Professional Documents
Culture Documents
Nama Produk CD :
ADHD Therapy
Keterangan : Terapi untuk yang mengalami gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). ADHD juga dikenal sebagai gangguan konsentrasi dan hiperaktif. CD Terapi Musik ini membantu menghilangkan symptom ADHD, membuat anak lebih tenang, meningkatkan konsentrasi dan menormalkan perilaku anak. Cara Penggunaan : Diputar saat anak tidur dan bangun atau berkativitas dengan volume yang cukup didengar oleh semua orang disekitar. Ketika memutar CD ini anak tidak harus konsentrasi atau sengaja mendengarkan. Mereka bisa tidur atau bermain sesuka hati mereka. Lama terapi ketika tidur 30 menit dan bangun 30 menit, rutin setiap hari. Harga : Rp. 120.000,-
Fakta menarik dalam teknologi gelombang otak adalah bahwa anak atau orang dewasa yang menderita ADHD, Autisme atau Epilepsy, otaknya tidak memproduksi gelombang SMR (Sensory Motor Rhythm), yaitu gelombang otak dengan frekuensi antara 12 hz-16 hz. Dengan kata lain, apabila hasil pengukuran gelombang otak seseorang tidak memunculkan sedikitpun gelombang jenis SMR, maka kita tahu bahwa orang tersebut sedang mengalami ADHD, Autisme atau Epilepsy. Sedangkan pada manusia normal, kekurangan gelombang SMR dapat menyebabkan kesulitan fokus, sulit konsentrasi dan rasa malas untuk melakukan pekerjaan (kurang motivasi). Stimulasi gelombang otak dengan frekuensi SMR yang dipadu dengan terapi musik terbukti banyak membantu penderita ADHD, Autisme dan Epilepsy. Tanda Anak Menderita ADHD Jika anak Anda mengalami salah satu dari tiga hal berikut, kemungkinan ia menderita ADHD. Untuk tahu lebih jelas tentu saja harus dilakukan pemeriksaan oleh seorang ahli.
1. Tidak Perhatian. Ketidak mampuan memusatkan perhatian pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran,
mengerjakan tugas, atau melakukan permainan. Anak yang menderita ADHD akan mudah sekali teralih perhatiannya karena bunyi bunyian, gerakan, bau bauan, orang lain atau pikiran yang melintas.
2. Hiperaktif. Berbicara terus menerus, tidak bisa duduk diam, selalu bergerak, berlarian, melompat-lompat dan sulit
tidur.
3. Impulsif. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu
berlari di ruangan, tidak sabar menunggu giliran, gelisah, menangis keras untuk mendapatkan sesuatu, suka memotong pembicaraan orang lain, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya. Gejala-gejala ini biasanya muncul sebelum si anak berusia enam tahun dan bisa menetap sampai dewasa apabila tidak dilakukan perawatan khusus. Setiap anak yang seringkali bertindak seperti gejala diatas selama lebih dari enam bulan berturutturut, kemungkinan besar menderita ADHD. Untuk memastikannya, ada baiknya Anda berkonsultasi dengan dokter anak, psikolog atau neurotherapist yang kompeten. Menurut beberapa penelitian, penyebab anak hiperaktif antara lain: 1. Adanya disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh dopamin sebagai neurotransmitter pencetus gerakan dan sebagai kontrol aktivitas diri. Akibatnya menyebabkan terjadinya hambatan pada sistem kontrol perilaku. Anak menjadi hiiperaktif salah satunya karena produksi hormon adrenalin tidak terkontrol. Hormon adrenalin merangsang untuk melakukan suatu kegiatan. Produksi hormon adrenalin yang berlebihan mengakibatkan anak melakukan kegiatan di luar kontrol diri. Kondisi ini mengakibatkan anak sulit untuk berkonsentrasi pada sesuatu yang dilakukan. Terapi yang dilakukan difokuskan sebagai latihan kontrol hormon adrenalin, meningkatkan gelombang beta dan mengurangi gelombang theta. (Psychiatric Association Press (1994).
