You are on page 1of 4

1

Merapikan Shaf Shalat




` ' ` = ` ,` _ . ` .` . , ,` ., ` , ` , ` .` ,' ,
` .
"Dari Anas bahwa Rasulullah J bersabda:Rapikan (Luruskan dan rapatkan) shaf
kalian, karena sesungguhnya Rapinya shaf itu termasuk kesempurnaan shalat
(Riwayat Muslim)

Meluruskan shaf dalam shalat berjamaah merupakan sunnah Rasulullah J. Akan
tetapi sangat disayangkan banyak kaum muslimin yang melalaikan hal ini. Bahkan
tidak sedikit diantara kaum muslimin yang malah mengingkari orang yang mencoba
menghidupkan dan menegakan sunnah ini. Mereka merasa aneh dan risih ketika ada
orang yang merapatkan shafnya kepada mereka. Mereka lebih suka bila shafnya
longgar, ditambah lagi masing-masing jamaah melonggarkan shafnya dengan
membuat kavling dengan sajadah mereka. Mereka merasa risih apabila sajadah milik
mereka diinjak oleh orang disebelah mereka.

Anehnya lagi, ada sebagian imam shalat yang selalu menyampaikan hadits diatas
tatkala hendak mendirikan shalat, akan tetapi ia sendiri enggan merapikan shafnya
tatkala ia menjadi makmum. Sehingga seolah hal ini hanya menjadi formalitas
belaka. Mereka hanya sekedar mengucap; Luruskan dan Rapatkan shaf sambil
menoleh kiri dan kanan, tanpa memperhatikan shaf para makmum, atau malah
mendiamkan saja ketika ia melihat shaf yang kurang rapi (tidak rapat dan tidak
lurus).

Oleh karena itu melalui risalah singkat ini, kami berupaya mengangkat masalah ini,
demi menghidupkan kembali sunnah Nabi J yang banyak dilalaikan.

SHAF SHALAT MERUPAKAN KEISTIMEWAAN UMMAT ISLAM
Ibnu Rajab dalam Fathul Bari 4/250-251 berkata; Ketahuilah bahwa shaf dalam
shalat merupakan kekhususan yang Allah anugerahkan kepada ummat ini, karena
dengan demikian menyerupai shaf para malaikat di langit. Sebagaimana firman-Nya:
., ` . ` ` - ` ,
Dan sesungguhnya Kami benar-benar bershaf-shaf (Ash Shaffat :165)

Rasulullah J bersabda:
. , ` _ ` . ` , ` . ` , ` . ` . ` - , ...
Kami diutamakan dari ummat lainnya dengan tiga perkara; Shaf kita dijadikan
seperti shaf para malaikat, (Riwayat Muslim 522, dari Hudzaifah )
2

Dari Jabir ibn Samrah berkata: Rasulullah J bersabda: Tidakkah kalian berbaris
seperti ketika para malaikat berbaris di hadapan Tuhannya? Kami berkata: Wahai
Rasulullah, bagaimana para malaikat berbaris ketika menghadap Tuhan mereka?
Beliau bersabda: Mereka menyempurnakan shaf sebaris demi sebaris. Mereka juga
menyempurnakan shaf-shaf tersebut. (Riwayat oleh Muslim 430)

PERINTAH MERAPIKAN SHAF SHALAT
Banyak hadits-hadits dari Nabi J yang memerintahkan untuk merapikan shaf kita,
diantaranya adalah hadits yang terdapat di awal risalah ini. Dalam hadits lain
dinyatakan bahwa Nabi J bersabda:
, ,` ., ` , ` , ` .` ,' , ` . ` .` .
Rapikanlah (luruskan dan rapatkan) shaf kalian, sesunggunya rapinya shaf termasuk
bagian menegakan shalat (Riwayat Bukhari 723, dari Anas )

