You are on page 1of 7

Tolong-menolong dalam Islam

Agustus 4, 2009 nurdiyon Sekali lagi di sini penulis mengatakan bahwa Islam adalah dien yang rahmatan lilalamin, yaitu rahmat bagi semesta alam. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa Islam merupakan agama yang sarat akan manfaat dan maslahat baik bagi individu maupun sosial. Islam adalah dien yang senantiasa mengajarkan untuk memberikan manfaat dan maslahat kepada sesama manusia maupun sesama ciptaan Allah swt. Tolong-menolong memang telah menjadi satu bagian yang tidak dapat di hilangkan dari ajaran Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk saling menolong satu dengan yang lain. Segala bentuk perbedaan yang mewarnai keidupan manusia merupakan salah satu isyarat kepada umat manusia agar saling membantu satu sama lain sesuai dengan ketetapan Islam. Islam memang telah mewajibkan kepada umatnya untuk saling menolong satu sama lainnya. Namun demikian, Islam pun memberikan batasan terhadap apa yang telah diajarkannya tersebut. Dien Islam merupakan sebuah ajaran Robbani yang berisikan hukum-hukum dan aturan-aturan. Maka apa yang telah diajarkan di dalam Islam pun tidak dapat dilakukan dengan semaunya sendiri, melainkan ada petunjuk atau yang di dalam istilah kesehatan biasa kita temukan, Baca aturan pakai. Untuk itu, hendaknya umat Islam juga harus mengerti benar mengenai tolong-menolong yang diajarkan di dalam Islam tersebut. Aturan pakai untuk menggunakan atau menjalankan ajaran untuk saling tolong-menolong ini tentu saja hanya terdapat di dalam Al Quran dan Hadits, karena Islam adalah dien yang sumber utama ajarannya adalah Al Quran dan Hadits. Aturan pakai yang untuk melaksanakan ajaran saling tolong-menolong yang terdapat di dalam Al Quran di antaranya adalah sebagai berikut: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr: 1-3) Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan. (QS. Al-Maidah: 2) Selain itu, Islam juga kembali memberikan keterangan tambahan untuk dapat menjalankan perintah saling tolong-menolong tersebut dengan benar yang terdapat di dalam hadits Rasulullah saw sebagai berikut: Dari Abdur Rahman bin Zaid bin Khalid al-Juhani ra., katanya: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang memberikan persiapan bekal untuk seseorang yang berperang fisabilillah, maka dianggaplah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang yakni sama pahalanya dengan orang yang ikut berperang itu. Dan barangsiapa yang meninggalkan kepada keluarga orang yang berperang fi-sabilillah berupa suatu kebaikan- apa-apa yang dibutuhkan untuk kehidupan keluarganya itu, maka dianggap pulalah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang. (Muttafaq alaih)