2.
Anak hiperaktif menghasilkan gelombang theta berlebihan. Tetapi tidak cukup menghasilkan gelombang beta. Gelombang theta merupakan gelombang otak pada kisaran frekwensi 4-8 Hz. Yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar (subconsciaus mind). Gelombang theta muncul saat manusia bermimpi dan saat terjadi REM (rapit eye movement). Pikiran bawah sadar menyimpan memori jangka panjang dan merupakan gudang inspirasi kreatif. Selain itu, pikiran bawah sadar menyimpan materi yang berasal dari kreativitas yang tertekan atau tidak diberi kesempatan untuk muncul ke permukaan dan materi psilologis yang di tekan. Semua materi yang berhubungan dengan emosi, baik emosi positif maupun negatif tersimpan dalam pikiran bawah sadar. Emosemosi yang negatif yang tidak teratasi dengan baik, setelah masuk ke pikiran bawah sadar akhirnya menjadi beban psikologis yang menghambat kemajuan diri seseorang. Gelombang beta adalah gelombang otak yang frekwensinya paling tinggi. Yaitu berkisar antara 12 sampai 40 Hz. Gelombang beta dihasilkan oleh proses berpikir secara sadar. Kita menggunakan gelombang beta untuk berpikir, berinteraksi, berkonsentrasi dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun beta sering menghilang saat manusia menfokuskan pikiran, gelombang beta sangat dibutuhkan agar manusia dapat menyadari sesuatu diluar diri. Bersamaan dengan gelombang otak lainnya gelombang beta sangat dibutuhkan dalam proses kreatif. Tanpa gelombang beta semua kreatifitas yang merupakan hasil pikiran bawah sadar akan tetap terkunci dibawah sadar, tanpa bisa terangkat ke permukaan dan disadari oleh pikiran. Walaupun gelombang beta merupakan komponen penting dalam kesadaran diri manusia, namun gelombang beta tidak dapat beroperasi tanpa didukung oleh gelombang otak yang lain. Apabila hal ini terjadi maka seseorang akan dipenuhi rasa kekhawatiran, ketegangan dan proses berpikir yang tidak fokus. Gelombang alfa adalah gelombang otak yang frekwensinya sedikit lebih lambat dibandingkan beta. Yaitu 8-12 Hz (hertz). Gelombang alfa berhubungan dengan kondisi yang rilek dan santai. Dalam kondisi alfa, pikiran dapat melihat gambaran mental secara jelas dan dapat merasakan sensasi dengan lima indera apa yang terjadi dalam pikiran. Gelombang alfa adalah pintu gerbang bawah sadar. Manfaat gelombang alfa adalah sebagai jembatan penghubung antara pikiran sadar dan bawah sadar. Untuk meningkatkan konsentrasi anak hiperaktif diperlukan latihan untuk mengurangi gelombang theta dan banyak menghasilkan gelombang beta. ( Steven W. Lee yang dikutip oleh Feni Olivia (2007).
3.
Anak hiperaktif memiliki masalah dalam pendengaran. Bisa mendengar tetapi kesulitan mengerti apa yang didengarnya. Karena telinga dan otak tidak bekerja efesien dalam memproses suara. Ada yang kesulitan memilih suara dari banyak sumber suara yang berbeda. Ada yang kesulitan memusatkan pendengaran pada suara tertentu. Misalnya, seharusnya anak mendengar suara guru, tetapi ia malah tertarik pada bunyi es krim di luar ruangan. Akibatnya anak menjadi terganggu oleh suatu hal beberapa saat. Anak menjadi terganggu oleh suara disekitarnya. Memperbaiki jalur pendengaran dengan terapi suara akan memulihkan kapasitas pendengaran (penerimaan suara) sehingga anak akan dapat belajar terfokus dan menangkap suara yang diinginkan langsung ke pusat bahasa di otak. (Wilens TE dalam Widodo (2004).
