You are on page 1of 13

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,

pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
y

Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Peta dunia memperlihatkan persentase manusi yang hidup di bawah batas kemiskinan nasional. Perhatikan bahwa garis batas ini sangat berbeda-beda menurut masing-masing negara, sehingga kita sulit membuat perbandingan.

Peta dunia memperlihatkan Tingkat harapan hidup.

Peta dunia memperlihatkan Indeks Pembangunan Manusia.

Peta dunia memperlihatkan Ko-efisien Gini, sebuah ukuran tentang kesenjangan pendapatan. Daftar isi [sembunyikan]
y y y y y y y y y

1 Mengukur kemiskinan 2 Diskusi tentang kemiskinan 3 Kemiskinan dunia 4 Penyebab kemiskinan 5 Menghilangkan kemiskinan 6 Bacaan lanjutan 7 Lihat pula 8 Referensi 9 Pranala luar

[sunting] Mengukur kemiskinan

Gambaran kemiskinan di Mumbai, India oleh Antnio Milena/ABr. Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa). Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut. Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orangorang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang. [sunting] Diskusi tentang kemiskinan Kemiskinan dipelajari oleh banyak ilmu, seperti ilmu sosial, ekonomi, dan budaya.
y y

Dalam ekonomi, dua jenis kemiskinan dipertimbangkan: kemiskinan absolut dan relatif. Dalam politik, perlawanan terhadap kemiskinan biasanya dianggap sebagai tujuan sosial dan banyak pemerintahan telah berupaya mendirikan institusi atau departemen. Pekerjaan yang dilakukan oleh badan-badan ini kebanyakan terbatas hanya dalam sensus dan pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana warga negara dianggap miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan kerja khusus, dll. Beberapa ideologi seperti Marxisme menyatakan bahwa para ekonomis dan politisi bekerja aktif untuk menciptakan kemiskinan. Teori lainnya menganggap kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi yang gagal dan salah satu penyebab utama kejahatan. Dalam hukum, telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan. Dalam pendidikan, kemiskinan memengaruhi kemampuan murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham

Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan akan keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan kurangnya kandungan gizi makan mereka membayangi kemampuan murid-murid ini untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam lingkungan pendidikan ada istilah untuk menggambarkan fenomen "yang kaya akan tambah kaya dan yang miskin bertambah miskin" (karena berhubungan dengan pendidikan, tetapi beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew. Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal. [sunting] Kemiskinan dunia Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi yang dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi." Bank Dunia menggambarkan "sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari AS$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari AS$ 2 per hari. Berdasarkan standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam keadaan "sangat miskin", dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut "miskin", pada 2001. [2] Proyek Borgen menunjuk pemimpin Amerika memberikan AS$230 milyar per tahun kepada kontraktor militer, dan hanya AS$19 milyar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Perkembangan Milenium PBB untuk mengakhiri kemiskinan parah sebelum 2025. [sunting] Penyebab kemiskinan Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
y y y y y

penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin; penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga; penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar; penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi; penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan. [sunting] Menghilangkan kemiskinan

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:


y y

Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan. Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain. Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan. y BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Kemiskinan adalah keluarga miskin prasejahtera apabila: a. y Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya. b. y Seluruh anggota keluarga: tidak mampu makan dua kali sehari. c. y Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian. d. y Bagian terluas dari rumahnya berlantai tanah. e. y Tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan. JAKARTA: Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta turun menjadi 355.200 orang atau 3,64% dari total penduduk provinsi itu sebesar 9,6 juta jiwa per September 2011. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengungkapkan jumlah orang miskin di Jakarta pada periode 2007-2010 terus menurun yaitu sebanyak 405.000 orang pada 2007, turun menjadi 379.000 orang pada 2008, sekitar 323.000 orang pada 2009, serta 312.000 orang pada 2010 dan sedikit naik pada 2011 menjadi 355.200 orang karena kenaikan garis kemiskinan. "Jumlah orang miskin sedikit naik karena ada kenaikan garis kemiskinan di Jakarta pada September 2011 menjadi Rp368.415 per kapita per bulan, dari sebelumnya pada Maret 2011 sebesar Rp355.480 per kapita perbulan," ujarnya Gubernur DKI Jakarta yang akrab dipanggil Foke itu hari ini. Fauzi juga mengungkapkan pertumbuhan ekonomi di Jakarta sebesar 6,7% pada 2011 telah mendorong terciptanya lapangan kerja baru bagi 258.000 orang dengan angka kerja sebanyak 264.000 sehingga dapat menekan tingkat pengangguran hingga 10,83%. Sementara itu menurut data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, pecapaian tingkat inflasi di Jakarta sebesar 3,97% pada 2011 dapat menjadi jalan mulus bagi Pemerintah Provinsi DKI untuk mempertahankan kinerja ekonomi tetap dalam situasi yang kondusif pada tahun ini. (sut)

