ke dalam entitas, dan b. Biaya perolehan

Persediaan (PSAK 14) Persediaan adalah asset: a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa. b. Dalam proses prodksi untuk penjualan tersebut, atau c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Asset Tetap (PSAK 16) Asset tetap adalah asset berwujud yang: a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode

Aset tidak berwujud (PSAK 19) Asset tidak berwujud adalah asset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif.

Penggolongan Pengakuan

Asset lancar Asset tidak lancar Persediaan diakui sebagai Asset tetap diakui sebagai beban saat persediaan tersebut asset jika dan hanya jika: dijual, nilai tercatat pada a. Besar kemungkinan persediaan tersebut harus manfaat ekonomis dimasa diakui sebagai beban pada depan berkenaan dengan periode diakuinya pendapatan asset tersebut akan atas penjualan tersebut. mengalir ke entitas b. Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal

Asset tidak lancar Asset tidak berwujud diakui sebagai asset jika dan hanya jika: a. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut b. Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal

properti investasi dapat diukur dengan andal. Pengukuran/penilaian Pengukuran investasi pada awal pengakuan diukur sebesar biaya perolehan, biaya transaksi termasuk dalam pengukuran awal tersebut. Diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. Setiap penurunan nilai persediaan dibawah biaya menjadi niali realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Aktiva lancar Kas dan setara kas Piutang usaha Persediaan Beban dibayar dimuka Aktiva lancar lainnya dan Laporan keuangan harus mengungkapkan: a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan b. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi entitas c. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai Diukur perolehan sebesar biaya D Pengukuran asset tidak berwujud pada awal pengakuan diukur sebesar biaya perolehan. Setelah pengakuan awal, asset tidak berwujud dinilai sebesar biaya perolehannya dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilainya.

Penyajian

Investasi Investasi ekuitas Investasi lainnya

Properti, pabrik, dan peralatan Aktiva tak berwujud Tanah Goodwill Bangunan Merek dagang Mesin dan peralatan Aktiva tak berwujud Lease yang dikapitalisasi lainnya Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok asset tetap: a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat b. Metode penyusutan yang digunakan c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan d. Jumlah tercatat bruto Laporan keuangan harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap golongan asset tidak berwujud: a. Masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan b. Metode amortisasi yang digunakan c. Nilai tercatat bruto dan akumulasi amortisasi pada awal dan akhir periode

Pengungkapan

Model nilai model biaya

wajar

wajar dikurangi biaya untuk akumulasi penyusutan menjual pada awal dan akhir d. Jumlah persediaan yang periode diakui sebagai beban selama e. Rekonsiliasi jumlah periode berjalan tercatat pada awal dan e. Jumlah setiap penurunan akhir periode nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai bahan dalam periode berjalan f. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan g. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunan h. Nilai tercatat persediaan yang diperuntukan sebagai jaminan kewajiban.

d. Unsur pada laporan keuangan yang didalamnya terdapat amortisasi asset tidak berwujud e. Rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode

You might also like