Mengatasi Anak Hiperaktif Anak hiperaktif dimasukkan ke dalam kategori anak-anak yang mengidap ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Perlu diketahui, anak hiperaktif memang selalu bergerak dan terkesan nakal. Keinginan mereka harus dipenuhi sesegera mungkin dan tidak jarang anak hiperaktif akan melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir terlebih dahulu. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak yang berusia 7 tahun ke bawah, dan tentunya untuk mengatasi anak hiperaktif ini membutuhkan kesabaran yang besar serta perhatian khususnya dari orang tua anak yang bersangkutan. Ada banyak cara mendidik anak hiperaktif. Misalnya saja dengan menerapkan disiplin anak tanpa harus menghukumnya secara berlebihan. Disiplin anak ini bisa dimulai dengan mengadakan perjanjian-perjanjian kecil antara orang tua dan anak, supaya anak hiperaktif lebih mengerti apa yang baik dan benar dengan cara yang tidak menyinggung mereka.
Anak hiperaktif pada umumnya memiliki kecerdasan yang mengagumkan namun hal ini sering tidak disadari oleh para orang tua karena kekhawatiran mereka. Jadi kecerdasan anak juga harus diperhatikan, dan lebih baik diarahkan ke halhal yang positif seperti hobi dan kegemarannya sehingga anak hiperaktif bisa menyalurkan keaktifan dan tenaga mereka pada hal yang tepat. Yang terpenting harus dilakukan orang tua adalah tetap menjaga komunikasi dengan si anak dan memberikan kasih sayang lebih serta perhatian akan segala tingkah lakunya. Selain itu, faktor makanan ternyata berpengaruh terhadap perilaku anak hiperaktif. Anak-anak umumnya menyukai makanan ringan dan manis. Makanan-makanan tersebut biasanya mengandung zat penambah rasa, pewarna, dan pemanis buatan yang bisa mendorong aktifnya hormon yang menyebabkan kegelisahan pada anak. Khusus bagi anak hiperaktif, sebaiknya dijauhi dari makanan-makanan yang mengandung zat-zat tersebut. Akan sangat membantu jika konsumsi anak hiperaktif lebih ditujukan pada makanan yang mengandung kalsium dan magnesium seperti sayuran dan kacang-kacangan karena terbukti makanan-makanan tersebut bisa membuat anak lebih tenang. Jika anda adalah orang tua yang mengalami permasalahan ini, janganlah terlalu cemas dan panik. Akan lebih baik jika anda berkonsultasi pada dokter dan menerapkan beberapa cara di atas.
Selain itu, anak-anak dengan ADHD juga dapat dibantu secara khusus oleh orangtua, guru, dokter serta lingkungan bermainnya dengan mengkondisikan suasana dan kegiatan yang sesuai untuk mereka. Dengan demikian, anak-anak ADHD tersebut dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktif serta masalah sulitnya memusatkan perhatian mereka secara lebih baik, seperti dengan membiarkan mereka melakukan aktivitas fisik yang dapat memberi kebebasan bergerak pada mereka. Anak-anak dengan ADHD juga biasanya mempunyai kecerdasan yang di atas rata-rata namun orangtua mereka sering tidak menyadarinya. Untuk itu, orangtua juga harus memperhatikan kecerdasannya dengan cara menyalurkan dan mengarahkan keaktifan mereka pada hal-hal yang positif seperti pada kegemaran dan hobi yang disukainya. Mendidik anak hiperaktif pun berbeda caranya dengan mendidik anak-anak normal. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan disiplin pada anak tanpa menghukumnya secara berlebihan bila sang anak melakukan kesalahan. Untuk menegakkan disiplin tersebut, orangtua dapat memulainya dengan membuat perjanjian kecil dengan sang anak agar mengerti mana hal yang baik dan benar, namun dengan cara yang tidak menyinggung mereka. Di atas semua itu, sangat penting bagi orangtua untuk menjaga komunikasi, bersabar dan lebih memberikan kasih sayang pada sang anak yang menderita ADHD, serta mencurahkan perhatian terhadap semua tingkah lakunya agar tetap berada dalam kontrol.
