You are on page 1of 19

LAPORAN KASUS PATOLOGIS PADA IBU HAMIL DENGAN ABORTUS INCOMPLETE TERHADAP NY.

E DI RUMAH SAKIT PERMATA HATI

DISUSUN OLEH : ALBERMI RACHMITA BADOWI 411.110.98

PRODI D-III ILMU KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN ILMU KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM T.A 2011/2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tema abortus incomplete. Kami berharap, makalah ini dapat menjadi bahan dan sumber belajar yang berbobot bagi pembacanya, khususnya mahasiswi kebidanan. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila dalam makalah ini ada kata-kata yang kurang berkenan, kami penulis mohon maaf. Kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, untuk pembuatan makalah kami kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Batam, Januari 2012

PENULIS

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup

diluar kandungan.Monro melaporkan bahwa fetus dengan berat 397 gr dapat hidup terus, jadidefinisi tersebut di atas tidaklah mutlak sungguhpun bayi dengan BB 700-800 gr dapat hidup, tetapi hal ini dianggap sebagai suatu keajaiban. Makin t inggi BBanak waktu lahir, makin besar kemungkinannya untuk dapat hidup terus.Faktor-faktor penyebabnya sangat banyak pada bulan pertama dari kehamilanyang mengalami abortus, hampir seluruh didahului oleh matinya fetus.

1.2Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa di harapkan dapat mengerti dan memahami teori yang di dapatkan selama proses belajar mengajar sehingga dapat menerapkan secara nyat sesuai

tugas dan wewenang bidan, dan untuk menambah pengetahuan tentang abortus, macam, dan penanganannya.

1.2.2 Tujuan Khusus 1.Mahasiswa mampu memahami definisi abortus 2.Mahasiswa mampu memahami klasifikasi abortus 3.Mahasiswa mampu memahami et iologi abortus 4.Mahasiswa mampu memahami abortus incomplitus 5.Mahasiswa mampu memahami dan menangani abortus incomplitus 6.Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari abortus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belumsanggup hidup sendiri diluar uterus, belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 4001000 juta, atau UK < 28 minggu (Eastmar). Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28minggu yaitu fetus belum Viable by low (seffcoat) Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 dimana proses plasentasi belum selesai (holmer)(Sinopsis obstetri jilid 1 hal : 207) Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dua luar.(Obstetri Patologi, hal : 7) Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan umur kehamilan < 20 minggu atau berat jenis < 1000 gram.(Pedoman diaknosis dan terapi ilmu kebidanan dan kandungan RSUD Dr.Soetomo Surabaya). Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) padaatau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah. Kehamilan, belum mampu untuk hidup di luar kandungan.(buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal : hal 145)

2.2 Klasifikasi 2.2.1 Menurut Macam-macamnya a. Abortus spontan : terjadi dengan sendiri b. Abortus profokatus : disengaja

c. Abortus profokatus terapetikus : dengan alasan kehamilanmembahayakan ibunya atau janin cacat. d. Abortus profokatus kriminalis : tanpa alasan medis yang sah 2.2.2 Menurut Derajatanya a. Abortus iminens : abortus yang membakat ditandai dengan perdarahan pervaginam yang minimal, tetapi porsio uteri (kanalis servikalis) masih tertutup. b. Abortus insipiens : pembukaan serviks yang kemudian diikuti olehkontraksi uterus, namun buah kehamilan belum ada yang keluar. c. Abortus incompletus : biasanya ada pembukaan serviks sebagian hasil kosepsi sudah keluar (plasenta) sebagian hasil tertahan di dalam rahim. Biasanya diikuti perdarahan hebat abortus kompletus d. Missied abortus : tertekannya hasil konsepsi yang kelas mati didalam rahim selama > 8 minggu. Ditandai dengan tingginya fundus uteri yang menetap balikan mengecil. Biasanya tidak diikuti tanda-tanda abortus sperti perdarahan, pembukaan serviks. e. Abortus habitualis : abortus spontan 3 kali atau lebih secara berturut-turut

2.2.3 Etiologia a. Ovum patologik (blighted ovum) Embrio degenerasi yang kadang-kadang disertai pertumbuhan plasenta abnormal b. Kromosom abnormal Mis : monosomia, dan trisomia c. Kelainan pada sel telur dan sperma Spematozoa maupun sel telur yang mengalami aging process sebelum fertilisasi akan meningkatkan insiden abortus d. Kondisi rahim yang tidak optimal