` ,' . , , ` , ` , ` .` ,` , ' , . _ , ` ` , _' ` ` , ` , ~ ` ,
Rapikan shaf kalian dan rapatkan, sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang
pundaku (Riwayat Bukhari 719, Muslim 434, dari Anas )

Dari Ibnu Umar , bahwasanya Rasulullah J bersabda :Rapikanlah shaf, sejajarkan
antara bahu, penuhi yang masih kosong, bersikap lunaklah terhadap saudara kalian,
dan janganlah kalian biarkan kekosongan (shaf) untuk syaithan. Barangsiapa yang
menyambung shaf, maka Allah akan menyambungnya, dan barangsiapa yang
memutuskan shaf, maka Allah akan memutuskannya (Riwayat Abu Dawud 666,
dengan sanad shahih)

,` ` ` ,' ` = ` ,` _ . J ` , , , ` . ` ` _ ` , ` ,' , `
. , ` - ` , ` - . ` , ` , ` ,
Dari Abu Masud , ia berkata; Adalah Rasulullah J meluruskan bahu-bahu kami
ketika akan memulai shalat sambil bersabda; Luruslkanlah, jangan sampai tidak
lurus, (kalau tidak lurus), niscaya hati-hati kalian akan berselisih pula (Riwayat
Muslim 432)

Dari beberapa hadits diatas dapat kita pahami tentang betapa pentingnya merapikan
shaf shalat. Bahkan dalam hadits diatas Rasulullah J mengancam keras orang-orang
yang tidak merapikan shafnya dengan ancaman akan dijadikan hatinya berselisih.

Imam Ash shanani setelah menyebutkan beberapa hadits dalam masalah ini berkata;
Hadits-hadits diatas dan ancaman yang terkandung di dalamnya menunjukan
wajibnya merapikan shaf, akan tetapi sayang masalah ini banyak diremehkan
orang, (Subulus Salam 3/84)

3
Syeikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata; Hadits ini adalah khabar yang
mengandung ancaman.Tidak ragu lagi bahwa ini merupakan peringatan bagi mereka
yang tidak merapikan shaf. Oleh karena itu sebagian ulama berpendapat wajibnya
merapikan shaf. Mereka berdalil dengan perintah Nabi J dan ancaman bagi
pelanggarnya. Sedangkan sesuatu perkara yang apabila datang perintah serta
ancaman bagi pelanggarnya, tidak mungkin hukumnya hanya sunnah saja (tidak
wajib) (Syarh Mumti 3/10)

Demikianlah Hukum merapikan shaf adalah wajib. Karena semua dalil diatas
memerintahkannya dan sangat menekankannya. Sedangkan suatu kaidah berlaku
Suatu perintah menunjukan bahwa hukumnya adalah Wajib, Kecuali ada dalil lain
yang memalingkannya. Sedangkan kita tidak mendapati satu dalilpun yang
memalingkan kita dari perintah ini. Bahkan dalil-dalil diatas mengancam dengan
keras bagi yang melanggarnya.

Banyak para Ulama yang berpendapat wajibnya merapikan shaf shalat. Diantara
mereka adalah Imam Bukhari sebagaimana dijelaskan Al Hafidz Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari 2/246, Ibnu Hazm dalam Muhalla 4/52, Asy Syaukani dalam Nailul Authar
4/66, Ash Shanani dalam Subulus Salam 3/84, Shidiq Hasan Khan dalam Fathul Alam
2/352, Al Mubarakfuri dalam Tuhfatl Ahwadzi 2/17, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah
dalam Majmu Fatawa 23/394, Lajnah Daimah yang diketuai Syeikh Bin Baaz dalam
Fatawa Lajnah Daimah 2/17, Syeikh Al Albani dalam Ash Shahihah 1/72, Syeikh
Utsaimin dalam syarh Mumti 3/10, dan para ulama yang lain.