2. Pendisiplinan tingkah laku di rumah dan sekolah. 3. Anak diikutsertakan kegiatan fisik terutama yang bersifat kompetetif seperti berenang, olahraga bela diri, aerobiks, sepatu roda dan lain-lain. 4. Ketrampilan bergaul, ketrampilan menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. 5. Orang tua dan anggota keluarga harus memahami gangguan yang terjadi pada di hiperaktif sehingga bisa sama-sama menerima dan melatihnya. Sekali lagi, penting sekali penangan anak hiperaktif sejak dini, karena "Hiperaktif dan gangguan perhatian bukan suatu gangguan yang dapat "disembuhkan sepenuhnya," ujar dra. Shinto B. Adelar, M.Sc, psikolog anak. Anak-anak hiperaktif bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang berhasil, tapi ada pula yang sebaliknya hal ini terjadi karena tak ditangani sejak dini. Berdasarkan penelitian ternyata ada hubungan antara anak-anak hiperaktif dengan mereka mereka yang pernah menghuni lembaga pemasyarakatan. Kebanyakan yang tinggal di kawasan itu, masa kecilnya mengalami hiperaktif. Mereka memiliki kenangan yang menyakitkan ketika di sekolah. Ini akibat mereka tak ditangani sejak dini, mereka tumbuh dan berperilaku merugikan dirinya maupun orang lain. Karena gangguan ini tak mampu disembuhkan. Orang tua dan pendidik harus berusaha kuat membantu mereka dan perlu dibantu sejak dini sehingga mereka bisa belajar mengatur hidup, mengatasi frustasi dan kelemahan-kelemahannya. Bimbinglah si hiperaktif ini menemukan keunggulan atau kekuatan sehingga mereka terlatih menghargai diri pribadi yang memiliki keunikan yaitu kelebihan dan kekurangan. Jika tidak diberikan bantuan, anak akan berulangkali terperangkap pada lingkaran kegagalan, frustasi, rendah diri dan akan membuat dirinya selalu bermasalah. Tip Mengatasi Anak Hiperaktif Penulis : Yulia Permata Sari BINGUNG menghadapi anak yang hiperaktif? Jika buah hati termasuk salah seorang bocah yang hobi menandaknandak ke sana ke mari seakan tak pernah lelah dan memiliki kesulitan dalam memfokuskan diri, ada baiknya jika Anda mulai memerhatikan asupan makanan yang masuk ke dalam perut mungilnya. Berdasarkan penelitian para ahli, makanan dengan kandungan gula atau karbohidrat sulingan berkadar tinggi, seperti nasi putih atau berbagai produk olahan tepung, dapat membuat kadar gula darah anjlok sehingga memengaruhi mood. Jenis makanan tersebut memicu pelepasan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol, yang menimbulkan perasaan gelisah, Selain itu, berdasarkan sebuah studi yang dipublikasikan dalam The Lancet, Pediatrics, dan Journal of Pediatrics, zat penambah rasa serta pewarna dan pemanis buatan dalam makanan bisa mendorong nervous system menjadi terlampau aktif. Oleh karena itu, sebaiknya jauhkan sang buah hati dari makanan instan atau frozen food yang banyak mengandung senyawa tersebut. Sebaliknya, beberapa jenis makanan lain yang mengandung kalsium dan magnesium, seperti sayur-sayuran, kacangkacangan, dan biji-bijian dapat membuat anak menjadi lebih tenang. Berikut ini adalah beberapa pilihan makanan yang sebaiknya disuguhkan untuk diet bagi anak hiperaktif:
Potongan sayuran segar, seperti wortel, batang seledri, brokoli, dan kembang kol yang disajikan bersama salad dressing rendah lemak atau saus salsa. Yogurt rendah lemak atau keju rendah lemak tanpa perasa/pemanis, disajikan dengan tambahan buah yang dihaluskan/jus.