Dari Abu Said al-Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw mengirimkan suatu pasukan sebagai utusan untuk memerangi Bani Lihyan dari suku Hudzail, lalu beliau bersabda: Hendaklah dari setiap dua orang berangkat salah seorang saja dari keduanya itu maksudnya setiap golongan supaya mengirim jumlah separuhnya, sedang separuhnya yang tidak ikut berangkat adalah yang menjamin kehidupan keluarga dari orang yang ikut berangkat berperang itu, dan pahalanya adalah antara keduanya artinya pahalanya sama antara yang berangkat dengan yang menjamin keluarga yang berangkat tadi. (HR. Muslim) Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwasanya Rasulullah saw bertemu dengan sekelompok orang yang berkendaraan di Rawha sebuah tempat di dekat Madinah, lalu beliau bertanya Siapakah kaum ini? Mereka menjawab: Kita kaum Muslimin.. Kemudian mereka bertanya: Siapakah Tuan? Beliau menjawab: Saya Rasulullah. Kemudian ada seorang wanita yang mengangkat seorang anak kecil di hadapan beliau lalu bertanya: Adakah anak ini perlu beribadat haji? Beliau menjawab: Ya dan untukmu wanita itu juga ada pahalanya. (HR. Muslim) Dari Abu Musa al-Asyari ra. dari Rasulullah saw bahwasanya beliau bersabda: Juru simpan yang Muslim dan dapat dipercaya yang dapat melangsungkan apa yang diperintahkan padanya, kemudian memberikan harta yang disimpannya dengan lengkap dan cukup, juga memberikannya itu dengan hati yang baik tidak kesal atau iri hati pada orang yang diberi, selanjutnya menyampaikan harta itu kepada apa yang diperintah padanya, maka dicatatlah ia juru simpan tersebut sebagai salah seorang dari dua orang yang bersedekah juru simpan dan pemiliknya. (Muttafaq alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: Yang memberikan untuk apa saja yang ia diperintahkan. Para ulama lafaz almutashaddiqain dengan fathah qaf serta nun kasrah, karena tatsniyah atau sebaliknya kasrahnya qaf serta fathahnya nun, karena jamak. Keduanya shahih. Islam adalah ajaran yang bernilai Robbaniyah, yang di dalamnya terkandung hukum-hukum dan aturan-aturan untuk kemaslahatan umat manusia. Untuk itu, dalam mengaplikasikan ajaranajaran Islam pun tidak dapat dilakukan dengan seenaknya saja, melainkan harus mengerti benar mengenai aturan-aturannya atau aturan pakainya. Untuk perintah saling tolong-menolong tersebut, Allah swt juga telah memberikan standar aturan pakai yang harus diikuti dengan baik dan benar. Barang siapa mencoba untuk menjalankan di luar aturan pakai yang telah ditetapkan itu, maka bersiaplah untuk tidak mendapatkan hasil apa-apa dari apa yang telah dilakukannya. Atau bahkan, bersiaplah untuk over dosis karena telah menjalankan sesuatu di luar takarannya. Aturan pakai standar yang dapat kita tarik dari Al Quran dan Al Hadits di atas kurang lebih adalah sebagai berikut: Saling tolong menolong hanya dapat dilakukan di atas rel-rel kebenaran, yakni tetap dalam ketaatan, keimanan dan keislaman. Kemudian, saling tolong-menolong juga harus dilakukan

dengan penuh kesabaran sebagai bentuk bakti atau ibadah kepada Allah swt, melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan segala bentuk larangan-Nya. Itulah beberapa poin yang menjadi aturan pakai dalam mengaplikasikan tolong-menolong menurut ajaran Islam, yang intinya adalah bahwa tolong-menolong hanya boleh dilakukan dalam rangka untuk mencapai maslahat dan ridho Allah swt semata. Barang siapa melakukan tolongmenolong di luar itu, maka bersiaplah untuk tidak mendapatkan balasan apapun dari Allah swt atas apa yang telah diusahakannya. Atau bahkan bersiaplah untuk mendapat murka Allah swt karena melakukan tolong-menolong di luar aturan pakai yang telah ditetapkan, misalnya tolongmenolong dalam kemaksiatan, tolong-menolong dalam perkara yang dapat merusak keislaman atau keimanan, tolong-menolong dalam melanggar aturan-aturan Allah swt dan lain sebagainya. Islam adalah ajaran yang rahmatan lilalamin. Oleh karena itu, Islam mengajarkan saling tolongmenolong dalam rangka untuk mencapai maslahat dan ridha Allah swt, bukan dalam rangka bermaksiat kepada Allah swt. www.syahadat.com http://naunganislami.wordpress.com/2009/08/04/tolong-menolong-dalam-islam/