Inilah pendapat yang rajih meskipun ada beberapa Ulama yang berpendapat bahwa
merapikan shaf hukumnya hanya merupakan sunnah. Akan tetapi bagi kita yang lebih
menentramkan hati adalah hendaknya kita merapikan shaf kita. Sehingga jika
memang hal itu hukumnya wajib maka kita telah gugur kewajiban itu, dan jika hanya
merupakan sunnah maka kita telah melaksanakan suatu sunnah Nabi J, yang itu
merupakan suatu keutamaan yang besar.

CARA MERAPIKAN SHAF
Tentang tatacara merapikan shaf telah dijelaskan dalam banyak hadits Nabi J,
diantaranya adalah:
` , ` , ` .` ,` , ' , ` ,` , ~ . _ , ` ` , _' ` ` , . ` , , ` -' . , ` -. . ..
, ` ,
Rapikanlah shaf-shaf kalian, sesungguhnya saya dapat melihat kalian dari
punggungku. Dan seseorang diantara kami (para shahabat) merapatkan pundaknya
dengan pundak temannya dan kakinya dengan kai temannya (Riwayat Bukhari 725,
dari Anas bin Malik )

Al Hafidz Ibnu Hajar berkata; Keterangan ini menunjukan bahwa perbuatan tersebut
di praktekan pada zaman Nabi J . Dengan demikian maka hadits ini dapat dijadikan
sebagai hujjah untuk maksud dari merapikan shaf dan sifatnya (Fathul Bari 2/247)
4
` ` . ` , , ` , , ' _ ` ` , = J ` _ , , ` - . , , . ' ` , .` ` ,
' . ` , , , , , = , ` ` , ` ` . ` , ` , ` ,' ` , - ` = , ` ` , , ` , . ' ` . .
, `,' ` . ` , ` - , . ` ` ` , ` . . - , ` _ . ` , , ` ` , ` ` , - .
Dari Numan bin Basyir berkata; Rasulullah J pernah menghadap manusia dengan
wajahnya, seraya bersabda; Rapikanlah shaf-shaf kalian (3X). Demi Allah kalian
merapikan shaf kalian, atau kalau tidak maka Allah akan menjadikan perselisihan
diantara hati kalian. Numan berkata; lalu saya melihat seseorang merapatkan
bahunya dengan bahu temannya, lututnya dengan lutut temannya, dan mata kakinya
dengan mata kaki temannya (Riwayat Abu Dawud 662, Ahmad 4/276, Ibnu Hibban
396, dengan sanad shahih, Lihat : Ash Shahihah 32)

Demikianlah, dalil diatas telah dengan terang bagaimana tata cara merapikan shaf
shalat. Yaitu dengan meluruskan shaf tidak bengkok-bengkok, serta merapatkannya.
Yaitu dengan berdiri tegak, posisi kaki selebar bahu, sehingga merapatkan bahu
dengan bahu, mata kaki denngan mata kaki, lutut, dengan lutut. Dan tidak membuat
shaf baru sebelum shaf yang sebelumnya benar-benar penuh.


PENUTUP
Sebagai akhir risalah ini, marilah kita berusaha menghidupkan sunnah ini. Karena
merapikan shaf terdapat hikmah yang besar, diantaranya adalah;
1. Meraih kelurusan secara dzahir, sebagaimana hal itu juga dituntut scara bathin
2. Menyempitkan ruang lingkup syaithan dalam menghembuskan rasa was-was dalam
shalat, sebagaimana dalam hadits diatas.
3. Menunjukan kerapian dalam bentuk dan penampilan
4. Mencukupkan bagi masjid untuk menampung jumlah jamaah yang banyak
5. Mendapatkan suatu keutamaan dengan mengamalkan satu perintah dari
Rasulullah J

Akhirnya semoga Allah melapangkan hati kita untuk mengamalkannya.
Wallahu A'lamu Bish Shawwab

Kontribusi: Mas Heru yulias wibowo redaktur bulletin dawah An Nashihah, Cikarang
Baru, untuk brlangganan hub: bag. Sirkulasi: Mas Arifin 021-70022052

You might also like