Kacang-kacangan atau biji-bijian seperti almond, kacang mende, kenari, kacang tanah, kuaci biji bunga matahari atau labu, dan lain-lain. Semangkuk buah-buahan segar/beku/dikeringkan. Whole grain cracker, dengan peanut butter atau almond nut butter. Sereal sehat yang disajikan kering, bisa juga ditambahi susu skim/rendah lemak. Pastikan Anda memberikan sedikitnya 3 gram serat persajian.
Faktor eksternal, ada dua hal yang bisa mempengaruhi, antara lain: Lingkungan. Untuk faktor lingkungan, misalnya, anak diberi tugas menggambar. Pada saat yang bersamaan, ia mendengar suara ramai dan itu lebih menarik perhatiannya sehingga tugasnya pun diabaikan. Berarti lingkungan mempengaruhi konsentrasinya. Pola pengasuhan yang permissive yaitu pengasuhan yang sifatnya menerima atau membolehkan apa saja yang anak lakukan. Sehingga anak kurang dilatih untuk menyelesaikan suatu tugas sampai selesai dan jika ia mengalami kesulitan orang tua bisa membantunya sehingga ia mampu menyelesaikannya tidak dibiarkan saja anak beralih melakukan sesuatu yang lain. Faktor psikologis Faktor psikologia anak juga bisa mempengaruhi konsentrasi anak. Anak yang mengalami tekanan, ketika mengerjakan sesuatu ia bisa menjadi tidak konsentrasi sehingga tidak fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya. Contoh yang berbeda, misalnya suasana di sekolah yang berbeda dengan suasana di rumah. Anak kaget, karena mempunyai teman yang lebih berani, sehingga ketakutan dan kekhawatiran si anak membuatnya sulit untuk konsentrasi. Akibatnya, konsentrasi di kelas untuk menerima pelajaran menjadi berkurang. Jadi, karena faktor psikologis anak yang disebabkan karena kurangnya kemampuan bersosialisasi bisa membuat anak menjadi kurang berkonsentrasi di sekolah. Faktor internal Berkenaan dengan faktor internal adalah faktor dari dalam dirinya sendiri antara lain karena adanya gangguan perkembangan otak dan hormon yang dihasilkan lebih banyak sehingga anak cenderung menjadi hiperaktif. Jika anak lamban/lambat disebabkan karena hormone yang dihasilkan oleh neurotransmitter-nya kurang. Sehingga bisa mengakibatkan lambannya konsentrasi. Konsentrasi atau perhatian biasanya berada di otak daerah frontal (depan) dan parientalis (samping). Gangguan di daerah ini bisa menyebabkan kurang atensi atau perhatian. Jadi, karena sistem di otak dalam memformulasikan fungsifungsi aktivitas, seperti penglihatan, pendengaran, motorik, dan lainnya, di seluruh jaringan otak itu terganggu, maka anak tidak dapat berkonsentrasi karena input yang masuk ke otak terganggu. Akibatnya, stimulasinya pun tidak bagus, Gangguan ini bukan merupakan bawaan melainkan bisa didapat misalnya karena terkena infeksi otak. Karena itulah penyebab sulitnya berkonsentrasi harus dicari terlebih dahulu apakah karena faktor eksternal atau internal. Apabila penyebabnya karena faktor lingkungan, orang tua dapat membantu anak untuk meminimalkan lingkungan sedemikian rupa agar anak bisa fokus atau memusatkan perhatiannya. Biasanya kalau sudah memasuki usia sekolah, di mana rentang konsentrasi-nya sudah lebih panjang, anak tidak terlalu bermasalah kecuali jika anak memang mempunyai kelainan. Sedangkan untuk anak yang mengalami gangguan konsentrasi yang lebih disebabkan karena faktor dari dalam dirinya seperti hiperaktif, terapi yang diberikan adalah secara medik/obat dan terapi perilaku. Umumnya kalau sudah diberi obat, hiperaktifnya berkurang. Sedangkan untuk konsentrasi lambat diterapi untuk meningkatkan konsentrasinya. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mengatasi anak sulit berkonsentrasi : Mencari tahu penyebab kesulitan anak berkonsentrasi. Dari beberapa faktor penyebab kesulitan konsentrasi yang telah dibahas diatas, langkah selanjutnya adalah menganalisa penyebab kesulitan anak. Misalnya: ketika mengikuti lomba mewarnai, anak sibuk melihat pekerjaan teman sehingga ia tidak mengerjakan gambarnya. Hal ini bisa disebabkan karena kesempatan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya kurang, sehingga ketika ia berada di luar rumah ia begitu senangnya sehingga ia lupa dengan tugasnya. Bisa juga anak kurang tertarik dengan mewarnai karena merasa bosan dengan aktivitas yang menuntutnya untuk duduk diam. Setelah itu, barulah mencari solusi dan strategi yang tepat agar anak bersedia bekerja sama menyelesaikan tugasnya.