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia, 1996-2006

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1996-2006 berfluktuasi dari tahun ke tahun (Tabel 1). Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta arena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999. Persentase penduduk miskin meningkat dari 17,47 persen menjadi 23,43 persen pada periode yang sama. Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14 persen pada tahun 2000 menjadi 15,97 persen pada tahun 2005. Namun pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis, yaitu dari 35,10 juta orang (15,97 persen) pada bulan Februari 2005 menjadi 39,30 juta (17,75 persen) pada bulan Maret 2006. Penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah 2,11 juta, sementara di daerah perkotaan bertambah 2,09 juta orang. Peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama Februari 2005-Maret 2006 terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama periode tersebut naik tinggi, yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin.

2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2006-Maret 2007 Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta orang (16,58 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2006 yang berjumlah 39,30 juta (17,75 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,13 juta. Meskipun demikian, persentase penduduk miskin pada Maret 2007 masih lebih tinggi dibandingkan keadaan Februari 2005, dimana persentase penduduk miskin sebesar 15,97 persen. Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih tajam dari pada daerah perkotaan. Selama periode Maret 2006-Maret 2007, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,20 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,93 juta orang (Tabel 2). Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada bulan Maret 2006, sebagian besar (63,13 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2007 persentase ini hampir sama yaitu 63,52 persen.

3. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2006-Maret 2007 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2006-Maret 2007, Garis Kemiskinan naik sebesar 9,67 persen, yaitu dari Rp.151.997,- per kapita per bulan pada Maret 2006 menjadi Rp.166.697,per kapita per bulan pada Maret 2007. Dengan memerhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2006, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 75,08 persen, tetapi pada bulan Maret 2007, peranannya hanya turun sedikit menjadi 74,38 persen. Komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada bulan Maret 2007, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan sebesar 28,64 persen di perdesaan dan 18,56 persen di perkotaan. Selain beras, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan adalah gula pasir (2,99 persen di perdesaan, 2,23 persen di perkotaan), telur (1,11 persen di perdesaan, 1,58 persen di perkotaan), mie instan (1,58 persen di perdesaan, 1,70 persen di perkotaan) dan minyak goreng (1,34 persen di perdesaan, 0,90 persen di perkotaan). Untuk komoditi bukan makanan, biaya perumahan mempunyai peranan yang cukup besa terhadap Garis Kemiskinan yaitu 6,04 persen di perdesaan dan 7,82 persen di perkotaan. Biaya untuk listrik, angkutan dan minyak tanah mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk daerah perkotaan, yaitu masing-masing sebesar 2,90 persen, 2,78 persen dan 2,50 persen, sementara untuk daerahperdesaan pengaruhnya relatif kecil (kurang dari 2 persen).

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2006-Maret 2007, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 3,43 pada keadaan Maret 2006 menjadi 2,99 pada keadaaan Maret 2007. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 1,00 menjadi 0,84 pada periode yang sama (Tabel 3). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan jauh lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada bulan Maret 2007, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 2,15 sementara di daerah perdesaan mencapai 3,78. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,57 sementara di daerah perdesaan mencapai 1,09. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih parah dari pada daerah perkotaan. 5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data 1. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan

dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. 2. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. 3. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). 4. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. (Sumber: Siaran Berita BPS No. 38/07/Th. X, 2 Juli 2007) Data BPS disepakati sebagai data yang bersifat makro yang dihitung berdasarkan data Susenas sehingga data ini hanya dapat digunakan untuk menentukan alokasi dana tetapi belum bisa digunakan untuk program targetting atau penyaluran bantuan langsung ke rumahtangga miskin. Meskipun bersifat makro, namun data ini dapat mengetahui karakteristik rumahtangga miskin, seperti tingkat pendidikan, kesehatan, pendapatan, dan kondisi tempat tinggal. Ada beberapa data dan informasi yang bisa digunakan secara operasional dan bersifat mikro, seperti data Keluarga Sejahtera dan Prasejahtera I yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Pendataan Soaial Ekonomi (PSE 05) untuk Rumah Tangga Miskin (berdasarkan Inpres 12/2005, maupun pendataan rumahtangga miskin yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Menurut data yang diumumkan Badan Pusat Statistik, Senin, 2 Januari 2012, prosentase penduduk miskin menurut pulau berdasarkan Susenas September 2011 berada di Pulau Maluku dan Papua, yaitu sebesar 25,25%. Sedangkan prosentase penduduk miskin terkecil di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 6,88%.