Gangguan kontrol hormonal dan fakto-faktor endoksin lainnya yang berhubungan dengan persiapan uterus dalam menghadapi proses impalntasi dan penyediaan nutrisi janin e. Penyakit ibu Penyakit kronis : hepatitis, DM, keganasan Penyakit infeksi : toksoplasmosis, sifilis f. Malnutrisi g. Incompasibilitas rhesus Reaksi antara Rh dan anti Rh menyebabkan proses autmokologik sehingga terjadi entroblastosis fetalish. h. Lapasatomi Makin dekat lokasi pemedahan ke organ peluik, kemungkinan abortus akan meningkati. i. Organ reproduksi abnormal Myoma uteri, lukompetensia serviks j. Trauma fisik dan jiwa Rasa frustasi, kepribadian premature

k. Keracunan Tembakau, alkohol, radiasi

2.2.4 Patofisiologis Perubahan patologi dimulai dari perdarahan pada desi dua basalis yang menyebabkan lukrosis dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh janin akan terlepas dan dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing bagi rahim sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi ekspulsi. Bila ketuban pecah terlihat janin maserasi bercampur air ketuban. Sering kali fetus tak tampak dan ini disebut dengan blightedovum.

2.3Abortus Incomplitus 1. Pengertian

Abortus

incorplitus

adalah

perdarahan

pada

kehamilan

muda

dimanasebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri melalui kanalis serut kalis. Abortus incorplit adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah desidua/ plasenta (sinopsis obstetri jilid : 212) Abortus incomplitus adalah hanya sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih sebagian tertinggal di dalam rahim.(sinopsis patologi, hal : 8)

2. Gejala abortus incompletusa. a. Amenorba b. Sakit perut (kram/ nyeri perut sebagian bawah) c. Mules-mules d. Perdarahan biasanya berupa stolsel (darah beku) e. Perdarahan bisa sedikit atau banyak f. Sudah ada keluar fetus atau jaringan g. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus h. Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi i. Pada VT untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri j. Uteri berukuran lebih kecil dari seharusnya dan adapula yang seusia kehamilan.

3. Penanganan abortus incomplitusa. a. Temukan besarnya uterus (taksir usia gestari) kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, shock,infeksi/sepsis)

b. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cuman ovum, setelah itu evaluasi perdarahan. y Bila perdarahan berkausi, beri ergometrin 0.2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral y Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau Ddk (pilihan tergantung dari/usia gestasi, pembukaan, serviks dan keberadaan bagian janin c. Bila tidak ada tanda - tanda infeksi beri antibiotik provilaksis (acupisillin 3 x 500 mg selama 5 hari, atau doksisiklin 100mg) d. Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gr danmetronidazol 500 mg setiap 8 jame. e. Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu segera lakukan evakuasi dengan AVMf. f. Bila pasien tampak anemi, berikan sulfat ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu (anemi sedang) atau transfusi darah. g. Bila disertai shock karena perdarahan, berikan cairan infus NaCl, fisiologis atau Rl dan selekas mungkin transfuse darah. h. Setelah shock diatasi lakukan gerakan denagan karet tajam lalu suntikkan erginetrium 0,2 Mg IM. i. Bila janin sudah keluar tetapi plasenta belum terlepas, lakukan pelepasan plasenta secara manual j. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

4. Hal-hal yang harus diperhatikan pada abortus incomplitus Pada beberapa kasus, abortus incomplitus erat kaitannya dengan abortus tidak acuan. Oleh sebab itu, perhatiakn hal-hal berikut : y Pastikan tidak ada komplikasi berat sesos, perfusi uterus atau odema intra abdomen (mual, muntah, nyeri panggul,demam,

perut kembung, nyeri perut bawah, duktus perut tegang, nyeri ulang lepas) y Berdasarkan ramuan tradisional, jamu bahan kautik, kayu atau benda-benda lainnya dari rasio genetalia y Berikan boster tetanus toksoid 0.5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis servikalis dan pasien pernah di imunisasi y Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 unit mm diikuti dengan pemberian terutama 0.5 ml setelah 4 minggu y Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut

2.4 Komplikasi abortus 1) Pendahuluan Perdarahan dapat diatasi dengan penyerangan uterus dari sisa hasil konsepsi dan jika perlu, memberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahandapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya 2) Perfurasi Perfurasi uterus pada kerusakan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hipermetrofleksi, jika peristiwa ini terjadi, penderita perlu diamati dengan lain, jika ada tanda bahaya perlu segera dilakukan dan tergantung dari luar dan bentuk perfurasi, penyakitan, luka perfurasi, penyakit luka perfurasi atau perlu historoktumi, perfurasi uterus pada abortus yangdikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan, pada kandung kemih atau uteri,

laboratorium harus segeramengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi 3) Infeksi Proses infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Apabila infeksi menyebar lebih jauh terlihat peritobitis umum atau sepsis dengan kemungkinan diikuti oleh shock 4) Shock Shock pada obortus bisa terjadi karena perdarahan (shoch hemorargik) dan karena infeksi bekas (shock septik)

BAB III TINJAUAN KASUS

I.

PENGKAJIAN DATA

A.Data Subyektif

Anamnase tanggal jam oleh

: 08 januari 2012 : 21.00 wib : albermi rachmita badowi

1. Identifikasi Klien

Nama klien Umur

: Ny E : 26 tahun

Nama suami : Tn P Umur : 27 tahun

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat blok jj no. 14 : Islam : SMA : IRT : Mediterania blok jj no. 14

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Islam : SMA : Petani : Mediterania

2. Keluhan Utama Pada tanggal 08 januari 2012 pukul 21.00 wib ny. E dating ke RS permata hati, ibu mengatakan mulas mulas lebih dari 2 minggu. Pada jam 16.00 wib keluar darah bergumpal gumpal.

3. Riwayat Kehamilan Sekarang G1P0A0

HPHT TP

: 10 10 2011 : 17 07 2012

Pergerakan janin pertama kali belum dirasakan Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir belum dirasakan Tanda tanda penyulit Imunisasi TT1 Imunisasi TT2 : flek flek darah : belum dilakukan : belum dilakukan

Kekhawatiran khusus Ibu khawatir akan kehamilannya karena banyak darah yang keluar

4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu HAMIL INI

5. Pola kehidupan sehari-hari y Pola Nutrisi Klien menyatakan makan 3x sehari, porsi sedang, dengan nasi, lauk pauk, sayur, kadang-kadang buah, dan minum air putih 7-8 gelas/hari y Eliminasi Klien mengatakan sebelum hamil BAB lancar setiap hari, selama hamil ini BAB 2 hari sekali, BAK lancar tidak ada keluhan dan tidak terasa nyeri, warna kuning jernih y Aktivitas Klien mengatakan sehari bekerja sebagai ibu rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci, memasak dan waktunya banyak dihabiskan di rumah y Istirahat atau Tidur Klien mengatakan tidur siang jam ( 22.00-05.00) nyenyak y Seksualitas 1 jam (12.00-13.00) dan tidur malam 7

Klien mengatakan sebelum hamil 1 minggu 3x, selama hamil ini tidak pernah melakukan coitus

6. Riwayat perkawinan Klien mengatakan kawin 1x, saat usia 25 th dan sekarang usia perkawinannya sudah 1 tahun

7. Riwayat kesehatan keluarga Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti : DM, Asma, TBC, dan lain-lain

8. Perilaku Kesehatan : Klien tidak pernah merokok, tidak pernah minumminuman keras

9. Personal hygiene : Klien mengatakan mandi 2xsehari, dan ganti celana dalam 2xsehari 10. Riwayat psikososial Respon ibu / keluarga terhadap kehamilan : ibu dan keluarga sangat senang dengan kehamilannya Pengambilan keputusan adalah suami Rencana persalinan Tempat Pendamping persalinan Riwayat KB terakhir : BPS : suami : tidak ada

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum Kesadaran : letorgia

KU TTV

: kurang baik : - TD : 90/60 mmHg -S : 36,5C -N : 86 x/I -RR : 24 x/i

2. Antoprometri Tinggi badan Berat badan sebelum hamil Berat badan sekarang Kenaikan berat badan selama hamil : 156 cm : 54 kg : 59 kg : 4 kg

3. Pemeriksaan fisik Inspeksi a. Rambut : tampak bersih, tidak ada ketombe, hitam, lurus b. Muka Cloasma gravidarum : tidak ada Conjungtiva : tidak anemis Sklera : tidak ikterus

c. Mulut Stomatitis : tidak ada Gigi : tidak ada caries

d. Leher Pembesaran vena jugularis : tidak ada

e. Payudara Bentuk : simetris Areola : Hyperpegmentasi Puting susu : menonjol

f. Perut Pembesaran : tidak ada Strie : Albican-Linea : Alba Luka perut : tidak ada luka bekas SC

g. Vulva

Warna : kebiruan Keluaran : perdarahan 1 softex penuh Varises : tidak ada Odema : Tidak ada

h. Anus Hemoroid : tidak ada i. Ekstremitas atas dan bawah Varises : tidak ada Odema : tidak ada