Mencari strategi yang sesuai dengan anak. Dalam mencari strategi yang tepat untuk mengatasi perilaku anak yang sulit, bisa didiskusikan bersama dengan anak, untuk membuat aturan bersama-sama. Dalam membuat peraturan dan batasan waktu pengerjaan sesuaikan dengan kemampuan anak. Memasuki usia 4-5 tahun anak sudah mulai paham dan bisa diajak kerja sama. Misalnya: ketika ia mengikuti lomba mewarnai anak harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. Jika ia cepat menyelesaikan tugasnya ia akan diajak berjalan-jalan dan bermain di mall. Jika anak terlalu lama maka ia tidak jadi diajak-jalan. Dengan begitu, harapannya anak lebih berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugasnya. Orang tua bisa menentukan target dan waktu pencapaian sesuai dengan kemampuan anak. Begitu juga dalam penerapannya orang tua bisa dengan menggunakan pemberian hadiah, pujian atau pemberian yang ia suka sehingga anak termemotivasi untuk menyelesaikan apa yang sedang ia lakukan. Anak-anak memang senang denga hadiah namun hati-hati dalam pemberiannya agar tidak terlalu berlebihan. Dalam pemberian hadiah, selalu ada usaha yang dilakukan. Misalnya dengan system stiker, ketika anak bisa menyelesaikan suatu pekerjaan yang kita tugaskan ia kita beri stiker, kemudiasetelah stiker terkumpul 5 barulah diberi hadiah. Namun sebelumnya hadiah yang diberikanpun rundingkanlah terlebih dahulu dan sesuaikan dengan kemampuan. Melakukan aktivitas yang dapat melatih konsentrasi anak Sebelum bersekolah, sebaiknya orang tua mulai melatih anak berkonsentrasi mulai dengan memberikan tugas yang sederhana sampai tugas yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Latihlah anak untuk mampu konsentrasi dalam situasi yang berbeda-beda, mulai dari belajar sambil ditemani, belajar sendiri sampai belajar konsentrasi bersama temantemannya. Sehingga ketika anak bersekolah mampu mengikuti penjelasan dari gurunya. Manfaatkan tingginya rasa ingin tahu anak, dengan memperkenalkan beragam aktivitas meski rentang konsentrasinya masih pendek. Gunanya, selain memperkaya pengetahuan, juga mempertahankan daya konsentrasi anak. Sebisa mungkin orang tua kreatif memberikan variasi kegiatan agar anak tidak bosan. Terus evaluasi rentang waktu konsentrasi anak. Pendeknya rentan waktu konsentrasi anak bisa juga disebabkan karena kurangnya latihan atau stimulasi melakukan suatu tugas. Melalui aktivitas bermain, berolah raga dan seni juga bisa melatih konsentrasi anak. - Aktivitas bermain Dalam permainan biasanya ada instruksi yang diberikan. Dengan demikian secara tidak langsung melatih anak untuk mengikuti instruksi dan mampu melakukannya dengan tepat dan cepat. 1. Menjumput (menggunakan jempol dan telunjuk) butiran kacang merah, jagung kedelai sambil menghitung jumlahnya, selain melatih konsentrasi juga melatih motorik halus anak. Atau jika bosan bisa dengan menempelkannya di sebuah tempat (tempayan) dengan digambar pola terlebih dahulu. 2. Memindahkan air dari mangkuk/baskom kedalam botol dengan menggunakan tutup botol tersebut. Dilakukan dengan tangan kanan dan kiri secara bergantian. 3. Bermain Puzzle juga diyakini dapat meningkatkan konsentrasi dan memori anak. Kotak susu bekas dapat dibuat menjadi puzzle sederhana. 4. Menyusun balok bisa juga dilakukan. Menyusun balok secara horisontal keatas maupun vertikal dalam bentuk barisan. - Aktivitas olah raga