Dilihat dari jumlah penduduk, sebagian besar penduduk miskin berada di Pulau Jawa (16,74 juta orang); sementara jumlah penduduk miskin terkecil berada di Pulau Kalimantan (0,97 juta orang).

Berikut adalah rincian sebaran penduduk miskin di Indonesia:

Tabel: Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau, September 2011 Pulau Sumatera Jawa Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua Jumlah (x1000) 6.318,87 16.744,41 2.065,82 971,88 2.152,15 1.637,00 Prosentase (%) 12,20 12,09 15,46 6,88 12,17 25,25

AKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI INDONESIA 1. Tingkat pendidikan yang rendah 2. Produktivitas tenaga kerja rendah 3. tingkat upah yang rencah 4. distribusi pendapatan yang timpang 5. kesempatan kerja yang kurang 6. kualitas sumberdaya alam masih rendah 7. penggunaan teknologi masih kurang 8. etos kerja dan motivasi pekerja yang rendah 9. kultur/budaya (tradisi) 10. politik yang belum stabil 11. kesemua faktor tersebut di atas saling mempengaruhi, dan sulit memasrikan penyebab kemiskinan yang paling utama atau faktor mana yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung. Kesemua faktor tersebut merupakan VICIOIS CIRCLE Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2132987-faktor-faktorpenyebab-kemiskinan-di/#ixzz1jQ08aOmn

24 |K e m i s k i n a n masyarakat setempat, serta tidak mungkin pemerintah di tingkat nasionalmampu melayani dan mengurusi kepentingan dan urusan masyarakat yangdemikian kompleks. Desentralisasi juga dianggap sebagai jawaban atas tuntutan

25 |K e m i s k i n a n BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan Memiliki banyak polemik dalam menuntaskan kemiskinan membuat Indonesiaharus sesegera mungkin berbenah diri. Kemiskinan memang tidak mungkindihilangkan, namun bukan tidak mungkin untuk mengurangi persentase kemiskinan. Negara yang ingin membangun perekonomiannya harus mampu meningkatkan standar hidup penduduk negaranya, yang diukur dengan kenaikan penghasilan riil per kapita.Indonesia sebagai negara berkembang memenuhi aspek standar kemiskinandiantaranya merupakan produsen barang primer, memiliki masalaha tekanan penduduk, kurang optimalnya sumberdaya alam yang diolah, produktivitas penduduk yang rendah karena keterbelakangan pendidikan, kurangnya modal pembanguan, danorientasi ekspor barang primer karena ketidakmampuan dalam mengolah barang- barang tersebut menjadi lebih berguna. 3.2 Kritik dan Saran Upaya pengembangan kegiatan ekonomi kelompok masyarakat berpendapatan rendah senantiasa ditempatkan sebagai prioritas utama. Sejalan denganitu, penyedia faktor produksi termasuk modal dan kemampuan peningkatankemampuan masyarakat menjadi landasan bagi berkembangnya kegiatan ekonomimasyarakat secara berkelanjutan. Pelaksanaan pembangunan nasional yang dijabarkandalam program pembangunan sektoral,regional dan khusus. Pembangunan baik secaralangsung maupun tidak langsung dirancang untk memecahkan maslah kemiskinan.Selain itu Pemerintah jarus lebih berkonsentrasi kepada aspek riil mengenaikemiskinan dan peningkatan mutu pendidikan, bukan hanya berfokus pada masalah politik dan perebutan kekuasaan demi kepentingan sebagian golongan.

26 |K e m i s k i n a n DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, Keadaan Ketenagakerjaan di Indonesia Februari 2009, diakses17 April 2010 (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf)Badan Pusat Statistik, Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2009, diakses 17 April2010 (http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul09.pdf)Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Penerbit ErlanggaFadliansyah, Teori Kemiskinan, diakses 17 April 2010(http://www.scribd.com/doc/14597304/TE O RI-KEMISKINAN)Heryawan Ahmad, Diskriminasi Pendidikan dan Buta Huruf, diakses tanggal 22 April2010 (http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/pendidikan/4041-diskriminasi- pendidikan-dan-butahuruf.html)Iluvmyclass, Melembagakan Social Enterpreneurship di Lingkungan PerguruanTinggi, diakses 20 April 2010 (http://iluvmyclass.wordpress.com/2008/09/08/makalah-ttg-cara-mengatasi-kemiskinan//)Irawan. 1999. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta : BPFE-YogyakartaRajasa M Hatta, Mengatasi Kemiskinan di Indonesia, diakses 21 April

2010(http://cidesonline.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=118)Todaro Michael P dan Smith Stephen

You might also like