Allah SWT berfirman di dalam Al Quran Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya. (Al Maidah: 2) Saudaraku sekalian, ayat yang sangat indah ini merupakan penegasan perintah dari Allah SWT akan kewajiban tolong menolong dalam kebaikan dan takwa serta larangan untuk tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Mari kita muhasabah terkait dengan kandungan ayat ini. Tentu bagi kita yang beriman kepada Allah SWT akan langsung mengevaluasi diri. Apakah saya sudah benar-benar melaksanakan perintah Allah ini?atau malah mengingkarinya? Kita semua berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita. Dan memohon ampun, beristighfar atas maksiat yang kita lakukan di masa lalu, terlebih di bulan ramadhan dimana Allah SWT membuka pintu ampunan selebar-lebarnya. Mari kita lanjutkan pembahasan tema ini. Ada hal yang menarik dari firman Allah SWT yang disebutkan di awal yaitu bahwa redaksi seperti ayat ini Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa ternyata hanya tersebut sekali dalam AlQur an, sehingga ayat ini harus difahami dalam konteks umum; umum dari segi sasarannya dan umum dari segi jenis kebaikan yang dituntutnya. Sungguh sebuah pesan universal dari Islam yang merupakan karakter dan fitrah dasarnya sebagai Rahmatan lil Alamin. Ibnu Katsir memahami makna umum ayat ini berdasarkan redaksinya tolong menolonglah kalian bahwa Allah swt memerintahkan semua hamba-Nya agar senantiasa tolong menolong dalam melakukan kebaikan-kebaikan yang termasuk kategori Al-Birr dan mencegah dari terjadinya kemungkaran sebagai realisasi dari takwa. Sebaliknya Allah swt melarang mendukung segala jenis perbuatan batil yang melahirkan dosa dan permusuhan. Selanjutnya Ibnu Katsir mengetengahkan dua hadits untuk memperkuat dan menjelaskan ayat ini, yaitu: Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang berbunyi, Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas perlakuan mereka adalah lebih baik dan besar pahalanya daripada mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas perilaku mereka (Imam Ahmad). Kedua, hadits yang menyebutkan tentang perintah menolong siapapun, baik yang terzhalimi maupun yang menzhalimi. Rasulullah saw bersabda, Tolonglah saudaramu yang menzhalimi dan yang terzhalimi . Maka para sahabat bertanya, Menolong yang terzhalimi memang kami lakukan, tapi bagaimana menolong orang yang berbuat zhalim? . Rasulullah menjawab, Mencegahnya dari terus menerus melakukan kezhaliman itu berarti engkau telah menolongnya . (Bukhari dan Ahmad). Bentuk ta awun secara aplikatif, dijabarkan oleh Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Beliau menyebutkan sebagai contoh misalnya beberapa bentuk ta awun yang bisa dilakukan berdasarkan ayat ini,

diantaranya: seorang alim membantu manusia dengan ilmunya, seorang yang kaya membantu orang lain dengan hartanya, seorang yang berani membantu dengan keberaniannya berjuang di jalan Allah swt dan begitu seterusnya. Masing-masing membantu orang lain sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimilikinya. Inilah puncak dari akhlak yang mulia yang dikehendaki melalui ayat ini. Sayyid Quthb menyebutkan bahwa akhlak ayat ini merupakan puncak dari pengendalian diri dan lapang dada seorang muslim terhadap saudaranya dan terhadap siapapun. Sejarah membuktikan bahwa pola pembinaan Rasulullah mampu menghantarkan orang Arab berakhlak dengan akhlak ini, padahal sebelumnya yang menjadi kebiasaan mereka justru tolong menolong dan kerjasama dalam kebatilan, kemaksiatan dan permusuhan antar sesama atas nama ashabiyah (fanatisme) . Belajar dari para shahabat ra. Sekarang Rasulullah SAW bermusyawarah dengan kedua sahabatnya yaitu Abu Bakar dan Umar ra. Yang menjadi pokok pikirannya adalah menyusun barisan kaum Muslimin serta mempererat persatuan mereka, untuk menghilangkan segala bayangan yang akan membangkitkan api permusuhan lama diantara mereka. Agar tujuan ini tercapainya maka Rasul saw mengajak kaum Muslimin agar masingmasing bersaudara berdua-dua. Rasul SAW bersaudara dengan Ali bin Abi Thalib. Pamannya Hamzah bersaudara dengan Zaid bekas budaknya. Abu Bakar bersaudara dengan Kharija bin Zaid, Umar ibnu Khattab bersaudara dengan Itban bin Malik al-Khazraji. Begitu pula setiap muslim dari kaum Muhajirin yang jumlahnya sudah banyak di Yatsrib, yang tadinya tinggal di kota Makkah menyusul ke Madinah setelah Rasul SAW hijrah. Mereka dipersaudarakan pula dengan setiap muslim dari kaum Anshar, yang oleh Rasul kemudian dibuatkan untuk mereka hukum saudara sedarah senasib. Dengan persaudaraan seperti ini ukhuwah diantara kaum Muslimin bertambah erat dan kokoh. Kaum Anshar memperlihatkan sikap ramah yang luarbiasa terhadap saudara-saudara mereka kaum Muhajirin ini. Abdur-Rahman bin Auf yang sudah bersaudara dengan Sa ad bin Rabi ketika di Yatsrib beliau sudah tidak punya apa-apa lagi. Ketika Sa ad menawarkan hartanya untuk dibagi dua, AbdurRahman menolaknya. Beliau hanya minta tolong ditunjukkan jalan ke pasar. Dan di sanalah ia mulai berdagang mentega dan keju. Dalam waktu yang tidak begitu lama, dengan keahliannya berdagang beliau telah mencapai kekayaannya kembali. Selain beliau, kaum Muhajirin lainnya banyak pula yang telah melakukan hal serupa. Tolong menolong implikasi dari ukhuwah islamiyah Secara harfiyah ukhuwah memiliki arti persamaan, yang dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan

persaudaraan . Hal ini karena orang-orang yang bersaudara biasanya memiliki persamaan-persamaan, baik persamaan secara fisik seperti kemiripan wajah karena berasal dari rahim ibu yang sama, atau persamaan sifat. Dalam konteks keimanan yang sudah dimiliki, orang-orang yang beriman memiliki sifat-sifat yang sama untuk terikat pada nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Karena itu, bila seseorang sudah mengaku beriman tapi tidak ada bukti persaudaraannya, maka kita perlu mempertanyakan apakah ia masih punya iman atau tidak. Hal ini karena antara iman dengan ukhuwah merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, Allah SWT berfirman, Sesungguhnya mukmin itu bersaudara . (Q.S. Al-Hujuraat:10). Ukhuwah Islamiyah bukanlah kalimat yang hanya manis di lidah atau sekadar menjadi khayalan tanpa bukti. Karena itu, ukhuwah Islamiyah harus diimplementasikan atau dibuktikan dalam kehidupan nyata. Implementasi ukhuwah dapat kita ukur menurut syarat dan adabnya. Syarat dalam ukhuwah Islamiyah adalah iman atau aqidah. Ini berarti, ada nilai-nilai iman yang harus dibuktikan dalam kehidupan nyata dalam konteks ukhuwah. Dr. Abdul Halim Mahmud dalam buku Fiqh Ukhuwah mengemukakan implementasi ukhuwah menurut syaratnya yang salah satunya adalah Kaum Muslimin harus saling tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa, yakni segala yang bisa membuat kemaslahatan dan kebaikan umat manusia. Implementasi Ta awun dalam kebaikan di Kampus Kampus kita (ITB) adalah tempat kita untuk belajar dan berlatih untuk kehidupan masa depan. Jangan sia-siakan saat-saat kita di kampus dengan tiadanya aktivitas yang bermanfaat. Penyesalan akan muncul suatu saat nanti ketika kita tidak mengoptimalkan masa-masa kuliah kita di kampus ini. Tentunya sebagai seorang muslim kita punya kewajiban untuk beramar ma ruf wa nahi mungkar, mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari hal yang mungkar (keburukan). Nah hal inilah yang menjadi perhatian kita bersama khususnya di GAMISTEK (Keluarga Mahasiswa Islam Teknik Kimia). GAMISTEK punya visi besar untuk menciptakan lingkungan yang kondusif (islami). Lingkungan yang memiliki budaya yang mendukung kita untuk senantiasa beribadah dengan ikhlas, berbuat kebaikan, berkompetisi dalam kebaikan dan bekerja untuk kemaslahatan masyarakat pada umumnya. Visi tersebut tidak akan tercapai oleh satu dua orang. Kita butuh bekerja sama, disinilah pentingnya ta awun atau tolong menolong. Seperti yang dilakukan oleh para sahabat rasul saw dan umat muslim di belahan dunia lainnya yang bahu membahu membangun peradaban islami. Kita ingin islam menjadi rahmatan lil alamin. Dan hal ini tentu tidak akan tercapai jika kita tidak berusaha. Insya allah usaha kita ini yang akan memberkahi kehidupan kita di dunia dan akhirat. Penutup Demikianlah akhlak mulia yang semestinya menjadi warna keseharian umat Islam. Apalagi dalam konteks sekarang, membangun hubungan kerjasama dan koalisi dengan siapapun dalam kerangka menegakkan kebaikan Al-Birr merupakan satu keniscayaan, karena keterbatasan dan ketidak mampuan kita, demikian juga karena besar dan luasnya tanggung jawab kita terhadap penegakkan

hukum-hukum Allah swt. Sungguh konsep ta awun yang ditawarkan oleh Allah swt. melalui ayat ini akan mampu meredam dan membendung derasnya arus kemaksiatan dan permusuhan yang juga dibangun dengan prinsip ta awun yang solid dan berkesinambungan. Saatnya kita mulai mengasah sensitifitas kerjasama di antara kita dalam menghadirkan kebaikan dan keberkahan di tengah bangsa ini.

http://anggitsaputradwipramana.blogspot.com/2009/08/tolong-menolong-dalam-kebaikan.html

You might also like