Dari penelitian menunjukkan bahwa dengan aktif bergerak dan berolah-raga dapat meningkatkan kecerdasan karena dengan berolah-raga aliran darah dan oksigen ke otak akan lebih baik. Penelitian lain juga menunjukkan, aktif bergerak akan membantu proses disintesa protein-protein sebagai penumbuh saraf otak yang baru, yang dapat membantu menyimpan memori jangka panjang. Dengan demikian, jelaslah bahwa aktivitas olah raga bisa membantu regenerasi kerja otak, selain manfaat kesehatan yang akan kita peroleh. Jadi secara fisik dan mental akan lebih sehat lagi. Misalnya olah raga : 1. Berenang, terutama dengan gaya bebas juga merupakan olahraga yg baik untuk anak, karena berenang bisa menstimulasi indera-in sensoris, melatih konsentrasi, juga menstimulasi otak kanan dan kiri (pada gerakan gaya bebas). 2. Sepak bola juga bisa melatih anak untuk menendang bola dengan lurus dan fokus mengarah ke gawang. - Aktivitas seni Di era yang serba modern seperti saat ini, banyak sekali cara-cara yang diterapkan sebagai bentuk usaha dalam peningkatan kecerdasan otak dan daya konsentrasi anak. Salah satunya melalui terapi musik. Dikalangan masyarakat cara seperti ini mungkin sudah tidak asing lagi, banyak orangtua yang menerapkan terapi ini pada buah hatinya. Peran musik memang sangat besar untuk merangsang perkembangan otak anak. Efeknya dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak, yaitu kemampuan untuk mengenali atau menafsirkan lingkungannnya dalam bentuk bahasa, memori dan visual. Musik mampu meningkatkan pertumbuhan otak anak, karena musik merangsang pertumbuhan sel otak. Musik bisa membuat kita menjadi rileks dan riang, yang merupakan emosi positif. Emosi positif inilah yang membuat fungsi berfikir seseorang menjadi maksimal. Oleh karena itu kalau orang tua mau memanfaatkan fungsi musik sebagai terapi dirumah, selain hasilnya akan sangat bagus bagi perkembangan anak, termasuk dalam hal konsentrasi, bisa juga membuat atmosfer rumah lebih bersemangat tapi semuanya tergantung dari musik yang didengarkan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dengan mendengarkan musik di pagi hari akan meningkatkan daya konsentrasi siapapun yang mendengarkan. Semua aktivitas yang dilakukan membutuhkan usaha maksimal, konsistensi, dan kesabaran dalam melatih, mengarahkan dan memotivasi anak. Semua aktivitas yang dilakukan tidak ada yang sifatnya instan, cepat mendapatkan hasil. Semuanya ada pengorbanan, terutama untuk orang tua, agar meluangkan waktu bersama dengan anak dan melatihnya dengan penuh kesabaran. Selamat mencoba dan semoga bisa bermanfaat untuk tumbuh kembang buah hati tercinta
"Padahal, sekitar 10 tahun lalu hanya ada sekitar 2-4 anak autis per 10.000 kelahiran, sehingga di Indonesia diperkirakan lahir 6.900 anak autis per tahun," katanya. Karena itu, ia terdorong melakukan penelitian tentang pengaruh asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak autis dengan mengambil sampel di Semarang dan Solo. Menurut dia, penyandang autis kemungkinan dapat diatasi dengan makanan atau minuman tertentu, sebab makanan dan minuman memiliki pengaruh cukup besar bagi kehidupan. Ada penelitian yang menyatakan