Palpasi a. Leher Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada

b. Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada keluaran c. Perut : fundus uteri 2 jari diatas simphis dan terdapat nyeri perut bagian bawah

Perkusi Reflek patella Ka/Ki : +/+

Auskultasi Tidak dilakukan pemeriksaan DJJ

4. Pemeriksaan penunjang Darah Urine : HB : 9 Gram : protein ( - )

USG

: belum dilakukan

C. Assessment Ny. E G1P0A0 hamil 12 minggu dengan abortus incomplete D. Planning 1. memberitahu ibu dan keluarga mengenai keadaan ibu dan janinnya bahwa saat ini ibu mengalami keguguran. Ibu mengetahui keadaannya dan bayinya. 2. Mengkonfirmasikan hasil pemeriksaan TD : 90/60 mmhg, N : 86 x/I, RR : 24 x/I, S : 36,5 c. ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan. 3. Memberikan penyuluhan tentang maksud, tujuan dilakukan curretage, sebab dan akibat bila tidak dilakukan curratege serta proses pelaksanaan curretage. Dengan memberikan penyuluhan klien dan keluarga diharapkan mengerti dan mau melaksanakan apa yangdiintervensikan. 4. Menginformed consent untuk melakukan tindakan pemasangan terapi yang akan diberikan. Terapi infuse RL 40 tetes kali permenit. Bukti tertulis klien dan keluarga menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan 5. Melakukan observasi perdarahan agar mendeteksi dini adanya syok hemorogik / hipovolemik. 6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan mengenai terapi yang akan diberikan. Dengan melakukan fungsi dependen sisa konsepsi yang mengganggu kontraksi uterus sehingga menimbulkan perdarahan 7. Menyiapkan alat-alat untuk curretage dan juga kesterilannya. Agar proses curretage berjalan dengan lancar sehingga komplikasi dapat di hindari dari infeksi tidak terjadi.

8. Membantu pelaksanaan curretage secara aseptic dan septic. Untuk mempermudah dan mempercepat proses curettage 9. Melakukan observasi TTV Post Curretage. Tanda vital dalam batas normal menandakan KU klien baik untuk memastikan apakah ada terjadinya syok 10. Menjelaskan pada klien penyebab mules dan nyeri perut. Agar klien mengerti dan memahami keadan yang kadang dialaminya 11. Menganjurkan klien mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi. Agar otot dan pernafasan akan mengurangi rasa nyeri. 12. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk terapi yang diberikan yaitu infuse RL 20 tetes x/ I, inj. Asam traneksamat 500 mg/ iv, antibiotik : amoxillin 3x500 mg, dan uterotonika : metergin 3x1selama 1minggu

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan Keguguran/abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus dapat diklasifikasikan menjadi abortus spontan, provokatus. Abortus spontan dibagi menjadi abortus komplitus, inkomplitus, insipiens, iminens, messed abortion dan abortus habitualis serta abortus infeksious. Komplikasi yang terjadi yaitu perdarahan, perforasi, infeksi, payah ginjal, akut dan shock. Abortus incomplitus (keguguran bersisa), hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Penanganannya dengan kuretase dan terapinya dengan obat-obatan uterotorika dan anti biotik.

2. Saran a. Untuk Petugas kesehatan Meningkatkan peran tenaga kesehatan dalam fungsinya sebagai pelaksana kesehatan, serta tertib meningkatkan kemampuan dan keterampilan yangdimiliki. Seseorang tenaga kesehatan harus meningkatkan kerjasama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain serta dengan klien dan keluarga. b. Bagi klien Untuk keberhasilan dalam asuhan kebidanan diperlukan kerjasama yang baik dari klien dalam usaha memecahkan masalah klien c. Bagi pendidikan Lebih meningkatkan kualitas pendidikan sehingga mahasiswa dapat bekerja dilahan praktek dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.Jakarta :EGC Sastrawinata, Sulaiman. 1992. Obstetri Patologi, Universitas Padjajaran Bandung Kapita Selekta jilid I. Edisi ke 3. 2001 Media Aesculapius Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri jilid I. Edisi ke 2. Jakarta : EGC13

You might also like