bahwa diet terhadap makanan dan minuman yang mengandung gluten (protein dari gandum) dan casein (protein dari susu) berpengaruh besar terhadap autisme. Namun, kata dia, beberapa pendapat justru meragukan kebenaran teori itu karena belum dapat dibuktikan secara ilmiah. "Penelitian itu sebenarnya sangat membantu para orang tua yang memiliki anak autis, agar mereka tahu makanan dan minuman apa saja yang harus dihindari," katanya. Ia mengambil sampel 160 anak autis dari enam empat terapi di Semarang yang dinamakan kelompok intervensi dan 120 anak autis dari lima tempat terapi di Solo yang dinamakan kelompok kontrol. Lewat penelitian itu, ia menganjurkan diet ketat menghindari asupan mengandung casein yang berasal dari susu, misalnya susu sapi, susu bubuk, susu skim, susu kambing, mentega, dan keju. Para orang tua anak penyandang autis juga diminta menghindari pemberian segala macam asupan mengandung gluten yang berasal dari gandum, misalnya sereal kepada anaknya. "Setelah itu, kami mengadakan pengamatan dan konseling kepada setiap orang tua untuk memantau pelaksanaan diet bebas casein dan gluten, setiap dua minggu sekali selama tiga bulan," katanya. Pengamatan dan konseling secara rutin dan terus-menerus itu penting, terutama untuk memonitor apakah diet bebas casein dan gluten masih dijalankan dengan benar. Menggembirakan Setelah melakukan pengamatan dan pengawasan diet selama tiga bulan itu, ia menemukan perkembangan yang cukup baik bagi penyandang autis, terutama dalam perubahan perilaku yang positif. "Gangguan perilaku interaksi sosial, antara lain rasa malu tidak wajar, tidak ada kontak mata, suka menyendiri mengalami penurunan signifikan," katanya. Gangguan komunikasi nonverbal, lanjutnya, seperti bergumam kata-kata tidak bermakna, nada dan volume bicara tidak wajar, menarik tangan orang juga berkurang. Ia mencatat pula bahwa gangguan perilaku motorik, antara lain hiperaktif dan berjalan secara tidak wajar turut berkurang, seperti halnya gangguan emosi dan persepsi sensorik, misalnya suka menjilat dan tidak merasa sakit jika terluka. Hasil diet yang menggembirakan itu ditunjang oleh berbagai penelitian di bidang metabolisme yang menunjukkan banyak anak autis mengalami gangguan metabolisme, salah satunya kelainan pencernaan. "Kelainan pencernaan yang ditemukan pada anak autis adalah adanya lubang-lubang kecil pada saluran pencernaan, tepatnya di mukosa usus," katanya. Di sisi lain, kata dia, casein dan gluten ternyata merupakan protein yang paling susah dicerna karena termasuk asam amino pendek yang sering disebut peptide. Ia mengatakan, peptide dalam keadaan normal biasanya hanya diabsorbsi sedikit dan sisanya dibuang, namun karena adanya kebocoran mukosa usus menjadikannya masuk ke dalam sirkulasi darah. "Di dalam darah peptide ini hanya sebentar, karena sebagian dikeluarkan lewat urin dan sisanya masuk ke dalam otak yang dapat menempel pada reseptor opioid di otak," katanya. Nantinya, peptide itu akan berubah menjadi morfin yang dapat memengaruhi fungsi susunan syaraf dan dapat menimbulkan gangguan perilaku.
Diet bebas gluten dan casein itu sebenarnya merupakan terapi penunjang yang tidak dapat bersifat langsung menyembuhkan autisme, namun diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan.