You are on page 1of 275

MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

KEMENTERIAN AGAMA RI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Materi Pelatihan

Peningkatan Manajemen Melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah

Bantuan Operasional Sekolah

Disiapkan bersama oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kemendiknas dan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kemenag RI dengan dukungan dari Pemerintah Australia melalui Program Kemitraan Australia-Indonesia

Materi Pelatihan

Peningkatan Manajemen Melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah

Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................................... Pendahuluan ........................................................................................................................................ Daftar Singkatan .................................................................................................................................. Daftar Istilah ........................................................................................................................................ i ii iv vi

Bagian 1.Pengenalan Terhadap Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M) Dan Instrumen EDS/M Bab I. Pengenalan SNP, SPM dan SPMP dalam Rangka Perencanaan Sekolah/Madrasah ................ 1 Bab II. Pengenalan Terhadap Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M) dan Instrumen EDS/M ....... 16 Bab III. Identifikasi Kesenjangan dan Rekomendasi Pemenuhan SPM ............................................... 63 Bab IV. Aplikasi Pelaporan dan Manajemen Informasi Sekolah .......................................................... 73 Bagian 2. Perencanaan dan Penganggaran Sekolah/Madrasah Bab I. Pengantar Penyusunan RKS/M dan RKT ................................................................................. Bab II. Menentukan Kondisi Sekolah/Madrasah Saat Ini ................................................................... Bab III. Menentukan Kondisi Sekolah/Madrasah yang Diharapkan .................................................... Bab IV. Menyusun Program dan Kegiatan........................................................................................... Bab V. Perumusan Rencana Anggaran Sekolah/Madrasah ................................................................ Bab VI. Penyusunan RKT dan RKAS/RAPBS ......................................................................................... Bab VII. Pengesahan dan Sosialisasi RKS/M ......................................................................................... Bagian 3. Manajemen Keuangan Sekolah/Madrasah Bab I. Pengantar Manajemen Keuangan Sekolah/Madrasah............................................................ Bab II. Penatausahaan Keuangan Sekolah/Madrasah........................................................................ Bab III. Perpajakan .............................................................................................................................. Bab IV. Pembukuan ............................................................................................................................. Bab V. Pencatatan Barang Milik Sekolah/Madrasah .......................................................................... Bab VI. Pelaporan................................................................................................................................ Bab VII. Pengawasan, Audit dan Pengendalian .................................................................................... Referensi .............................................................................................................................................. Suplemen Pendidikan Karakter Bangsa ................................................................................................................. Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana ke dalam Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M) .. Pengintegrasian Tindakan Pengurangan Resiko Bencana ke dalam Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) ................................................................................. Isu Gender dalam Penyusunan Rencana Kerja Sekolah ........................................................................

98 105 111 116 119 124 136

137 142 150 160 183 195 200 204

207 216 220 223

Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Penggunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) ............. 228 Pengintegrasian Pendidikan Pencegahan HIV / AIDS ke dalam Kurikulum Sekolah.............................. 235 Pengintegrasian Pendidikan Pencegahan HIV Dan AIDS ke dalam Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana Tahunan (RKT) ................................................................................................................. 239

Kata Pengantar
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), yang dimulai sejak bulan Juli 2005, merupakan program hibah terbesar dalam sejarah di Indonesia yang diberikan secara langsung ke sekolah-sekolah. Program ini telah membantu percepatan penuntasan wajib belajar 9 tahun untuk semua anak di Indonesia. Bagi kebanyakan sekolah dan madrasah di Indonesia, dana BOS merupakan komponen terbesar pemasukan dana yang diterima. Untuk memaksimalkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan dana BOS dan sumberdaya sekolah lainnya, penting dilakukan peningkatan keterampilan bagi tim pengelola untuk dapat dengan baik membuat perencanaan dan penganggaran bagi pengembangan sekolahnya. Untuk keperluan inilah Kemendiknas telah mengambil inisiatif untuk mengembangkan program pelatihan intensif yang mendukung peningkatan keterampilan manajerial para pimpinan sekolah. Program pelatihan ini dikembangkan dengan merujuk pada sistem penjaminan mutu Pemerintah Indonesia, dengan secara khusus merujuk pada Standar Pelayanan Minimal untuk pendidikan dasar dan Standar Nasional Pendidikan. Pelatihan intensif tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini akan diberikan kepada seluruh anggota Tim Pengelola Sekolah/Madrasah seluruh Indonesia pada tahun 2011 ini. Pelatihan ini akan disampaikan oleh Tim Pengelola BOS Kabupaten di bawah arahan Tim Pengelola BOS Pusat yang berbasis di Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan Nasional. Materi pelatihan ini disiapkan melalui kerjasama dengan dan atas dukungan dari Australian Agency for International Development (AusAID), Asian Development Bank (ADB) melalui proyek Basic Education Capacity Support Program, USAID melalui Proyek Decentralized Basic Education (DBE1), dan Pemerintah Belanda, European Union (Uni Eropa) dan the World Bank (Bank Dunia) melalui the Basic Education Capacity Trust Fund. Pelatihan ini akan disampaikan secara nasional kepada sekitar 650.000 peserta dengan dukungan dana dari Pemerintah Australia melalui AusAID. Buku panduan pelatihan ini memusatkan perhatian pada empat bidang garapan utama: (1) Standar Pelayanan Minimal untuk Pendidikan Dasar dan Standar Nasional Pendidikan, termasuk di dalamnya pengenalan terhadap Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M); (2) Perencanaan dan Penganggaran; (3) Manajemen Keuangan; dan (4) Pengenalan Pendidikan Karakter. Saya harap materi pelatihan ini dapat sepenuhnya dimanfaatkan tim pengembang sekolah, dan kemudian para pengembang sekolah ini dapat menerapkan keterampilan yang telah ditingkatkan melalui pelatihan ini demi perbaikan penyelenggaraan layanan pendidikan yang bermutu ke seluruh Indonesia

Jakarta, Maret 2011

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrerian Agama RI

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementrerian Pendidikan Nasional

Prof. Dr. Mohammad Ali, MA NIP. 19530603 197903 1 002

Prof. Suyanto, Ph.D. NIP. 19530302 197703 1 001

Pendahuluan
Buku Materi Pelatihan ini berisi informasi penting yang digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi pengelola SD/MI dan SMP/MTs, yang terdiri dari kepala sekolah/madrasah, bendahara sekolah/madrasah, dan ketua komite sekolah/madrasah di seluruh Indonesia. Buku ini disusun sebagai bahan pelatihan dalam rangka membantu sekolah/madrasah melakukan perencanaan, pengelolaan, dan penyusunan laporan, baik kegiatan maupun keuangan sekolah/madrasah. Pelatihan ini juga dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan program BOS dan penerapan manajemen berbasis sekolah/madrasah yang lebih baik, partisipatif dan akuntabel. Buku ini terdiri dari tiga bagian utama yakni: (1) Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah, (2) Perencanaan dan Penganggaran Sekolah/Madrasah, dan (3) Manajemen Keuangan Sekolah/Madrasah. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya peningkatan mutu pada sektor pendidikan, serangkaian program nasional yang menyemangati upaya perbaikan yang mendasar ini juga disertakan pada bagian akhir buku ini: pendidikan karakter bangsa, penanggulangan bencana, pengarusutamaan gender, rencana aksi nasional pemberantasan narkoba, dan pencegahan HIV/AIDS. Bagian 1 - Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M) menekankan pentingnya kemampuan sekolah/ madrasah melakukan pemetaan pencapaian kinerja sekolah/madrasah pada saat ini serta pengembangan program dan anggaran sekolah/madrasah. Penguasaan implementasi EDS/M dicerminkan dalam kemampuan sekolah/madrasah dalam mengidentifikasi dan mengumpulkan data kinerja, menganalisis dan mengolah data mutu, menyimpulkan hasil kinerja serta menerapkan standar mutu. Bagian ini terdiri dari empat bab. Bab I memperkenalkan kebijakan nasional yang berkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan, Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan serta Penerapan SPMP, SNP, dan SPM dalam proses perencanaan sekolah/madrasah. Bab II menguraikan gambaran umum tentang EDS/M, menjelaskan sosok dan cara-kerja instrumen serta cara melaksanakan EDS/M. Bab III menjelaskan teknik identifikasi kesenjangan kinerja dan rekomendasi pemenuhan SPM. Bab IV memperkenalkan TRIMS atau Aplikasi Pelaporan dan Manajemen Informasi Sekolah (APMIS), memahami manfaat keluarannya bagi sekolah/madrasah serta langkah-langkah aplikasi TRIMS. Bagian 2 - Perencanaan dan Penganggaran Sekolah/Madrasah membantu sekolah/madrasah agar mampu menyusun program prioritas dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya yang dimiliki guna mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah/madrasah yang telah ditetapkan. Melalui rencana kerja yang baik, sekolah/madrasah diharapkan dapat menggalang partisipasi warga dan masyarakat, memastikan keterkaitan antara perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan sekolah/madrasah, efisiensi dan efektifitas penggunaan dana, menjamin integrasi perencanaan sekolah/madrasah sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat, provinsi, kota/kabupaten dan aspirasi stakeholder lokal, mempertimbangkan pentingnya pendidikan karakter bangsa, sensitivitas terhadap isu gender, sikap responsif terhadap keadaan bencana, dan memperhatikan berbagai perkembangan yang terjadi. Bagian ini terdiri dari enam bab. Bab I merupakan pengantar bagi penyusunan RKS/M dan RKT. Bab II menjelaskan tentang identifikasi kondisi kinerja aktual sekolah/madrasah sebelum rencana kerja disusun. Bab III menjelaskan tentang kondisi yang diharapkan oleh sekolah/madrasah. Bab IV menguraikan tentang pentingnya penyusunan program, indikator dan target kinerja yang tepat, penanggung jawab program dan kegiatan. Bab V memandu penyusunan rencana anggaran sekolah/madrasah untuk jangka menengah. Bab VI menjelaskan tentang penyusunan Rencana Kerja Tahunan Sekolah/Madrasah dan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Madrasah atau Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah. Perlu juga disampaikan disini bahwa bersamaan dengan penerbitan materi pelatihan ini telah dikembangkan EDS/M multimedia dalam bentuk DVD. Dilengkapi dengan pegantar lisan oleh Bapak Menteri Pendidikan Nasional, DVD yang berjudul Meningkatkan Mutu Lingkungan Pembelajaran melalui Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah ini dikemas secara komunikatif dan ramah pemirsa. Di dalamnya disajikan

ii

banyak contoh dan testimoni dari kepala sekolah, guru dan peserta didik yang membuat konsep EDS/M terasa mudah dipahami. DVD ini akan dibagikan kepada seluruh sekolah/madrasah. Bagian 3 - Manajemen Keuangan Sekolah/Madrasah membantu sekolah/madrasah memahami dan mengasah keterampilan dalam mengelola siklus penganggaran melalui penyiapan anggaran, penatausahaan, perpajakan, pengeloaan barang milik sekolah/madrasah, pelaporan keuangan yang baik, serta pengkomunikasiannya kepada stakeholder terkait. Bagian ini terdiri dari tujuh bab. Bab I memberikan pengantar tentang siklus manajemen keuangan sekolah/madrasah serta prinsip pengelolaan keuangan yang baik. Bab II memberikan gambaran umum penatausahaan keuangan sekolah/madrasah, khususnya dalam penerimaan dan pengeluaran serta pelaporannya. Bab III menguraikan berbagai jenis pajak yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan transaksi di tingkat sekolah/madrasah. Bab IV memperkenalkan masalah pembukuan sekolah/madrasah termasuk jenis buku dan transaksi, format buku serta alurnya. Bab V berisi ketentuan pencatatatan barang milik sekolah/madrasah. Bab VI mendalami pelaporan keuangan sekolah/madrasah. Bab VII membahas berbagai hal yang berkaitan dengan masalah audit, pengendalian dan pengawasan keuangan di tingkat sekolah/madrasah. Dengan memahami manajemen keuangan diharapkan pihak sekolah/madrasah dapat menerapkan prinsip pengelolaan keuangan yang baik dengan tidak mengabaikan prinsip ekonomis, efisiensi dan efektivitas dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan dasar. Bagian ini sangat penting dipahami oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan pengelolaan keuangan sekolah/madrasah termasuk kepala dan wakil kepala sekolah/madrasah, bendahara sekolah/madrasah, guru, pengawas, dan komite sekolah/madrasah. Untuk mempelajari lebih jauh materi yang dijelaskan dalam buku ini disediakan file dalam bentuk CD yang berisikan seluruh materi pelatihan, referensi terkait terutama Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, dan seluruh bahan yang disampaikan dalam pelatihan. Dalam CD juga terdapat materi tambahan, antara lain Pendidikan Karakter Bangsa, Program Penanggulangan Bencana, Kepekaan terhadap Isu Gender, dan Pencegahan HIV/AIDS. Penyusunan buku ini didukung oleh Australian Agency for International Development (AusAID), Asian Development Bank (ADB), Bank Dunia (World Bank) dan Decentralized Basic Education (DBE-I) Project USAID.

iii

Daftar Singkatan
APBD APBN APK ATK BAN-S/M BMS BOS BOSDA BOSP BSNP CTL DAK DAU DBR EDK EDS/M EQAS ICT IMB IPA IPTEK IQAS Juknis Kemenag Kemendiknas KIB KIR KIR KKG KS KTSP LPMP MA MBS MI Monev MSPD PAKEM PAS PDCA Permendagri Permendiknas PMK PNS PPh PPN PTKP RAPBS Renstra Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Angka Partisipasi Kasar Alat Tulis Kantor Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah Barang Milik Sekolah Bantuan Operasional Sekolah Bantuan Operasional Sekolah Daerah Biaya Operasional Satuan Pendidikan Badan Standar Nasional Pendidikan Contextual Teaching and Learning Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Umum Daftar Barang Ruang Evaluasi Diri Kabupaten/Kota Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah External Quality Assurance System Information and Communication Technology Izin Mendirikan Bangunan Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Internal Quality Assurance System Petunjuk Teknis Kementerian Agama Kementerian Pendidikan Nasional Kartu Inventaris Barang Kartu Inventaris Ruang Karya Ilmiah Remaja Kelompok Kerja Guru Kepala Sekolah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Manajemen Berbasis Sekolah Madrasah Ibtidaiah Monitoring dan Evaluasi Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan Pendapatan Asli Sekolah Plan Do Check Action Peraturan Menteri Dalam Negeri Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Peraturan Menteri Keuangan Pegawai Negeri Sipil Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai Pendapatan Tidak Kena Pajak Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah Rencana Strategis

iv

RKAS RKJM RKS RKS/M RKT RPJMD RPP RPPK RPS RSBI SBI SD SDM SIM SKM SKPD SKS SNP SPJ SPM SPMP TU Tupoksi UAN UAS UASBN UKK UN

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah Rencana Kerja Jangka Menengah Rencana Kerja Sekolah Rencana Kerja Sekolah/Madrasah Rencana Kerja Tahunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pengembangan Pendidikan Kota/Kabupaten Rencana Pengembangan Sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Sekolah Bertaraf Internasional Sekolah Dasar Sumber Daya Manusia Sistem Informasi Manajemen Sekolah Kategori Mandiri Satuan Kerja Pemerintah Daerah Satuan Kredit Semester Standar Nasional Pendidikan Surat Pertanggungjawaban Standar Pelayanan Minimal Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tata Usaha Tugas Pokok dan Fungsi Ujian Akhir Nasional Ujian Akhir Sekolah Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional Ujian Kompetensi Kejuruan Ujian Nasional

Daftar Istilah
BOS
program pemerintah yang bertujuan menyediakan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai bagian dari pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. subsistem dari sistem pendidikan nasional (SNP) dengan fungsi utama peningkatan mutu pendidikan.

Sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP)

SNP SPM

kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. jenis dan tingkat pelayanan pendidikan minimal yang harus disediakan oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerin-tahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota. kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Standar kompetensi lulusan Standar isi

ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Standar proses standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada Standar pendidik dan tenaga kependidikan

kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

Standar sarana dan prasarana

standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/ kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

Standar pengelolaan

Standar pembiayaan

vi

Standar penilaian pendidikan

standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Program

instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah (UU Nomor 25 Tahun 2004). suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia (UU Nomor 25 Tahun 2004). rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan (UU Nomor 25 Tahun 2004). rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi (UU Nomor 25 Tahun 2004). dokumen tentang gambaran program dan kegiatan tahunan sekolah untuk mencapai tujuan dan sasaran tahunan sekolah yang telah ditetapkan. dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah di masa depan untuk mencapai tujuan dan sasaran sekolah yang telah ditetapkan. rencana yang diformulasikan dalam bentuk rupiah dalam jangka waktu atau periode tertentu, serta alokasi sumber-sumber kepada setiap bagian kegiatan. manfaat yang maksimum dari barang dan jasa yang diperoleh atau disediakan dengan sumber daya yang ada.

Perencanaan

Visi Misi RKT RKS/M RAPBS/M

Value for Money istilah yang digunakan untuk menilai apakah sebuah organisasi telah memperoleh

Transparan Akuntabel

memiliki sifat bahwa sebuah teori atau praktek terbuka kepada publik, karenanya mengurangi peluang untuk korupsi. bentuk pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada orang/ organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban berupa laporan akuntabilitas kinerja secara periodik. saldo kas, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Buku Kas Umum buku utama yang digunakan untuk mencatat semua transaksi yang mempengaruhi Buku Pembantu Kas

buku yang digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran yang dilaksanakan secara tunai. buku yang digunakan untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan melalui bank dengan cara antara lain penerbitan cek, penarikan cek, penerimaan pembayaran dengan cek, dan lain-lain.

Buku Pembantu Bank

vii

Buku Pembantu Pajak

buku yang digunakan untuk mencatat semua transaksi yang harus dipungut pajak serta memonitor atas pungutan dan penyetoran pajak yang dipungut selaku wajib pungut pajak.

Efisien Efektif Ekonomis

pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu, atau input minimum untuk output tertentu. perbandingan outcome dengan output, atau tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah. keikutsertaan atau keterlibatan masyarakat dalam suatu kegiatan atau organisasi sosial baik secara moril (fisik) maupun spiritual (nonfisik) untuk mewujudkan keinginan dan kepentingan bersama.

Partisipasi Masyarakat

viii

Bagian 1

Pengenalan Terhadap Evaluasi Diri Sekolah/ Madrasah (EDS/M) Dan Instrumen EDS/M
Bagian ini mencakup empat bab. Bab pertama memperkenalkan kebijakan nasional yang berkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP), Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) serta penerapan SPMP, SNP, dan SM dalam proses perencanaan sekolah/madrasah. Bab kedua menggambarkan secara umum konsep EDS/M, memperkenalkan instrumen dan cara melaksanakan EDS/M. Bab ketiga memaparkan teknik mengidentifikasi kesenjangan kinerja dan rekomendasi pemenuhan SPM. Bab ke empat memperkenalkan TRIMS atau Aplikasi Pelaporan dan Manajemen Informasi Sekolah (APMIS), menjelaskan manfaat keluaran TRIMS bagi sekolah/madrasah, dan memaparkan langkah-langkah aplikasi TRIMS.

Bagian 1 Bab I

Pengenalan SNP, SPM, dan SPMP Dalam Rangka Perencanaan Sekolah/ Madrasah

A. PENGANTAR
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu pilar pokok pembangunan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan kompetitif sesuai dengan visi Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2025. Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan upaya peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan oleh semua pihak. Mutu pendidikan mengacu pada standar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berfungsi sebagai dasar bagi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan pada setiap satuan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. SNP berisi ketentuan tentang delapan standar yang dicita-citakan dapat terwujud di semua satuan pendidikan pada kurun waktu tertentu.
Bagian 1

Mengingat bahwa kondisi satuan pendidikan pada saat ini masih sangat beragam, dan sebagian besar kualitasnya masih berada di bawah SNP, maka perlu dicari strategi untuk mencapai SNP secara bertahap. Upaya ini dilakukan dengan menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang merupakan tingkat layanan minimal yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan. Apabila SPM Pendidikan telah tercapai maka indikator tingkat (mutu) layanan akan dinaikkan dari waktu ke waktu hingga pada akhirnya mencapai tingkatan yang ditetapkan dalam SNP. Oleh karena itu, SPM Pendidikan dapat diartikan sebagai strategi untuk mencapai SNP secara bertahap dan merupakan sasaran antara untuk menuju pemenuhan SNP. Sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP) didefinisikan sebagai kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan masyarakat untuk melaksanakan upaya peningkatkan mutu pendidikan secara berkesinambungan. Penjaminan mutu pendidikan dimaksudkan untuk memastikan bahwa setiap satuan pendidikan berusaha memenuhi SPM dan SNP, dan apabila SNP telah tercapai maka satuan pendidikan tersebut akan terus meningkatkan mutu untuk melampaui atau berada di atas SNP. Standar mutu pendidikan di atas SNP dapat berupa, antara lain, (a) Standar mutu yang berbasis keunggulan lokal, dan (b) Standar mutu yang mengadopsi dan/atau mengadaptasi standar internasional tertentu. Untuk dapat mencapai acuan mutu pendidikan tersebut di atas, setiap satuan pendidikan perlu menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M) yang memuat upaya peningkatan mutu secara berkelanjutan. RKS/M disusun secara partisipatif dengan melibatkan semua stakeholder termasuk kepala sekolah/madrasah, guru, komite sekolah/ madrasah, dan orang tua siswa. RKS/M akan menjadi acuan untuk melaksanakan perbaikan dalam proses pembelajaran, manajemen sekolah/madrasah, sarana-prasarana dan aspek sekolah yang penting lainnya.

B. STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)


Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Pasal 1 Nomor 17 UU 20/2003 tentang Sisdiknas dan Pasal 3 PP. 19/2005 tentang SNP). Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (Pasal 3 PP. 19/2005 tentang SNP). Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (Pasal 4 PP. 19/2005 tentang SNP). Standar Nasional Pendidikan merupakan penjabaran dari UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang dituangkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan meliputi: (1) standar kompetensi lulusan; (2) standar isi; (3) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (4) standar proses; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pembiayaan; (7) standar pengelolaan; dan (8) standar penilaian pendidikan. Berikut ini adalah penjelasan umum tentang masing-masing standar sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)


Standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan melalui Permendiknas nomor 23 tahun 2006. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan mata pelajaran. Kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Bagian 1

Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, perlu dirumuskan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, yang kemudian dituangkan dalam materi pokok kegiatan pembelajaran serta indikator pencapaian.

2. Standar Isi
Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan melalui Permendiknas nomor 22 tahun 2006. Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik. Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. b. c. d. e. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; kelompok mata pelajaran estetika; kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Beban belajar untuk SD/MI/SDLB dan SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat menggunakan jam pembelajaran setiap minggu setiap semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, sesuai kebutuhan dan ciri khas masing-masing. Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB dan SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. Kalender pendidikan/kalender akademik mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.

3. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah. Tenaga kependidikan pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat sekurangkurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.

Bagian 1

Selain memiliki kompetensi sebagai guru, seorang kepala sekolah/madrasah juga harus memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru ditetapkan melalui Permendiknas nomor 16 tahun 2007. Sedangkan standar untuk setiap jenis tenaga kependidikan ditetapkan dengan Permendiknas berikut. a. b. c. d. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/ Madrasah. Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/ Madrasah. Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/ Madrasah.

4. Standar Proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan melalui Permendiknas nomor 41 tahun 2007. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien, setiap satuan pendidikan perlu melakukan empat hal, yakni perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. a. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik. Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.

b.

c. d.

5. Standar Sarana dan Prasarana


Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar sarana dan prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA ditetapkan melalui Permendiknas nomor 24 tahun 2007. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Bagian 1

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

6. Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan dapat berlangsung secara teratur dan berkelanjutan. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan mencakup gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB ditetapkan melalui Permendiknas nomor 69 tahun 2009.

7. Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/ kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan melalui Permendiknas nomor 19 tahun 2007. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif, dan akuntabel. Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang melingkupi masa 4 (empat) tahun.

8. Standar Penilaian Pendidikan


Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar penilaian pendidikan ditetapkan melalui Permendiknas nomor 20 tahun 2007. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh pendidik; penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian yang dimaksud digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik; sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Bagian 1

b.

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/ madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah Pusat bertujuan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel.

c.

C. STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)


1. SNP dan SPM
Untuk dapat memenuhi Standar Nasional Pendidikan diperlukan sumber daya yang besar untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk pemenuhan standar sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, proses, pembiayaan, dan keperluan penting lainnya. Sebagian sekolah/madrasah belum mampu memenuhi SNP. Hal ini tercermin pada rendanya jumlah SD yang telah terakreditasi (yakni, baru mencapai 65,4 %) dan jumlah ini diperkirakan akan naik mencapai 70,0 % pada akhir tahun ini. Sementara SMP yang telah terakreditasi kini baru mencapai 61,0 % dan diperkirakan akan meningkat menjadi 66,6 % pada akhir tahun nanti. Mengingat pemenuhan standar nasional pendidikan masih dirasakan sulit bagi banyak sekolah/ madrasah, maka Standar Pelayanan Minimal (SPM) dirancang sebagai tahapan awal untuk mencapai SNP dan standar lainnya. Standar Pelayanan Minimal bidang pendidikan yang selanjutnya disebut SPM adalah jenis dan tingkat pelayanan pendidikan minimal yang harus disediakan oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Standar pelayanan minimal pendidikan dasar adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan pemerintah kabupaten/ kota. SPM mengatur jenis dan mutu layanan pendidikan yang disediakan oleh pemerintah kabupaten/ kota dan sekolah/madrasah. SPM juga merupakan pelaksanaan disentralisasi penyelenggaraan kewenangan di bidang pendidikan dasar. SPM difokuskan pada upaya untuk memastikan bahwa setiap sekolah/madrasah dapat menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik. SPM Pendidikan Dasar mengatur mengenai: a. b. Apa yang harus tersedia di sekolah/madrasah seperti guru, kepala sekolah/madrasah, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, media, buku, dan sebagainya. Apa yang harus terjadi di sekolah/madrasah, misalnya guru harus menyiapkan RPP, kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi akademik, pemenuhan jam belajar, dan sebagainya.

2. Indikator Pemenuhan SPM


Dalam Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota, terdapat 13 indikator pemenuhan SPM yang merupakan tanggung jawab sekolah/madrasah, dan 14 indikator pemenuhan SPM yang merupakan tanggung jawab kabupaten/kota.

Bagian 1

Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar oleh Sekolah/Madrasah terdiri dari yang dipaparkan berikut. 1) Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik; 2) Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik; 3) Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA; 4) Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi; 5) Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan; 6) Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut : a) c) Kelas I II Kelas IV - VI : : : : 18 jam per minggu; 24 jam per minggu; 27 jam per minggu; atau 27 jam per minggu; b) Kelas III d) Kelas VII - IX

7) Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku; 8) Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya; 9) Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik; 10) Kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester; 11) Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah/madrasah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik; 12) Kepala sekolah/madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan ulangan kenaikan kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan 13) Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah/ madrasah (MBS/M). Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota dan Kemenag Kabupaten/Kota dapat mengambil bentuk sebagai berikut. 1) Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil; 2) Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1
Bagian 1

(satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis; 3) Di setiap SMP/MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktik IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik; 4) Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah/madrasah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah/madrasah yang terpisah dari ruang guru. 5) Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan; 6) Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran; 7) Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik; 8) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh di antaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik; untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%; 9) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris; 10) Di setiap kabupaten/kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 11) Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 12) Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah/madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 13) Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; dan 14) Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan.

3. Tanggung Jawab Pendanaan SPM


Tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kementerian Agama sekaitan dengan pendanaan SPM mencakup yang berikut. a. b. c. d. e. a. Investasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana; Investasi untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi sumber daya manusia; Operasional personil: gaji dan tunjangan guru dan tenaga kependidikan; Operasional non-personel. Sumber dana: DAU, DAK, hibah, APBN (untuk madrasah). Investasi dan pemeliharaan (minor) prasarana dan peralatan sekolah/madrasah, pengadaan buku, dan pelatihan guru;

Tanggung jawab Sekolah/Madrasah:

Bagian 1

b. c.

Operasional: biaya untuk bahan habis lab, bahan dan media pembelajaran, dan sebagainya. Sumber dana: BOS.

4. Implementasi SPM
Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diambil dalam upaya memenuhi SPM. a. Kumpulkan data dan lakukan analisis apakah di setiap sekolah/madrasah tersedia hal-hal berikut sesuai SPM: Sarana dan prasana: ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, laboratorium IPA (untuk SMP/MTs); Sumber daya manusia (guru, tenaga kependidikan). Lihat sumberdaya ini dari segi jumlah, kualifikasi, dan kompetensi (sertifikat pendidik) Kunjungan pengawas sekali dalam sebulan sesuai ketentuan; dan cek juga ketentuanketentuan lainnya. b. Tindakan untuk memenuhi kekurangan menjadi tanggung jawab pemerintah/ Kemenag kabupaten/kota

Pendataan dilakukan di setiap sekolah/madrasah guna memperoleh informasi mengenai pencapaian indikator-indikator SPM. Selanjutnya pemerintah kabupaten/kota melakukan agregasi dan analisis data dari semua sekolah/madrasah, menghitung gap dan menghitung kebutuhan biaya investasi dan operasional untuk pemenuhan SPM. c. Kumpulkan data dan lakukan analisis apakah hal-hal berikut tersedia/terlaksana sesuai SPM: Sekolah/madrasah menyusun dan menerapkan KTSP; Guru membuat RPP berdasarkan silabus mata pelajaran yang disusun oleh sekolah/ madrasah; Siswa menempuh pembelajaran dengan jam tatap muka yang memadai; Tersedia buku pegangan dan buku pengayaan dalam jumlah yang memadai; Kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi akademik, dan sebagainya. d. Tindakan untuk memenuhi kekurangan tersebut merupakan tanggung jawab sekolah/ madrasah. Untuk menerapkan SPM di tingkat sekolah/madrasah maka kepala sekolah/madrasah harus melakukan pengumpulan data dan menganalisisnya apakah indikator-indikator SPM telah terpenuhi; misalnya terkait dengan penerapan KTSP, pemenuhan RPP, pengukuran jam tatap muka, dan sebagainya. Setelah ditemukan adanya gap (kesenjangannya) maka sekolah/ madrasah harus memprogramkan langkah perbaikan untuk memenuhi indikator tersebut. Agar dapat melaksanakan pemenuhan SMP, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kantor Kemenag Kabupaten/Kota harus memiliki kapasitas sebagai berikut. a. b. c. d. Kemampuan mengumpulkan data dan informasi terkait pemenuhan indikator SPM (14 indikator), utamanya terkait dengan sumber daya manusia, infrastruktur, dan peralatan; Keterampilan melakukan analisis dan agregasi data dari seluruh sekolah/madrasah; Kemampuan menyusun perencanaan dan penganggaran berdasarkan bukti kebutuhan investasi; Kemampuan untuk menuangkan rencana dan kebutuhan anggaran dalam dokumen perencanaan daerah.

Pemerintah kabupaten/kota perlu untuk meningkatkan kapasitasnya dalam implementasi SPM, terutama terkait dengan kemampuan untuk mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun

Bagian 1

penganggaran dan memasukkannya ke dalam dokumen perencanaan daerah termasuk Renstra, Renja SKPD, RPJMD, dan sebagainya. Demikian juga untuk mampu melaksanakan pemenuhan SMP, pihak sekolah/madrasah harus memiliki kapasitas sebagai berikut. a. b. c. d. Keterampilan mengumpulkan data dan informasi terkait seluruh (27) indikator SPM; Kemampuan melakukan evaluasi diri dalam hubungannya dengan semua ketentuan SPM di sekolah/madrasah; Keterampilan menyusun rencana dan anggaran investasi dan operasional sekolah/madrasah untuk memenuhi 13 indikator SPM; Kemampuan menyampaikan data dan informasi tentang tingkat pemenuhan 14 indikator SPM di sekolah/madrasah kepada pemerintah kabupaten/kota dan Kemenag kabupaten/ kota.

Untuk dapat mengimplementasikan SPM, sekolah/madrasah perlu memiliki keterampilan dalam mengumpulkan data, melakukan analisis kesenjangan, menghitung kebutuhan biaya, dan menuangkannya ke dalam rencana kerja dan anggaran sekolah/madrasah.

D. SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP)


1. Pengertian dan Tujuan SPMP
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) adalah subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional dengan fungsi utama meningkatkan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Yang dimaksud dengan kegiatan sistemik dan terpadu adalah terdapatnya mekanisme yang jelas dalam memperbaiki mutu pendidikan dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicapai melalui penerapan SPMP. Tujuan-antara penjaminan mutu pendidikan adalah terbangunnya SPMP termasuk: a. b. terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal; pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal pada satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah; ditetapkannya secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan/ atau nonformal; terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal yang dirinci menurut provinsi, kabupaten/kota, dan satuan atau program pendidikan; terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan tersambung yang menghubungkan satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah Pusat.

c. d. e.

10

Bagian 1

2. Pentingnya SPMP
Setidaknya terdapat empat alasan mengapa SPMP penting untuk dilaksanakan. Mutu pendidikan bervariasi antar-sekolah/madrasah dan antar-daerah; Setiap siswa berhak memperoleh layanan pendidikan bermutu; Perbaikan mutu sekolah/madrasah berkelanjutan sebagai kebutuhan; dan Mutu pendidikan yang rendah menyebabkan daya saing SDM rendah.

Komponen utama SPMP antara lain mencakup penggunaan standar sebagai acuan mutu, pelaksanaan pemetaan mutu, analisis data mutu, dan perbaikan mutu secara berkelanjutan. Hubungan keempat komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

pemetaan mutu

standar pendidikan

perbaikan mutu

analisis data

3. Acuan Penjaminan Mutu Pendidikan


Penjaminan mutu pendidikan oleh satuan atau program pendidikan ditujukan untuk memenuhi tiga tingkatan acuan mutu, yaitu: a. b. c. a. b. SPM; SNP; dan Standar mutu pendidikan di atas SNP. Standar mutu di atas SNP yang berbasis keunggulan lokal. Standar mutu di atas SNP yang mengadopsi dan/atau mengadaptasi standar internasional tertentu.

Standar mutu pendidikan di atas SNP dapat berupa:

4. Tanggung Jawab dalam SPMP


Pemenuhan SPM menjadi tanggung jawab bersama berbagai pihak: a. b. c. d. satuan atau program pendidikan formal atau nonformal; penyelenggara satuan atau program pendidikan formal atau nonformal; pemerintah kabupaten/kota; dan pemerintah provinsi.
Bagian 1

11

Pemenuhan Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan-- masing-masing dalam SNP dan standar mutu di atas SNP-menjadi tanggung jawab satuan pendidikan formal. Penyediaan sumber daya untuk pemenuhan standar menjadi tanggung jawab penyelenggara satuan atau program pendidikan. Program penjaminan mutu pendidikan oleh satuan atau program pendidikan dituangkan dalam rencana strategis satuan atau program pendidikan yang menetapkan target-target terukur capaian mutu pendidikan secara tahunan dan sejalan dengan Rencana Strategis Pendidikan Penyelenggara satuan atau program pendidikan yang bersangkutan, Rencana Strategis Pendidikan Kabupaten/ Kota yang bersangkutan, Rencana Strategis Pendidikan Provinsi yang bersangkutan, dan Rencana Strategis Pendidikan Nasional. Pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan SPMP adalah sebagai berikut. a. Menteri: menetapkan SPM dan SNP menyelenggarakan UN dan akreditasi b. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota: melakukan supervisi, pengawasan, evaluasi, bantuan, bimbingan membantu UN, dan akreditasi c. Satuan Pendidikan: pemenuhan standar mutu acuan penyusunan Kurikulum sesuai acuan mutu menetapkan prosedur operasional standar (POS) didukung pemangku kepentingan komite sekolah/madrasah memberi bantuan melayani audit penjaminan mutu mengikuti akreditasi mengikuti sertifikasi mutu terhadap lembaga, pendidik, dan siswa mengembangkan sistem informasi mutu melalui TIK, dan mendukung pemetaan mutu Satuan pendidikan adalah pelaku utama dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan karena sekolah/madrasah berada di garis terdepan dalam pelayanan pendidikan kepada masyarakat.

5. Langkah Penjaminan Mutu Pendidikan


Sedikitnya terdapat 12 langkah penjaminan mutu pendidikan yang perlu dilakukan, antara lain seperti yang dirinci berikut. 1) menyusun program penjaminan mutu 2) memilih instrumen (EDS) pengumpulan data 3) mengumpulan/verifikasi data (internal/eksternal) 4) mengolah dan analisis data

12

Bagian 1

5) melaporkan temuan berbasis data 6) menggunakan temuan untuk verifikasi pencapaian standar 7) memilih prioritas kebutuhan untuk perbaikan mutu 8) menyusun program dan anggaran perbaikan mutu 9) melaksanakan program perbaikan mutu 10) memonitor kegiatan perbaikan mutu 11) melaporkan hasil perbaikan mutu 12) menggunakan saran untuk perbaikan tahap berikutnya Penjaminan mutu pendidikan oleh satuan pendidikan ditujukan untuk (1) memenuhi SPM, (2) secara bertahap memenuhi SNP, dan (3) secara bertahap memenuhi standar mutu di atas SNP. SPM, SNP, dan standar di atas SNP merupakan acuan mutu bagi satuan pendidikan. Jika mutu sekolah/madrasah dipetakan melalui akreditasi, akan didapatkan peringkat akreditasi berupa A, B, C, atau TT (tidak terakreditasi). SPM lebih difokuskan pada sekolah/madrasah yang belum terakreditasi, agar mereka setidaknya bisa mencapai peringkat akreditasi C. SPMP dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu sekolah/madrasah secara berkesinambungan sehingga dapat mencapai mutu yang lebih tinggi, misalnya dari TT ke C, dari C ke B, dan dari B ke A.

AKREDITASI A B C Tidak Terakreditasi

Standar di Atas SNP Standar Pendidikan Nasional Peningkatan Mutu Berkelanjutan Standar Pelayanan Minimal

E. PENERAPAN SNP, SPM, DAN SPMP DALAM PERENCANAAN SEKOLAH/ MADRASAH


Siklus manajemen sekolah/madrasah dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan perbaikan, serta pelaporan. Kepemimpinan sekolah/madrasah menjadi kunci utama dalam pengelolaan sekolah/madrasah. Adanya sistem informasi sekolah/madrasah (misalnya TRIMS) akan sangat membantu sekolah/madrasah dalam melakukan perencanaan yang berbasis data. Setiap sekolah/madrasah harus terus melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Sekolah/ madrasah harus berupaya memenuhi SPM, kemudian secara bertahap mengarah kepada SNP bahkan kalau bisa menuju standar di atas SNP. Untuk itu perlu dibangun budaya mutu yaitu adanya

Bagian 1

13

kesadaran dan komitmen bersama dari stakeholder sekolah/madrasah untuk senantiasa berusaha meningkatkan mutu. Upaya tersebut perlu dirumuskan dan dituangkan dalam RKS/M, Rencana Kerja Tahunan (RKT), dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS/M). Program peningkatan mutu secara berkelanjutan harus dimulai dengan evaluasi diri sekolah/madrasah, kemudian menganalisis kesenjangan, menyusun program dan kegiatan serta menuangkannya ke dalam RKS/M, RKT, dan RKAS/M.

Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah

Analisis Kesenjangan

SNP - SPM

RKS/M, RKT, dan RKAS/M

Penyusunan Program dan Kegiatan

F. LATIHAN
Berikut disajikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan topik yang dibahas dalam Bab ini. Jawablah setiap pertanyaan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman Saudara.

No. Topik/Bahasan 1 Standar Nasional Pendidikan (SNP) Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Daftar Pertanyaan a. Apa yang Anda ketahui tentang SNP? A. Untuk apa SNP dibuat? B. Apa masalah dan hambatan dalam penerapan SNP? C. Apa yang dilakukan oleh sekolah/madrasah untuk mengatasi hambatan penerapan SNP? 1) Apa yang Anda ketahui tentang standar pelayanan minimal (SPM) pendidikan? 2) Mengapa perlu dibuat SPM? 3) Apa yang perlu dilakukan oleh sekolah/madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan? 1. Apa yang Anda ketahui tentang penjaminan mutu pendidikan (quality assurance)? 2. Apa perbedaan antara penjaminan mutu (quality assurance) dan pengendalian mutu (quality control)? 3. Untuk apa SPMP dibuat? a. Apakah yang Anda ketahui tentang perencanaan sekolah/ madrasah? b. Apakah Anda memahami dasar hukum perencanaan sekolah/ madrasah? c. Mengapa perencanaan sekolah/madrasah dianggap penting?

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Perencanaan Sekolah/ Madrasah

14

Bagian 1

meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan? Sistem 1. Apa yang Anda ketahui tentang penjaminan mutu pendidikan (quality assurance)? Penjaminan 2. Apa perbedaan antara penjaminan mutu (quality assurance) dan Mutu pengendalian mutu (quality control)? Pendidikan No. (SPMP) Topik/Bahasan 3. Untuk apa SPMP dibuat? Pertanyaan Daftar 4 1 Perencanaan Standar Sekolah/ Nasional Madrasah Pendidikan (SNP) Standar Pelayanan Minimal (SPM) a. A. b. B. C. c. d. 1) Apakah yang Anda ketahui tentang perencanaan sekolah/ Apa yang Anda ketahui tentang SNP? madrasah? NP dibuat? Untuk apa S 3

Apakah Anda dan hambatan dalam penerapan SNP? sekolah/ Apa masalah memahami dasar hukum perencanaan madrasah? Apa yang dilakukan oleh sekolah/madrasah untuk mengatasi Mengapa perencanaan NP? hambatan penerapan S sekolah/madrasah dianggap penting? Sebutkan tantangan dalam proses penyusunan perencanaan Apa yang Anda ketahui tentang standar pelayanan minimal sekolah/madrasah? (SPM) pendidikan?

2) Mengapa perlu dibuat SPM? 3) Apa yang perlu dilakukan oleh sekolah/madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan? 1. Apa yang Anda ketahui tentang penjaminan mutu pendidikan (quality assurance)? 2. Apa perbedaan antara penjaminan mutu (quality assurance) dan pengendalian mutu (quality control)? 3. Untuk apa SPMP dibuat? a. Apakah yang Anda ketahui tentang perencanaan sekolah/ madrasah? b. Apakah Anda memahami dasar hukum perencanaan sekolah/ madrasah? c. Mengapa perencanaan sekolah/madrasah dianggap penting? d. Sebutkan tantangan dalam proses penyusunan perencanaan sekolah/madrasah?

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Perencanaan Sekolah/ Madrasah

Bagian 1

15

Bagian 1 Bab II

Pengenalan Terhadap Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M) dan Instrumen EDS/M

A. LATAR BELAKANG
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Kementerian Agama (Kemenag) telah menunjukkan komitmen dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009. SPMP mendefinisikan penjaminan mutu sebagai kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan/program pendidikan, penyelenggara satuan/program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Pada tataran operasional, penjaminan mutu dilakukan melalui serangkaian proses dan sistem yang saling terkait untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data mengenai kinerja dan mutu dari tenaga kependidikan, program dan lembaga. Proses penjaminan mutu mengidentifikasi bidangbidang pencapaian dan prioritas untuk perbaikan, menyediakan data untuk pembuatan keputusan
Bagian 1

16

berbasis bukti dan membantu membangun budaya perbaikan yang berkelanjutan. Pencapaian mutu pendidikan dikaji berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sekolah/madrasah adalah pelaku utama dalam proses penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Salah satu alat untuk mengkaji kemajuan peningkatan mutu sekolah/madrasah secara komprehensif yang berbasis Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M). EDS/M sebagai salah satu komponen SPMP diharapkan dapat membangun semangat dan kultur penjaminan dan peningkatan mutu secara berkelanjutan.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah. 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. 6. Peraturan lain yang relevan dengan implementasi standar nasional pendidikan.

C. TUJUAN
Tujuan utama Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M) adalah: 1. Sekolah/madrasah menilai kinerjanya berdasarkan SPM dan SNP. 2. Sekolah/madrasah mengetahui tahapan pengembangan dalam pencapaian SPM dan SNP sebagai dasar peningkatan mutu pendidikan yang bermuara pada peningkatan mutu peserta didik. 3. Sekolah/madrasah dapat menyusun Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (RPS/M) atau Rencana Kegiatan Sekolah/Madrasah (RKS/M) sesuai kebutuhan nyata menuju ketercapaian implementasi SPM dan SNP.

D. MANFAAT
EDS/M diharapkan dapat memberikan sumbangan penting bagi sekolah/madrasah sendiri dan bagi pemerintahan Kabupaten/Kota yang memiliki kewenangan mengelola pendidikan. Berikut adalah manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan EDS/M.

1. Bagi sekolah/madrasah
a. b. c. Sekolah/madrasah dapat menemukan kelebihan dan kekurangannya sendiri dan merencanakan pengembangan ke depan. Sekolah/madrasah dapat memiliki data dasar yang akurat sebagai basis bagi pengembangan dan peningkatan di masa mendatang. Sekolah/madrasah dapat mengidentifikasi peluang yang tersedia untuk meningkatkan mutu pendidikan, mengkaji apakah inisiatif peningkatan tersebut berjalan dengan baik dan menyesuaikan program sesuai dengan hasilnya.

17

Bagian 1

d.

Sekolah/madrasah dapat memberikan laporan formal kepada pemangku kepentingan (stakeholders) demi meningkatkan akuntabilitas sekolah/madrasah.

2. Bagi tingkatan lain dalam sistem (Pemerintah Pusat, Pemerintahan Kabupaten/Kota dan Provinsi)
a. b. c. d. e. Menyediakan data dan informasi yang penting untuk perencanaan, pembuatan keputusan, dan perencanaan anggaran pendidikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Mengidentifikasi bidang prioritas untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan. Mengidentifikasi jenis dukungan yang dibutuhkan oleh sekolah/madrasah. Mengidentifikasi pelatihan serta kebutuhan program pengembangan lainnya. Mengidentifikasi keberhasilan sekolah/madrasah berdasarkan berbagai indikator pencapaian sesuai dengan SPM dan SNP.

E. KONSEP DASAR EVALUASI DIRI SEKOLAH/MADRASAH (EDS/M)


Evaluasi diri sekolah/madrasah atau EDS/M adalah proses evaluasi diri sekolah/madrasah yang bersifat internal yang melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk melihat kinerja sekolah/madrasah berdasarkan SPM dan SNP yang hasilnya dipakai sebagai dasar penyusunan RKS/M dan sebagai masukan bagi perencanaan investasi pendidikan tingkat kabupaten/kota. Proses EDS/M merupakan siklus yang dimulai dengan pembentukan Tim Pengembang Sekolah/ Madrasah (TPS/M), pelatihan penggunaan instrumen, pelaksanaan EDS/M di sekolah/madrasah dan penggunaan hasilnya sebagai dasar penyusunan RPS/M atau RKS/M dan RAPBS/RKAS/M. Sekolah/ madrasah melakukan proses EDS/M satu kali setiap tahun. EDS/M dilaksanakan oleh Tim Pengembang Sekolah/Madrasah (TPS/M) yang terdiri atas: kepala sekolah/madrasah, wakil unsur guru, wakil komite sekolah/madrasah, wakil orang tua siswa, dan pengawas. TPS/M mengumpulkan bukti dan informasi dari berbagai sumber untuk menilai kinerja sekolah/ madrasah berdasarkan indikator-indikator yang dirumuskan dalam instrumen. Dengan menggunakan Instrumen EDS/M, sekolah/madrasah dapat mengukur dampak kinerjanya terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik. Sekolah/madrasah juga dapat memeriksa hasil dan tindak lanjutnya terhadap perbaikan layanan pembelajaran yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan pembelajaran peserta didik. Kegiatan ini melibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah untuk memperoleh informasi dan pendapat dari seluruh pemangku kepentingan sekolah/madrasah. Khusus untuk pengawas, keterlibatannya dalam TPS/M berfungsi sebagai fasilitator atau pembimbing bagi sekolah/madrasah dalam melakukan EDS/M, terutama untuk memastikan bahwa proses EDS/M dilakukan secara benar dan bukti-bukti fisik sekolah/madrasah tersedia. EDS/M bukanlah proses yang birokratis atau mekanistis, melainkan suatu proses dinamis yang melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam sekolah/madrasah. EDS/M perlu dikaitkan dengan proses perencanaan sekolah/madrasah dan dipandang sebagai bagian yang penting dalam kinerja siklus pengembangan sekolah/madrasah. Sebagai kerangka kerja untuk perubahan dan perbaikan, proses ini secara mendasar menjawab 3 (tiga) pertanyaan kunci di bawah ini: 1. Seberapa baikkah kinerja sekolah/madrasah kita? Hal ini terkait dengan posisi pencapaian kinerja untuk masing-masing indikator SPM dan SNP. 2. Bagaimana kita dapat mengetahui kinerja sekolah/madrasah? Hal ini terkait dengan bukti apa yang dimiliki sekolah/madrasah untuk menunjukkan pencapaiannya. 3. Bagaimana kita dapat meningkatkan kinerja? Dalam hal ini sekolah/madrasah melaporkan dan menindaklanjuti apa yang telah ditemukan melalui dua pertanyaan sebelumnya.
Bagian 1

18

Sekolah/madrasah menjawab ketiga masalah ini setiap tahunnya dengan menggunakan seperangkat indikator kinerja untuk melakukan pengkajian yang obyektif terhadap kinerja mereka berdasarkan SPM dan SNP, dan mengumpulkan bukti mengenai kinerja peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan. Informasi tambahan seperti tingkat ketercapaian kinerja sekolah/madrasah dalam memenuhi kebutuhan semua peserta didiknya dan kapasitas sekolah/madrasah untuk perbaikan serta dukungan yang dibutuhkan juga dimasukkan di sini. Data dapat juga dikaitkan dengan kebutuhan lokal dan informasi khusus terkait dengan kondisi sekolah/madrasah. Informasi kuantitatif seperti tingkat penerimaan siswa baru, hasil ujian, tingkat pengulangan dan lain-lain, beserta informasi kualitatif seperti pendapat dan penilaian profesional dari para pemangku kepentingan di sekolah/madrasah dikumpulkan guna mendapatkan gambaran secara menyeluruh. Semua informasi ini kemudian dipergunakan sebagai dasar untuk mempersiapkan suatu rencana pengembangan sekolah/madrasah yang terpadu. Informasi hasil EDS/M dan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah ditindaklanjuti Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Kemenag sebagai informasi kinerja sekolah/madrasah terkait pencapaian SPM dan SNP dan sebagai dasar penyusunan perencanaan peningkatan mutu pendidikan pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi, bahkan pada tingkat nasional.

F. KETERKAITAN EDS/M DENGAN PENJAMINAN DAN PENINGKATAN MUTU


EDS/M dikembangkan sejalan dengan sistem penjaminan mutu pendidikan, khususnya yang terkait dengan perencanaan pengembangan sekolah/madrasah dan manajemen berbasis sekolah/ madrasah. Pelaksanaan EDS/M terkait dengan praktik dan peran kelembagaan yang memang sudah berjalan, seperti manajemen berbasis sekolah/madrasah, perencanaan pengembangan sekolah/ madrasah, akreditasi sekolah/madrasah, implementasi SPM dan SNP, peran LPMP/BDK, peran pengawas, serta manajemen pendidikan yang dilakukan oleh pemerintahan provinsi dan kabupaten/ kota, dan Rencana Pembangunan Nasional Bidang Pendidikan, Renstra Kemendiknas, dan Renstra Kemenag. Diagram berikut menggambarkan EDS/M sebagai salah satu komponen sumber data dalam sistem penjaminan mutu pendidikan yang mengacu pada Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
MONITORING SEKOLAH/ MADRASAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD) (sesuai kebutuhan)

EVALUASI DIRI SEKOLAH/ MADRASAH (EDS/M) (tahunan)

SERTIFIKASI GURU DAN PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL (tahunan/berjalan)

SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP) MEMENUHI SPM DAN SNP

EVALUASI DIRI KAB/ KOTA (EDK) (tahunan)

AKREDITASI SEKOLAH/ MADRASAH (lima tahun)

UJIAN NASIONAL (tahunan)

PENGUMPULAN DATA PADATI (tahunan)

19

Bagian 1

EDS/M sebagai komponen penting dalam SPMP, merupakan dasar peningkatan mutu dan penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (RPS/M). EDS/M juga menjadi sumber informasi kebijakan untuk penyusunan program pengembangan pendidikan kabupaten/kota. Karena itulah EDS/M menjadi bagian yang integral dalam penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan. EDS/M adalah suatu proses yang memberikan tanggung jawab kepada sekolah/madrasah untuk mengevaluasi kemajuannya sendiri dan mendorong sekolah/madrasah untuk menetapkan prioritas peningkatan mutu sekolah/madrasah. Kegiatan EDS/M berbasis sekolah/madrasah, tetapi proses ini juga mempersyaratkan adanya keterlibatan dan dukungan dari orang-orang yang bekerja dalam berbagai tingkatan yang berbeda dalam sistem ini, dan hal ini tentu saja membantu terjaminnya transparansi dan validitas proses. EDS/M merupakan komponen penentu yang sangat penting dalam membangun sistem informasi pendidikan nasional terutama dalam memotret kinerja sekolah/madrasah dalam penerapan SPM dan SNP. Informasi yang terbangun menjadi dasar untuk perencanaan peningkatan mutu berkelanjutan dan pengembangan kebijakan pendidikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Pada diagram EDS/M dalam kaitannya dengan Penjaminan dan Peningkatan Mutu berikut ini, terlihat alur informasi dan urutan kegiatan yang dilakukan.

Bagian 1

20

EDS/M dalam Kaitannya dengan Penjaminan dan Peningkatan Mutu


Kepala sekolah/madrasah dengan dukungan dari pengawas membentuk Tim Pengembang Sekolah/Madrasah (TPS/M) yang terdiri dari perwakilan: komite sekolah/madrasah, guru, pengawas dan orang tua,.

Sekolah/madrasah memonitor dan mengkaji ulang program

Sekolah/madrasah mengimplementasikan program yang didukung pengawas sekolah/madrasah dan berdasarkan masukan dari kab/kota dan pihak lain sesuai kebutuhan

TPS/M mengumpulkan data yang relevan menurut Instrumen EDS/M berdasarkan SPM dan SNP didukung bukti-bukti fisik, menggunakan berbagai metode untuk dapat menyediakan informasi kualitatif dan kuantitatif

TPS/M (Tim EDS) mengidentifikasi pencapaian, memprioritaskan bidang yang membutuhkan perbaikan, dan merumuskan program untuk pengembangan sekolah/madrasah

TPS/M menyusun deskripsi dan rekomendasi sesuai dengan bukti fisik yang relevan

P E N I N G K A T A N M U T U

Kab/Kota memonitor, mengkaji ulang program

Validasi internal laporan yang dilaksanakan oleh pengawas dan validasi eksternal oleh koordinator pengawas sekolah/madrasah

Kab/Kota mengimplementasikan program Informasi strategis hasil EDS/M ditindaklanjuti oleh Pengawas

Informasi dipergunakan untuk mengidentifikasi pencapaian, untuk memprioritaskan bidang perbaikan dan persiapan program peningkatan mutu di kabupaten/kota dan dukungan bagi sekolah/madrasah/madrasah

Data terstandar diprogram dan dimasukkan dalam MIS Kemendiknas/Kemenag dan Dinas Pendidikan Provinsi/Kantor Kemenag memonitor dan mengkaji ulang program Disdik provinsi/Kanwil Kemenag dan Kemendiknas/ Kemenag mengakses informasi

P E N J A M I N A N M U T U

Informasi dipergunakan untuk mengidentifikasi pencapaian, memprioritaskan bidang perbaikan dan memberikan informasi bagi perencanaan penganggaran provinsi dan nasional

LPMP/BDK memonitor dan mengkaji ulang proses penjaminan mutu

LPMP/BDK mengakses informasi

LPMP/BDK menganalisa informasi dan memonitor tingkatkinerja mutu dan memberikan informasi mengenai tingkat kinerja peninhkatan mutu dalam kegiatan belajar dan mengajar

21

Bagian 1

G. STRATEGI IMPLEMENTASI
Selama berjalannya proses EDS/M, diharapkan dapat dibangun adanya visi yang jelas mengenai apa yang diinginkan oleh para pemangku kepentingan terhadap sekolah/madrasah mereka. Untuk dapat membangun visi bersama mengenai mutu ini yang harus dilakukan adalah melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses untuk menyepakati nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang akan ditetapkan. Visi bersama ini akan membawa arah pengembangan sekolah/madrasah ke depan dengan lebih jelas. Sekolah/madrasah mengukur dampak dari berbagai kegiatan penting terkait dengan peserta didik dan kegiatan pembelajaran; setiap tahun sekolah/madrasah juga memeriksa hasil dan dampak dari kegiatan pembelajaran serta bagaimana sekolah/madrasah dapat memenuhi kebutuhan peserta didik. Hal yang sangat penting dalam proses ini adalah sekolah/madrasah harus mempergunakan evaluasi ini untuk memprioritaskan bidang yang memerlukan peningkatan dan mempersiapkan rencana pengembangan/ peningkatan sekolah/madrasah. Proses ini kemudian menjadi bagian dari siklus pengembangan dan peningkatan yang berkelanjutan.

Mengumpulkan informasi berdasarkan SNP, SPM dan kebutuhan setempat

Monitor dan mengkaji kemajuan

Mengidentifikasi pencapaian dan memprioritaskan bidang untuk prioritas peningkatan. Rencanakan program berdasarkan identifikasi

Pengimplementasian program peningkatan

Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di sekolah/madrasah (kepala sekolah/madrasah, guru, peserta didik, orang tua, komite sekolah/madrasah, anggota masyarakat, dan pengawas sekolah/madrasah) diharapkan bahwa tujuan dan nilai yang diinginkan dalam proses EDS/M menjadi bagian dari etos kerja sekolah/madrasah. Penting diingat bahwa informasi yang didapatkan harus dianggap penting dan tidak lagi dianggap sebagai beban atau hanya sekedar sebagai daftar data yang perlu dikumpulkan karena diminta oleh pihak luar. Proses EDS/M harus menjadi bahan refleksi untuk mengubah dan memperbaiki tata kerja, dan proses ini akan dianggap berhasil jika dapat membawa sekolah/madrasah pada peningkatan pelayanan pendidikan dan hasilnya bagi para peserta didik. Kemudian sekolah/madrasah akan menjadi pelaku utama dalam peningkatan mutu dan memberikan penjaminan terhadap pelayanan pendidikan yang bermutu. Tahapan-tahapan berikut adalah upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan EDS/M, yakni:

1. Persiapan
Sebelum proses ini dapat dimulai, dibutuhkan pelatihan EDS/M secara berkelanjutan. Pelatihan ditujukan untuk mempersiapkan sekolah/madrasah melaksanakan evaluasi secara transparan, untuk menjamin validitas dan mempergunakan informasi yang dikumpulkan untuk memberikan masukan terhadap perencanaan pengembangan sekolah/madrasah.
Bagian 1

22

Pelatihan ini dilaksanakan dengan mempergunakan sistem berikut ini: a. b. c. LPMP/BDK dilatih sebagai pelatih bagi pelatih (Trainers of Trainers/ToT). Kepala Seksi Kurikulum, Koordinator Pengawas, beberapa Pengawas dilatih oleh LPMP/BDK. Koordinator Pengawas dan pengawas sekolah/madrasah terpilih melatih Tim TPS/M-EDS/M dalam gugus sekolah/madrasah.

2. Melaksanakan Proses EDS/M


Kepala sekolah/madrasah dengan dukungan pengawas sekolah/madrasah melaksanakan EDS/M bersama Tim TPS/M yang terdiri dari perwakilan guru, komite sekolah/madrasah, orang tua, pengawas dan perwakilan lain dari kelompok masyarakat yang memang dipandang layak untuk diikutsertakan. Tim ini akan mempergunakan instrumen yang disediakan untuk menetapkan profil kinerja sekolah/madrasah berdasarkan indikator pencapaian. Informasi yang didapatkan kemudian dianalisis dan dipergunakan oleh TPS/M untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang perlu diperbaiki, serta merencanakan program tahunan sekolah/madrasah. Pengawas sekolah/ madrasah harus dilibatkan secara penuh untuk mendukung sekolah/madrasah dalam proses tersebut, serta dalam mengimplementasikan rencana perbaikan yang dikembangkan berdasarkan hasil dari proses ini. Keterlibatan pengawas sekolah/madrasah juga akan mendorong terciptanya transparansi dan keabsahan data yang dikumpulkan, serta membantu sekolah/madrasah untuk melangkah maju dalam program perbaikan berkelanjutan. Pengawas sekolah/madrasah dan kepala sekolah/ madrasah akan menjadi pemain inti dalam pelibatan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk mendapatkan gambaran yang realistis mengenai sekolah/madrasah dalam melakukan perbaikan, dan bukan hanya sekedar mengisi data yang menunjukkan pencapaian standar. Instrumen EDS/M didasarkan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang memberikan dua tujuan untuk menyediakan informasi bagi rencana pengembangan sekolah/madrasah, seiring dengan pemutakhiran sistem manajemen informasi pendidikan nasional. Bidang dan pertanyaan inti yang disediakan dalam instrumen tersebut merefleksikan aspek-aspek yang penting bagi perencanaan perbaikan sekolah/madrasah. Karena itulah maka perlu diantisipasi agar sekolah/madrasah dapat melakukan proses ini dengan benar dan tidak memandangnya sekadar sebagai kegiatan pengisian formulir. Penting untuk ditekankan di sini bahwa sekolah/madrasah harus mendeskripsikan situasi nyata yang ada di sekolah/ madrasah mereka dan kemudian-- saat proses ini diulang-- mereka harus mampu menunjukkan adanya perbaikan seiring dengan perjalanan waktu.

H. BENTUK INSTRUMEN EDS/M


Instrumen EDS/M dalam Delapan Standar
Instrumen EDS/M terdiri dari 8 (delapan) standar nasional pendidikan yang dijabarkan ke dalam 26 komponen dan 62 indikator. Setiap standar terdiri atas sejumlah komponen yang mengacu pada masing-masing standar nasional pendidikan sebagai dasar bagi sekolah/madrasah dalam memperoleh informasi kinerjanya yang bersifat kualitatif. Komponen yang dievaluasi melalui instrumen EDS/M mencakup hal berikut.

1. Standar Isi
a. b. Kurikulum sudah sesuai dan relevan. Sekolah/madrasah menyediakan kebutuhan pengembangan pribadi peserta didik.

23

Bagian 1

2. Standar Proses
a. b. c. d. e. a. b. a. b. c. a. b. a. b. c. d. e. f. a. b. c. a. b. c. Silabus sudah sesuai/relevan dengan standar. RPP dirancang untuk mencapai pembelajaran efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sumber belajar dapat diperoleh dengan mudah dan digunakan secara tepat. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, kreatif, menantang dan memotivasi peserta didik. Supervisi dan evaluasi proses pembelajaran dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan. Peserta didik dapat mencapai target akademis yang diharapkan. Peserta didik dapat mengembangkan potensi penuh mereka sebagai anggota masyarakat. Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sudah memadai. Kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan sudah memadai. Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sudah memadai. Sarana sekolah/madrasah sudah memadai. Sekolah/madrasah dalam kondisi terpelihara dan baik. Kinerja pengelolaan sekolah/madrasah berdasarkan kerja tim dan kemitraan yang kuat dengan visi dan misi yang jelas dan diketahui oleh semua pihak. Rencana kerja sekolah/madrasah mencantumkan tujuan yang jelas untuk program peningkatan dan perbaikan berkelanjutan yang tersosialisasikan dengan baik. Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah atau Rencana Kerja Sekolah/Madrasah berdampak terhadap peningkatan hasil belajar. Pengumpulan dan penggunaan data dapat dipercaya dan sah. Pemberian dukungan dan kesempatan pengembangan profesi bagi para pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan dengan baik dan konsisten Masyarakat berperan serta dalam kehidupan sekolah/madrasah. Sekolah/madrasah merencanakan keuangan sesuai standar. Sekolah/madrasah berupaya untuk mendapatkan tambahan dukungan pembiayaan lainnya. Sekolah/madrasah menjamin kesetaraan akses. Sistem penilaian disusun untuk menilai peserta didik baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. Penilaian berdampak pada proses belajar. Orangtua peserta didik terlibat dalam proses belajar anak mereka.

3. Standar Kompetensi Lulusan

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

5. Standar Sarana dan Prasarana

6. Standar Pengelolaan

7. Standar Pembiayaan

8. Standar Penilaian Pendidikan

Setiap komponen terdiri dari beberapa indikator yang memberikan gambaran lebih menyeluruh dari komponen yang dimaksudkan. Berikut ini adalah contoh instrumen EDS/M. Instrumen selengkapnya dapat dilihat dalam CD.

Bagian 1

24

Contoh Instrumen EDS/M

Dalam instrumen EDS/M terdapat empat bagian yang harus diisi atau ditulis, yakni: Bukti Fisik, Ringkasan Deskripsi Indikator Berdasarkan Bukti Fisik, Tahapan Pengembangan, dan Rekomendasi.

1. Bukti Fisik
Bukti fisik yang tersedia digunakan sebagai bahan dasar untuk menggambarkan kondisi sekolah/ madrasah terkait dengan indikator yang dinilai. Untuk itu perlu dimanfaatkan berbagai sumber informasi yang dapat dijadikan sebagai bukti fisik misalnya catatan kajian, hasil observasi, dan hasil wawancara/konsultasi dengan pemangku kepentingan (stakeholders) seperti komite sekolah/madrasah, orangtua, guru-guru, siswa, dan unsur lain yang terkait. Informasi kualitatif yang menggambarkan kenyataan dapat berasal dari informasi kuantitatif. Sebagai contoh, Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) tidak sekedar merupakan catatan mengenai bagaimana pengajaran dilaksanakan. Keberadaan dokumen kurikulum bukanlah merupakan satu-satunya bukti bahwa kurikulum telah dilaksanakan. Berbagai jenis bukti fisik dapat digunakan sekolah/madrasah sebagai bukti tahapan pengembangan tertentu. Selain itu, sekolah/madrasah perlu juga menunjukkan sumber bukti fisik lainnya yang sesuai. Informasi yang dikumpulkan berdasarkan bukti fisik tersebut dipastikan akurasinya melalui proses triangulasiyang dalam hal ini berarti melihat suatu fenomena (yakni evaluasi mutu) dari berbagai sumber data dan dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data.

Data Kuantitatif dan Kualitatif

Evaluasi Mutu

Pendapatan dan Penilaian Pemangku Kepentingan

Observasi Situasi Aktual

25

Bagian 1

Triangulasi bukti ini menjamin bahwa konsistensi akan terus diperiksa ulang dan bahwa indikatorindikator yang ada dipandang dari berbagai sudut untuk memberikan informasi mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi. Hal ini penting ditekankan mengingat apa yang dituliskan dalam dokumen tidak selalu merupakan hal yang sebenarnya terjadi. Misalnya, sebuah rencana pengajaran tidak selalu dapat merekam bagaimana suatu pelajaran diajarkan; dokumen kurikulum tidak selalu menjadi jaminan bahwa kurikulum disampaikan dengan utuh; dan bahan pelajaran dapat dihitung tetapi bukan berarti bahan tersebut dipergunakan sesuai kepentingannya secara efektif. Berikut adalah contoh bukti fisik yang dapat disediakan atau digunakan sekolah/madrasah. Standar Nasional 1. Isi 2. Proses 3. Kompetensi Lulusan Contoh Bukti Data Kuantitatif Dokumen Kurikulum, dll. Dokumen Silabus, RPP, dll. Dokumen data lulusan (data melanjutkan dan bekerja), Pencapaian KKM (leger nilai) Contoh Bukti Data Kualititatif Proses Pengembangan Kurikulum Proses Pengembangan Silabus, RPP Data alumni, buku catatan kepribadian

4. Pedidik dan Tenaga Kependidikan 5. Sarana dan Prasarana

Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan, daftar kualifikasi guru dan tenaga kependidikan

Daftar guru yang sudah bersertifikat, guru berprestasi, Kepala sekoleh/madrasah dan tenaga kependidikan yang berprestasi Kondisi ruangan dan kantor (kartu pemeliharaan) Profil sekolah/madrasah, catatan berbagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sekolah/madrasah, wiyata mandala, sekolah/madrasah sehat

Luas lahan (sertifikat), jumlah ruangan, dll. Dokumen RKS/M atau RPS/M, kesepakatan kerjasama (MoU), laporan pertanggungjawaban keuangan sekolah/madrasah dll.

6. Pengelolaan

7. Pembiayaan

Dokumen RAPBS, dokumen laporan akuntabilitas, daftar penerimaan sumbangan orang tua dan masyarakat Kisi-kisi penilaian, Lembar soal, Dokumen Hasil Belajar dan UN, Rapor, Daftar Nilai dll.

Laporan akuntabilitas keuangan sekolah/madrasah, notulensi rapat penentuan penggunaan anggaran Rekomendasi hasil belajar kepada peserta didik dan orang tua, dan catatan pelaksanaan program remedi dan pengayaan.

8. Penilaian

Khusus terhadap proses pembelajaran, informasi kualitatif dan kuantitatif sebagai hasil dari observasi langsung dilakukan dengan berbagai cara termasuk dengan (1) mengikuti proses belajarmengajar di dalam kelas selama satu hari penuh; (2) mengamati berlangsungnya pelajaran; (3) merekam dengan video cara mengajar sendiri; (4) pertukaran kelas antar-guru; dan (5) observasi antar-sesama guru.

Bagian 1

26

2. Deskripsi Indikator
Kolom ringkasan deskripsi indikator berdasarkan bukti fisik pada instrumen EDS/M diisi uraian singkat yang menjelaskan situasi nyata yang terjadi di sekolah/madrasah sesuai dengan indikator pada setiap komponen yang mengacu kepada SPM dan SNP. Deskripsi indikator yang menggambarkan kondisi nyata dan spesifik untuk setiap indikator akan memudahkan sekolah/madrasah dalam menyusun rekomendasi untuk perbaikan maupun peningkatan sekaligus menentukan rencana pengembangan sekolah/madrasah berdasarkan rekomendasi dan prioritas sekolah/madrasah.

3. Tahapan Pengembangan
Anggota TPS/M secara bersama mencermati instrumen EDS/M pada setiap indikator dari setiap komponen dan setiap standar. Dalam pengisian intrumen EDS/M, anggota TPS/M harus merujuk kepada Peraturan Menteri atau Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan SPM dan SNP. Deskripsi indikator berdasarkan bukti fisik menjadi rujukan bagi anggota TPS/M untuk menentukan posisi tahapan pengembangan sekolah/madrasah. Sekolah/madrasah kemudian membandingkan deskripsi setiap indikator dengan rubrik yang ada di bawahnya untuk melihat posisi tahapan pencapaian. Sekolah/madrasah kemudian memilih rubrik yang lebih mendekati atau sama dengan deskripsi sekolah/madrasah untuk kemudian memberi tanda centang () pada tahapan pengembangan yang bersesuaian. Tahapan pengembangan pada setiap indikator menggambarkan keadaan seperti apa kondisi kinerja sekolah/madrasah pada saat dilakukan penilaian terkait dengan indikator tertentu. Tahapan pengembangan ini memiliki makna sebagai berikut: 1) Tahap ke-1 berarti belum memenuhi SPM. Pada tahap ini kinerja sekolah/madrasah mempunyai banyak kelemahan dan membutuhkan banyak perbaikan. 2) Tahap ke-2 berarti memenuhi SPM. Pada tahap ini terdapat beberapa kekuatan dan kelemahan tetapi masih memerlukan banyak perbaikan. 3) Tahap ke-3 berarti memenuhi SNP. Pada tahap ini kinerja sekolah/madrasah baik, namun masih perlu peningkatan. 4) Tahap ke-4 berarti melampaui SNP. Pada tahap ini kinerja sekolah/madrasah sangat baik, melampaui standar yang telah ditetapkan. Tahapan pengembangan bisa berbeda dalam indikator yang berbeda pula. Hal ini penting diperhatikan karena sekolah/madrasah harus menilai kinerja apa adanya. Dalam pelaksanaan EDS/M yang dilakukan setiap tahun, sekolah/madrasah mempunyai dasar nyata indikator atau komponen atau standar mana yang memerlukan perbaikan secara terus-menerus.

4. Rekomendasi
Setelah menentukan tahapan pengembangan, sekolah/madrasah kemudian menyusun rekomendasi berdasarkan bukti fisik, deskripsi, dan tahapan pengembangan untuk setiap indikator. Rekomendasi tidak hanya difokuskan pada indikator yang dianggap lemah namun juga disusun untuk setiap indikator yang telah mencapai standar nasional pendidikan. Sehingga rekomendasi ini dapat digolongkan dengan rekomendasi perbaikan/peningkatan dan rekomendasi pengembangan. Rekomendasi ini kemudian direkap sebagai dasar masukan dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (RPS/M). Sekolah/madrasah perlu memastikan bahwa rekomendasi ini sungguh-sungguh berbasis pada hasil evaluasi diri.

27

Bagian 1

Instrumen Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah

Bagian 1

28

29

Bagian 1

Bagian 1

30

31

Bagian 1

Bagian 1

32

33

Bagian 1

Bagian 1

34

35

Bagian 1

Bagian 1

36

37

Bagian 1

Bagian 1

38

39

Bagian 1

Bagian 1

40

41

Bagian 1

Bagian 1

42

43

Bagian 1

Bagian 1

44

45

Bagian 1

Bagian 1

46

47

Bagian 1

Bagian 1

48

49

Bagian 1

Bagian 1

50

51

Bagian 1

Bagian 1

52

53

Bagian 1

Bagian 1

54

55

Bagian 1

Bagian 1

56

57

Bagian 1

Bagian 1

58

59

Bagian 1

Bagian 1

60

61

Bagian 1

Bagian 1

62

Bagian 1 Bab III

Identifikasi Kesenjangan dan Rekomendasi Pemenuhan SPM

A. PENGANTAR
Langkah awal-- setelah diberlakukannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasaradalah bahwa setiap satuan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) harus mengumpulkan data yang dinyatakan di dalam indikator-indikator pemenuhan SPM. Setelah data yang diperlukan tersebut terkumpul, dan diolah sebagaimana disarankan, satuan pendidikan bisa dengan mudah melakukan evaluasi diri dan melihat tingkat keterpenuhan SPM di satuan pendidikan tersebut. Dengan cara itu, setiap satuan pendidikan bisa dengan pasti menetapkan apakah dirinya sudah memenuhi SPM atau masih ada beberapa hal yang perlu disediakan atau perlu dilakukan agar SPM tersebut terpenuhi. Pemenuhan SPM ini tidak boleh melewati tahun 2013. Pemenuhan SPM harus menjadi prioritas setiap satuan pendidikan dasar. Program dan anggaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga sebelum akhir tahun 2013, semua indikator SPM tersebut sudah dipenuhi. Karena itu, setiap satuan
Bagian 1

63

pendidikan dasar perlu dengan segera melakukan analisis kesenjangan untuk setiap indikatornya. Setiap satuan pendidikan perlu melakukan perbandingan antara tuntutan SPM dan kondisi riil yang dimilikinya. Kegiatan ini tentunya akan memunculkan rekomendasi yang berisikan kuantitas atau volume dari hal-hal yang diperlukan. Kalau harga satuan sudah bisa diperoleh, satuan pendidikan bisa menghitung anggaran yang diperlukan. Berikut disajikan setiap indikator SPM beserta contoh identifikasi kesenjangan dalam rangka pemenuhan SPM. Panduan ini memberikan penjelasan secara rinci tentang apa yang harus dilakukan oleh setiap satuan pendidikan, mulai dari indikator SPM nomor 1 sampai dengan nomor 13. Selanjutnya, pada bagian akhir akan dilakukan rekapitulasi pemenuhan SPM sesuai dengan hasil identifikasi kesenjangan masing-masing indikator yang telah dilakukan.

B. IDENTIFIKASI KESENJANGAN PEMENUHAN SPM


Indikator SPM nomor 1: Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya
oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik. Untuk mengetahui apakah indikator SPM nomor 1 ini sudah terpenuhi atau masih ada kesenjangan padanya, setiap SD/MI perlu membaca secara cermat data yang disediakan dan diisikan pada format yang sudah diisikan. Misalkan, diperoleh hasil pengumpulan data sebagai berikut.

Lihat kolom Penilaian. Beberapa sel (kotak) di dalam tabel sudah memenuhi (M), sedangkan beberapa sel belum memenuhi (B). Ini menunjukkan indikator SPM nomor 1 ini masih ada yang belum terpenuhi. Tentang jenis dan jumlah buku yang diperlukan, dapat ditentukan sebagai berikut: 1. Buku Bahasa Indonesia kelas 1 (1 buku), kelas 2 (2 buku), dan kelas 5 (5 buku) 2. Buku Matematika kelas 1 (2 buku), kelas 2 (5 buku), kelas 5 (6 buku), dan kelas 6 (6 buku) 3. Buku IPA kelas 1 (8 buku), kelas 3 (4 buku), kelas 4 (1 buku), kelas 5 (1 buku), dan kelas 6 (2 buku)

64

Bagian 1

4. Buku IPS kelas 1 (3 buku), kelas 2 (2 buku), kelas 4 (5 buku), kelas 5 (2 buku), dan kelas 6 (2 buku). kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik. Cara menentukan kesenjangan untuk indikator nomor 2 sama dengan indikator nomor 1. Yang berbeda hanya jenis mata pelajarannya yang menjadi 10 macam.

Indikator SPM nomor 2: Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan

Indikator SPM nomor 3: Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA.
Untuk menentukan apakah indikator nomor 3 ini sudah terpenuhi atau masih ada kesenjangan padanya, setiap SD/MI perlu membaca secara cermat data yang telah diisinya pada format berikut. Satu saja kolom Penilaian diisi dengan huruf B, indikator SPM nomor 3 ini masih belum terpenuh. Itu berarti, masih ada kesenjangan di sekolah itu dalam kaitannya dengan pemenuhan SPM. Misalkan kita memperoleh data sebagai berikut.

Mengingat pada kolom Penilaian masih ada huruf B, maka kita bisa mengatakan bahwa indikator SPM nomor 3 ini masih belum dipenuhi. Peraga IPA yang masih perlu diadakan adalah model tubuh manusia, contoh peralatan optik, dan kit IPA untuk eksperimen dasar, masing-masing satu set.

Indikator SPM nomor 4: Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi,
dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi. Untuk menentukan apakah indikator nomor 4 ini sudah terpenuhi atau masih ada kesenjangan padanya, setiap SD/MI dan SMP/MTs perlu membaca secara cermat data yang telah diisinya pada format berikut. Satu saja kolom Penilaian diisi dengan huruf B, indikator SPM nomor 4 ini masih belum terpenuh. Itu berarti, masih ada kesenjangan di sekolah itu dalam kaitannya dengan pemenuhan SPM. Sebagai contoh, misalkan diperoleh data jumlah buku di SD Suka Maju sebagai berikut.

Bagian 1

65

Dari data di atas, terlihat masih ada huruf B pada kolom Penilaian. Berarti, indikator nomor 4 ini masih belum dipenuhi oleh SD Suka Maju. Yang masih diperlukan adalah buku pengayaan fiksi minimal sebanyak 10 buku.

Indikator SPM nomor 5: Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan.
Untuk menentukan apakah indikator nomor 5 ini sudah terpenuhi atau masih ada kesenjangan padanya, setiap SD/MI dan SMP/MTs perlu membaca secara cermat data yang telah diisinya pada format berikut. Satu saja kolom Penilaian diisi dengan huruf B, indikator SPM nomor 5 ini masih belum terpenuh. Itu berarti, masih ada kesenjangan di sekolah itu dalam kaitannya dengan pemenuhan SPM. Sebagai contoh, misalkan di SD Suka Maju tadi ada 6 orang guru dengan rincian pekerjaan sebagai berikut.

Dapat disimpulkan bahwa beban kerja per minggu guru-guru di SD Suka Maju ini masih kurang dari kriteria SPM yang ditetapkan, yaitu 37,5 jam per minggu.

66

Bagian 1

Indikator SPM nomor 6:


Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut : Kelas I - II Kelas III Kelas IV - VI Kelas VII - IX : 18 jam per minggu; : 24 jam per minggu; : 27 jam per minggu; atau : 27 jam per minggu.

Untuk menentukan apakah indikator SPM nomor 6 ini sudah terpenuhi atau masih ada kesenjangan padanya, setiap SD/MI dan SMP/MTs perlu membaca secara cermat data yang telah diisinya pada format berikut. Satu saja kolom Penilaian diisi dengan huruf B, indikator SPM nomor 6 ini masih belum terpenuh. Itu berarti, masih ada kesenjangan di sekolah itu dalam kaitannya dengan pemenuhan SPM. Sebagai contoh, misalnya di MI Ar Rodu diperoleh data sebagai berikut.

Tampak bahwa tidak ada satu pun huruf B yang muncul pada tabel-tabel di atas. Berarti, indikator SPM nomor 6 sudah terpenuhi, sehingga tidak ada kesenjangan pada indikator SPM nomor 6 ini.

Indikator SPM nomor 7: Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk menilai kesenjangan yang ada pada indikator SPM nomor 7 ini, pihak sekolah perlu memperhatikan dengan cermat tabel berikut. Salah satu dari hasil kajian ini yang menunjukkan masih dinilai BELUM maka indikator SPM nomor 7 ini masih belum terpenuhi atau masih ada kesenjangan.

Bagian 1

67

Tampak bahwa masih terdapat kesenjangan pada indikator SPM nomor 7. Monitoring pelaksanaan KTSP masih belum dijalankan dengan baik. Berarti indikator SPM nomor 7 masih belum terpenuhi di satuan pendidikan ini. Indikator SPM nomor 8: Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk menentukan apakah indikator SPM nomor 8 ini sudah terpenuhi atau masih ada kesenjangan padanya, setiap SD/MI dan SMP/MTs perlu membaca secara cermat hasil kajian RPP setiap guru yang dituangkan dalam tabel berikut. Manakalah ada salah satu dari aspek kesesuaian RPP dengan Silabus yang tidak mendapatkan tanda V, maka indikator nomor 8 ini masih belum dipenuhi, atau ada kesenjangan. Misalkan ada 4 guru SD Trio yang setelah dikaji RPP-nya memberikan data dalam format berikut.

Tampak bahwa RPP dari semua guru telah sesuai dengan silabus. Berarti, tidak ada kesenjangan dalam hal kesesuaian RPP dengan silabus di sekolah ini. Selanjutnya, setiap satuan pendidikan bisa melihat data hasil monitoring tentang penerapan RPP di kelas. Manakala ada guru yang menerapkan RPP-nya hanya kadang-kadang atau sering membelajarkan tanpa RPP, maka indikator nomor 8 ini masih belum terpenuhi atau ada kesenjangan di dalamnya. Selanjutnya, setelah dilakukan pengamatan terhadap penerapan RPP di depan kelas, ternyata diperoleh data penerapan RPP di SD Trio sebagai berikut.

Tampak bahwa ada dua orang guru yaitu Taufik dan Ainul belum secara konsisten menerapkan RPP yang sudah dibuatnya. Berarti indikator SPM nomor 8 masih belum sepenuhnya terpenuhi.

68

Bagian 1

Indikator SPM nomor 9: Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik.
Untuk menentukan apakah indikator SPM nomor 9 ini sudah terpenuhi atau masih ada kesenjangan padanya, setiap SD/MI dan SMP/MTs perlu membaca secara cermat hasil kajian terhadap program penilaian yang dikembangkan oleh para guru seperti tertuang pada format berikut. Ada salah satu dari program penilaian ini yang belum dikembangkan oleh guru, indikator SPM nomor 9 ini masih belum dipenuhi, atau ada kesenjangan dalam hal ini. Misalkan di MI Ar Rohmah diperoleh informasi sebagai berikut:

Kalau memperoleh data seperti ini, maka indikator SPM nomor 9 masih belum terpenuhi. Masih belum ada kesenjangan dalam hal ini. Belum semua guru secara berkelanjutan mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai KD. Masih ada guru yang hanya kadang-kadang saja melaksanakan penilaian sesuai rencana. Hasil penilaian belum selalu digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar siswa. umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester.

Indikator SPM nomor 10: Kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi kelas dan memberikan

Untuk menentukan apakah indikator nomor 10 ini sudah terpenuhi atau masih ada kesenjangan padanya, setiap SD/MI dan SMP/MTs setiap satuan pendidikan bisa menggunakan data yang terkait dengan pelaksanaan supervisi. Misalkan dalam 1 semester kegiatan supervisi yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah tersaji dalam tabel sebagai berikut.

Dari data di atas, kepala sekolah tampak telah melaksanakan supervisi. Frekuensinya sudah lebih dari 2 kali dalam satu semester. Akan tetapi, dari 3 mata pelajaran yang disupervisi, masing-masing baru disupervisi satu kali.
Bagian 1

69

Seharusnya, setiap mata pelajaran disupervisi minimal 2 kali dalam satu semester. Karena itu, kalau hanya data di atas yang bisa diperoleh dari kegiatan supervisi kepala sekolah, maka indikator SPM nomor 10 ini masih belum terpenuhi.

Indikator SPM nomor 11: Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah/madrasah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik.
Untuk menentukan apakah indikator SPM nomor 11 ini sudah terpenuhi atau belum, setiap satuan pendidikan perlu membaca secara cermat data yang telah digambarkan pada format berikut. Misalkan diperoleh data di SMP Bakti sebagai berikut

Tampak bahwa Ismail dan Doni masih belum lengkap laporan hasil evaluasi belajarnya. Berarti, indikator SPM nomor 11 masih berlum terpenuhi. Masih ada kesenjangan dalam pemenuhan indikator SPM nomor 11 ini.

Indikator SPM nomor 12: Kepala sekolah/madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir

semester (UAS) dan ulangan kenaikan kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester. Untuk menentukan apakah indikator nomor 12 ini sudah terpenuhi atau belum, setiap satuan pendidikan perlu membaca secara cermat data yang telah digambarkan pada format berikut. Misalkan diperoleh rekapitulasi tentang penyerahan laporan UAS, UKK, US, dan lain-lain sebagai berikut.

70

Bagian 1

Dalam tabel di atas tampak bahwa rekapitulasi UAS, UKK, US masih belum disampaikan. Berarti, indikator SPM nomor 12 masih belum dipenuhi.

Indikator SPM nomor 13: Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen
berbasis sekolah (MBS) Untuk menentukan apakah indikator SPM nomor 13 ini sudah terpenuhi atau belum, setiap satuan pendidikan perlu mengkaji dan menganalisis secara jujur dan cermat dokumen-dokumen yang memperlihatkan keterlibatan komite sekolah dalam pengambilan keputusan, rencana kerja tahunan yang dikembangkan, dan ketersediaan laporan proses pembelajaran dan pembelanjaan untuk biaya operasional dan investasinya di tempat umum. Misalkan diperoleh data tentang kajian penerapan MBS di suatu satuan pendidikan memberikan informasi sebagai berikut.

Kita bisa menyimpulkan bahwa indikator SPM nomor 13 ini masih belum sepenuhnya terpenuhi. Keterlibatan Komite Sekolah/Madrasah jelas masih perlu ditingkatkan.

C. REKAPITULASI KESENJANGAN PEMENUHAN SPM


Setelah masing-masing indikator SPM dikaji keterpenuhannya, setiap sekolah/madrasah dapat melakukan rekapitulasi tentang kesenjangan SPM yang ada, dengan mengisikan hasil analisis kesenjangan di atas ke dalam tabel berikut.

Bagian 1

71

72

Bagian 1

Bagian 1 Bab IV

Aplikasi Pelaporan dan Manajemen Informasi Sekolah/ Tool For Reporting And Information Management By Schools (TRIMS)

A. PENGANTAR APLIKASI TRIMS


1. Pengertian TRIMS
Aplikasi Pelaporan dan Manajemen Informasi Sekolah/Tools for Reporting Information Management by School (TRIMS) merupakan sistem informasi pendidikan yang diharapkan dapat mensinkronkan data-data penting yang telah dikumpulkan oleh sekolah/madrasah. Aplikasi ini dapat dijalankan dengan praktis dan mudah dengan menggunakan program Microsoft Excel versi 2003 atau 2007. TRIMS memperkuat Education Management Information System (EMIS) dalam rangka mendukung monitoring dan evaluasi, pelaporan, kebijakan strategis, serta perencanaan dan penganggaran.
Bagian 1

73

Hal ini terjadi karena TRIMS tidak hanya sebagai pengumpul data, tetapi secara otomatis menyediakan bahan dan informasi bagi sekolah/madrasah berupa grafik dan tabel indikator utama dalam pendidikan, termasuk capaian Standar Pelayanan Minimum (SPM).

2. Mengapa TRIMS?
Beberapa hal mendasari mengapa sekolah/madrasah perlu menggunakan TRIMS sebagai berikut : a. Mendorong pemanfaatan data dan informasi Aplikasi TRIMS membantu sekolah/madrasah dalam mengolah dan menganalisis data sehingga rangkaian data (data set) tadi menjadi informasi yang bermanfaat bagi perencanaan dan penganggaran serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Dengan demikian, melalui penggunaan TRIMS ini dapat mendorong sekolah untuk memanfaatkan data dan informasi dengan baik dan konsisten. b. Perlunya perubahan paradigma bagi sekolah/madrasah dari pengumpul data menjadi pengguna data Selama ini sekolah/madrasah mengumpulkan banyak data yang diminta oleh berbagai pihak. Sekolah/madrasah hanya menjadi obyek pengumpulan data saja. Akan tetapi, kelakdengan menggunakan TRIMS-- sekolah/madrasah dapat berperan sekaligus sebagai subyek yang akan memanfaatkan data dan informasi yang dihasilkannya. c. Mampu meningkatkan cakupan dan kualitas data terkait akurasi, relevansi, ketersediaan, dan ketepatan waktu. TRIMS diharapkan dapat memperbaiki pengumpulan data di sekolah/madrasahdari yang selama ini kurang terkoordinasi dengan baik menjadi lebih mudah disediakan dan disistematisasikan sehingga lebih bermutu dan siap dimanfaatkan oleh sekolah/madrasah. d. Kesenjangan kapasitas antar-sekolah/madrasah dan antar-daerah, baik dari segi infrastruktur maupun kapasitas Sumber Daya Manusia. TRIMS dibuat mudah dan sederhana serta membutuhkan keterampilan yang minimal karena TRIMS memahami bahwa tidak semua sekolah/madrasah mempunyai kapasitas yang sama dari sisi ketrampilan personel maupun infrastruktur ICT. e. Menyediakan data dan informasi yang akurat bagi sekolah/madrasah dalam penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Sekolah (RKS/M), keuangan serta monitoring dan evaluasi pencapaian SPM. Berbagai data dan Informasi yang dihasilkan dalam TRIMS dapat dipergunakan sebagai bahan dalam penyusunan berbagai dokumen perencanaan seperti RKT, RKS/M, Laporan Keuangan serta untuk monitoring dan evaluasi pencapaian SPM. f. Relevan dengan desentralisasi pendidikan. Sejak pemberlakukan sistem desentralisasi, peran kabupaten/kota semakin besar sehingga secara nasional diperlukan kapasitas pembuatan kebijakan dan perencanaan yang akurat. TRIMS menyediakan kemudahan dalam EMIS (sistem informasi manajemen pendidikan) sehingga pengelolaan informasi secaranasional dapat dilakukan dengan lebih efisien oleh karena ketersediaan data dan informasi yang akurat dan secara otomatis dihasilkan oleh TRIMS. TRIMS yang diinput oleh sekolah/madrasah dapat diagregasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan cepat dan mudah untuk kemudian dapat dijadikan acuan penyusunan kebijakan.

3. Karakteristik TRIMS
Beberapa karakteristik dari TRIMS adalah: a. Tidak perlu meng-install program baru karena TRIMS berbasis Excel 2003 atau 2007

74

Bagian 1

Aplikasi TRIMS dapat dijalankan langsung di laptop atau PC sepanjang sudah terdapat program Microsoft Excel di dalamnya. Anda tidak perlu meng-install program atau aplikasi baru. b. Proses sederhana dengan keterampilan komputer yang minimal. Mengoperasikan TRIMS tidak memerlukan staf dengan keterampilan komputer yang baik. TRIMS dibuat sederhana dengan mempertimbangkan adanya variasi keterampilan dalam menggunakan komputer di sekolah/madrasah. c. Klik dan Klikmengurasngi tugas pengetikan dan konsekuensi kesalahan input. Input data ke dalam TRIMS dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang terdapat dalam aplikasi melalui klik pada sel dengan harapan sekolah/madrasah tidak harus banyak melakukan pengetikan dan, dengan demikian, kemungkinan kesalahan input menjadi berkurang. d. Validasi data secara otomatis. Tidak diperlukan lagi validasi yang dilakukan secara manual atau dilihat satu per satu. Aplikasi TRIMS memiliki tombol Validasi yang akan memberikan tanda lingkaran merah pada sel yang datanya belum lengkap atau salah input sehingga kesalahan langsung terdeteksi dan perbaikan dapat segera dilakukan. e. Mudah dikirim dan di-copy karena ukuran file yang kecil (< 2MB). Setelah sekolah/madrasah menginput data TRIMS secara lengkap, maka TRIMS tersebut dapat segera dikirimkan kepada Dinas Pendidikan. Ukuran file yang kecil (<2MB) memudahkan pengiriman file TRIMS baik melalui email maupun penggandaan file melalui flash disk atau CD. f. Hasil ringkas (tabel, grafik, indikator) langsung dapat dimanfaatkan oleh sekolah/madrasah. Keluaran data TRIMS disajikan secara ringkas dalam bentuk tabel dan grafik indikator kunci pendidikan (misalnya SPM). Semua data dan informasi TRIMS dapat langsung dimanfaatkan dan dipergunakan sekolah/madrasah.

4. Kelompok Data TRIMS


Data yang dibutuhkan TRIMS bukanlah data baru; jenis data yang diperlukan telah dimiliki sekolah/madrasah. Secara rinci, data TRIMS terdiri dari 2 jenis yaitu: Tabel 1: Jenis Data dalam TRIMS

Data Pendidikan A. Data siswa B. Sarana dan prasarana C. Kualitas pengawasan dan pelaporan D. Sumber daya KBM E. Kurikulum F. Manajemen G. Teknologi informasi dan komunikasi H. Pendidik dan tenaga kependidikan 5. TRIMS dan Paket Aplikasi yang sudah ada

Data Keuangan a. Jenis dan sumber penerimaan b. Pengeluaran (mengacu pada format BOS K-2) c. Penerimaan BOS: aktual dan yang diharapkan

TRIMS merupakan alat bantu yang dikembangkan melalui Program Basic Education Capacity Trust Fund (BEC-TF) dalam rangka memperkuat EMIS di Indonesia. Kehadiran TRIMS tidak
Bagian 1

75

dimaksudkan untuk menggantikan atau meniadakan jenis perangkat aplikasi lainnya, namun justru untuk memperkuat perangkat aplikasi yang sudah ada sebelumnya terutama pada aspek kemudahan baik input maupun output terkait dengan pendataan di sekolah/madrasah dan juga dalam pemanfaatan data dan informasi serta pelaporan. Dalam proses pengembangan aplikasi TRIMS ini seluruh kegiatan pengembangan telah dikoordinasikan dengan Pusat Statistik Pendidikan (PSP) Balitbang Kemendiknas yang mengembangkan Paket Aplikasi Sekolah (PAS) dan Lembar Individu (LI). Saat ini sedang dikembangkan integrasi TRIMS dengan PAS SD, sehingga kelak-- apabila sekolah/madrasah mengisi data PAS--maka data yang diperlukan dalam TRIMS secara otomatis sudah ter-input sehingga sekolah tidak menginput data dua kali. Selain itu, data yang di-input dalam TRIMS sudah mencakup sebagian besar data dalam LI.

B. PEMANFAATAN KELUARAN TRIMS


Data yang di-input ke dalam TRIMS secara otomatis menghasilkan keluaran terkait dengan berbagai indikator pendidikan di sekolah/madrasah, sehingga data tadi dapat langsung dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Rinciannya sebagai berikut:

1. Manfaat TRIMS bagi Operasional Sekolah/Madrasah


Beberapa pemanfaatan keluaran TRIMS bagi operasional sekolah/madrasah dapat digambarkan sebagai berikut: a. Data Profil Sekolah/Madrasah Keluaran TRIMS terkait data profil sekolah/madrasah bermanfaat untuk: Mengidentifikasi apa yang dimiliki dan tidak dimiliki sekolah/madrasah Dengan menginput data-data sekolah/madrasah di aplikasi TRIMS dapat diketahui berbagai sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah/madrasah sehingga pada saat agregatisasi data tersebut di tingkat Kab/kota dapat juga dilakukan sekaligus inventarisasi kondisi kepemilikan sarana dan prasarana yang ada di sekolah/madrasah baik secara individu maupun secara keseluruhan sekolah di tingkat Kab/Kota. Mengetahui kondisi sekolah/madrasah terkait dengan berbagai aspek misalnya kualitas KBM, tenaga kependidikan, prasarana dan sarana, program BOS, dll. Keluaran TRIMS dapat menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan sekolah/ madrasah di mana informasi tersebut dapat dijadikan bahan awal atau rujukan untuk penyusunan kebijakan pengembangan sekolah/madrasah. Mengembangkan profil sekolah/madrasah yang dapat terus diperbaharui. Profil sekolah/madrasah merupakan media informasi sekaligus promosi. TRIMS membantu sekolah/madrasah dalam memutakhirkan (updating) profil sekolah karenamelalui aplikasi TRIMS ini-- hasil data yang sudah diperbaharui dengan mudah dapat dikenali. b. Komunikasi dan Interaksi Antar Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Sekolah/Madrasah Pemanfaatan TRIMS sebagai bahan untuk alat komunikasi dan interaksi antar- berbagai pemangku kepentingan, antara lain dapat berbentuk sebagai berikut: Mengkatalisasi diskusi antarstaf. Keluaran TRIMS ini dapat menjadi bahan awal diskusi berbagai pihak di kalangan internal sekolah/madrasah dalam rangka memacu kemajuan sekolah/madrasah. Mengkomunikasikan keadaan sekolah/madrasah ke komite sekolah/madrasah. Pihak komite sekolah/madrasah tentunya berkepentingan untuk mengetahui

76

Bagian 1

perkembangan dan kondisi sekolah/madrasah. Melalui keluaran TRIMS, komite sekolah/ madrasah dapat mengetahui dan mencermati secara mudah dan jelas perkembangan kondisi sekolah/madrasah. Merespon dan mengkomunikasikan informasi yang relevan ke Dinas Pendidikan atau Kementerian Agama dan pihak-pihak terkait lainnya, seperti Dewan Pendidikan, media dan LSM. Keluaran TRIMS ini pula dapat dijadikan bahan untuk memenuhi permintaan data untuk kepentingan pejabat teknis terkait pertanggungjawaban, dan juga sebagai bahan untuk menjelaskan kepada para pihak lainnya yang berkepentingan mengenai kondisi sekolah/ madrasah. c. Proyeksi Kebutuhan Sekolah/Madrasah Beberapa pemanfaatan keluaran TRIMS dari aspek proyeksi kebutuhan sekolah/madrasah yaitu: Memberikan informasi awal untuk RKS/M dan RKT Setiap sekolah/madrasah yang akan menyusun perencanaan dan penganggaran sangat membutuhkan data dan informasi yang akurat. Keluaran TRIMSdalam hal inidapat memberikan data dan informasi awal untuk keperluan tersebut. Mengujicoba berbagai skenario pengembangan sekolah/madrasah ke depan. Aplikasi TRIMS dapat dijadikan alat untuk melakukan dengan mudah dan cepat simulasi terkait proyeksi pengembangan sekolah/madrasah, sehingga sangat membantu sekolah/ madrasah dalam mengujicoba berbagai skenario pengembangan sekolah/madrasah. Misalnya, untuk menjawab pertanyaan apa yang akan terjadi dengan jumlah guru dan besar rombel jika kita menaikkan jumlah siswa sebesar 5%?. Simulasi proyeksi ini dapat dilakukan sesuai keinginan sekolah/madrasah yang bersangkutan. Berdasarkan hasil simulasi itu, sekolah/madrasah dapat mengukur tingkat kemampuan dan kapasitas sekolah/madrasah untuk mencapai tujuan. d. Pengelolaan Sekolah/Madrasah Dari aspek pengelolaan sekolah/madrasah, keluaran TRIMS bermanfaat untuk: Mendorong pengelolaan sekolah/madrasah lebih efektif dan efisien Keluaran TRIMS berguna bagi sekolah/madrasah untuk mengevaluasi diri sehingga sekolah/madrasah dapat mengetahui apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya. Dengan demikian, keluaran TRIMS dapat dijadikan bahan untuk penataan manajemen di level sekolah/madrasah agar pengelolaan selanjutnya bisa lebih efektif dan efisien. Mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tepat Dari hasil data yang diinput ke dalam TRIMS akan dihasilkan berbagai informasi yang dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di sekolah/madrasah. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi Keluaran TRIMS yang berisi berbagai data dan informasi itu dapat dijadikan bahan informasi kepada publik. Penyampaian hasil informasi ini secara teknis bisa saja dilakukan dengan menempelkan pada papan pengumuman atau tempat terbuka lainnya. Dengan demikain, publik dapat melihat dan membaca informasi mengenai sekolah/madrasah yang disajikan keluaran TRIMS. Monitoring dan evaluasi capaian SPM Di dalam aplikasi TRIMS terdapat berbagai indikator pendidikan, termasuk indikator yang terkait SPM. Keluaran TRIMS bisa menjadi bahan monitoring dan evaluasi, misalnya terkait dengan pencapaian SPM.
Bagian 1

77

2. Manfaat TRIMS bagi Kajian Pengembangan Sekolah/Madrasah


Berbagai data dan informasi dari keluaran TRIMS dapat menjadi referensi atau acuan dalam rangka pembahasan secara mendalam berbagai aspek strategis yang muncul di sekolah/madrasah. Hasil pembahasan/kajian itu dapat dijadikan umpan balik (feedback) bagi penyusunan kebijakan di level sekolah/madrasah. Aspek-aspek strategis tersebut mencakup antara lain: a. b. c. d. Kajian Perencanaan Pengembangan Sekolah/Madrasah Kajian SPM Sekolah/Madrasah Kajian Keuangan Sekolah/Madrasah Kajian Evaluasi Kinerja Sekolah/Madrasah

3. Contoh Pemanfaatan Keluaran TRIMS


Berdasarkan uraian pemanfaatan keluaran TRIMS di atas, berikut ini diberikan sebuah contoh konkret pemanfaatannya dengan menggunakan capaian indikator SPM di sekolah. Tabel 2: Contoh Pemanfaatan Keluaran TRIMS untuk SD

C. LANGKAH PENTING MENGOPERASIKAN APLIKASI TRIMS


Di dalam sub bab ini akan diuraikan penjelasan rinci dan detail dari langkah-langkah menjalankan aplikasi TRIMS yang disampaikan melalui video tutorial TRIMS oleh pelatih. Untuk membantu peserta mampu memahami dengan baik, maka disediakan petunjuk ringkas TRIMS versi elektronik dan versi cetak berikut ini.

1. Petunjuk Ringkas TRIMS v25i - Versi Elektronik


Seluruh sekolah/madrasah dalam suatu kabupaten/kota diharapkan untuk memasukkan data ke aplikasi TRIMS pada setiap semester sehingga bisa dilakukan agregasi pada tingkat kabupaten/ kota yang akan menghasilkan data-data dan informasi yang akurat, lengkap dan cepat. Visualisasi konkret aplikasi TRIMS tampak pada Gambar 1

78

Bagian 1

Gambar 1. Tampilan Aplikasi TRIMS

Petunjuk Ringkas ini akan memberikan tips tentang langkah-langkah untuk menjalankan aplikasi TRIMS yang terdiri dari 5 (lima) tahap (Gambar 2). Jika Anda memerlukan petunjuk yang lebih rinci, silahkan lihat Panduan TRIMS v25i versi elektronik yang tersedia di dalam CD materi.

Langkah 1
Menyiapkan Data dan Aplikasi TRIMS

Langkah 2
Entry Data Pendidikan dan Keuangan

Langkah 3
Analisis Output TRIMS

Langkah 4
Validasi dan Menyimpan Data

Langkah 5
Mencetak dan Mengirim TRIMS

Bagian 1

79

a.

Langkah 1: Menyiapkan Data dan Aplikasi TRIMS Berkaitan dengan rincian data yang mesti disiapkan oleh sekolah, silahkan lihat Petunjuk Ringkas Versi Cetak. Pastikan komputer/laptop Anda memiliki MS Office 2003 atau 2007 Pastikan security level pada MS Excel berada pada level medium dengan cara berikut ini:

Excel 2007
Klik Office Button --> Excel Option --> Trust Center--> Trust Center Setting--> Message Bar--> pilih Show the message bar in all application when content has been blocked --> klik Ok

Excel 2003

Klik tab Tools --> Option --> pilih Tab Security klik tombol Macro Security --> Pada tab Security Level pilih Medium atau Low

Kemudian klik Trust Center Setting --> Macro Setting --> pilih Disable all macros with notification

Petunjuk lebih rinci untuk mengecek dan mengubah security level dapat dilihat pada Manual TRIMS Elektronik bagian Lampiran 1: Pengaturan pengamanan aplikasi TRIMS. Pastikan pengaturan waktu/time setting pada komputer/laptop Anda menunjukkan tempat dan waktu yang benar (lihat sudut kanan bawah pada layar komputer/laptop Anda). Melakukan copy aplikasi TRIMS dari CD atau flash disk ke My Document dengan cara berikut ini:
Dari My Document, buatlah folder baru dengan nama TRIMS dengan cara: Klik kanan pada mouse --> New--> Folder --> beri nama folder tersebut dengan nama TRIMS

Masukkan CD ke dalam komputer/laptop --> explore/ open --> klik ub folder aplikasi TRIMS 25i --> pilih file TRIMS 25i --> kemudian copy ke folder TRIMS di My Document

Buka MS Excel, dan klik open pada file TRIMS 25i untuk membuka aplikasi TRIMS

DILARANG MEMBUKA TRIMS DENGAN DUA KALI KLIK (DOUBLE CLICK) PADA FILE TRIMS

80

Bagian 1

Program Excel akan terbuka. Pada input bar akan muncul Security Warning Pilih Enable this content untuk MS Excel 2007 atau Enable Macro untuk MS Excel 2003 kemudian klik OK Kemudian akan muncul tampilan berikut ini: Jika tampilan seperti ini tidak muncul, Anda harus cek kembali Security Setting

Isilah Nama Anda, Jenis Kelamin, Posisi Anda, No. HP dan Alamat Email kemudian klik Lanjut Klik OK ketika muncul tampilan ini:

Klik tombol ini Akan muncul tampilan berikut ini, silahkan klik OK

Bagian 1

81

b.

Langkah 2: Entry Data Pendidikan dan Keuangan Sebelum Anda menginput data, pastikan Anda telah melakukan langkah-langkah berikut ini: Klik salah satu tombol dibawa ini sesuai dengan level sekolah Anda

Isilah NPSN terlebih dahulu kemudian pilih semester. Semester 1 diisi pada Bulan Juli-Agustus di mana data siswa yang dimasukkan adalah data siswa tahun ajaran baru, sedangkan data keuangan yang dimasukkan adalah data semester 1 tahun fiskal (Januari Juni). Semester 2 diisi pada Bulan Januari tahun berikutnya. Data siswa yang dimasukkan adalah data siswa pada akhir semester 2, sedangkan data keuangan adalah data semester 2 tahun fiskal (Juli-Desember). Isilah NPSN dan pilihlah semester dengan benar (lihat sel dengan kotak merah pada Gambar di bawah ini) sebab kedua hal tersebut akan menjadi nama file TRIMS sekolah Anda, contohnya 20510769-II-20102011.

82

Bagian 1

Sel berwarna abu-abu gelap harus diisi. Sedangkan yang berwarna abu-abu terang otomatis akan terisi oleh aplikasi TRIMS.

Jika sel isian TRIMS Anda berwarna merah, bukan berarti bahwa data Anda salah. Warna merah mengindikasikan bahwa pada indikator tersebut untuk sekolah Anda masih di bawah standar tertentu, misalnya Standar Pelayanan Minimum (SPM). Perhatikan gambar berikut ini.

Secara garis besar data TRIMS ada yang bersifat independen dan dependen. Data Pendidikan independen adalah data yang dapat Anda isi kapanpun tanpa prasyarat pengisian data yang lain. Sebaliknya, data pendidikan yang dependen memerlukan pengisian data yang lain terlebih dahulu. Rinciannya, perhatikan tabel berikut ini:

Bagian 1

83

Data yang Dapat Anda Isi Kapanpun


Identitas Sekolah Sarana dan Prasarana Kualitas Sumber Daya TIK Data Siswa Data Guru Data Non Guru Transparansi dan Akuntabilitas Jumlah Siswa Berdasarkan Usia dan Gender Data Keuangan

Data yang Mensyaratkan Pengisian Data yang Lain Terlebih Dahulu


Kurikulum Sertifikasi Manajemen Data Guru merupakan prasayarat pengisian data Kurikulum dan Sertifikasi. Khusus pertanyaan MBS, akan otomatis terisi jika tiga data (Transparansi dan Akuntabilitas; Sekolah memiliki RPS; dan Sekolah memiliki Komite Sekolah yang beranggotakan orang tua) sudah terisi. Mengisi NPSN dan memilih semester merupakan prasyarat mengisi data keuangan.

Setelah Anda melakukan dan memahami beberapa hal tersebut di atas, maka Anda bisa melanjutkan untuk mengisi data-data TRIMS

Data Siswa dan Nilai


Pengisian Data secara lebih detail silahkan lihat CD materi, sub folder Aplikasi TRIMS 25i, file Pengisian Jumlah Siswa pada TRIMS dan Alat Bantu Data Siswa Untuk pengisian Data Nilai, perhatikan bahwa: - Angka maksimal nilai pada Data Siswa ialah 100. - Angka maksimal nilai Ujian Nasional ialah 10. - Penggunaan tanda titik atau koma dimungkinkan tergantung setting komputer/laptop

Data Tenaga Kependidikan


Pengisian Data Guru dan Data Non Guru dilakukan dengan klik tombol ini:

84

Bagian 1

Data Keuangan Sebelum Anda memulai memasukkan Data Keuangan, pastikan bahwa Anda telah mengisi NPSN dan Klik semester I atau II. Klik tombol merah Isi dan Lihat Data Keuangan sehingga muncul dialog box Apakah Anda ingin Menghapus Data Keuangan?. Klik Yes jika memulai mengisi data keuangan baru. Klik No jika ingin mengedit data sebelumnya (perhatikan gambar berikut).

DILARANG MEMBUKA FORMAT ISIAN KEUANGAN MELALUI SHEET FINANCE

Dalam mengisi data keuangan, isilah sel yang berwarna abu-abu tua. Sedangkan yang berwarna abu-abu muda akan terisi secara otomatis. Data keuangan merupakan format BOS-K2 dengan harapan sekolah akan dengan mudah melakukan input data. Isilah tiap sel dengan angka tanpa titik, koma atau Rp. Grafik dalam lembar Data Keuangan akan terbentuk secara otomatis setelah Anda mengisi datanya dengan lengkap. c. Langkah 3: Validasi dan Menyimpan Data Untuk melihat kelengkapan data yang telah Anda input, klik tombol di kanan atas. Jika data Anda belum lengkap atau salah input, maka data akan terlingkar dengan lingkaran merah. Selanjutnya, Anda dapat memperbaiki atau melengkapi data tersebut atau melanjutkan melakukan input di lain waktu.

ANDA HARUS KLIK TOMBOL VALIDASI SEBELUM KLIK TOMBOL SIMPAN

Untuk menyimpan data, klik tombol seperti ini:

kemudian akan muncul dialog box

Bagian 1

85

Jika Anda ingin melanjutkan input data, pilihlah Simpan & lanjut Jika ingin melanjutkan input data lain waktu, pilihlah Simpan & Tutup maka file TRIMS akan ditutup

MENYIMPAN DATA WAJIB MENGGUNAKAN TOMBOL SIMPAN PADA APLIKASI. BUKAN DENGAN MENGGUNAKAN TOMBOL SAVE PADA DEFAULT MS EXCEL.
d. Langkah 4: Menganalisis Output TRIMS Anda dapat melakukan analisis dengan dua cara: Klik tombol maka otomatis indikator-indikator yang dibawah standart misalnya SPM akan berwarna merah, kemudian buatlah analisis berdasarkan data tersebut. Apabila ada sel berwarna merah, yang artinya bahwa indikator bersangkutan di sekolah Anda masih di bawah standard, misalnya Standar Pelayanan Minimum (SPM). Hal yang harus dilakukan ialah membuat perencanaan untuk memperbaiki hal tersebut, kemudian menyampaikannya ke rapat komite sekolah atau membuat usulan ke Dinas Pendidikan setempat atau Kemendiknas. Menganalisis output TRIMS berdasarkan tabel dan grafik yang dihasilkan. Sebagai contoh, perhatikan tabel berikut ini:

86

Bagian 1

Tabel output TRIMS di atas menunjukkan bahwa pemasukan dari BOS tidak cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran sekolah karena kontribusinya hanya 75% dari total operasional sekolah. Sekolah dapat mendiskusikan fakta tersebut bersama Komite Sekolah dan orang tua siswa terkait dengan alternatif sumber dana tambahan, misalnya kontribusi orang tua.

TRIMS membantu sekolah dalam menghasilkan kebijakan berdasarkan data, juga mendukung transparansi dan akuntabilitas

e.

Langkah 5: Mencetak dan Mengirim TRIMS Data yang diinput dalam TRIMS langsung berfungsi sebagai output. Untuk print atau mencetak TRIMS, klik tombol kemudian akan muncul dialog box seperti ini:

Anda bisa memilih secara fleksibel bagian mana yang mau dicetak. Mengirim TRIMS dapat dilakukan dengan empat cara sesuai dengan kapasitas ICT di sekolah Anda. Perhatikan tabel berikut ini:

Bagian 1

87

2. Petunjuk Ringkas TRIMS v25i - Versi Cetak


Perangkat komputer yang diperlukan untuk melakukan input aplikasi TRIMS tidak selalu dimiliki oleh sekolah/madrasah. Keterbatasan sumber daya manusia di sekolah/madrasah dalam mengaplikasikan komputer, keterbatasan pasokan listrik dan sambungan internet di sekolah/ madrasah juga merupakan tantangan bagi implementasi TRIMS. Atas dasar tersebut, disusun TRIMS versi cetak, dalam bentuk kuesioner, sebagai alat bantu bagi sekolah sebelum melakukan input TRIMS ke dalam komputer. Meskipun demikian, sekolah diharapkan tetap melakukan input aplikasi TRIMS melalui komputer (PC) atau laptop setelah mengisi TRIMS versi cetak. TRIMS versi cetak juga bermanfaat bagi sekolah/madrasah yang memiliki keterbatasan dalam keterampilan komputer, khususnya MS Excel. Jika Anda kesulitan melakukan input dengan komputer, Anda dapat melengkapi terlebih dahulu versi cetak untuk kemudian meminta bantuan staf atau teman untuk melakukan input. Penjelasan lebih rinci tentang TRIMS Versi Cetak, Silahkan dibaca di Manual Versi Cetak yang ada dalam Compact Disk/CD). Kuesioner Versi Cetak Bagi sekolah/madrasah yang tidak memiliki komputer, Anda dapat mengisi kuesioner versi cetak terlebih dahulu sebelum Anda input ke dalam komputer yang Anda pinjam dari sekolah lain, kantor UPTD, kantor Dinas atau tempat lainnya. Dengan mengisi kuesioner versi cetak, Anda tidak perlu membawa tumpukan dokumen yang dibutuhkan untuk mengisi TRIMS. Kuesioner versi cetak terdiri atas dua bagian yaitu Data Pendidikan dan Data Keuangan.

a. Data Pendidikan
Isian 1. Identitas dan Kondisi Sekolah

Berikan tanda contreng ( ) sesuai level sekolah Anda: Level Sekolah SD MI SMP MTs SMA SMK MA NPSN: Nama Fax: Sekolah:* Provinsi: Email: Kabupaten/Kota: Kecamatan: GPS (koordinat)**:

Telepon:

Desa: Bujur: Lintang:

Semester____ Tahun Ajaran________/_________***

*) Nama sekolah ditulis tanpa mencantumkan SDN, SMPN atau Sekolah Putri, dll di depannya. **) Untuk mengisi GPS (Bujur/Lintang) dapat melalui bantuan handphone dan GPS dari depan pagar sekolah. ***)Semester berdasarkan Tahun Ajaran, contoh: Untuk semester 2 TA 2010/2011 maka data siswa yang diisi ialah keadaan siswa per Januari 2011, sedangkan data keuangan diisi untuk periode Juni-Desember 2010 Berikan tanda contreng ( ) pada pertanyaan berikut ini: Sekolah negeri atau swasta? negeri swasta Nomor Statistik Sekolah/ Madrasah (NSS/NSM): .__________________(isi dengan angka) Identifikasi

88

Bagian 1

Jumlah laboratorium/tempat praktikum? ........ ruangan (isi dengan angka) Ada ruang guru lengkap dengan furniturnya? ya tidak Ada akses air bersih? ya tidak tidak memadai Ada akses listrik? ya tidak kadang-kadang Ada sarana olahraga? ya tidak tidak memadai Jumlah toilet (yang berfungsi) untuk siswa perempuan? ....... ruangan (isi dengan angka) Jumlah toilet (yang berfungsi) untuk siswa laki-laki? ....... ruangan (isi dengan angka) Jumlah toilet (yang berfungsi) untuk staf sekolah? ....... ruangan (isi dengan angka) Jumlah Ruang Kelas dalam keadaan baik? ....... ruangan (isi dengan angka) Jumlah Ruang Kelas dalam keadaan rusak ringan? ....... ruangan Jumlah Ruang Kelas dalam keadaan rusak berat? ....... ruangan Sarana & Prasarana Kualitas Sumber daya

Apakah furnitur sekolah butuh perbaikan? tidak sebagian sebagian besar Ruang kelas dalam keadaan baik: jika tidak memerlukan renovasi. Ruang kelas dalam keadaan rusak ringan: jika mengalami kerusakan terutama pada komponen non struktural seperti penutup atap, langit-langit (plafond), penutup lantai dan dinding pengisi. Ruang kelas dalam keadaan rusak berat: jika sebagian atau pada seluruh komponen struktural (seperti pondasi, kolom, struktur atap, struktur lantai, dan lain sebagainya) mengalami kerusakan. Sekolah ini dikunjungi pengawas tiap bulan? ya tidak kadang-kadang Kepsek melakukan pengawasan langsung ke ruang kelas? ya tidak kadang-kadang Guru menyerahkan laporan hasil belajar siswa? ya tidak kadang-kadang Kepsek menyerahkan laporan akhir siswa ke orang tua?

ya tidak kadang-kadang Sekolah Ini Dikunjungi Pengawas Tiap Bulan: Dalam hal ini yang dinilai adalah kunjungan dan alokasi waktu. Standar Pelayanan Minimal (SPM) menyebutkan bahwa kunjungan dilakukan minimal satu kali dalam 1 bulan dengan waktu 3 jam. Bila datang kurang dari 3 jam tetapi datang lebih dari 1 kali dalam satu bulan, maka akan dihitung berdasar total alokasi waktu kunjungan dalam 1 bulan. Bila memenuhi kriteria tersebut berarti dijawab ya. Jika jarang atau tidak pernah dikunjungi pengawas tiap bulan maka dijawab tidak. Jika kunjungan tidak rutin tiap bulan maka dijawab kadang-kadang Jumlah total buku teks yang tersedia untuk siswa? ....... set (isi dengan angka) Sekolah memiliki alat bantu belajar sains? ya tidak Sekolah memiliki perpustakaan atau bahan bacaan? ya tidak

Setiap SD dan MI menyediakan buku teks yang sudah disertifikasi oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik. Setiap SMP dan MTS menyediakan buku teks yang sudah disertifikasi oleh Pemerintah

Bagian 1

89

90

Bagian 1

Untuk SMP dan MTs: minimal tersedia 1 orang guru yang sudah bersertifikat untuk masing-masing mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Guru tetap sudah bekerja 37.5 jam per minggu: SPM No.19 menyatakan bahwa setiap guru tetap bekerja minimal 37.5 jam per minggu di satuan pendidikan. Pilih ya bila semua guru memenuhi kedua kriteria tersebut. Pilih tidak bila ada salah satu guru belum memenuhi kriteria tersebut
Isian 2. Transparansi dan Akuntabilitas
Berikan tanda contreng () pada pertanyaan berikut ini: 1. Apakah Komite Sekolah menyetujui rencana anggaran sekolah? 2. 3. 4. 5. Apakah sekolah mempunyai rencana pengadaan barang dan jasa? Apakah Komite Sekolah melakukan review laporan keuangan sekolah? Apakah Komite Sekolah menyetujui laporan keuangan sekolah tersebut? Apakah sekolah mengumumkan penggunaan dana di papan pengumuman sekolah? ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak

Isian 3. Data Siswa (Untuk membantu pengisian Data Siswa, silahkan lihat file Alat Bantu Data Siswa dan Pengisian Data Siswa pada TRIMS yang ada pada CD materi)

*Nilai merupakan nilai rata-rata ujian akhir (maksimal 100). Jika di sekolah Anda menggunakan angka maksimal 10, maka konversikan ke 100. Misalnya nilai 7,5, tulislah 75. **Transfer merupakan selisih antara jumlah siswa mutasi masuk ke sekolah Anda dikurangi dengan jumlah siswa mutasi keluar. Jika Anda mengisi TRIMS pada semester 1 (Juli Desember) maka kolom transfer diisi berdasarkan keadaan pada periode 1 Juli sampai tanggal Anda melakukan input pada TRIMS. Jika Anda mengisi TRIMS pada semester 2 (Januari Juni) maka diisi berdasarkan transfer pada periode Juli Desember. *** Otomatis terisi oleh aplikasi
Bagian 1

91

Isian 4. Jumlah Lulusan & Ranking Sekolah

Jumlah Lulusan: _____ orang

Jumlah sekolah di Kab/Kota (sesuai level):

Ranking sekolah se-Kab/kota:

Isian 5. Nilai Rata-rata Mata pelajaran di Ujian Nasional tahun 2010 (maksimum 10) (Kelas 6 bagi SD/MI, Kelas 9 bagi SMP/MTs, Kelas 12 bagi SMA/SMK/MA)

Isian 6. Jumlah Siswa Berdasarkan Usia

92

Bagian 1

Petunjuk Isian 7. Data Guru dan Non Guru: Jika jumlah guru melebihi baris pada tabel, silahkan menggandakan tabel tersebut kemudian isilah sesuai petunjuk di bawah ini (1) (2) (3) Nama: nama lengkap tanpa gelar Jenis Kelamin: pilih salah satu Laki-laki/ perempuan Golongan/ Posisi: pilih salah satu di antara pilihan berikut IIa, IIb, IIc, IId, IIIa, IIIa/Kepala Sekolah, IIIb, IIIb/Kepala Sekolah, IIIc, IIIc/Kepala Sekolah, IIId, IIId/Kepala Sekolah, IVa, IVa/ Kepala Sekolah, IVb, IVb/Kepala Sekolah, IVc, IVc/Kepala Sekolah, IVd, IVd/Kepala Sekolah, IVe, IVe/Kepala Sekolah, Non PNS, Non PNS/Kepala Sekolah Mapel Utama: pilih salah satu di antara pilihan berikut Agama, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya, Penjas, Bahasa Inggris, Keahlian/TIK, Fisika, Biologi, Kimia, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiolosi, Lainnya, Guru Kelas. Mapel Minor: pilih salah satu di antara pilihan berikut Agama, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya, Penjas, Bahasa Inggris, Keahlian/TIK, Fisika, Biologi, Kimia, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiolosi, Lainnya, Guru Kelas. Pendidikan Terakhir: pilih salah satu di antara pilihan berikut: S-1, S-2, D-1, D-2, D-3, D-4. Status sertifikasi: pilih salah satu di antara pilihan berikut: ya atau tidak Status Kepegawaian: pilih salah satu dari pilihan berikut: STY (Staf Tetap Yayasan), Sementara, PNS (Pegawai Negeri Sipil), GTY (Guru Tetap Yayasan) Tanggal lahir: ditulis dengan format tanggal/bulan/tahun

(4)

(5)

(6) (7) (8) (9)

(10) Tanggal Mulai jadi Guru: tanggal mulai mengajar untuk pertama kali, ditulis dengan format tanggal/bulan/tahun (11) Tanggal Mulai Mengajar di Sekolah ini: tanggal mulai mengajar di sekolah (tempat terakhir saat ini), ditulis dengan format tanggal/bulan/tahun (12) NUPTK: Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Bagian 1

93

94
Mapel Mapel Pendidikan Status Utama Minor Terakhir Sertifikasi (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Status Kepegawaian Tgl M Tgl Lahir Jadi Gulai Tgl Mulai Tugas uru di Sekolah ini NUPTK

Isian 7. Data Guru/Non Guru

Bagian 1

Nama

Jenis Kelamin Golongan

(1)

(2)

(3)

b.

Data Keuangan

Isian 1. Laporan Keuangan Sekolah* Semester____ Tahun Ajaran________/_________ * Jika data siswa yang diisi ialah keadaan siswa per Januari 2011, maka data keuangan yang diisi ialah data untuk periode Juni-Desember 2010

Isian 6. Jumlah Siswa Berdasarkan Usia

Nama Pemegang Rekening Nama Bank/Kantor Cabang Nomor Rekening Penandatangan 1 Penandatangan 2

: : : : :

Bagian 1

95

96 FORMAT BOS-K2 Diisi oleh Sekolah Dikirim ke Tim Manajemen BOS Kab/Kota

Bagian 1

Meskipun telah mengisi TRIMS versi cetak, sekolah diharuskan tetap melakukan input aplikasi TRIMS-25i melalui komputer (PC) atau laptop. Hal ini perlu dilakukan agar sekolah bisa mendapatkan manfaat dari keluaran TRIMS untuk Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

Bagian 1

97

Bagian 2

Perencanaan dan Penganggaran Sekolah/ Madrasah


Bagian ini memusatkan pembahasan pada perencanaan dan penganggaran sekolah/madrasah dalam rangka membantu sekolah/madrasah agar mampu menyusun program prioritas dengan mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki guna mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah/ madrasah yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan ini, bagian ini ditopang oleh enam bab yang masing-masingnya membahas isu-isu penting. Bab I memberi pengantar terhadap penyusunan RKS/M dan RKT. Bab II menjelaskan selukbeluk identifikasi kondisi aktual sekolah/madrasah sebelum rencana disusun. Bab III menjelaskan tentang kondisi yang diharapkan oleh sekolah/madrasah. Bab IV menguraikan tentang pentingnya penyusunan program, indikator dan target kinerja yang tepat, dan penentuan penanggungjawab program dan kegiatan. Bab V memandu penyusunan rencana anggaran sekolah/madrasah untuk jangka menengah. Bab VI menjelaskan tentang penyusunan Rencana Kerja Tahunan Sekolah/Madrasah, penyusunan Rencana Kegiatan san Anggaran Sekolah/Madrasah. (RKAS/M)

Bagian 2 Bab I

Pengantar Penyusunan RKS/M dan RKT

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan utama pemerintah Indonesia di bidang pendidikan adalah menuntaskan Pendidikan Dasar 9 Tahun. Mulai dari Undang-Undang Dasar, Undang-Undang Perlindungan Anak, UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan-perundangan yang ada saat ini telah menjadi bukti keseriusan pemerintah untuk menyediakan pendidikan dasar bagi semua anak berumur 7 sampai dengan 15 tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional telah memilih Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah (MBS) sebagai salah satu strategi. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2010-2014, Kementerian Pendidikan Nasional telah menetapkan visi: Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif. Layanan prima pendidikan nasional, sementara itu, telah dibatasi sebagai layanan pendidikan yang memiliki atribut sebagai berikut:

Bagian 2

98

1. tersedia secara merata di seluruh pelosok nusantara; 2. terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 3. berkualitas/bermutu dan relevan dengan kebutuhan kehidupan bermasyarakat, dunia usaha, dan dunia industri; 4. setara bagi warga negara Indonesia dalam memperoleh pendidikan berkualitas dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial-budaya, ekonomi, geografi, gender, dan sebagainya; dan 5. menjamin kepastian bagi warga negara Indonesia untuk mengenyam pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Untuk mencapai visi tersebut di atas, Kemendiknas telah menetapkan berbagai sasaran strategis, termasuk: Angka Partisipasi Sekolah (APS) kelompok usia 7-12 tahun mencapai 99,9% dan kelompok usia 13-15 tahun mencapai 96% pada tahun 2014. Artinya, Pemerintah Indonesia, dalam hal ini melalui Kementerian Pendidikan Nasional akan berusaha keras untuk membuat semua anak Indonesia yang berusia 7-15 tahun mendapat pelayanan sekolah/madrasah yang bermutu dan relevan. Sejak diluncurkan pada tahun 2005, Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) telah memperkecil hambatan terbesar penyelenggaraan pendidikan dasar, yaitu besarnya biaya yang harus ditanggung oleh orang tua peserta didik. Program BOS ini, memberikan subsidi kebutuhan belanja sekolah/ madrasah kepada semua SD/MI serta SMP/MTs (negeri dan swasta), sehingga biaya pendidikan secara keseluruhan berkurang. Bagi orang tua peserta didik, program BOS ini akan membantu 1. mengirim anak-anak ke sekolah/madrasah (peningkatan akses); 2. membuat anak-anak tetap bersekolah, atau pengurangan jumlah anak putus sekolah/madrasah (dropout); dan 3. mengirim anak-anak ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi (peningkatan transisi dari SD/MI ke SMP/MTs). Sedangkan bagi sekolah/madrasah, program ini membantu 1. meningkatkan mutu pendidikan, dan 2. mengembangkan otonomi sekolah/madrasah. Mulai tahun 2010, Program BOS tidak lagi hanya berorientasi pada pengurangan biaya pendidikan, tetapi juga berupaya meningkatkan kinerja sekolah/madrasah. Jika sebelum tahun 2010 penggunaan dana BOS hanya didasarkan kepada peruntukannya, sejak 2010 penggunaan dana BOS dikaitkan dengan jenis program yang didanainya. Dengan menghubungkan penggunaan dana BOS dengan program sekolah/madrasah, maka bisa diketahui sejauh mana dana BOS digunakan untuk membiayai program-program yang memang dibutuhkan oleh sekolah/madrasah untuk meningkatkan kinerjanya. Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Minimal Pelayanan Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota menetapkan 13 indikator yang harus dipenuhi di tingkat sekolah/madrasah, terkait dengan buku dan media pembelajaran, kurikulum dan rencana pembelajaran, proses pembelajaran, evaluasi pendidikan dan manajemen sekolah/madrasah, namun tidak ada indikator tentang mutu lulusan dan pembiayaan. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah sasaran antara untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP) seperti yang diamanatkan oleh UU Sisdiknas. Sebagai sebuah standar minimal, maka yang dicakup dalam SPM hanyalah hal-hal minimal yang harus dipenuhi. Oleh sebab itu, analisis terhadap ketercapaian SPM saja tidak cukup untuk membantu sekolah/ madrasah dalam membuat perencanaan sekolah/madrasah. Pemenuhan SPM haruslah dijadikan acuan untuk penyusunan program, namun sekolah/madrasah juga harus memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan rencana pengembangan sekolah/madrasah ke depan dan mutu lulusan. Sebagai ujung tombak pelaksanaan program pendidikan dasar ini, program Wajib Belajar, penerapan

99

Bagian 2

MBS, pemenuhan SPM dan BOS harus ditanggapi secara positif sehingga penyelenggaraan program pendidikan dasar dapat benar-benar direalisasikan, baik dari jumlah maupun mutu. Sekolah/madrasah harus mampu menghasilkan lulusan yang memenuhi kompetensi untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sekolah/madrasah harus memperbaiki proses pembelajaran, termasuk meningkatkan manajemen di ruang kelas. Sekolah/madrasah harus menyediakan, mengembangkan, dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan dan sumberdaya lainnya secara lebih baik. Sekolah/madrasah juga harus bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan (stakeholders) untuk mewujudkan hal-hal tersebut di atas. Untuk itu, semua tindakan sekolah/madrasah harus bisa dipertanggungjawabkan dan transparan agar sekolah/madrasah memperoleh kepercayaan (trust) dari semua pemangku kepentingan (stakeholders). Untuk mencapai hal tersebut, sekolah/madrasah tidak mempunyai pilihan selain berpikir sebelum bertindak, melakukan perencanaan dengan baik dan teliti yang dituangkan dalam sebuah dokumen kunci yang bernama Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M). Melalui RKS/M diharapkan dana yang tersedia dapat dibelanjakan secara bijaksana. RKS/M yang akurat juga akan membantu sekolah/madrasah memenuhi tuntutan publik tentang perlunya partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas1. Proses penyusunan yang melibatkan semua pemangku kepentingan, akan membuat RKS/M dapat diakses oleh semua pihak dan dilaporkan kepada publik, sehingga dapat memenuhi tuntutan publik.

B. DASAR HUKUM
RKS/M dirumuskan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, antara lain UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal, Permendiknas No. 37 Tahun 2010 tentang Biaya Operasional Sekolah serta Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010 - 2014. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 53 ayat (1) dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun. Lebih jauh, pada Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa sekolah/madrasah wajib membuat: 1. Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan. 2. Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/ Madrasah (RKAS/M) dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Jangka Menengah. Untuk membantu sekolah/madrasah menyusun RKS/M, maka Kemendiknas menerbitkan Pedoman ini. Perlu diingat bahwa Pedoman ini bukanlah buku resep masakan yang harus diikuti langkah per langkah, namun sebagai acuan agar proses penyusunan RKS/M tersebut menjadi lebih rasional, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan.

UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003, Pasal 48 (1): Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.

Bagian 2

100

Pedoman penyusunan RKS/M ini dirancang sebagai bagian dari kegiatan pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Sekolah/Madrasah. Sekolah/madrasah akan mendapat pendampingan dari fasilitator yang sekaligus bisa menjadi narasumber. Selain itu, Pedoman ini juga dapat digunakan tanpa pendampingan dari fasilitator. Penyusunan RKS/M merupakan suatu hal yang sangat penting, karena RKS/M dapat digunakan sebagai: 1. pedoman kerja (kerangka acuan) dalam mengembangkan sekolah/madrasah; 2. dasar untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pengembangan sekolah/madrasah; serta 3. bahan acuan untuk mengidentifikasi dan mengajukan sumberdaya pendidikan yang diperlukan dalam pengembangan sekolah/madrasah. Tujuan utama penyusunan RKS/M adalah agar sekolah/madrasah mengetahui secara rinci tindakantindakan yang harus dilakukan sehingga tujuan, kewajiban, dan sasaran pengembangan sekolah/ madrasah dapat dicapai. RKS/M juga menjamin bahwa semua program dan kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan sekolah/madrasah sudah memperhitungkan harapan-harapan pemangku kepentingan (stakeholders) dan kondisi nyata sekolah/madrasah. Karena itu proses penyusunan RKS/M harus melibatkan semua pemangku kepentingan.

C. PRINSIP-PRINSIP
Prinsip-prinsip Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS/M) yang baik mencakup yang berikut: 1. terpadu, meliputi perencanaan keseluruhan program yang akan dilaksanakan oleh sekolah/ madrasah; 2. multi-tahun, mencakup periode empat tahun; 3. multi-sumber, mengindikasikan jumlah dan sumber dana masing-masing program. Misalnya dari BOS, DAK, APBD Provinsi/Kabupaten/Kota, sumbangan dari masyarakat atau sumber dana lainnya; 4. berbasis kinerja, yakni semua program/kegiatan memiliki indikator-indikator yang harus dicapai dengan jelas; 5. disusun secara partisipatif oleh kepala sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah dan dewan pendidik dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya; 6. pendidikan karakter bangsa, mengintegrasikan semangat pendidikan karakter ke dalam program dan kegiatan sekolah/madrasah; 7. sensitif terhadap isu jender, yakni mengupayakan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam penyusunan program; 8. responsif terhadap keadaan bencana, menunjukkan sikap dan daya tanggap sekolah/madrasah terhadap kemungkinan terjadinya bencana; dan 9. pelaksanaannya dimonitor dan dievaluasi oleh komite sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya.

D. ALUR DAN PROSES PENYUSUNAN RKS/M


Proses penyusunan RKS/M dilakukan melalui tiga alur proses kegiatan, meliputi (1) persiapan, (2) penyusunan RKS/M, dan (3) pengesahan, dan sosialisasi RKS/M. Alur proses penyusunan RKS/M tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

101

Bagian 2

PERSIAPAN: 1. Pembentukan tim pengembang sekolah/madrasah (TPS/M) 2. Pembekalan/ orientasi TPS/M

1. 2. 3. 4. 5.

PENYUSUNAN RKS/M: Menetapkan kondisi sekolah/madrasah saat ini Menetapkan kondisi sekolah/madrasah yang diharapkan Menyusun program, kegiatan dan indikator kinerja Menyusun rencana anggaran sekolah/ madrasah Menyusun RKT dan RKAS/M

PENGESAHAN: 1. Penyetujuan oleh rapat dewan pendidik; setelah memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah 2. Pengesahan oleh pihak yang berwenang; 3. Sosialisasi kepada pemangku kepentingan pendidikan.

Berikut ini adalah uraian singkat tentang Alur Penyusunan RKS/M.

1. Persiapan
Sebelum penyusunan RKS/M dilakukan, Dewan Pendidik (kepala sekolah/madrasah dan guru) bersama Komite Sekolah/Madrasah membentuk tim pengembang sekolah/madrasah (TPS/M) dengan tugas utama menyusun RKS/M. Pembentukan TPS/M hendaknya dilakukan dengan cara demokratis dengan mengedepankan musyawarah-mufakat. Setelah terbentuk, TPS/M disarankan melakukan pendalaman/orientasi mengenai kebijakankebijakan pengembangan pendidikan dan penyusunan RKS/M. Materi yang perlu didalami, antara lain, peraturan dan perundang-undangan mengenai pendidikan (Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan dan/atau Standar Nasional Pendidikan), perlindungan anak, kebijakan pendanaan pendidikan, kebijakan peningkatan mutu dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan, prioritas pendidikan tingkat kabupaten/kota, manajemen berbasis sekolah/madrasah (MBS/M), pendekatan, strategi dan metode pembelajaran inovatif seperti pembelajaran aktif, pembelajaran aktif-kreatif-efektif dan menyenangkan (PAKEM), peranserta masyarakat dalam pendidikan, perencanaan pendidikan di sekolah/madrasah. Selain itu juga dibahas penyusunan RKS/M, peran dan fungsi masing-masing pemangku-kepentingan dalam proses perencanaan. Kegiatan ini dapat dilakukan bersama-sama dalam kelompok kerja kepala sekolah (KKKS), kelompok kerja guru (KKG), musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) serta pertemuan/rapat sekolah/madrasah yang dihadiri baik oleh Dewan Pendidik, Komite Sekolah/Madrasah maupun secara mandiri oleh anggota TPS/M.

2. Proses Penyusunan RKS/M


Penyusunan RKS/M terdiri dari 5 (lima) tahap, yaitu: Tahap I: Menetapkan Kondisi Sekolah/Madrasah Saat Ini 1) Melakukan Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M); 2) Membandingkan Hasil Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah dengan Acuan Standar Sekolah/ Madrasah; 3) Merumuskan Tantangan (Utama/Prioritas) Sekolah/Madrasah. Tahap II: Menetapkan Kondisi Sekolah/Madrasah yang Diharapkan 1) Merumuskan Visi Sekolah/Madrasah 2) Merumuskan Misi Sekolah/Madrasah

Bagian 2

102

3) Merumuskan Tujuan Sekolah/Madrasah 4) Merumuskan Sasaran dan Indikator Kinerja Tahap III: Menyusun Program dan Kegiatan 1) Merumuskan Program dan Menetapkan Penanggungjawab Program. 2) Merumuskan Kegiatan, dan Jadwal Kegiatan. Tahap IV: Merumuskan Rencana Anggaran Sekolah/Madrasah 1) Membuat Rencana Biaya Program 2) Membuat Rencana Pendanaan Program 3) Menyesuaikan Rencana Biaya dengan Sumber Pendanaan. Tahap V: Merumuskan Rencana Kerja Tahunan Sekolah/Madrasah (RKTS/M) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS/M). 1) Merumuskan Rencana Kerja Tahunan; a. Menetapkan Program/Kegiatan Strategis; b. Menetapkan Kegiatan Rutin/Reguler; c. Menetapkan Jadwal RKTS/M. 2) Membuat Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).

3. Pengesahan, dan Sosialisasi RKS/M


Terdiri dari 3 (tiga) langkah, yakni: 1) Penyetujuan RKS/M oleh rapat Dewan Pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah/Madrasah; 2) Pengesahan berlakunya RKS/M oleh Dinas Pendidikan/Kankemenag (untuk sekolah/madrasah negeri), atau oleh penyelenggara sekolah/madrasah (bagi sekolah/madrasah swasta); 3) Sosialisasi kepada pemangku kepentingan (stakeholders) sekolah/madrasah.

103

Bagian 2

Proses Penyusunan RKS/M dan RKT

Bagian 2

104

Bagian 2 Bab II

Menentukan Kondisi Sekolah/ Madrasah Saat Ini

Dalam menentukan kondisi sekolah saat ini, ada dari 3 (tiga) hal yang harus dilakukan, yakni: 1. 2. 3. Melakukan Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah, Membandingkan Hasil Evaluasi Diri (Kondisi Nyata) Sekolah/Madrasah dengan Acuan Standar Sekolah/Madrasah, Merumuskan Tantangan (Utama) Sekolah/Madrasah.

A. MELAKUKAN EVALUASI DIRI SEKOLAH/MADRASAH


Untuk menetapkan kondisi sekolah/madrasah saat ini, sekolah/madrasah perlu melakukan kegiatan yang disebut evaluasi diri sekolah/madrasah. Melakukan evaluasi diri bisa menggunakan berbagai alat evaluasi diri, misalnya dengan menggunakan instrumen evaluasi diri (EDS/M) yang dijelaskan

Bagian 2

105

dalam Bagian I buku ini. Alat evaluasi diri hendaknya dirancang dengan mengacu kepada standar pelayanan minimum (SPM) dan atau standar nasional pendidikan (SNP), sehingga memiliki tolok ukur yang jelas dan bisa dijadikan dasar untuk mengembangkan sekolah/madrasah empat tahun mendatang dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tujuan melakukan evaluasi diri adalah untuk melihat gambaran yang jelas tentang situasi sekolah/ madrasah saat ini. Karena itu, evaluasi diri sekolah/madrasah harus diisi dengan seksama dan seobjektif mungkin. Informasi yang dihasilkan dari evaluasi diri sekolah/madrasah juga berguna untuk membantu para pemangku kepentingan (stakeholders) sekolah/madrasah dalam menyusun RKS/M dan RKT yang didasarkan pada kondisi nyata sekolah/madrasah. Dengan melakukan evaluasi diri kinerja sekolah/madrasah akan tercermin, misalnya, akan tampak pada bagian yang mengalami perbaikan atau peningkatan, bagian yang tetap, dan bagian yang mengalami penurunan. Dalam panduan ini, hasil evaluasi diri sekolah/madrasah yang mencakup 8 standar itu dikelompokkan sesuai dengan nama program sekolah/madrasah yang terdapat pada Permendiknas Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun Anggaran 2011. Hal ini penting dilakukan karena BOS merupakan sumber utama bagi sekolah/madrasah untuk memenuhi biaya penyelenggaraan sekolah/madrasah, dan kebijakan pemerintah mengharuskan BOS menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar yang bermutu. Sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS 2011, program sekolah mencakup yang berikut: 1. Pengembangan kompetensi lulusan (bidang akademik dan non akademik) 2. Pengembangan kurikulum/KTSP 3. Pengembangan pembelajaran 4. Pengembangan sistem penilaian 5. Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan 6. Pengembangan sarana dan prasarana sekolah/madrasah 7. Pengembangan manajemen sekolah/madrasah 8. Pembinaan kesiswaan/ekstrakurikuler 9. Budaya dan lingkungan sekolah/madrasah 10.Penanaman karakter (budi pekerti). Dalam pedoman ini akan dipaparkan kesepuluh program sekolah tersebut. Program 1: Pengembangan kompetensi lulusan (bidang akademik dan non akademik) Apakah sekolah/madrasah telah menghasilkan lulusan yang kompeten? Program ini dihadirkan untuk memberikan informasi apakah sekolah/madrasah telah memenuhi kewajibannya dalam memberikan layanan pendidikan dasar sehingga menghasilkan lulusan yang kompeten. Pertanyaan kunci yang perlu dijawab adalah: 1. Apakah peserta didik dapat mencapai target akademis yang diharapkan? 2. Apakah peserta didik dapat mengembangkan potensi penuh mereka sebagai anggota masyarakat? Dengan menjawab dua pertanyaan tersebut, sekolah/madrasah akan bisa menyimpulkan sejauh mana capaian sekolah/madrasah dalam upayanya untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten. Program 2: Pengembangan kurikulum/KTSP Bagaimana kurikulum/KTSP diterapkan di sekolah/madrasah? Program ini dihadirkan untuk memberikan informasi tentang sejauh mana sekolah/madrasah telah

106

Bagian 2

menerapkan kurikulum KTSP. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, sekolah/ madrasah akan tahu apa-apa saja yang sudah diterapkan. Untuk mengetahui status penerapan KTSP, sekolah/madrasah perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini: 1. Apakah kurikulum sudah sesuai dan relevan? 2. Apakah sekolah/madrasah menyediakan kebutuhan pengembangan pribadi peserta didik? Program 3: Pengembangan Pembelajaran Bagaimana sekolah/madrasah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran? Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, sekolah/madrasah akan tahu bagaimana para guru menyiapkan perencanaan proses pembelajaran, bagaimana pelaksanaannya, termasuk penerapan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). 1. Apakah silabus sudah sesuai/relevan dengan standar? 2. Apakah RPP yang dirancang untuk mencapai pembelajaran sudah efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik? 3. Apakah sumber belajar dapat diperoleh dengan mudah dan digunakan secara tepat? 4. Apakah pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, kreatif, menantang dan memotivasi peserta didik 5. Apakah supervisi dan evaluasi proses pembelajaran dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan? Program 4: Pengembangan Sistem Penilaian Bagaimana sekolah/madrasah merencanakan dan melaksanakan sistem penilaian yang komprehensif? Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, sekolah/madrasah akan tahu bagaimana sekolah/madrasah merancang dan melaksanakan sistem penilaian, termasuk bagaimana sekolah/ madrasah mengkomunikasikan sistem penilaian tersebut kepada peserta didik dan orang tua? 1. Bagaimana sistem penilaian untuk menilai peserta didik disusun, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik? 2. Apakah penilaian berdampak pada proses belajar? 3. Apakah orang tua peserta didik terlibat dalam proses belajar anak mereka? Program 5: Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Apakah pendidik dan tenaga kependidikan telah memenuhi keperluan proses belajar mengajar di sekolah/madrasah? Untuk mengetahui apakah sumberdaya manusia sekolah/madrasah sudah memadai, maka sekolah/ madrasah perlu menjawab pertanyaan di bawah ini: 1. Apakah jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sudah memenuhi standar? 2. Apakah kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan sudah memadai? 3. Apakah kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sudah memadai? Program 6: Pengembangan Sarana dan Prasarana Sekolah/madrasah Apakah sekolah/madrasah mempunyai sarana dan prasarana yang mencukupi untuk mendukung pembelajaran? Apakah fasilitas sekolah/madrasah memenuhi kebutuhan standar pelayanan minimal atau standar nasional pendidikan untuk pembelajaran?

Bagian 2

107

Untuk menjawab pertanyaan di atas, sekolah/madrasah perlu menjawab pertanyaan di bawah ini: 1. Apakah sarana dan prasarana sekolah/madrasah sudah memadai? 2. Apakah bangunan sekolah/madrasah dalam kondisi terpelihara dan baik? Program 7: Pengembangan Manajemen Sekolah/madrasah Sejauhmana efektivitas manajemen sekolah/madrasah? Untuk mengetahui hal tersebut, sekolah/madrasah perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini: 1. Apakah kinerja pengelolaan sekolah/madrasah berdasarkan kerja tim dan kemitraan yang kuat dengan visi dan misi yang jelas dan diketahui oleh semua pihak? 2. Apakah rencana kerja sekolah/madrasah mencantumkan tujuan yang jelas untuk program peningkatan dan perbaikan berkelanjutan yang tersosialisasikan dengan baik? 3. Apakah Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah atau Rencana Kerja Sekolah/Madrasah berdampak terhadap peningkatan hasil belajar? 4. Apakah pengumpulan dan penggunaan data handal dan valid? 5. Apakah dukungan dan kesempatan pengembangan profesi diberikan bagi para pendidik dan tenaga kependidikan? 6. Apakah masyarakat mengambil bagian dalam kehidupan sekolah/madrasah? Program 8: Pembinaan Kesiswaan/Ekstrakurikuler Apakah sekolah/madrasah telah memberikan layanan secara mencukupi kepada peserta didik sebagai penerima jasa (service user)? Profil ini dihadirkan untuk memberikan informasi apakah sekolah/madrasah telah memenuhi kewajibannya dalam memberikan layanan kepada peserta didik? Pertanyaan kunci yang perlu dijawab adalah: 1. Bagaimana pedoman penerimaan peserta didik? 2. Bagaimana penanganan anak yang tinggal kelas dan drop-out? 3. Bantuan apa yang diberikan kepada peserta didik yang kurang mampu? 4. Bantuan apa yang diberikan kepada peserta didik yang kurang siap belajar? 5. Bagaimana dukungan kepada anak dengan kebutuhan khusus, termasuk bakat dan minat? 6. Bagaimana layanan konseling dilaksanakan di sekolah/madrasah? Program 9: Budaya dan Lingkungan Sekolah/madrasah Bagaimana sekolah/madrasah menciptakan suasana, iklim, dan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi warga sekolah/madrasah untuk melaksanakan pembelajaran? 1. Program budaya lingkungan apa saja yang ada di sekolah/madrasah? 2. Bagaimana keterlibatan pemangku kepentingan sekolah/madrasah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program tersebut? Program 10: Penanaman Karakter (Budi Pekerti) Apakah sekolah/madrasah sudah memfasilitasi peserta didik dalam membangun karakter, membangun budaya bangsa dan mengembangkan semangat kewirausahaan peserta didiknya? Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, maka sekolah/madrasah bisa mengetahui

108

Bagian 2

sejauh mana sekolah/madrasah telah mengupayakan pembangunan karakter, budaya bangsa dan sifat kewirausahaan para peserta didik dan hasilnya. 1. Bagaimana peran sekolah/madrasah dalam penanaman karakter dan budaya bangsa peserta didik? 2. Bagaimana nilai-nilai keagamaan dan pluralisme dilaksanakan? 3. Bagaimana peran sekolah/madrasah dalam membina kejujuran peserta didik? 4. Bagaimana peran sekolah/madrasah dalam pembinaan kewirausahaan peserta didik?

B. MEMBANDINGKAN HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH/MADRASAH DENGAN ACUAN STANDAR SEKOLAH/MADRASAH


Apabila kita mencermati aturan dan perundangan yang terkait dengan pengelolaan satuan pendidikan2 , maka pengelolaan sekolah/madrasah pada dasarnya bertujuan untuk mencapai SNP. Untuk mencapai SNP, sekolah/madrasah harus mencapai SPM terlebih dahulu. Oleh karena itu, dalam penyusunan RKS/M, data dan informasi yang dikumpulkan melalui instrumen EDS/M perlu disimpulkan. Penyimpulan dilakukan dengan dua cara: 1. dengan membandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan/atau Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pembandingan kondisi terkini sekolah/madrasah dengan SPM dan/atau SNP dimaksudkan untuk memudahkan sekolah/madrasah mengetahui apakah sekolah/madrasah sudah memenuhi standar pelayanan minimal, sudah berada di atas SPM, atau bahkan sudah mencapai Standar Nasional Pendidikan. Pembandingan data kondisi sekolah/madrasah saat ini (kondisi sekolah/madrasah saat ini) dengan SPM dan/atau SNP dilakukan dengan bantuan pertanyaan pilihan yang dicantumkan di setiap tabel pembantu; 2. dengan melihat data hasil EDS/M yang masih perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki, ditingkatkan atau dipertahankan. Dalam hal ini, kesimpulan dinyatakan dalam kalimat pernyataan yang spesifik (mencantumkan data), fokus (menunjukkan isi tabel), dengan tidak mencantumkan alasan/harapan. Dengan demikian, pemangku kepentingan (stakeholders) sekolah/madrasah mendapatkan gambaran bagaimana kondisi nyata sekolah/madrasah saat ini bila dibandingkan dengan SPM dan/ atau SNP, dan hal-hal apa saja yang masih perlu dikembangkan agar kelak sekolah/madrasah dapat memberikan layanan yang semakin baik kepada peserta didik.

C. MERUMUSKAN TANTANGAN (UTAMA/PRIORITAS) SEKOLAH/MADRASAH


Tantangan sekolah/madrasah merupakan kesenjangan antara kondisi nyata sekolah/madrasah sebagai hasil EDS/M dengan kondisi yang diharapkan. Terkait dengan penyusunan RKS/M kondisi yang diharapkan dapat dirumuskan dengan menggunakan acuan standar pelayanan minimal (SPM) dan/ atau standar nasional pendidikan (SNP). Secara teknis, tantangan utama sekolah/madrasah diklarifikasi dengan melakukan pembandingan nilai/skor sekolah/madrasah hasil EDS/M dengan SPM dan/atau SNP. Hasil pembandingan tersebut akan menunjukkan di bagian mana sekolah/madrasah masih berada di bawah SPM, di bagian mana sekolah/madrasah sudah mencapai SPM; di bagian mana sekolah/madrasah sudah mencapai SNP dan di bagian mana yang belum mencapai SNP. Kesimpulan-kesimpulan ini digunakan oleh sekolah/ madrasah untuk menentukan prioritas apa saja yang mendesak untuk segera ditangani. Sekolah/

UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, PP No. 66 Tahun 2010 tentang Revisi PP No. 17 Tahun 2010, Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, Permendiknas No.63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, Permendiknas No. 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar

Bagian 2

109

madrasah dianjurkan untuk menangani bagian-bagian yang belum mencapai SPM, baru kemudian sekolah/madrasah menangani bagian-bagian yang belum mencapai SNP supaya bisa mencapai SNP. Setelah SPM dan SNP tercapai, sekolah/madrasah bisa memikirkan capaian yang lebih tinggi, yaitu tingkatan di atas SNP. Seperti tercantum pada Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010, SPM di tingkat sekolah/madrasah hanya mencakup 13 indikator. Oleh karena itu, untuk membantu sekolah/madrasah menentukan tantangan, dalam pedoman ini digunakan indikator lain yang dianggap setingkat dengan SPM, yaitu indikator-indikator yang membantu sekolah/madrasah untuk mengetahui bagian-bagian yang capaiannya/kondisinya masih sangat rendah. Berkaitan dengan perumusan tantangan, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana tantangan tersebut dapat diwujudkan berdasarkan indikator SPM dan/atau SNP yang perlu dicapai. Tantangan sekolah/madrasah sebaiknya dirumuskan secara spesifik sehingga pencapaiannya juga dapat diukur dengan relatif jelas, seperti yang dipaparkan berikut. 1. Apabila berkaitan dengan nilai mata pelajaran, maka perlu dirumuskan besaran tantangan, dan di kelas mana saja; 2. Apabila berkaitan dengan guru, maka perlu dirumuskan guru di kelas mana saja; apakah semua guru mata pelajaran atau satu mata pelajaran saja, dan seterusnya; 3. Apabila berkaitan dengan buku/bahan ajar, maka perlu dirumuskan mata pelajaran mana saja atau semua mata pelajaran, buku teks, buku referensi, buku pegangan peserta didik atau guru, untuk kelas mana saja dan seterusnya. Tabel berikut ini menunjukkan contoh bagaimana menetapkan kondisi sekolah/madrasah saat ini, standar acuan sekolah/madrasah, dan tantangan sekolah/madrasah. Tabel 2. Contoh Dalam Menetapkan Kondisi Sekolah/Madrasah Saat Ini, Standar Acuan Sekolah/ Madrasah dan Tantangan Sekolah/Madrasah

110

Bagian 2

Bagian 2 Bab III

Menentukan Kondisi Sekolah/ Madrasah yang Diharapkan

Dalam menentukan kondisi sekolah/madrasah yang diharapkan, ada dari 4 (empat) langkah yang harus dilakukan oleh sekolah/madrasah, yakni: 1. 2. 3. 4. merumuskan visi sekolah/madrasah; merumuskan misi sekolah/madrasah; merumuskan tujuan sekolah/madrasah; dan merumuskan sasaran dan indikator kinerja.

A. MERUMUSKAN VISI SEKOLAH/MADRASAH


Visi adalah gambaran normatif keadaan sekolah/madrasah yang diinginkan di masa datang. Visi sekolah/madrasah dikembangkan sesuai dengan keinginan atau cita-cita sekolah/madrasah dengan

Bagian 2

111

tetap berkepribadian Indonesia. Artinya visi suatu sekolah/madrasah harus mengacu kepada kondisi lingkungan sekolah/madrasah dan daerah, namun juga harus bermuatan nasionalisme. Hal ini penting ditekankan untuk menghindari terjadinya kekeliruan bahwa sekolah/madrasah bebas menentukan visinya dan tidak terkait dengan kebijakan pihak lain. Di samping itu, visi sekolah/madrasah juga harus mempertimbangkan kondisi nyata sekolah/madrasah serta potensi yang dimiliki sekolah/ madrasah dan harapan masyarakat sekolah/madrasah. Artinya jenis dan mutu layanan pendidikan seperti apa yang diharapkan oleh orang tua dan masyarakat sekolah/madrasah untuk mewujudkan harapan tersebut. Dalam lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 dijelaskan bahwa visi: 1. dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang; 2. mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan; 3. dirumuskan berdasar masukan dari warga sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang berkepentingan selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional; 4. diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite sekolah/madrasah; 5. disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan; 6. ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Dalam perumusan visi sekolah/madrasah perlu memperhatikan rambu-rambu berikut. 1. Visi mengacu kepada landasan filosofis bangsa, UUD, dll. yang bersifat baku dan telah menjadi pegangan hidup bangsa Indonesia; 2. memiliki indikator pengembangan prestasi akademik dan non akademik; 3. berkepribadian, nasionalisme, budaya nasional Indonesia; 4. perkembangan era global; 5. perkembangan IPTEK; 6. dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan; 7. sesuai konteks daerah, sekolah/madrasah, visi yayasan; 8. belum operasional; 9. menggambarkan harapan masa datang. Contoh rumusan visi sekolah/madrasah:

Terwujudnya lulusan yang berkualitas, kompetitif dan berakhlaq mulia

B. MERUMUSKAN MISI SEKOLAH/MADRASAH


Misi adalah tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi sekolah/madrasah. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan sekolah/madrasah yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan tindakan dan bukan kalimat yang menunjukkan keadaan sebagaimana pada rumusan visi. Dalam lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 dijelaskan bahwa misi sekolah/madrasah: 1. memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah sesuai dengan tujuan Pendidikan nasional;

112

Bagian 2

2. merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu; 3. menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah; 4. menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah/ madrasah; 5. memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program sekolah/madrasah; 6. memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit sekolah/ madrasah yang terlibat; 7. dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/ madrasah; 8. disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan; 9. ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Contoh rumusan misi sekolah/madrasah:

Penyelenggaraan pendidikan yang memberi kesempatan luas pada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan minat

C. MENENTUKAN TUJUAN SEKOLAH/MADRASAH


Langkah berikutnya setelah visi dan misi dirumuskan adalah merumuskan tujuan sekolah/madrasah selama empat tahun ke depan menuju standar pelayanan minimal (SPM) dan atau standar nasional pendidikan (SNP). Dengan demikian, tujuan sekolah/madrasah pada dasarnya adalah langkah untuk mewujudkan visi sekolah/madrasah yang telah dicanangkan. Dalam lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 dijelaskan bahwa tujuan sekolah/madrasah: 1. menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan); 2. mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat; 3. mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan Pemerintah; 4. mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/ madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/ madrasah; 5. disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan. Dalam menentukan tujuan, sekolah/madrasah sebaiknya dirumuskan secara bersama dengan para pemangku kepentingan. Hal ini penting dilakukan karena keterlibatan secara aktif dari semua pemangku kepentingan merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah sekolah/madrasah. Keterlibatan pemangku kepentingan harus diupayakan dari sejak awal. Jika pemangku kepentingan terlibat dalam proses pembuatan rencana kerja sekolah/madrasah, maka keterlibatan mereka dalam pelaksanaan program-program kerja sekolah/madrasah juga akan meningkat. Pertanyaan kunci yang harus dijawab dalam menetapkan tujuan adalah: Seperti apa seharusnya sekolah/madrasah ini empat tahun mendatang? Atau apa yang dianggap penting oleh pemangku kepentingan dan yang menjadi perhatian mereka dalam kinerja sekolah/madrasah? Tujuan sekolah/madrasah hendaknya: 1. dirumuskan berdasarkan hasil evaluasi diri terhadap kondisi nyata sekolah/madrasah saat ini, bagian mana yang akan ditingkatkan, diperbaiki atau dicapai dalam empat tahun ke depan;

Bagian 2

113

2. mengacu kepada standar pelayanan minimal (SPM 2010), dan/atau standar nasional pendidikan (SNP) (PP No. 19/2005). 3. mengacu pada visi dan misi serta tujuan yang sudah dimiliki oleh sekolah/madrasah; 4. berorientasi pada peningkatan/perbaikan sekolah/madrasah (school improvement), termasuk memperkuat kapasitas sekolah/madrasah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan menyampaikan pengetahuan tersebut kepada peserta didik, serta memperkuat kapasitas sekolah/ madrasah dalam kolaborasi yang dibangun atas dasar kepercayaan; 5. mencakup bukan hanya harapan penyedia layanan (service provider), tetapi juga pengguna layanan (service user); Contoh rumusan tujuan sekolah/madrasah:

Meningkatkan prestasi akademik peserta didik

D. MENENTUKAN SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA


Sasaran adalah tantangan utama yang akan dicapai sekolah/madrasah dalam waktu empat tahun ke depan. Penetapan sasaran sekolah/madrasah ini bertujuan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan program dan kegiatan yang akan dilakukan dalam waktu tertentu guna merealisasikan alternatif pemecahan tantangan yang telah dirumuskan. Penentuan sasaran yang baik harus memperhatikan 5 hal yang dapat disingkat SMART, yakni: 1. Specific: secara jelas mengidentifikasikan apa yang harus dicapai. 2. Measurable (terukur): secara jelas menggambarkan ukuran sasaran 3. Achievable (dapat dicapai): realistis, dalam arti memungkinkan untuk dicapai. 4. Relevant (relevan): berkaitan dengan kepentingan peserta didik dan pemangku kepentingan sekolah/madrasah 5. Time bound (berjangka waktu): tercapai dalam jangka waktu tertentu Contoh rumusan sasaran:

Pada tahun 2014 prestasi UASBN/UN berpredikat memuaskan (7,00)


Indikator kinerja adalah ukuran yang digunakan untuk menilai berhasil atau tidaknya suatu kegiatan yang telah dilakukan untuk mencapai sasaran. Apabila indikator kinerja telah dapat dicapai, maka kegiatan tersebut dapat dikatakan berhasil; sebaliknya apabila indikator kinerja belum dapat dicapai, maka kegiatan dapat dikatakan belum berhasil. Indikator harus ditentukan agar kegiatan yang ditetapkan dapat diukur keberhasilannya dalam mencapai sasaran. Indikator kinerja dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif-- yang penting dapat diukur dan dirumuskan secara spesifik, operasional, dan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh rumusan indikator kinerja:

Tahun 2014 rata-rata nilai UASBN/UN sebesar 7,00 berpredikat memuaskan

114

Bagian 2

Tabel 3. Contoh Rumusan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Indikator Kinerja

Kondisi Nyata Sekolah Prestasi UASBN/UN berpredikat cukup (6,10)

Bagian 2

115

Bagian 2 Bab IV

Menyusun Program dan Kegiatan

Dalam menyusun program dan kegiatan, ada 2 (dua) langkah yang harus dilakukan, yakni: 1. 2. Merumuskan Program dan Menetapkan Penanggungjawab Program Menentukan Kegiatan dan Jadwal Kegiatan

A. MERUMUSKAN PROGRAM DAN MENETAPKAN PENANGGUNG JAWAB PROGRAM


Program adalah upaya untuk mencapai sasaran. Pencapaian suatu sasaran dapat dilakukan dengan melalui satu atau beberapa program. Oleh sebab itu, program yang dicanangkan oleh sekolah/ madrasah tergantung pada sasaran yang telah ditetapkan oleh sekolah/madrasah itu sendiri. Sesuai dengan yang terdapat pada Buku Panduan BOS 2011, program sekolah terdiri dari:

Bagian 2

116

1. pengembangan kompetensi lulusan 2. pengembangan kurikulum/KTSP 3. pengembangan pembelajaran 4. pengembangan sistem penilaian 5. pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan 6. pengembangan sarana dan prasarana sekolah/madrasah 7. pengembangan manajemen sekolah/madrasah 8. pembinaan kesiswaan/ekstrakurikuler 9. budaya dan lingkungan sekolah/madrasah, dan 10. penanaman karakter (budi pekerti). Program bisa dilaksanakan oleh pihak sekolah/madrasah maupun melibatkan pihak lain, misalnya komite sekolah/madrasah atau warga masyarakat yang lebih luas. Agar pelaksanaan program lebih terkoordinasi, maka perlu ditentukan penanggung jawab program. Penanggung jawab program bisa berupa suatu unit kerja, misalnya komite sekolah/madrasah, atau bisa juga perorangan, misalnya guru kelas 3 atau kepala sekolah/madrasah.

B. MERUMUSKAN KEGIATAN DAN JADWAL KEGIATAN


Kegiatan adalah tindakan-tindakan yang akan dilakukan di dalam program. Kegiatan perlu dirumuskan dari setiap program dengan mengacu pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Perumusan kegiatan dilakukan dengan cara membuat daftar kegiatan yang terkait dengan program tersebut. Kegiatan yang baik adalah yang mengarah pada pencapaian indikator keberhasilan yang telah dirumuskan, dan dapat diperkirakan biaya atau anggarannya. Jadwal adalah alokasi waktu suatu program dan kegiatan tertentu yang akan dilaksanakan. Tujuan penyusunan jadwal kegiatan ini adalah untuk mempermudah pelaksana dalam menentukan urutan kegiatan dan mengatur penggunaan sumberdaya dan dana yang dimiliki sekolah/madrasah sehingga alur kegiatan dan keuangan sekolah/madrasah dapat dikontrol lebih efektif. Tabel berikut adalah contoh program, kegiatan, penanggung jawab program dan penjadwalannya. Tabel 4. Contoh Program, Kegiatan, Penanggungjawab dan Jadwal Kegiatan Sasaran: Pada 2014 prestasi UASBN/UN berpredikat memuaskan (7,0)

117

Bagian 2

Keterangan: Gj = Semester ganjil dan Gn = Semester genap.

Bagian 2

118

Bagian 2 Bab V

Perumusan Rencana Anggaran Sekolah/Madrasah

Setelah penentuan program, penanggungjawab program, kegiatan dan jadwal kegiatan, tahap selanjutnya adalah menyusun Rencana Anggaran Jangka Menengah Sekolah/Madrasah untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut. Pada tahap ini ada 3 (tiga) langkah yang harus dilakukan: 1. 2. 3. membuat rencana biaya sekolah/madrasah; membuat rencana pendanaan sekolah/madrasah; dan menyelaraskan rencana biaya dengan sumber pendanaan sekolah/madrasah.

A. MEMBUAT RENCANA BIAYA SEKOLAH/MADRASAH


Setelah program dan rincian kegiatan dirumuskan, sekolah/madrasah harus membuat rencana biaya program dan kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa biaya yang diperlukan
Bagian 2

119

untuk melaksanakan program/kegiatan tersebut, dan apakah sekolah/madrasah cukup memiliki dana, dan dari mana dana tersebut diperoleh? Berikut ini adalah cara menyusun rencana biaya: 1. mendapatkan dan menghitung biaya satuan3 dari semua kegiatan yang telah ditetapkan; 2. menghitung rencana biaya.

1. Mendapatkan dan Menghitung Biaya Satuan


Sebelum menghitung Rencana Biaya, TPS/M perlu memiliki Daftar Biaya Satuan yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah setempat (Peraturan Bupati/Walikota tentang Indeks Harga Kabupaten/ Kota). Dengan daftar ini, setiap biaya kegiatan dapat dihitung langsung dengan mengalikan jumlah satuan program dan kegiatan tersebut dengan biaya satuan dalam Daftar Biaya Satuan. Biaya Satuan dapat dihitung dengan cara: a. b. menentukan jenis satuan dan jumlah satuan standar; menghitung biaya atau harga satuan.

Misalnya untuk kegiatan mengirimkan pendidik mengikuti suatu pelatihan, maka yang perlu diperhatikan adalah: Satuan apa yang dipakai untuk menentukan biaya satuan? Apabila satuannya berupa jumlah orang, maka kita harus membuat analisis harga satuan per orang sehingga harga satuan tersebut perlu ditentukan/dihitung berdasarkan biaya pelatihan dengan menggunakan jumlah orang sebagai dasar. Dalam menghitung biaya atau harga satuan ini, kita menggunakan harga sekarang. Berikut adalah contoh menghitung biaya satuan kegiatan pelatihan PAKEM bagi 6 orang guru Bahasa Indonesia Tabel 5. Contoh Daftar Biaya Satuan

Keterangan: kegiatan dilakukan di gugus diikuti 6 orang guru.

2. Menghitung Rencana Biaya


Rencana Biaya adalah Rencana Kebutuhan Dana yang diperlukan untuk pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dirumuskan serta biaya operasionalnya. Kebutuhan dana ini dihitung setiap tahun untuk empat tahun ke depan. Menghitung biaya program, yaitu mengalikan jumlah satuan dengan harga satuan. Setelah keduanya dihitung, tambahkan untuk mendapatkan total rencana biaya yang dibutuhkan selama empat tahun mendatang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan program tersebut. Apakah sekolah/madrasah memiliki cukup dana untuk membiayai seluruh program/ kegiatan tersebut, dan dari mana sumber dana tersebut diperoleh? Tabel berikut merupakan contoh menghitung rencana biaya Program/Kegiatan.
3

Dalam buku MBS daftar ini disebut Analisis Biaya.

120

Bagian 2

Tabel 6. Contoh Rencana Biaya Program Strategis

Keterangan : Untuk tahun kedua dan seterusnya harga satuan ditambahkan dengan nilai inflasi 10%.
Bagian 2

121

B. MEMBUAT RENCANA PENDANAAN SEKOLAH/MADRASAH


Rencana pendanaan adalah rencana sumber pendapatan sekolah/madrasah yang sesuai dengan kebutuhan dan urutan tingkat kepastian perolehan dana. Berikut adalah contoh tingkat kepastian perolehan dana sekolah/madrasah: 1. Bantuan Operasional Sekolah/Madrasah (BOS), yang sudah dianggarkan dan ditetapkan. 2. Dana Alokasi Khusus (DAK), bagi sekolah/madrasah yang terpilih. 3. APBD Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berbeda-beda untuk setiap daerah. 4. Sumbangan masyarakat, yang belum dapat dipastikan. 5. Donatur (perusahaan/industri, alumni, dsb.), yang belum dapat dipastikan. Tidak ada aturan mengenai berapa dan bagaimana mendapatkan alokasi dana dari donatur. Semuanya tergantung pada prakarsa sekolah/madrasah dan komite sekolah/madrasah. Banyak sekolah/madrasah yang mendirikan asosiasi alumni sebagai salah satu upaya penggalangan dana. Dengan cara ini, tentu saja aliran dana ke sekolah/madrasah akan lebih besar kemungkinannya daripada sekolah/madrasah yang tidak mempunyai asosiasi alumni. Tabel berikut adalah contoh rencana pendapatan sekolah/madrasah Tabel 7. Contoh Rencana Pendapatan Sekolah/Madrasah Tahun 2010 2014

C. MENYESUAIKAN RENCANA BIAYA DENGAN SUMBER PENDANAAN


Sebelum menyesuaikan rencana biaya dan sumber pendanaan, maka Tim Pengembang Sekolah/ Madrasah perlu mempelajari terlebih dahulu aturan penggunaan sumber pendanaan; karena biasanya masing-masing pemberi dana mempunyai aturan mainnya sendiri. Aturan penggunaan tertulis yang sudah tersedia adalah program BOS. Aturan tertuju pada pengeluaran-pengeluaran yang tidak boleh dan boleh dibiayai dengan dana BOS. Aturan dari sumberdana lain diatur dan

122

Bagian 2

dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan pemberi dana. Langkah berikutnya adalah menyesuaikan Rencana Biaya dengan Sumber Pendanaan. Dengan selesainya langkah ini, maka RKS/M telah selesai karena sekolah/madrasah sudah mempunyai rencana yang lengkap, yaitu: Sasaran, Program, Kegiatan, Rencana Biaya, dan Pendanaan. Tabel berikut merupakan contoh menyesuaikan rencana biaya dan sumber pendanaan sekolah/ madrasah untuk empat tahun. Tabel 8. Contoh Rencana Biaya dan Sumber Pendanaan Tahun 2010 2014

Bagian 2

123

Bagian 2 Bab VI

Perumusan RKT dan RKAS/M

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, sekolah/madrasah harus membuat Rencana Kerja Sekolah/Madrasah yang terdiri dari Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT). Dengan kata lain, sekolah/madrasah tidak dapat disebut memiliki RKS/M jika hanya memiliki RKJM dan belum menyusun RKT karena RKT merupakan bagian (tidak terpisahkan) dan bentuk pelaksanaan dari RKJM. Penyusunan RKT harus dilakukan oleh sekolah/madrasah di setiap tahun. Tahap V ini terdiri dari 2 (dua) langkah, yakni: 1. 2. Menetapkan Rencana Kerja Tahunan; dan Menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (Format BOS K-1A dan BOS K-1)

Bagian 2

124

A. MENETAPKAN RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT)


Dalam menetapkan Rencana Kerja Tahunan, ada tiga hal yang harus dilakukan, yaitu: 1. Menetapkan Program/Kegiatan Strategis; 2. Menetapkan Kegiatan Kegiatan Rutin/reguler; 3. Menetapkan Jadwal Rencana Kerja Tahunan.

1. Menetapkan Program/Kegiatan Strategis


Seperti telah dijelaskan di atas bahwa RKS/M merupakan dokumen satuan pendidikan yang memuat Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan Rencana Kerja Tahunan. RKJM disusun empat tahun sekali karena itu program ini memiliki periode pelaksanaan 4 tahun. Sedangkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) disusun setiap tahun oleh sekolah/madrasah berdasarkan RKJM, dengan masa implementasi setahun. Jadi, dokumen RKJM memuat perencanaan strategis yang akan dicapai dalam jangka empat tahun oleh sekolah/madrasah, sedangkan dokumen RKT memuat bukan hanya program/kegiatan strategis tetapi juga kegiatan rutin sekolah/madrasah. Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun program/kegiatan strategis: a. Menetapkan sasaran yang akan dicapai dalam satu tahun berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan dalam RKS/M (RKJM). Misalnya, sasaran dalam RKS/M (RKJM) Pada 2014 prestasi UASBN berpredikat memuaskan (7,00). Sasaran dalam program/kegiatan tahunan bisa Pada 2011 rata-rata nilai UASBN/UN 6,50

b. Menetapkan program, indikator keberhasilan program, kegiatan dan penanggung-jawab program/kegiatan harus merujuk pada program yang ada dalam RKJM. Untuk menetapkan indikator keberhasilan program harus disesuaikan dengan sasaran yang akan dicapai dalam satu tahun. Seperti contoh tabel di bawah ini: Tabel 9. Contoh Program dan Indikator Program/Kegiatan Strategis Tahun 2010/2011

Sasaran
1. Pada 2011 rata-rata nilai UASBN/ UN 6,5

Program
Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Kegiatan
1. Pelatihan PAKEM bagi 6 guru Bahasa Indonesia II. Dst

Indikator Program/ PenanggungKegiatan jawab


3 orang guru menerapkan PAKEM dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Dst Rasio buku : murid untuk mapel Matematika 1 : 1 Kepala sekolah/ madrasah

Dst Guru Kelas III dan Komite Sekolah/ Madrasah dst

2. Pada 2011 rasio buku: murid untuk mapel Matematika sebesar 1:1 dst

Pengembangan Sarana Prasarana Sekolah/Madrasah

1. Pengadaan buku mapel matematika

dst

dst

dst

2. Menetapkan Kegiatan Rutin/Reguler


Kegiatan rutin adalah kegiatan yang secara regular selalu dilakukan sekolah/madrasah berdasarkan kebutuhan tahunan. Dalam hal ini termasuk kegiatan untuk mempertahankan kelulusan 100 persen atau prestasi tertentu yang telah diperoleh sekolah/madrasah selama beberapa tahun terakhir (setidaknya tiga tahun terakhir), kegiatan untuk memenuhi kebutuhan daya dan jasa, dan sebagainya.

125

Bagian 2

Tabel 10. Contoh Kegiatan Rutin/Reguler

Bagian 2

126

127

Bagian 2

3. Menetapkan Jadwal Rencana Kerja Tahunan Sekolah/Madrasah


Sekolah/madrasah perlu menyusun jadwal RKT untuk mengetahui beban kegiatan sekolah/ madrasah, sumberdaya yang ada, serta kegiatan monitoring pelaksanaan program/kegiatan dalam jangka waktu satu tahun. Dalam RKT, jadwal disusun berdasarkan kalender akademik yang berlaku, yakni dimulai bulan ke-7 (Juli). Tabel 11. Contoh Jadwal Rencana Kerja Tahun 2010/2011

B. MENYUSUN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH/MADRASAH


Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS/M) adalah rencana biaya dan pendanaan program/kegiatan secara rinci untuk satu tahun anggaran baik bersifat strategis maupun rutin/ reguler. Format RKAS/M adalah format yang dipergunakan dalam Juknis BOS 2011, yaitu format BOS K-1 dan BOS K-1A. Format BOS K-1 ini adalah format multi-sumber, tidak hanya mencakup BOS Pusat tetapi juga sumber dana lain seperti BOS Provinsi, BOS Kabupaten/Kota, DAK, dan lain-lain. Program dan kegiatan juga ada yang bersifat strategis (yang di dalam buku Panduan BOS disebut Program Sekolah) dan ada yang bersifat rutin/regular (yang dalam buku Juknis BOS disebut Nonprogram Sekolah). RKAS/M merupakan dokumen anggaran sekolah/madrasah resmi yang disetujui oleh kepala sekolah/madrasah serta disahkan oleh Dinas Pendidikan untuk sekolah negeri dan penyelenggara pendidikan (yayasan) untuk sekolah/madrasah swasta. RKAS/M dibuat untuk satu tahun pelajaran yang terdiri atas pendapatan dan belanja (pengeluaran). RKAS/M mencakup semua biaya pendanaan dan anggaran tahunan, khususnya untuk satu tahun anggaran yang akan datang. Pendanaan yang dicantumkan di RKAS/M hanya mencakup pengeluaran dalam bentuk uang yang akan diterima dan dikelola oleh sekolah/madrasah. Penyusunan RKAS/M terdiri dari 3 (tiga) langkah: 1. Menghitung Biaya Rutin/Reguler; 2. Menghitung Rencana Biaya dan Sumber Pendanaan Program dan Kegiatan Rutin/ Reguler; 3. Menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (BOS K-1A dan BOS K-1). Berikut adalah penjelasan masing-masing langkah.

Bagian 2

128

1. Menghitung Biaya Rutin/Reguler


Biaya Rutin/Reguler merupakan bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan rutin satuan pendidikan agar dapat berlangsung kegiatan pendidikan yang sesuai dengan standar nasional secara teratur dan berkelanjutan. Biaya ini dikeluarkan bukan untuk suatu program/kegiatan tertentu, dan di dalam buku Panduan BOS 2011 disebut Biaya Non-program. Untuk menghitung biaya rutin/reguler perlu ditentukan terlebih dahulu biaya satuan. Biaya rutin/reguler meliputi: a. b. gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji; bahan atau peralatan habis pakai;

c. biaya rutin pendidikan tidak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dll. Berikut ini adalah contoh tabel perhitungan biaya rutin: Tabel 12. Contoh Biaya Rutin/Reguler

129

Bagian 2

Keterangan: Biaya rutin/regular di masing-masing sekolah/madrasah dapat berbeda satu sama lainnya sesuai dengan kebijakan sekolah/madrasah dan kabupaten/kota.

2. Menghitung Rencana Biaya dan Sumber Pendanaan Program dan Kegiatan Rutin/ Reguler
Setelah program dan kegiatan rutin/reguler dirumuskan, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya pelaksanaan program dan kegiatan rutin/reguler tersebut sehingga dapat diketahui dengan pasti berapa besar biaya program dan kegiatan rutin/reguler yang diperlukan, dan dari mana sumbernya serta kecukupannya untuk melaksanakan program dan kegiatan rutin/reguler. Setelah mengetahui berapa kebutuhan sekolah/madrasah untuk membiayai program dan kegiatan rutin/ reguler, maka langkah berikutnya adalah membuat Rencana Pendanaan.

Bagian 2

130

Rencana Pendanaan dibuat untuk memperkirakan sumber dan jumlah dana yang diperkirakan didapatkan oleh sekolah/madrasah. Beberapa sumber dana yang dapat diharapkan oleh sekolah/ madrasah, antara lain: BOS, Sumbangan Masyarakat melalui Komite Sekolah/madrasah atau Paguyuban Kelas, APBD Kabupaten/Kota, donatur, dan sebagainya. Di bawah ini adalah contoh tabel Rencana Biaya dan Sumber Pendanaan Program dan Kegiatan Rutin/Reguler Sekolah/ Madrasah. Tabel 13. Contoh Rencana Biaya dan Sumber Pendanaan Program dan Kegiatan Rutin/Reguler Tahun 2010/2011

131

Bagian 2

3. Menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS/M)


Langkah-langkah pembuatan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah: a. Menghitung biaya per program atau kegiatan. menentukan apakah penghitungan dilakukan untuk setiap program atau kegiatan; menentukan jenis belanja yang diperlukan untuk merealisasikan program atau kegiatan tersebut. Jenis belanja harus dipilih dari Daftar Jenis Belanja yang sudah diatur di dalam Permendagri No 59 Tahun 2007; menghitung biaya per jenis belanja dari setiap program atau kegiatan; menghitung biaya per Kategori Program Sekolah/Madrasah yang dirinci per Jenis Belanja; menghitung biaya Program Reguler/Rutin per Jenis Belanja (lihat butir 2.a Tabel 12); b. Mengalokasikan biaya/rencana penggunaan uang tersebut kepada sumber-sumber dana sesuai dengan aturan peruntukan dana dari masing-masing sumber dana; c. Menghitung jumlah surplus atau defisit. Tabel 14. Berikut adalah contoh format BOS K-1A.

Bagian 2

132

Tabel 15. Contoh Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (Format BOS K-1)

SEKOLAH / MADRASAH Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi

: : : :

133

Bagian 2

Mengetahui, Ketua Komite Sekolah/Madrasah

Menyetujui, Kepala Sekolah/Madrasah

Dibuat Oleh, TPS/M

__________________

_________________

_______________

Catatan: Mengkonversi RKAS/M dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 Bagi sekolah/madrasah yang akan mengusulkan dana melalui APBD, merupakan suatu keharusan untuk mengkonversi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/ Madarsah (RKAS/M) dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Berikut adalah contoh tabel hasil konversi RKAS/M dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007. Tabel 16. Contoh Hasil Konversi RKAS/M dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

Bagian 2

134

135

Bagian 2

Bagian 2 Bab VII

Pengesahan Dan Sosialisasi RKS/M dan RKAS/M

A. PENGESAHAN
Rencana kerja sekolah/madrasah (RKS/M) dan rencana kerja tahunan sekolah/madrasah (RKAS/M) harus disetujui melalui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah/madrasah. Selanjutnya RKS/M dan RKAS/M disahkan berlakunya oleh dinas pendidikan/kankemenag kabupaten/ kota (untuk sekolah/madrasah negeri), sedangkan sekolah/madrasah swasta disahkan berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah.

B. SOSIALISASI
RKS/M dan RKAS/M yang telah disahkan selanjutnya disosialisasikan kepada pihak-pihak terkait, khususnya kepada orang tua peserta didik, dengan cara menempelkan di papan pengumuman sekolah. Selain daripada itu, hal ini juga dapat disampaikan melalui pertemuan dengan orang tua peserta didik.
Bagian 2

136

Bagian 3

Manajemen Keuangan

Bagian ini membahas seluk-beluk manajemen keuangan sekolah/ madrasah dengan tujuan membantu pihak pengelola sekolah/madrasah agar memperoleh pemahaman dan keterampilan yang berkaitan dengan pengelolaan siklus penganggaran melalui penyiapan anggaran, penatausahaan, perpajakan, pengelolaan barang milik sekolah/ madrasah, pelaporan keuangan yang baik, serta mengkomunikasikannya kepada pemangku kepentingan (stakeholders) terkait. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, pertama terlebih dahulu disajikan-- dalam Bab I-pengantar tentang siklus manajemen keuangan sekolah/madrasah serta prinsip pengelolaan keuangan yang baik. Setelah itu, pada Bab II, diberikan gambaran umum tentang penatausahaan keuangan sekolah/madrasah, khususnya dalam penerimaan dan pengeluaran serta pelaporannya. Kemudian, pada Bab III, diuraikan berbagai jenis pajak yang terkait dengan pengelolaan keuangan dan transaksi di tingkat sekolah/madrasah. Bab IV memperkenalkan masalah pembukuan sekolah/madrasah, termasuk jenis buku dan transaksi, format buku serta alurnya. Bab V menyajikan ketentuan-ketentuan pencatatan barang milik sekolah/madrasah, dan Bab VI menguraikan hal-ihwal pelaporan keuangan sekolah/madrasah. Bab VII menutup Bagian ini dengan membahas berbagai hal yang bertalian dengan masalah audit, pengendalian dan pengawasan keuangan di tingkat sekolah/madrasah.

Bagian 3 Bab I

Pengantar Manajemen Keuangan Sekolah/Madrasah

A. LATAR BELAKANG
Manajemen keuangan sekolah/madrasah merupakan lanjutan dari materi perencanaan dan penganggaran sekolah/madrasah. Dalam pengertian umum manajemen keuangan, perencanaan dan penganggaran merupakan bagian dari manajemen keuangan secara keseluruhan, pemisahan yang dilakukan untuk setiap tingkat bukanlah untuk membedakan pengelolaan keuangan di tingkat sekolah/madrasah, melainkan sekedar memperlihatkan fokus pada kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan di masing-masing tahapan. Masing-masing tahapan mempengaruhi tahapan selanjutnya dan semuanya membentuk satu siklus yang tidak terputus. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 31 ayat 2 bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang. pemerintah pusat dan daerah berkewajiban menyelenggarakan suatu sistem pendidikan yang menyeluruh, termasuk dalam pengelolaan keuangan pendidikan. Kewajiban
Bagian 3

137

pengelolaan keuangan pada tingkat sekolah/madrasah kemudian menjadi tanggung jawab kepala sekolah/madrasah sebagai wakil dari pemerintah daerah di tingkat sekolah/madrasah. Sejak diluncurkannya Program BOS pada tahun 2005, tugas kepala sekolah/madrasah tidak hanya mencakup pelayanan pendidikan kepada masyarakat tapi juga termasuk pengelolaan keuangannya. Jika sebelumnya tanggung jawab pengelolaan keuangan ini lebih cenderung satu arah karena dana penyelenggaraan sekolah/madrasah tidak langsung dipegang oleh sekolah/madrasah, maka dengan adanya program BOS pengelolaan/manajemen keuangan sekolah/madrasah keseluruhannya berada di tangan sekolah/madrasah (kepala sekolah/madrasah) dengan melibatkan wakil dari orangtua murid (komite sekolah/madrasah) dalam hal pengawasan penggunaan dana. Masyarakat juga berhak dan wajib berperan dalam mengawasi penggunaan dana pendidikan ini sehingga tanggung jawab pengelolaan berubah menjadi ke dua arah, baik kepada dinas pendidikan maupun kepada masyarakat. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan peserta mengenai manajemen keuangan di tingkat sekolah/madrasah dengan cara memahami prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik.

B. PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH/MADRASAH


1. Definisi
Beragam referensi yang ada memberikan definisi beragam untuk manajemen keuangan. Secara umum manajemen keuangan merupakan pengendalian atas fungsi-fungsi keuangan di mana kemudian fungsi-fungsi ini diterjemahkan dalam kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi. Rincian dari masing-masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Perencanaan keuangan meliputi kegiatan merencanakan pemasukan dan pengeluaran serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu. b. Penganggaran keuangan merupakan tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat rincian pengeluaran dan pemasukan yang akan dilakukan/diperoleh. c. d. e. f. g. Pengelolaan keuangan merupakan kegiatan penggunaan dana organisasi untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara. Pencarian keuangan merupakan kegiatan mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk keperluan operasional kegiatan organisasi. Penyimpanan keuangan merupakan kegiatan pengumpulan dana perusahaan serta penyimpanan dana tersebut dengan aman. Pengendalian keuangan merupakan pelaksanaan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan. Pemeriksaan keuangan merupakan pelaksanaan audit internal atas keuangan organisasi agar tidak terjadi penyimpangan.

Pada dasarnya, manajemen keuangan di tingkat sekolah/madrasah tidak berbeda dengan pengertian yang berlaku secara umum. Depdiknas (2000) mendefinisikan manajemen keuangan sebagai tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Dengan kata lain manajemen keuangan sekolah/madrasah merupakan rangkaian aktivitas yang mengatur keuangan sekolah/madrasah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan sekolah/madrasah. Kegiatan perencanaan telah dibahas khusus dalam bagian perencanaan dan penganggaran sekolah/madrasah, sedangkan bagian ini akan membahas tentang penatausahaan, pembukuan, pelaporan dan pengawasan keuangan sekolah/madrasah.

138

Bagian 3

2. Tujuan
Manajemen keuangan merupakan hal penting dalam pengelolaan sekolah/madrasah secara keseluruhan, sejalan dengan tugas dan tanggung jawab sekolah/madrasah dalam mengelola secara langsung dana penyelenggaraan pendidikan melalui program BOS. Tujuan manajemen keuangan di tingkat sekolah/madrasah adalah: a. c. d. f. mengelola penggunaan dana sekolah/madrasah secara transparan dan akuntabel, mendorong pemanfaatan dana sekolah/madrasah secara lebih ekonomis, meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah/madrasah, mendorong kompetensi penanggungjawab keuangan sekolah/madrasah. b. meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana sekolah/madrasah,

e. memupuk kreativitas pencarian sumber pendanaan sekolah/madrasah, dan

C. LANDASAN HUKUM
Pengelolaan maupun manajemen keuangan daerah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara 5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 7. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (direvisi melalui Permendagri 59/2007) 8. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan 9. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Undang-Undang 17 Tahun 2003 meletakkan dasar hukum bagi pengelolaan keuangan baik untuk tingkat pusat maupun daerah. Pasal 10 ayat (1) butir b secara khusus menyatakan bahwa Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah. Undang-undang ini secara jelas meletakkan tanggung jawab pengelolaan keuangan di tingkat pejabat pengguna anggaran, dalam hal ini kepala sekolah/ madrasah. Sedangkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 meletakkan prinsip pengelolaan dana pendidikan yang berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik (Pasal 48). Peraturan perundangan lain di atas baik secara eksplisit maupun implisit mengedepankan pentingnya manajemen keuangan yang baik di tingkat sekolah/madrasah.

D. PRINSIP MANAJEMEN KEUANGAN YANG BAIK


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan prinsip manajemen keuangan secara umum yaitu:

Bagian 3

139

1. Value for Money


Prinsip value for money menyemangati UU 17 tahun 2003 Pasal 3 Ayat 1: Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Value for money merupakan sebuah konsep generik yang pada intinya mengedepankan 3 (tiga) hal: a. b. Ekonomis-- merupakan konsep yang digunakan untuk memperoleh input/masukan pada tingkat kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah. Efisien-- terkait dengan kuantitas dari suatu kegiatan. Seringkali efisiensi digambarkan sebagai perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, dan biaya. Perbandingan dapat dilihat dari dua sisi: Dari segi penggunaan input (masukan) tenaga, pikiran, waktu dan biaya. Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan. Dilihat dari segi hasil (output). Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya. c. Efektif-- merupakan perbandingan antara outcome dengan output, atau perbandingan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan di awal. Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

2. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan hasil kerja sesuai dengan mandat yang diterima kepada orang lain (masyarakat, atasan, ataupun pihak-pihak lain yang telah ditetapkan). Untuk lingkup manajemen keuangan sekolah/madrasah, akuntabilitas berarti pertanggungjawaban dana sekolah/madrasah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua siswa, masyarakat, maupun pemerintah.

3. Transparansi
Transparansi adalah adanya keterbukaan informasi. UU 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik mengatur tentang akses terhadap informasi yang dikuasai oleh badan publik (termasuk sekolah/madrasah). Dalam lingkup manajemen keuangan sekolah/madrasah, transparansi berarti keterbukaan akan kebijakan-kebijakan keuangan, keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, keterbukaan penggunaan serta pertanggungjawabannya sehingga memudahkan pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Dengan adanya transparansi maka akan tercipta kepercayaan timbal-balik antara sekolah/madrasah, orang tua, masyarakat dan pemerintah.

4. Keadilan
Keadilan dalam manajemen keuangan adalah adanya kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas. Prinsip ini menjadi penting pada organisasi yang menyediakan pelayanan publik karena fokus pelayanan adalah agar masyarakat memperoleh kesempatan yang sama dalam mengakses pelayanan pendidikan. Manajemen keuangan diselenggarakan untuk mendukung pencapaian pemerataan kesempatan tersebut.

5. Integritas
Pengelolaan keuangan dipercayakan kepada sumber daya yang memiliki kemampuan sesuai dengan bidang kerjanya (integritas) dan kejujuran yang tinggi sehingga peluang terjadinya korupsi dapat diminimalkan.

140

Bagian 3

E. TRANSPARANSI, AKUNTABILITAS DAN PARTISIPASI DI SEKOLAH/MADRASAH


Transparansi, akuntabilitas dan partisipasi merupakan bagian dari pilar good governance dan berkaitan erat dengan tata kelola pendidikan (good education governance). Bentuk dari setiap pilar tersebut dalam bidang pendidikan antara lain berupa:

1. Partisipasi
a. adanya peraturan, kebijakan, dan pedoman proses partisipasi yang telah disusun. b. c. adanya forum konsultasi dan temu publik pelaksanaan rencana. baik pada tahapan perencanaan maupun

pelibatan stakeholder (para pemangku kepentingan) dalam penyusunan rencana maupun pengawasan. adanya peraturan yang menjamin akses terhadap informasi (tepat waktu, mudah dijangkau dan bebas diperoleh) adanya mekanisme keterbukaan dan standarisasi pelayanan publik adanya mekanisme penyampaian keluhan dan tanggapan (complaint and response), adanya mekanisme pertanggungjawaban/pelaporan, adanya indikator kinerja, pengukuran dan penilaian kinerja, adanya mekanisme reward dan punishment.

2. Transparansi
a. b. a. b. c. d.

3. Akuntabilitas

Berdasarkan bentuk nyata setiap pilar dalam tata-kelola pendidikan, maka fungsi manajemen/ pengelolaan sekolah/madrasah yang bersinggungan adalah dalam: 1. tata-kelola dan fungsi perencanaan dan penganggaran di sekolah/madrasah, 2. tata-kelola dan fungsi implementasi program dan kegiatan di sekolah/madrasah, 3. tata kelola dan fungsi monitoring dan evaluasi, 4. tata kelola dan fungsi pelaporan dan pertanggungjawaban, dan 5. tata kelola dan fungsi kepemimpinan dan manajemen SDM Contoh nyata yang berkaitan erat dengan ketiga pilar (transparansi, akuntabilitas dan partisipasi) adalah: 1. Rencana dan realisasi penggunaan dana yang ditempel di papan pengumuman sekolah/madrasah 2. Pengumuman penerimaan dana sekolah/madrasah yang ditujukan kepada masyarakat melalui papan pengumuman. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, masalah perencanaan dan penganggaran dijelaskan dalam bagian terpisah. Bagian ini hanya akan mengulas topik-topik: penatausahaan keuangan, pajak, pembukuan, pencatatan barang, pelaporan, serta pengawasan dan audit.

Bagian 3

141

Bagian 3 Bab II

Penatausahaan Keuangan Sekolah/Madrasah

A. LATAR BELAKANG
Penatausahaan keuangan sekolah/madrasah memfokuskan diri pada tata cara penerimaan, pengeluaran, serta pelaporan penggunaan dana di tingkat sekolah/madrasah. Masing-masing fungsi menggunakan serangkaian format yang mengacu pada format yang telah digunakan dalam Buku Panduan BOS untuk memudahkan pengintegrasian laporan. Tugas penatausahaan keuangan sekolah/madrasah berada di tangan kepala sekolah/madrasah sebagai penanggungjawab utama. Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah/madrasah dibantu oleh bendahara sekolah/madrasah serta juru buku (jika ada). Pemisahan tanggung jawab merupakan hal penting dalam penatausahaan sekolah/madrasah, dan ini merupakan prinsip yang berlaku umum. Semakin banyak staf yang terlibat dalam penerimaan, pengeluaran maupun pelaporan dana maka akan semakin kecil kemungkinan terjadinya penyalahgunaan.

Bagian 3

142

Bab ini bertujuan untuk menjelaskan hal-ihwal penting tentang tiga hal berikut: 1. Tata-cara penatausahaan keuangan di tingkat sekolah/madrasah, 2. pentingnya pembagian peran dan tanggung jawab pengelolaan keuangan di tingkat sekolah/ madarasah, dan 3. pentingnya penatausahaan keuangan di tingkat sekolah/madrasah. Alur dalam prosedur penerimaan, pengeluaran/penggunaan dan pelaporan dana menjadi topik bahasan dalam bab ini, dikaitkan dengan peran dan tanggung jawab di setiap tahapan kegiatan.

B. PENGERTIAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN SEKOLAH/MADRASAH


Penatausahaan keuangan secara umum adalah pengaturan fungsi dan alur pelaksanaan aktivitas keuangan sekolah/madrasah berkaitan dengan penerimaan, pengeluaran, sampai pelaporan. Tata cara penerimaan, pengeluaran dan pelaporan merupakan inti dari penatausahaan keuangan sekolah/ madrasah.

1. Penerimaan
Pasal 46 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Secara umum, berdasarkan sumbernya penerimaan sekolah/madrasah dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. Pemerintah (BOS Pusat, DAK), Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota (BOSDA), Usaha mandiri sekolah/madrasah, Orang tua siswa, Dunia usaha dan industry, Sumber lain seperti hibah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, dan Yayasan penyelenggara pendidikan bagi lembaga pendidikan swasta.

Meskipun sampai saat ini sebagian besar sekolah/madrasah (khususnya yang berstatus sekolah/ madrasah negeri) masih sangat tergantung pada dana pemerintah (BOS) namun dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan yang berkualitas, partisipasi dari sumbersumber lain akan lebih tergali. Dalam bab-bab berikutnya, format BOS digunakan sebagai acuan guna memudahkan pengintegrasian laporan.

2. Pengeluaran
Pada prinsipnya pengeluaran/belanja sekolah/madrasah mencakup semua bentuk aliran dana keluar sekolah/madrasah yang digunakan untuk penyediaan layanan pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Perlu diperhatikan bahwa setiap sumber dana umumnya menetapkan syarat bagi penggunaan dana tersebut (kecuali tidak dinyatakan demikian). BOS sebagai penyumbang terbesar penerimaan sekolah/madrasah menetapkan aturan yang ketat dalam penggunaannya seperti tercantum dalam Buku Panduan (Petunjuk Teknis) BOS. Hibah dari lembaga-lembaga donor maupun dunia usaha dan industri juga seringkali menetapkan ketentuan penggunaan dana yang harus ditaati oleh sekolah/madrasah. Ketentuan ini dituangkan dalam bentuk tata cara atau prosedur pengeluaran/penggunaan dana.

143

Bagian 3

3. Pelaporan
Pelaporan dalam lingkup penatausahaan keuangan merupakan bentuk pertanggung-jawaban secara vertikal maupun horizontal atas penggunaan dana-dana yang dikuasakan kepada sekolah/ madrasah (kepala sekolah/madrasah) dalam kurun waktu tertentu. Tata cara pelaporan maupun bentuk laporan seringkali beragam untuk sumber dana yang berbeda. Dalam bagian ini, laporan yang digunakan dalam BOS menjadi acuan bagi sumber dana lain yang dimiliki sekolah/madrasah.

C. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENATAUSAHAAN KEUANGAN SEKOLAH/ MADRASAH


Idealnya terdapat 3 posisi yang berperan penting dalam penatausahaan keuangan sekolah/madrasah: (1) Kepala sekolah/madrasah sebagai penanggungjawab utama dalam pelaksanaan penatausahaan keuangan sekolah/madrasah; (2) Bendahara sebagai penanggungjawab aktivitas keuangan di tingkat sekolah/madrasah; dan (3) Juru Buku sebagai penanggungjawab pencatatan aktivitas keuangan di tingkat sekolah/madrasah. Untuk saat ini banyak sekolah/madrasah yang belum menempatkan Juru Buku dalam struktur pengelolaan keuangannya, namun dengan semakin berkembangnya tuntutan untuk mengelola keuangan sekolah/madrasah secara bertanggungjawab maka posisi ini sebaiknya diadakan guna pemisahan fungsi untuk pengendalian dan akuntabilitas. Sangat penting untuk memisahkan fungsi penerimaan, pengeluaran dan pencatatan. Peran dan tanggung jawab dari pelaksana penatausahaan keuangan di tingkat sekolah/madrasah secara rinci adalah sebagai berikut (sebagian berdasarkan Buku Panduan BOS).

1. Kepala Sekolah bertanggungjawab dalam:


a. memverifikasi jumlah dana BOS yang diterima dengan data siswa, b. melaporkan perubahan data jumlah siswa setiap triwulan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, c. mengelola dana yang diterima secara bertanggungjawab dan transparan, d. mengumumkan daftar komponen yang boleh dan tidak boleh dibiayai oleh dana BOS di papan pengumuman sekolah/madrasah (Format BOS-02), e. mengumumkan volume dana yang diterima dan dikelola sekolah/madrasah dan rencana penggunaan (RAPBS) di papan pengumuman yang ditandatangani oleh kepala sekolah/ madrasah, bendahara dan ketua komite sekolah/madrasah. (Gunakan format BOS K-1 dan K-1A sebagai acuan), membuat laporan triwulanan penggunaan dana BOS dan barang/jasa yang dibeli oleh sekolah yang ditandatangani oleh kepala sekolah, bendahara dan ketua komite sekolah (Format BOS03), bertanggungjawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di sekolah/madrasah, menyampaikan penggunaan dana BOS kepada Tim Manajemen BOS Kabupaten/ Kota, menyetujui tiap pengeluaran yang akan dilakukan, melakukan pengecekan rekonsiliasi (antara BOS K-3 dengan K-4, K-5, dan K-6) secara periodik,

f.

g. h. i. j.

k. melakukan pengecekan pembukuan (BOS K-3, K-4, dan K-6 serta Laporan BOS K-2 dan BOS03), dan l. memeriksa pemungutan dan penyetoran pajak.

Bagian 3

144

2. Bendahara, bertanggungjawab dalam:


a. membantu kepala sekolah/madrasah dalam menyusun RAPBS (untuk yang menerima dana BOS: BOS K-1 dan BOS K-1A),

b. menyiapkan daftar penggunaan uang sehari-hari untuk mendapatkan persetujuan dari kepala sekolah/madrasah, c. menyetujui bukti-bukti transaksi dan kodenya, d. memeriksa dan menyetujui pembukuan untuk format-format pembukuan: Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank, dan Buku Pembantu. e. memeriksa dan menyetujui laporan internal penerimaan dan pengeluaran dana (BOS K-2), dan laporan eksternal penerimaan dan pengeluaran dana (Format BOS-03), dan menyusun SPJ. f. g. melakukan pengecekan rekonsiliasi antara berbagai format pembukuan dan penutupan buku/format tersebut pada waktunya, sebelum diperiksa kepala sekolah/madrasah. menghitung, memungut dan menyetor PPh (pasal 21,dan 23) dan PPN.

3. Juru Buku bertanggungjawab dalam:


a. menyiapkan bukti transaksi, b. memberi kode pada bukti transaksi, c. membukukan format-format pembukuan: Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank, dan Buku Pembantu, d. menyusun laporan internal penerimaan dan pengeluaran dana (BOS K-2), dan laporan eksternal penerimaan dan pengeluaran dana (Format BOS-03), dan e. menyimpan bukti transaksi di tempat yang aman dan mudah dicari. Pelaksanaan penatausahaan keuangan beserta peran dan tanggung jawab para pelakunya seperti yang diuraikan di atas pada dasarnya mengacu pada azas umum penatausahaan keuangan. Azas yang dimaksud termasuk yang befrikut. 1. Penatausahaan keuangan yang diterapkan haruslah sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku; 2. Adanya pemisahan tugas di antara pihak pemberi otorisasi, yang menerima dan mengeluarkan uang, dan yang mencatat transaksi; 3. Kepala sekolah/madrasah wajib melakukan pemeriksaan terhadap penatausahaan keuangan sekolah/madrasah secara berkala (minimal setiap tiga bulan); 4. Dokumen bukti yang menjadi dasar penerimaan dan/atau pengeluaran dalam pelaksanaan APBS harus ditandatangani oleh bendahara sekolah/madrasah dan disahkan oleh kepala sekolah/ madrasah; dan 5. Kepala sekolah/madrasah yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen bukti pada poin 4 di atas bertanggungjawab terhadap kebenaran material dan akibat yang mungkin timbul dari penggunaan surat bukti yang dimaksud.

D. PROSEDUR PENERIMAAN, PENGELUARAN DAN PELAPORAN PENGGUNAAN DANA


1. Prosedur Penerimaan Dana
a. Mengirimkan/memutakhirkan daftar jumlah siswa untuk periode tahun pelajaran (untuk dana BOS).

145

Bagian 3

b. Menyusun rincian kebutuhan untuk setiap periode (3 bulanan), menggunakan format BOS-02 sebagai acuan. Rincian kebutuhan disusun berdasarkan jenis dan kebutuhan dengan mengacu pada RAPBS (perubahan dari RAPBS dimungkinkan selama tidak melebihi penerimaan). c. Memeriksa apakah dana sudah berada di rekening sekolah/madrasah (bank). Jika dana sudah masuk ke rekening maka dana yang masuk itu dicatat pada BOS K-3 dan K-5.

d. Melakukan pembukuan dengan mencatat pengambilan dana dalam format BOS K-3 atau K-4. e. Menyimpan bukti penerimaan dana sebagai dokumen sesuai nomor dan tanggal di tempat yang aman dan mudah ditemukan.

Bagian 3

146

Contoh format Pengumuman Rencana Penggunaan Dana (BOS-02):


Pengumuman Rencana Penggunaan Dana ..... Periode .... s.d. .. Jumlah Siswa: .. Jumlah Dana BOS : Rp A) Dana BOS boleh digunakan untuk (sesuaikan dengan panduan BOS) : 1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, yaitu biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang, pembuatan spanduk sekolah gratis, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut (misalnya untuk photocopy, konsumsi panitia, dan uang lembur dalam rangka penerimaan siswa baru, dan lain sebagainya yang relevan). 2. 3. 1. 2. Pembelian/penggandaan buku teks pelajaran. dst... disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan, dipinjamkan kepada pihak lain,

B) Dana BOS tidak boleh digunakan untuk (sesuaikan dengan panduan BOS):

3. membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah/madrasah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, study tour (karya wisata) dan sejenisnya. 4. dst...

C) Rencana Penggunaan Dana BOS di Sekolah


No 1 Uraian Rencana Penggunaan 2

Ketua Komite Sekolah

Kepala Sekolah

Bendahara

(.)

(..)

(..)

147

Bagian 3

2. Prosedur Pengeluaran/Penggunaan Dana telah diatur sebagai berikut:


a. b. mengintegrasikan pengajuan kebutuhan permintaan akan jenis barang/jasa yang diperlukan oleh guru/lainnya, mencocokkan pengajuan permintaan dengan rencana penggunaan dana. Permintaan yang tidak sesuai Format BOS-02 memerlukan persetujuan kepala sekolah/madrasah, penerimaan barang/jasa mencatat dalam Kartu Penerimaan Barang (Bab V) dan menyerahkan bukti penerimaan ke bendahara,

c. pembelian barang/jasa untuk setiap kali belanja tidak melebihi Rp 10 juta, d.

e. verifikasi oleh bendahara melakukan pencocokan antara bukti penerimaan barang dengan surat pemesana, f. pembayaran per kas atau bank kwitansi asli ataupun bukti transfer disimpan sebagai bukti, g. melakukan pembukuan yaitu dengan mencatat pada buku yang sesuai, BOS K-3, K-4, K-5 dan K-6 (Bab IV), dan h. Semua bukti terkait disimpan sebagai dokumen sesuai nomor dan tanggal pelaksanaan kegiatan di tempat yang aman dan mudah ditemukan. Penggunaan dana untuk pembelian barang/jasa memerlukan tahap verifikasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa barang yang dipesan sudah sesuai dengan kebutuhan, barang/jasa yang diperoleh sesuai dengan yang dipesan dan terdapat bukti yang cukup untuk mendukung transaksi tersebut. Tahap verifikasi merupakan tugas dari bendahara dengan melihat kesesuaian antara surat pemesanan dengan kartu penerimaan barang untuk beberapa hal berikut: jenis, kualitas, jumlah, penghitungan PPN dan PPh, harga, bukti transaksi, dan alokasi/ketersediaan dana.

3. Prosedur Pelaporan
a. Laporan pertanggungjawaban keuangan disampaikan setiap triwulan, semester dan tahunan b. Laporan disusun dengan mengacu pada Buku Kas Umum (BOS K-3), Buku Pembantu Kas (BOS K-4), Buku Pembantu Bank (BOS K-5), dan Buku Pembantu Pajak (BOS K-6) beserta dokumen pendukungnya sebagai bukti. c. d. Laporan yang perlu dibuat untuk diserahkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota adalah format BOS K-2, BOS K-3, BOS K-4, BOS K-5 dan BOS K-6, Laporan yang perlu dibuat untuk diumumkan kepada masyarakat adalah Laporan Penggunaan Dana BOS (Format BOS-03).

E. JENIS DOKUMEN DAN BUKTI TRANSAKSI DALAM PENATAUSAHAAN KEUANGAN SEKOLAH/MADRASAH


Dengan menggunakan format BOS sebagai acuan untuk juga digunakan pada sumber dana sekolah/ madrasah lainnya, beberapa dokumen yang penting terkait dengan penatausahaan keuangan sekolah/madrasah selain dari yang telah dijelaskan di atas adalah: 1. Format BOS K-1 adalah format untuk menyusun rencana keuangan yang dituangkan dalam RAPBS. Format ini adalah format multi sumber dana, sehingga harus memuat rencana penerimaan dan rencana penggunaan uang dari semua sumber dana yang diterima sekolah/madrasah. Format ini harus ditandatangani oleh kepala sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah, dan khusus untuk sekolah/madrasah swasta juga ditandatangani oleh ketua yayasan. Dokumen ini disimpan di sekolah/madrasah dan diperlihatkan kepada pengawas, Tim Manajemen BOS Kabupaten/ Kota, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan. Format BOS-K1 perlu dilengkapi dengan

Bagian 3

148

rencana penggunaan dana secara rinci, yang dibuat tahunan dan tiga bulanan yaitu Fomat BOSK1A. Format ini dibuat untuk setiap sumber dana yang diterima sekolah. 2. Format BOS K-2 adalah format laporan keuangan terintegrasi dan singkat/padat (condensed) dan merupakan satu-satunya laporan yang disampaikan kepada tim manajemen BOS Kabupaten/ Kota. Format ini adalah format multi sumber dana, sehingga harus memuat laporan penerimaan dan penggunaan uang dari semua sumber dana di sekolah. Sumber informasi untuk penyusunan Format BOS K-2 adalah pembukuan pada Format BOS K-3 (yang tidak multi sumber dana) dan dari semua sumber dana yang dikelola oleh sekolah pada periode yang sama. Bukti transaksi yang penting bagi penatausahaan keuangan dapat digolongkan dalam 3 (tiga) kelompok seperti yang dipaprkan berikut. 1. Bukti Penerimaan-- yaitu bukti yang digunakan sebagai dokumen dalam transaksi penerimaan di sekolah/madrasah. Contoh: kartu penerimaan barang, tanda terima sumbangan. 2. Bukti Pengeluaran-- yaitu bukti yang digunakan sebagai dokumen dalam transaksi pengeluaran di sekolah/madrasah. Contoh: kwitansi pembayaran ataupun bukti transfer bank dengan ketentuan sebagai berikut: a. tanpa meterai untuk nilai < Rp 250.000,00 b. dengan meterai Rp 3.000,00 untuk nilai Rp 250.000,00 s/d Rp 1.000.000,00 c. dengan materai Rp 6.000,00 untuk nilai > Rp 1.000.000,00 3. Bukti Penyetoran-- yaitu bukti yang digunakan sebagai dokumen dalam transaksi penyetoran uang ke bank.

149

Bagian 3

Bagian 3 Bab III

Perpajakan

A. LATAR BELAKANG
Pajak merupakan sumber utama pendapatan negara guna membiayai penyediaan pelayanan publik termasuk pelayanan pendidikan. Banyaknya regulasi perpajakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, mengharuskan kita sering memutakhirkan pengetahuan agar tidak timbul permasalahan di belakang hari. Sekolah/madrasah sebagai institusi pengguna dana baik dari APBN, APBD maupun sumbangan masyarakat, dalam pelaksanaan kegiatan kiranya perlu memahami aturan perpajakan yang berlaku umum dan penerapannya. Pada bab ini kita akan menelaah ihwal kewajiban perpajakan atas penggunaan dana yang ada di sekolah/madrasah yaitu mulai dari kewajiban memungut, menyetorkan dan melaporkan pajak PPh 21, PPh 22, PPh 23, dan PPN termasuk regulasi perpajakan terkini yang terkait dengan kewajiban perpajakan tersebut. Oleh karena itu, fokus pembahasan pada Bab 3 ini adalah:

Bagian 3

150

1. tentang pentingnya menunaikan kewajiban perpajakan dengan benar sesuai ketentuan yang berlaku, 2. tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak dengan benar, dan 3. sanksi-sanksi terkait dengan kelalaian pelaksanaan kewajiban pajak. Penjelasan tentang masing-masing pajak yang ada di tingkat sekolah/madrasah akan dibahas berikut ini.

B. PAJAK DI TINGKAT SEKOLAH/MADRADAH


1. Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Tarif dan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21, yaitu pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan. Pajak dikenakan kepada karyawan/pegawai tidak tetap/tenaga ahli, honorer dan lain-lain. Implementasi PPh Ps. 21 ini di tingkat sekolah/madrasah pada penggunaan dana BOS adalah ketika sekolah/madrasah memberikan honorarium bulanan kepada guru/pegawai non-PNS, maka berlaku ketentuan tarif sebagai berikut: 1) Apabila penghasilan guru/pegawai non-PNS tersebut dalam setahun sampai dengan Rp 50 juta maka berlaku tarif 5%. 2) Apabila penghasilan guru/pegawai non-PNS tersebut dalam setahun dari Rp 50 juta sampai dengan Rp 250 juta maka berlaku tarif 15%. 3) Apabila penghasilan guru/pegawai non-PNS tersebut dalam setahun dari Rp 250 juta sampai dengan Rp 500 juta maka berlaku tarif 25%. 4) Apabila penghasilan guru/pegawai non-PNS tersebut dalam setahun lebih dari Rp 500 juta maka berlaku tarif 30%. Berikut contoh penghitungan PPh Ps. 21 atas gaji yang diberikan bulanan kepada guru/ pegawai non-PNS: Gaji pokok sebulan Gaji pokok setahun (A) Dikurangi: Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)/Kawin dengan 2 anak (B) Penghasilan Kena Pajak (C= A-B) PPh s. 21 sebulan (C : 12 bulan) Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah: Status sendiri Tambahan status kawin Tambahan tanggungan keluarga, maksimal 3 orang @ Rp 15.840.000,00/tahun Rp 1.320.000,00/tahun Rp 1.320.000,00/tahun PPh Ps. 21 terutang setahun 5% x C Rp 19.800.000,00 Rp 3.000.000,00 Rp 150.000,00 Rp 12.500,00 Rp 2.000.000,00 Rp 22.800.000,00

Apabila penghasilan guru/pegawai non-PNS tersebut dalam setahun tidak mencapai Rp 15.840.000,00 atau dalam sebulan tidak mencapai Rp 1.320.000,00 maka bendaharawan sekolah/madrasah negeri maupun sekolah/madrasah bukan negeri tidak perlu memotong PPh Ps. 21 atas penghasilan yang diterima guru/pegawai non-PNS tersebut.

151

Bagian 3

Di samping pemberian honor rutin bulanan ada juga pemberian honor kepada guru PNS/ Guru Non-PNS/Pegawai Non-PNS (bukan honor bulanan) dalam rangka melakukan kegiatan, maka semua bendaharawan baik pada sekolah/madrasah negeri maupun sekolah/madrasah bukan negeri wajib memungut: 1) Bagi guru/pegawai non-PNS sebagai peserta kegiatan, harus dipotong PPh Pasal 21 dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh sebesar 5 % dari jumlah bruto honor. 2) Bagi guru/pegawai PNS diatur sebagai berikut : a) Golongan I dan II dengan tarif 0 % (nol persen). b) Golongan III dengan tarif 5% (lima persen) dari penghasilan bruto. c) Golongan IV dengan tarif 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto. (sesuai Peraturan Menteri Keuangan nomor 262/PMK.03/2010 tentang Tata Cara pemotongan Pajak Penghasilan pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota Polri, dan pensiunannya atas penghasilan yang menjadi beban APBN atau APBD) b. Tata cara penyetoran dan pelaporan PPh Ps. 21: 1) Bendahara sekolah wajib menyetorkan PPh 21 yang dipungutnya ke kas negara melalui Bank Pemerintah/PT. Pos Indonesia dengan media Surat Setoran Pajak (SSP), dan dilaksanakan paling lambat 10 hari setelah bulan yang bersangkutan. 2) Bendahara sekolah wajib melaporkan PPh 21 yang telah disetorkan tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Masa (SPT) PPh 21 dengan dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP) lembar 3. 3) Pelaporan dilaksanakan paling lambat 10 hari setelah bulan yang bersangkutan. c. PPh 21 juga dikenakan terhadap penghasilan: 1) Pegawai honorer dengan ketentuan sebagai berikut: a) Honor bulanan < Rp 1.320.000,00 dalam 1 bulan takwim tidak dikenakan PPh 21 b) Honor bulanan > Rp 1.320.000,00 per bulan takwim maka penghitungan PPh 21 harus disetahunkan dan berlaku norma perhitungan PPh 21 dengan tarif. c) Penghasilan kena pajak dihitung dari penghasilan bruto dikurangi PTPK. d) PTKP yang berlaku sama dengan PTKP pegawi tetap. Yang dimaksudkan bulan takwim adalah masa atau waktu yang diperbolehkan untuk membayar/melapor pajak tanpa dikenakan denda/sanksi. 2) Tenaga lepas dalam rangka pemeliharaan sekolah/madrasah, dengan ketentuan sebagai berikut: a) Upah harian < Rp 150.000,00 dan dalam 1 bulan takwim < Rp 1.320.000,00 tidak dikenakan PPh 21. b) Upah harian < Rp 150.000,00 namun dalam 1 bulan takwim > Rp 1.320.000,00 maka pada saat total melebihi Rp 1.320.000,00 dikenakan PPh 21 dengan tariff 5% atas jumlah bruto setelah dikurangi PTKP. c) Upah harian > Rp 150.000,00 dan dalam 1 bulan takwim < Rp 1.320.000,00 dikenakan PPh 21 sebesar 5% dari upah harian rata-rata di atas Rp 150.000,00 5% x (bruto 150.000,00). d) Upah harian (atau rata-rata) > Rp 150.000,00 dan dalam 1 bulan takwim > Rp 1.320.000,00 maka pada saat total upah melebihi Rp 1.320.000,00 dikenakan PPh 21 dengan tarif 5% atas jumlah bruto setelah dikurangi PTKP 5% x (bruto PTKP).

Bagian 3

152

3) Tenaga ahli seperti dokter, pengacara, akuntan, arsitek, konsultan, notaris, penilai/aktuaria penghitunga PPh 21 adalah 50% x Penghasilan Bruto x 15% Pegawai tidak tetap tidak mendapat Pengurangan Biaya Jabatan. Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 dengan norma perhitungan di atas adalah mengikuti Petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang diatur melalui Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-545/PJ./2000 tgl. 29 Desember 2000. Sesuai KEP tersebut Pasal 21, maka: 1) Bendahara sekolah wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan takwim. 2) Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah, atau bank-bank lain yang ditunjuk oleh Dirjen Anggaran, selambat-lambatnya 10 hari setelah bulan yang bersangkutan. 3) Bendahara sekolah wajib melaporkan penyetoran tersebut sekalipun nihil dengan melakukan pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa disertai dengan lampiran Surat Setoran Pajak (SSP) sebagai bukti penyetoran ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, selambat-lambatnya 10 hari setelah bulan yang bersangkutan. 4) Kelalaian yang menyebabkan keterlambatan penyetoran maupun pelaporan akan dikenakan sanksi (akan dibahas kemudian).

2. Pajak Penghasilan Ps. 22


Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana untuk pembelian barang seperti ATK/bahan/penggandaan dan lain-lain maka bendahara sekolah negeri wajib memungut PPh Ps. 22 dengan tarif 1,5% dari nilai pembelian barang tidak termasuk PPN. Apabila rekanan/toko tidak memiliki NPWP maka dikenakan tarif 100% lebih tinggi yaitu menjadi 3%. Pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 Pasal 3 yang dikecualikan dari pemungutan PPh Ps. 22, antara lain adalah sebagai berikut. i. Butir b (14) buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama; ii. Butir e. (1) pembayaran yang jumlah paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah; iii. Butir e. (2) Pembayaran untuk pembelian BBM, Listrik, Gas, pelumas, PDAM dan Bendabenda Pos; dan iv. Butir h. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana BOS. Perubahan peraturan ini mulai berlaku tanggal 31 Agustus 2010. Tata cara pemungutan dan penyetoran PPh Ps. 22 adalah sebagai berikut: i. ii. Bendahara sekolah negeri wajib memungut PPh Ps. 22 pada setiap pelaksanaan pembayaran barang kepada rekanan. PPh Ps. 22 yang dipungut wajib disetor pada hari yang sama ke Bank/ Kantor Pos dengan menggunakan SSP.

iii. SSP diisi oleh dan atas nama rekanan dan ditandatangani oleh bendaharawan. iv. Bendahara sekolah wajib melaporkan PPh 22 yang telah disetorkan tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Masa (SPT) PPh 22. v. Pelaporan dilaksanakan selambat-lambatnya 14 hari setelah bulan takwim berakhir, jika jatuh pada hari libur maka dilaporkan pada hari kerja berikutnya.

153

Bagian 3

3. Pajak Penghasilan Ps. 23 PPh Ps. 23 terkait dengan pajak pemotongan/pemungutan atas pembayaran jasa oleh Bendaharawan. Yang menjadi objek PPh Ps. 23 adalah: i. Penerimaan deviden, bunga, royalti, hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Ps. 21 ayat (1) huruf e UU No. 36/2008 dikenakan tarif 15% dari jumlah bruto. Penerimaan sewa dan penghasilan lain penggunaan harta, jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain selain yang telah dipotong PPh Ps. 21 dikenakan tarif 2% dari jumlah bruto.

ii.

Apabila rekanan tidak mempunyai NPWP maka dikenakan tarif 100% lebih tinggi. Berikut jenis jasa yang dipotong PPh Ps. 23 dengan tarif sebesar 2% dari jumlah bruto sesuai PMK244/PMK.03/2008: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Jasa penilai Jasa aktuaris Jasa akuntansi, pembukuan dan atestasi LK Jasa perancang/design Jasa pengeboran di bidang pertambangan migas Jasa penunjang di bidang penambangan migas Jasa penambangan dan penunjang di bidang non migas Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara Jasa penebangan hutan Jasa pengolahan limbah Jasa penyedia tenaga kerja/outsourcing sevice Jasa perantara dan atau keagenan

m. Jasa di bidang perdagangan surat berharga n. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan o. p. r. Jasa pengisian suara dan atau sulih suara Jasa mixing film Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh WP yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempuyai izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan /atau bangunan, selain yang dilakukan oleh WP yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempuyai izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi Jasa maklon Jasa penyelidikan dan keamanan Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer

q. Jasa sehubungan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan

s.

t. u. v.

w. Jasa pengepakan

Bagian 3

154

x. Jasa penyediaan tempat dan atau waktu dalam media masa, media luar ruangan atau media lainnya untuk penyampaian informasi y. Jasa pembasmian hama z. Jasa kebersihan atau cleaning service aa. Jasa katering atau tata boga. Tata cara penyetoran dan pelaporan PPh Ps. 23: a. Jumlahkan PPh Ps. 23 dalam bukti pemotongan selama 1 bulan takwim disetor dengan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Bank Persepsi/Kantor Pos paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, bila jatuh tempo hari libur maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya. b. Bendahara sekolah membuat laporan PPh Ps. 23 dengan cara mengisi SPT Masa PPh Ps. 23 rangkap 2 dengan dilampiri SSP lembar ke-3, daftar bukti pemotongan PPh Ps. 23 dan bukti potong lembar ke-2 diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya, bila jatuh tempo hari libur pelaporan pada hari kerja berikutnya.

Berikut contoh penghitungan PPh Ps. 23: Sekolah negeri mengadakan kegiatan pelatihan di mana untuk konsumsi dikontrakkan kepada perusahaan jasa catering dengan nilai Rp 1.800.000,00 maka Bendahara wajib memungut PPh Ps. 23, dengan perhitungan: - - Apabila rekanan memiliki NPWP: PPh Ps. 23 = Rp 1.800.000,00 x 100/110 x 2% = Rp 32.727,00 Apabila rekanan tidak memiliki NPWP, maka perhitungan menjadi: PPh Ps. 23 = Rp 1.800.000,00 x 100/110 x 2% x 200% = Rp 65.455,00

4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


PPN merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah Pabean. Yang menjadi objek PPN adalah: a. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) Rekanan. b. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di dalam daerah Pabean. c. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. Pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) seperti tertuang dalam UU No. 42 tahun 2009, Pasal 3A: a. Pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP), kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang. b. Pengusaha kecil dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). c. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang. d. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf d dan/atau yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf e wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yang terutang yang penghitugan dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

155

Bagian 3

Menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-382/PJ/2002 tentang pedoman pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dan PPNBm dan Pengusaha Kena Pajak (PKP) rekanan lampiran I butir 6 bahwa pemungut PPN (Bendaharawan) tidak perlu memungut PPN dan PPNBm atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan oleh bukan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Yang dikecualikan dari pemungutan PPN adalah: a. Pembayaran Rp 1 Juta termasuk PPN dan tidak dipecah, b. Pembayaran untuk pembebasan Tanah, c. Pembayaran atas Penyerahan BKP dan atau JKP yang menurut perundangan undangan PPN men-dapat fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN, d. Penyerahan BBM / Non-BBM oleh Pertamina, e. Pembayaran Rekening Telepon, f. Jasa Angkutan Udara oleh Perusahaan Penerbangan, g. Pembayaran lain yang tidak dikenakan PPN, Kelompok Barang yang tidak dikenakan PPN: a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, b. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering, dan d. Uang, emas, batangan, dan surat berharga. Kelompok Jasa yang tidak dikenakan PPN: a. Jasa pelayanan kesehatan medis, b. Jasa pelayanan sosial, c. Jasa pengiriman surat dengan perangko, d. Jasa keuangan, e. Jasa asuransi, f. Jasa keagamaan, g. Jasa pendidikan, h. Jasa kesenian dan hiburan, i. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan, j. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri, k. Jasa tenaga kerja, l. Jasa perhotelan, m. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, n. Jasa penyediaan tempat parkir, o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam, p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos, dan q. Jasa boga atau katering.

Bagian 3

156

Tata Cara penyetoran PPN: i. PPN yang dipungut bendaharawan disetor ke kas negara melalui Bank Persepsi/ Kantor Pos selambat-lambatnya tanggal 7 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir, apabila tanggal 7 bertepatan dengan hari libur maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya. ii. Surat Setoran Pajak (SSP) rangkap 5, didistribusikan: a. b. c. d. e. SSP lembar 1 untuk Pengusaha Kena Pajak (PKP) Rekanan, SSP lembar 2 untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Bank/Kantor Pos, SSP lembar 3 untuk Lampiran SPT Masa PPN, SSP lembar 4 untuk Bank Persepsi/Kantor Pos, SSP lembar 5 untuk Arsip Bendaharawan

Tata Cara pelaporan PPN: i. PPN yang dipungut bendaharawan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan menggunakan SPT Masa PPN dengan dilampiri Faktur Pajak selambat-lambatnya 14 hari setelah masa pajak berakhir, dalam hal tanggal 14 jatuh pada hari libur pelaporan dilakukan pada hari kerja sesudahnya ii. Surat Pemberitahuan Masa (SPT) PPN terdiri dari 3 lembar: a. b. c. Lembar 1 adalah formulir 1107 Put induk Lembar 2 adalah formulir 1107 Put 1 lampiran 1 Lembar 3 adalah formulir 1107 Put 2 lampiran 2

Berikut contoh penghitungan PPN: Sekolah negeri membeli ATK kepada Pengusaha Kena Pajak Rekanan (Toko TOP) senilai Rp 2.200.000,00 maka Bendahara wajib memungut PPN sebesar 10 %, dengan perhitungan: Harga termasuk PPN PPN yang harus dipungut 10/110 x Rp 2.200.000,00 Jumlah yang dibayar sekolah pada Toko TOP Rp 2.200.000,00 Rp 200.000,00 Rp 2.000.000,00

Sekolah wajib menerbitkan faktur pajak setiap melakukan pemotongan PPN. Kemudian sekolah akan menyetorkan PPN yang dipungutnya dari Toko TOP sebesar Rp 200.000,00 ke bank persepsi atau kantor pos,

C. SANKSI ATAS KETERLAMBATAN LAPORAN


Penyetoran pajak bukanlah akhir dari tugas bendahara dalam kewajiban perpajakannya, yang tidak kalah pentingnya adalah melaporkan bahwa penyetoran telah dilakukan. Sesuai UndangUndang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, kelalaian dalam menyampaikan laporan akan berakibat pemberian sanksi berupa::

1. Denda (Pasal 7):


a. Rp 100.000,00 jika terlambat/tidak menyampaikan SPT Masa PPh 21/22/23/26 b. Rp 1.000.000,00 jika terlambat/tidak menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan c. Rp 500.000,00 jika terlambat/tidak menyampaikan SPT Masa PPN

2. Bunga atas pajak yang tidak/kurang dibayar (Pasal 8, 13, 14, 19) 2% per bulan, maksimal 24 bulan untuk kelalaian berupa:

157

Bagian 3

a. b. c.

Pembetulan sendiri SPT. Hasil penelitan SPT akibat salah tulis dan/atau salah hitung. Hasil pemeriksaan (Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran SKPKB).

d. Izin penundaan pembayaran SPT. e. Izin mengangsur atau menunda pembayaran.

3. Kenaikan dari pajak yang tidak/kurang dibayar (Pasal 13 dan 15):


a. 50% jika SPT tidak disampaikan setelah mendapat teguran tertulis. b. 100% jika tidak memenuhi ketentuan Pasal 28 dan 29 UU 28/2007. c. 100% jika dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Informasi lengkap mengenai penghitungan maupun tata cara penyetoran serta pelaporan PPh 21, 23 dan PPN dapat diperoleh di bagian pelayanan kantor pelayanan pajak terdekat.

LATIHAN
Penghitungan Pajak di Sekolah/Madrasah
Kasus: 1. Pada tanggal 1, sekolah memberikan honor bulanan kepada seorang guru honorer/Non PNS dengan status kawin dan mempunyai 1 anak, besarnya honor Rp 1.800.000,00/bulan. a. b. c. d. Sebutkan jenis pajak apa yang dikenakan atas pengeluaran honor tersebut? Berapa besarnya pajak yang dipungut? Kapan pajak tersebut harus disetor ke kas negara? Kapan pajak tersebut harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat?

2. Pada tanggal 11, sekolah memberikan honor kepada guru PNS Golongan IIIb atas kegiatan pembuatan laporan hasil belajar siswa dengan besaran Rp 200.000,00 a. b. c. d. Sebutkan jenis pajak apa yang dikenakan atas pengeluaran honor tersebut? Berapa besarnya pajak yang dipungut? Kapan pajak tersebut harus disetor ke kas negara? Kapan pajak tersebut harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat?

3. Pada tanggal 15, sekolah negeri membeli ATK kepada toko/pengusaha kena pajak dengan nilai pembelian Rp 2.500.000,00 (harga sudah termasuk PPN). a. b. c. d. Sebutkan jenis pajak apa saja yang dikenakan atas pembelian ATK tersebut? Berapa besarnya pajak yang dipungut? Kapan pajak tersebut harus disetor ke kas negara? Kapan pajak tersebut harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat?

4. Pada tanggal 18, sekolah negeri melakukan renovasi kamar mandi dengan rincian biaya sebagai berikut: membeli material Rp 4.000.000,00 ditoko bahan bangunan yang bukan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), ongkos tukang Rp 160.000,00 per hari selama 8 hari dan total ongkos tukang

Bagian 3

158

yang dikeluarkan selama 8 hari menjadi Rp 1.200.000,00. a. b. c. d. Sebutkan jenis pajak apa saja yang dikenakan atas renovasi kamar mandi tersebut? Berapa besarnya pajak yang dipungut? Kapan pajak tersebut harus disetor ke kas negara? Kapan pajak tersebut harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat?

5. Tanggal 22-24, sekolah negeri menyelenggarakan inhouse training selama 2 hari, dimana untuk pengeluaran yang terkait dengan konsumsi diserahkan jasanya kepada pengusaha katering/jasa boga. Total biaya konsumsi sebesar Rp 2.000.000,00. a. b. c. d. Sebutkan jenis pajak apa saja yang dikenakan atas pembelian ATK tersebut? Berapa besarnya pajak yang dipungut? Kapan pajak tersebut harus disetor ke kas negara? Kapan pajak tersebut harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat?

6. Tanggal 26, sekolah negeri membeli buku teks pelajaran sebesar Rp 6.000.000,-. a. b. c. d. Sebutkan jenis pajak apa saja yang dikenakan atas pembelian tersebut? Berapa besarnya pajak yang dipungut? Kapan pajak tersebut harus disetor ke kas negara? Kapan pajak tersebut harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat?

159

Bagian 3

Bagian 3 Bab IV

Pembukuan

A. LATAR BELAKANG
Bagian yang sangat penting dalam tata kelola keuangan dalam suatu organisasi termasuk sekolah/ madrasah adalah pembukuan. Pembukuan merupakan sumber informasi dari pertanggungjawaban keuangan yang akan disusun dalam bentuk laporan. Dalam tahap pembukuan ini semua penerimaan dan pengeluaran uang harus diper-tanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dibukukan sesuai dengan norma/aturan baku. Secara umum, pembukuan didefinisikan sebagai pencatatan semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dana yang dilakukan sekolah/madrasah, baik secara manual ataupun menggunakan komputer, ke dalam buku-buku sesuai dengan peraturan yang berlaku. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 mendefinisikan pembukuan sebagai proses pencatatan data dan informasi keuangan. Karena pengertian ini masih merupakan pengertian umum, maka perlu dicari pengertian yang lebih spesifik. Untuk tingkat sekolah, Buku Panduan BOS 2010 memberikan definisi pembukuan sebagai
Bagian 3

160

pencatatan penerimaan dan pengeluaran dana oleh sekolah, di dalam buku kas umum dan buku pembantu. Dari definisi tersebut ada beberapa hal penting yang harus dipahami untuk dapat menyelenggarakan pembukuan dengan baik: 1. Jenis transaksi 2. Jenis buku 3. Proses atau alur pembukuan. Pembukuan suatu transaksi tergantung pada jenis transaksi. Pembukuan juga berarti membukukan pada buku/buku-buku yang tepat karena ada saling keterkaitan antara buku-buku tersebut. Pembukuan juga harus dilakukan dengan cara dan pada waktu yang tepat. Sesi ini secara khusus akan menjelaskan tentang jenis transaksi, jenis buku dan alur pembukuan dalam menyelenggarakan manajemen keuangan di tingkat sekolah. Pembukuan yang dilakukan secara baik dan benar akan memberikan manfaat bagi sekolah/madrasah, karena melalui pembukuan sekolah/madrasah memiliki data dan rincian yang terkait dengan: 1. Setiap penerimaan dan pengeluaran sekolah/madrasah sesuai dengan waktu terjadinya. Informasi mengenai jenis, jumlah dan waktu penerimaan atau pengeluaran dengan mudah dapat diketahui. 2. Dana yang masih tersedia dan telah terpakai pada periode tertentu. Informasi ini penting untuk mengetahui ketersediaan dana dalam jangka pendek guna memperlancar kegiatan belaja mengajar di sekolah/madrasah. 3. Dasar penyusunan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pertanggung-jawaban sekolah/ madrasah.

B. TRANSAKSI KEUANGAN
Transaksi adalah situasi atau kejadian yang melibatkan unsur lingkungan dan mempengaruhi posisi keuangan. Transaksi umumnya diukur dengan nilai uang, sehingga bisa dicatat. Untuk mencatat transaksi tersebut dibutuhkan dokumen atau bukti transaksi sebagai pendukungnya. Ada dua kelompok besar transaksi menurut arus masuk/keluarnya uang, yaitu:

1. Transaksi penerimaan, yang dibedakan lagi menjadi:


a. Transaksi penerimaan internal Yaitu penerimaan yang hanya mempengaruhi posisi kas dan bank, atau posisi kas saja. Contoh: Penyetoran uang kas ke bank, pemindahan dana milik sekolah dari satu rekening bank ke rekening sekolah/madrasah di bank lain. b. Transaksi penerimaan eksternal Penerimaan yang mempengaruhi posisi kas dan/atau posisi bank yang diterima dari sumbersumber bukan milik sekolah/madrasah. Contoh: pencairan dana BOS ke rekening sekolah, pajak yang dipungut sekolah, bunga tabungan/ deposito.

2. Transaksi pengeluaran, yaitu bila dana yang dimiliki sekolah/madrasah berkurang (baik dana tercatat di bank maupun di kas). Transaksi ini dibedakan menjadi:
a. Transaksi pengeluaran internal Yaitu pengeluaran yang hanya mempengaruhi posisi kas dan posisi bank, atau posisi kas saja. Contoh: sama dengan penerimaan internal yaitu pemindahan dana antar rekening milik sekolah/madrasah, dilihat dari sisi rekening bank yang mengeluarkan dana. b. Transaksi pengeluaran eksternal Yaitu pengeluaran yang mempengaruhi posisi/jumlah uang kas dan/atau posisi jumlah uang

161

Bagian 3

di bank karena pembelian barang/jasa. Contoh: pembelian ATK yang dibayar tunai, atau belanja modal.

C. JENIS BUKU
Pencatatan setiap transaksi dilakukan dalam sebuah buku menurut kelompok/jenis akunnya. Pengelompokkan berdasarkan akun ini untuk memudahkan penyusunan laporan. Untuk tingkat sekolah/madrasah, buku-buku yang dibutuhkan adalah: 1. Buku Kas Umum-- ini merupakan buku utama untuk mencatat semua transaksi keuangan. Umumnya hanya menampung transaksi eksternal saja. Bisa saja digunakan untuk mencatat transaksi internal, dan disaat yang sama dilakukan pembukuan disisi sebaliknya. Contoh: penerimaan uang kas dari bank, dibukukan di kolom penerimaan dan di saat yang sama dibukukan di kolom pengeluaran uang bank karena pada saat yang sama uang kita di bank berkurang. 2. Buku Pembantu-- dibedakan menjadi: a. b. c. Buku Pembantu Kas untuk mencatat transaksi keuangan terkait dengan uang kas di bendahara. Buku ini menampung transaksi internal maupun eksternal yang dilakukan per kas. Buku Pembantu Bank untuk mencatat transaksi keuangan terkait dengan uang di bank. Buku ini menampung transaksi eksternal maupun internal yang dilakukan melalui bank. Buku Pembantu Pajak untuk mencatat transaksi keuangan terkait dengan pemungutan dan penyetoran pajak oleh bendahara sekolah/madrasah (transaksi eksternal yang dilakukan per kas atau bank terkait pajak).

Masing-masing sumber dana setidaknya memiliki ke-empat jenis buku di atas, karena untuk sekolah/ madrasah yang masih menggunakan sistem manual akan terdapat lebih dari satu buku kas umum dan buku pembantu. Untuk sekolah/madrasah sudah menggunakan komputer akan jauh lebih mudah untuk memelihara berbagai jenis buku yang ada. Transaksi yang dicatat di buku yang sesuai harus disertai dengan bukti-bukti transaksi yang mencantumkan tanggal transaksi, nomor bukti transaski, nomor kode akun serta uraian penerimaan dan pengeluaran. Kode akun yang digunakan adalah kode akun yang dikeluarkan oleh Kemendagri (untuk sekolah negeri) dan Kemenag (untuk madrasah) bagi program BOS. Kemudian pilih program nasional atau program sekolah yang sesuai. Terakhir adalah memilih kode akun untuk jenis transaksi.

D. PROSES/ALUR PEMBUKUAN
Setelah/madrasah mengenal jenis transaksi dan jenis buku yang ada di tingkat sekolah/madrasah. Berikut adalah proses atau alur pembukuan secara sederhana: 1. Pembukuan dilakukan dengan mengisikan bukti transaksi-transaksi penerimaan dan bukti transaksi keuangan dalam buku/format-format yang ada, yaitu BOS K-3 (Buku Kas Umum), dan buku-buku pembantunya, yakni: BOS K-4 (Buku Pembantu Kas), BOS K-5 (Buku Pembantu Bank), BOS K-6 (Buku Pembantu Pajak). 2. Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran dapat dilakukan dengan tulis tangan atau menggunakan komputer.1 3. Dalam hal pembukuan dilakukan dengan komputer, bendahara wajib mencetak BKU dan bukubuku pembantu sekurang-kurangnya sekali dalam satu bulan dan menatausahakan hasil cetakan BKU dan buku-buku pembantu bulanan, setelah ditandatangani Kepala Sekolah dan Bendahara Sekolah.

Peraturan Menteri Keuangan nomor 73/PMK.05/2008 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-47/PB/2009.

Bagian 3

162

4. Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam Buku Kas Umum dan Buku Pembantu yang relevan sesuai dengan urutan tanggal kejadiannya. 5. Uang tunai yang ada di Kas Tunai tidak lebih dari Rp 10 juta. 6. Apabila bendahara meninggalkan tempat kedudukannya atau berhenti dari jabatannya, Buku Kas Umum dan buku pembantunya serta bukti-bukti pengeluaran tidak boleh dibawa dan harus disimpan di kantornya. 7. Format ini harus dibukukan per transaksi dan ditandatangani oleh Bendahara dan Kepala Sekolah. Dokumen ini disimpan di sekolah/madrasah dan diperlihatkan kepada pengawas, Tim Manajeman BOS Kabupaten/Kota, dan para pemeriksa lain apabila diperlukan. 8. Bukti pengeluaran: a. Setiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan bukti kwitansi yang sah. b. Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhi meterai yang cukup sesuai dengan ketentuan bea meterai. Untuk transaksi dengan nilai sampai Rp 250.000,00 tidak dikenai bea meterai, sedang transaksi dengan nilai nominal antara Rp 250.000,00 sampai dengan Rp 1.000.000,00 dikenai bea meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,00 dan transaksi dengan nilai nominal lebih besar Rp 1.000.000,00 dikenai bea meterai dengan tarif sebesar Rp 6.000,00 c. Nomor bukti harus diberi tanggal nomor urut, nomor kode akun, uraian, dan jumlah uang yang diterima atau dikeluarkan. d. e. f. g. Nomor kode akun dipilih dari lampiran. Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dan terinci sesuai dengan peruntukkannya. Setiap bukti pembayaran harus disetujui Kepala Sekolah dan lunas dibayar oleh Bendahara. Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalam bentuk faktur sebagai lampiran kwitansi.

h. Segala jenis bukti pengeluaran harus disimpan oleh sekolah/madrasah sebagai bahan bukti dan bahan laporan.

E. FORMAT BUKU
Format Buku Kas Umum dan Buku Pembantu yang digunakan di tingkat sekolah terdapat dalam Buku Panduan BOS. Format ini dapat digunakan untuk sumber dana lain guna memudahkan dalam penyusunan laporan yang terintegrasi.

163

Bagian 3

1. Buku Kas Umum (BOS K-3)

Bagian 3

164

Pembukuan dalam Buku Kas Umum meliputi semua transaksi eksternal, yaitu yang berhubungan dengan pihak ketiga. Cara pengisian Buku Kas Umum adalah sebagai berikut: a. Semua transaksi penerimaan eksternal dibukukan pada sisi kiri/debet (kolom penerimaan): dari Penyalur Dana (BOS atau sumber dana lain), penerimaan dari pemungutan pajak, dan penerimaan jasa giro dari bank. b. Semua transaksi pengeluaran eksternal dibukukan pada sisi kanan/kredit (kolom pengeluaran): adalah pembelian barang dan jasa, biaya administrasi bank, pajak atas hasil dari jasa giro dan setoran pajak. c. Semua transaksi internal baik penerimaan maupun pengeluaran tidak dibukukan di buku ini. d. Format ini harus diisi segera setelah sesuatu transaksi tersebut terjadi dan tidak menunggu terkumpul satu minggu/bulan. e. Dokumen ini disimpan di sekolah bersama-sama dengan bukti-bukti transaksi serta dokumendokumen pendukungnya dan tersedia/diperlihatkan kepada pengawas, Tim Manajeman BOS Kabupaten, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan. f. Proses pengisiannya dalah sebagai berikut: i. Untuk setiap bukti transaksi kenalilah: 1) Jenis transaksi (internal/eksternal) 2) Apakah merupakan transaksi penerimaan atau pengeluaran 3) Apakah sumber dananya 4) Dalam rangka program nasional yang mana 5) Dalam rangka program sekolah yang mana ii. Apabila sudah jelas semua maka mulailah mengisi (melakukan entri pada) format BOS K-3 dengan urutan berikut sesuai kolom: 1) Diisi tanggal pembukuan (bulan-tanggal) 2) Diisi kode program nasional, kode program sekolah, dan kode jenis belanja 3) Diisi dengan nomor bukti penerimaan/pengeluaran uang 4) Diisi uraian singkat penerimaan/pengeluaran uang: (1) untuk barang: jenis, spesifikasi (umum/garis besar), kuantitas barang, (2) jasa: jenis jasa, dibayar untuk periode/bulan mana, (3) untuk belanja transportasi/perjalanan dinas: dalam kota atau luar kota, jurusan yang dituju, satu arah atau pp. 5) Diisi jumlah penerimaan yang tercantum dalam dokumen sumber (bukti) 6) Diisi jumlah pengeluaran yang tercantum dalam dokumen sumber (bukti) 7) Diisi jumlah saldo setelah ditambah/dikurangi jumlah penerimaan/ pengeluaran yang tercantum dalam dokumen sumber. g. Pada akhir bulan buku ini harus ditutup dan dibuatkan Berita Acara yang ditanda-tangani oleh kepala sekolah/madrasah, bendahara dan komite sekoleh/madrasah.

165

Bagian 3

2. Buku Pembantu Kas (BOS K-4)

Buku Pembantu Kas berfungsi untuk mencatat transaksi penerimaan/pengeluaran yang dilaksanakan secara tunai. Semua transaksi Kas, baik transaksi eksternal maupun internal dibukukan dalam buku ini. Bukti transaksi kas eksternal sama dengan bukti transaksi yang dipergunakan oleh Buku Kas Umum. Sedang bukti transaksi internal dibuat tersendiri. Format di atas harus dibukukan per transaksi dan ditandatangani oleh Bendahara dan Kepala Sekolah. Dokumen ini disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada pengawas, Tim Manajeman BOS Kabupaten/Kota, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan. Pada akhir bulan buku ini harus ditutup dan dibuatkan Berita Acara yang ditanda-tangani oleh kepala sekolah/madrasah, bendahara dan komite sekolah/madrasah. Apabila proses pembukuan dilakukan dengan komputer, maka rekonsiliasi dilakukan antara saldo Buku Kas Umum dengan saldo Buku Pembantu Kas dan saldo Buku Pembantu Bank. Apabila digunakan pemrosesan dengan komputer, maka Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank harus ditutup paling lambat setiap akhir bulan dan harus dicetak.

Bagian 3

166

Urutan pencatatannya sesuai kolom adalah sebagai berikut: a. Diisi tanggal pembukuan (bulan dan tanggal) b. Diisi kode program nasional, kode program sekolah, dan kode jenis belanja c. Diisi dengan nomor bukti penerimaan/pengeluaran uang d. Diisi uraian singkat penerimaan/pengeluaran uang: (1) untuk barang: jenis, spesifikasi (umum/ garis besar), kuantitas barang, (2) jasa: jenis jasa, dibayar untuk periode/bulan mana, (3) untuk belanja transportasi/perjalanan dinas: dalam kota atau luar kota, jurusan yang dituju, satu arah atau pp. e. Diisi jumlah penerimaan yang tercantum dalam dokumen sumber (bukti) f. Diisi jumlah pengeluaran yang tercantum dalam dokumen sumber (bukti) g. Diisi jumlah saldo setelah ditambah/dikurangi jumlah penerimaan/pengeluaran yang tercantum dalam dokumen sumber

3. Buku Pembantu Bank (BOS K-5)

Ini merupakan Buku Pembantu melengkapi format BOS K-3. Berfungsi untuk mencatat transaksi penerimaan/pengeluaran yang dilaksanakan khusus melalui bank dengan cara antara lain penerbitan cek, penarikan cek, penerimaan pembayaran dengan cek. Sumber informasi untuk penyusunan Buku Pembantu Bank adalah semua transaksi eksternal baik penerimaan maupun pengeluaran yang dilakukan melalui bank dan transaksi internal yang berupa pengambilan uang kas di bank dan penyetoran uang kas untuk disimpan di Bank. Semua transaksi eksternal per kas yang dibukukan di

167

Bagian 3

format BOS K-3 harus dibukukan juga pada format ini, pada sisi penerimaan dan pengeluaran yang sama. Semua transaksi internal per kas juga harus dibukukan dalam format ini. Penerimaan eksternal dibukukan pada kolom 1-5 , sedangkan pengeluaran eksternal kolom 1-4 & 6. Saldo (kolom 7) dihitung setiap kali membukukan penerimaan dan/atau pengeluaran. Format ini (baik yang diproses secara manual maupun dengan komputer) harus ditutup pada setiap akhir bulan dan ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Bendahara. Untuk yang diproses dengan komputer harus ditutup dicetak pada setiap akhir bulan, yang dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Kepala sekolah dan bendahara. Saldo akhir buku ini harus sama dengan jumlah uang kas yang benar-benar ada di tangan dan saldo kas yang dilaporkan dalam Buku Kas Umum. Urutan pengisian Buku Pembantu Bank adalah sama dengan Buku Pembantu Bank.

4. Buku Pembantu Pajak (BOS K-6)


Buku ini hanya perlu dipergunakan apabila sekolah yang bersangkutan adalah (yang ditunjuk sebagai) pemungut pajak, yaitu terutama sekolah-sekolah negeri. Buku pembantu pajak mempunyai fungsi untuk mencatat semua transaksi yang harus dipungut pajak serta memonitor atas pungutan dan penyetoran pajak yang dipungut selaku wajib pungut pajak. Pajak yang harus dibukukan adalah semua pajak, terutama PPh Pasal 21, 23, serta PPN. Paling lambat setiap akhir bulan harus ditutup dan dihitung sisa pemungutan pajak yang belum disetor ke kas Negara. Pembukuan untuk Buku Pembantu Pajak dilakukan sebagai berikut (sesuai urutan kolom): a. Kolom 1 diisi sesuai tanggal terjadinya transaksi pungutan pajak b. Kolom 2 diisi kode program nasional, kode program sekolah, dan kode jenis belanja c. Kolom 3 diisi dengan nomor bukti pungutan pajak d. Kolom 4, uraian singkat mengenai jenis pungutan/penyetoran pajak yang dilakukan oleh sekolah e. Kolom 5, 6, 7 dan 8 diisi jumlah rupiah jenis pajak yang dipungut (PPN, PPh Ps. 21, PPh 22, atau PPh Ps. 23) f. Kolom 9 diisi jumlah total rupiah pajak yang disetor ke kas Negara g. Kolom 10 diisi sesuai saldo pajak yang masih harus disetor sekolah.

Bagian 3

168

169

Bagian 3

F. ALUR PEMBUKUAN INTERNAL DAN EKSTERNAL


Alur Pembukuan Eksternal 1. Penerimaan eksternal dibukukan pada Buku Kas Umum dan Juga Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank a. Pembukuan di Buku Kas Umum adalah pada kolom-kolom 1, 2, 3, 4, 5. b. Pembukuan di Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank dalah pada kolom-kolom 1, 2, 3, 4, 5. c. Saldo juga harus dihitung dan dibukukan pada kolom 7 , setiap hari 2. Pengeluaran eksternal dibukukan pada Buku Kas Umum dan juga Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank a. Pembukuan di Buku Kas Umum adalah pada kolom-kolom 1, 2, 3, 4, 6 b. Pembukuan di Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu Bank dalah pada kolom-kolom 1, 2, 3, 4, 6 c. Saldo juga harus dihitung dan dibukukan pada kolom 7 , setiap hari 3. Penerimaan eksternal perpajakan dibukukan pada Buku Kas Umum dan juga Buku Pembantu Kas atau Buku Pembantu Bank (tergantung dari apakah penyetoran tersebut dilakukan melalui kas atau bank) dan Buku Pembantu Pajak, serta: a. Pembukuan di Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Kas atau Buku Pembantu Bank adalah pada kolom-kolom 1, 2, 3, 4, 5

b. Pembukuan di Buku Pembantu Pajak adalah pada Lajur Pungutan Pajak pada kolom-kolom 1, 2, 3, 4, dan kolom 5/6/7 (tergantung dari jenis pajak yang dipungut) c. Jumlah juga harus dihitung dan dibukukan pada kolom 8, setiap kali transaksi dibukukan. 4. Pengeluaran eksternal perpajakan dibukukan pada Buku Kas Umum dan juga Buku Pembantu Kas atau Buku Pembantu Bank (tergantung dari apakah penyetoran tersebut dilakukan melalui kas atau bank) dan Buku Pembantu Pajak, serta: a. b. Pembukuan di Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Kas atau Buku Pembantu Bank adalah pada kolom-kolom 1, 2, 3, 4, dan 6 Pembukuan di Buku Pembantu Pajak adalah pada Lajur Penyetoran Pajak pada kolom 5, 6, 7, 8 atau 9 (tergantung dari jenis pajak yang disetor)

c. Jumlah juga harus dihitung dan dibukukan pada kolom 10, setiap kali transaksi dibukukan.

Bagian 3

170

171

LATIHAN

Bagian 3

Di bawah ini adalah transaksi-transaksi internal dan eksternal dari suatu SMP di Kabupaten Sukabumi. Bukukanlah transaksi-transaksi tersebut ke dalam Buku Kas Umum, Buku-buku Pembantu Kas, Bank, dan Pajak untuk dana BOS dan Dana BOS Kab dengan catatan saldo Kas Awal adalah Rp 5.000.000,00 dan Saldo Bank Awal adalah Rp 25.500.000,00 untuk BOS Pusat

Bagian 3

172

173

Bagian 3

LAMPIRAN KODE AKUN


A. KODE AKUN PENERIMAAN 1. Kode Akun: Program Nasional

2. Kode Akun: Program Sekolah

Bagian 3

174

B. PROYEKSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN

175

Bagian 3

C. KODE AKUN PENGELUARAN

Bagian 3

176

177

Bagian 3

Bagian 3

178

179

Bagian 3

Bagian 3

180

181

Bagian 3

Bagian 3

182

Bagian 3 Bab V

Pencatatan Barang Milik Sekolah/Madrasah

A. LATAR BELAKANG
Dalam siklus manajemen keuangan, pencatatan barang merupakan bagian dari manajemen asset. Manajemen asset mencakup proses yang menyeluruh dan terpadu mulai dari perencanaan barang hingga ke pelaporannya. Namun demikian, menyesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang ada di tingkat sekolah/madrasah maka pada bagian ini hanya akan diberikan hal-hal minimal yang harus dilakukan oleh sekolah/madrasah dalam menginventarisasi barang-barang yang dikuasakan penggunaannya pada sekolah/madrasah sebagai bagian dari manajemen asset daerah, selain juga sebagai salah satu cara memelihara kondisi barang guna mendukung proses belajar mengajar secara optimal. Sekolah merupakan salah satu unsur pemerintahan daerah yang berada dalam pembinaan DInas Pendidikan Kota/Kabupaten, sementara kedudukan madrasah adalah setara dengan SKPD yang berada dalam pembinaan Kanwil Kemenag di daerah. Sebagai bagian dari perangkat daerah, maka
Bagian 3

183

sudah seharusnya sekolah mengikuti aturan yang berlaku di pemerintahan daerah termasuk dalam hal pengelolaan asset/barang. Sedangkan madrasah yang merupakan bagian dari Kementerian Agama juga memiliki kewajiban yang sama dalam pengelolaan asset/barang yang dikuasakan kepada madrasah. Sejak diluncurkannya Program BOS pada tahun 2005, sebagian besar sekolah di Indonesia sangat bergantung dengan dana BOS. Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan Nasional secara lengkap telah memberikan panduan cara penggunaan dana ini untuk menghindari adanya penyalahgunaan penggunaan dana. Sejalan dengan perkembangan zaman, sejak tahun 2010 dana BOS dapat digunakan untuk membeli perangkat komputer sebagai pendukung kegiatan di sekolah. Dimasa mendatang, tidak tertutup kemungkinan dana ini bisa juga digunakan untuk pembelian barang jenis lain terkait dengan kegiatan sekolah. Karena itulah bab ini secara khusus bertujuan untuk: 1. Memberikan pemahaman tentang pentingnya pencatatan milik sekolah yang merupakan bagian dari barang milik daerah yang ditempatkan di sekolah. 2. Memberikan pengetahuan tentang langkah-langkah yang harus dilakukan ketika menerima pengiriman barang habis pakai yang dipesan dan bagaimana perlakuannya ketika barang tersebut disimpan kemudian disalurkan ataupun diminta untuk digunakan. 3. Memberikan pengetahuan tentang cara melakukan pencatatan barang tidak habis pakai dengan menggunakan kode standar yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, serta apa yang harus dilakukan ketika menempatkan/ menyalurkan barang tersebut untuk digunakan di lingkungan sekolah.

B. DASAR HUKUM
Peraturan perundangan yang terkait dengan pencatatan barang merupakan acuan penting bagi daerah terutama dalam penegasan tentang tugas dan tanggung jawab pencatatan barang, pengelompokkan jenis barang maupun sistem pengkodeannya. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah serta perubahannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 secara rinci menjelaskan tentang segala hal yang terkait dengan pencatatan barang milik daerah. Pasal 1 (20) peraturan tersebut menjelaskan tentang definisi dari penatausahaan barang, yaitu rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik Negara/ daerah sesuai ketentuan yang berlaku. Sementara inventarisasi sendiri mencakup kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan dan pelaporan hasil pendataan barang milik Negara/daerah. Rangkaian kegiatan tersebut untuk tingkat sekolah menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah yang merupakan Kuasa Pengguna Barang. Pada prakteknya, kepala sekolah dapat mendelegasikan tugas ini. Untuk melengkapi peraturan pemerintah tersebut, pelaksanaannya diatur dalam Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Pada Pasal 6 Ayat 5 peraturan yang menjabarkan secara detail pelaksanaan dari pengelolaan barang daerah, dinyatakan secara jelas bahwa Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna barang milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab: 1. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi unit kerja yang dipimpinnya kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan; 2. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya; 3. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi unit kerja yang dipimpinnya; 4. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

184

Bagian 3

5. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya; dan 6. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang berada dalam penguasaannya kepada kepala satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan. Peraturan di tingkat menteri ini juga dilengkapi dengan lampiran mengenai sistem pengkodean barang di tingkat daerah. Sedangkan untuk madrasah, kodefikasi barang mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan 29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara.

C. TUJUAN PENCATATAN BARANG


Seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa pencatatan barang sebagai bagian dari menajemen asset adalah merupakan bagian dari pengelolaan keuangan secara keseluruhan maka selain dari menjalankan peraturan dan perundangan yang berlaku, pencatatan barang di tingkat sekolah/madrasah juga dimaksudkan untuk: 1. Sebagai proses inventarisasi kekayaan daerah dimana barang milik sekolah merupakan bagian dari kekayaan daerah. 2. Dalam rangka menjaga kondisi barang milik sekolah guna memastikan pelayanan pendidikan dapat berjalan secara normal. Dengan pencatatan barang secara teratur maka dapat diketahui dengan cepat dan pasti kondisi barang yang ada di sekolah. 3. Sebagai bentuk pengamanan barang daerah yang dikuasakan penggunaannya kepada sekolah. Hal ini guna menghindari adanya pemindahtanganan atau penggunaan barang milik sekolah untuk kegiatan yang tidak terkait dengan proses belajar mengajar ataupun tanpa sepengetahuan kuasa pengguna barang (kepala sekolah). 4. Sebagai dasar penyusunan Neraca daerah karena barang milik sekolah adalah bagian dari barang daerah. Ke-empat tujuan di atas sekaligus mendukung pengelolaan keuangan sekolah secara terpadu guna memberikan layanan pendidikan yang optimal.

D. DEFINISI PENCATATAN BARANG


Pencatatan barang merupakan bagian dari penatausahaan barang yang dalam hal ini dilakukan di tingkat sekolah/madrasah. Untuk tingkat sekolah, pencatatan barang dilakukan sejak barang tersebut diterima, disimpan dan kemudian disalurkan atau digunakan sampai pada tahap pemeliharaan. Pengadaan barang sejatinya merupakan satu kesatuan dari pencatatan barang namun proses ini tidak akan dibahas dalam sesi ini karena untuk pengadaan barang sekolah/barang mengacu pada panduan BOS terkait pengadaan barang. Barang yang perlu dicatat di tingkat sekolah/madrasah dibedakan menjadi: 1. Barang habis pakai Merupakan barang-barang yang digunakan dalam pelaksanaan belajar mengajar di sekolah/ madrasah dengan masa pakai kurang dari satu tahun. Contoh: kapur tulis, ATK, dll. Tidak ada peraturan khusus yang mengatur mengenai pencatatan barang habis pakai, bahkan untuk saat ini di tingkat sekolah/madrasah tidak diwajibkan untuk melakukan pencatatan barang-barang yang tergolong habis pakai. Namun demikian, pencatatan ini ideal dilakukan jika sekolah/madarasah berkeinginan melakukan pengelolaan keuangan sesuai standar umum yang berlaku serta untuk tujuan akuntabilitas penggunaan dana pencatatan. Dengan demikian dapat diketahui tingkat pemakaian rata-rata barang habis pakai yang umum dipakai sehari-hari di sekolah untuk tujuan ketersediaan barang tersebut.

Bagian 3

185

2. Barang tidak habis pakai Yaitu barang-barang yang memiliki masa pakai lebih dari satu tahun dan dapat digunakan berulangkali. Istilah yang umum digunakan dalam bidang keuangan adalah asset tetap. Yang tergolong dalam barang tidak habis pakai misalnya meja, kursi, komputer, mesin tik, dll. Barangbarang jenis ini dicatat sebagai barang milik daerah yang dikuasakan penggunaannya kepada sekolah, dan merupakan bagian dari aset daerah yang tercatat dalam neraca keuangan daerah. Sesuai peraturan, pengguna barang wajib membuat laporan kepada pengelola barang minimal setiap semester dan tahunan. Umumnya bangunan dan tanah dimana gedung sekolah berdiri tidak masuk dalam pencatatan barang di tingkat sekolah karena sudah dicatat sebagai asset di tingkat dinas, kecuali ada peraturan lain di tingkat daerah yang mewajibkan pencatatan tersebut. Sedangkan untuk bangunan tambahan yang berasal sumbangan ataupun lainnya harus tetap dicatat oleh sekolah.

E. SUMBER BARANG SEKOLAH/MADRASAH


Barang milik sekolah/madrasah dapat berasal dari dua sumber utama, yaitu: 1. Pembelian yang dilakukan oleh sekolah. Pembelian ini umumnya sudah direncanakan sebelumnya dalam rencana anggaran sekolah. Untuk barang yang tidak habis pakai, barang yang dibeli perlu dilaporkan kepada dinas pendidikan untuk kemudian dicatat sebagai bagian dari barang daerah. 2. Sumbangan, yang berasal dari: a. b. c. d. e. f. g. Pemerintah Provinsi Kabupaten/Kota Perusahaan Hibah donor Masyarakat Lainnya

F. PENGELOLA BARANG SEKOLAH/MADRASAH


Seperti yang telah dijelaskan di atas, Kepala Sekolah sebagai kuasa pengguna barang milik daerah di tingkat sekolah merupakan penanggung jawab barang milik sekolah. Dalam prateknya, kepala sekolah dapat mendelegasikan tugas ini kepada kepala tata usaha atau yang ditunjuk. Tanggung jawab yang harus dilakukan dalam rangka pengelolaan barang milik sekolah/madarasah ini adalah:. 1. Pencatatan administrasi barang inventaris dengan pemberian kode. Pencatatan adalah mendokumentasikan barang yang ada di lingkungan sekolah termasuk memberikan kode-kode barang yang sesuai dengan peraturan perundangan. 2. Inventarisasi dengan cara menerbitkan dan memasang daftar inventaris ruangan. Inventarisasi adalah memastikan bahwa barang yang dicatat memang benar ada dan memastikan lokasi/keberadaan barang yang dicatat tersebut. Melaporkan setiap perubahan jumlah, status, dan kondisi yang ada dalam penguasaan sekolah kepada Dinas Pendidikan sebagai kuasa pengguna barang untuk kemudian dilaporkan kepada kepala daerah secara periodik.

3. Membuat laporan mutasi barang.

186

Bagian 3

4. Membuat laporan pengadaan barang inventaris secara berkala (per triwulan), 5. Mengawasi segala jenis perbaikan/pemeliharaan barang inventaris.

G. ALUR PENCATATAN PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN/PENEMPATAN BARANG SEKOLAH


Pengelolaan barang yang baik mencakup tiga tahapan yang utama, yaitu: 1. Penerimaan Barang - baik penerimaan barang dari pembelian maupun penerimaan barang dari sumbangan atau hibah. Barang yang diterima ini dicatat dalam kartu penerimaan barang sebagai bukti penerimaan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahap penerimaan barang adalah: a. b. c. d. e. Dilakukan oleh kepala tata usaha atau penanggung jawab barang yang ditunjuk. Dasar penerimaan barang ialah surat perintah kerja/surat perjanjian kontrak/kontrak pengadaan barang yang ditandatangani oleh kepala sekolah. Barang yang diterima harus disertai dokumen yang menyatakan macam/jenis, jumlah, harga, dan spesifikasi barang. Barang diterima jika sesuai dengan isi dokumen pada poin c di atas. Jika ada kekurangan maka barang ditolak atau dibuat tanda terima sementara yang memuat sebab-sebab penerimaan sementara barang. Ini tidak berlaku bagi barang sumbangan atau hibah. Pernyataan penerimaan barang sah apabila berita acara penerimaan barang telah ditandatangani oleh kepala tata usaha. Contoh kartu penerimaan barang dapat dilihat dalam bagian lampiran.

f. g.

2. Pencatatan Barang tahap dimana barang yang diterima dicatatkan ke dalam kartu-kartu barang sesuai jenis barang. Format kartu-kartu barang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dapat dilihat dalam bagian lampiran. 3. Peyimpanan/Penempatan/Penggunaan Barang pada tahap ini barang ditempatkan/disalurkan ke lokasi/ruangan yang membutuhkan ataupun kepada orang yang mengajukan permohonan pembelian untuk kemudian dapat digunakan dengan baik. Untuk barang habis pakai, maka penyimpanan dan penggunaan barang sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut: 1. Menggunakan sistem kartu barang guna pemantauan persediaan dan penggunaan barang 2. Setiap satu jenis barang dibuatkan satu kartu barang 3. Kartu barang disimpan dalam kotak atau file khusus, dan diurutkan secara alfabetis sesuai dengan nama barang. 4. Setiap ada perubahan jumlah logistik, baik karena adanya pemasukan barang maupun pengeluaran barang harus secepatnya dicatat 5. Setiap kartu barang harus dapat menunjukkan persediaan barang pada saat itu. 6. Bukti-bukti pemasukan barang disimpan dalam satu tempat atau map khusus yang berisi bukti-bukti penerimaan logistik secara berurutan sesuai tanggal penerimaan. Untuk barang tidak habis pakai, penyimpanan berkaitan erat dengan: 1. Menyimpan, mengatur, dan merawat perawatan merupakan perbedaan utama dengan barang habis pakai dalam hal masa manfaat yang melebihi 1 tahun sehingga berdampak pada

Bagian 3

187

biaya perawatan yang perlu diaanggarakan agar barang dapat digunakan secara optimal. 2. Mencatat secara tertib dan teratur penerimaan barang, pengeluaran barang, dan keadaan persediaan barang ke dalam buku barang menurut jenisnya (format masing-masing kartu dapat dilihat dalam lampiran): a. kartu inventaris tanah b. kartu inventaris mesin dan peralatan digunakan untuk mencatat Alat-alat angkutan: Alat Angkutan Darat Bermotor, Alat Angkutan Darat Tak Bermotor, dan lain-lain. Alat-alat bengkel dan alat ukur: Alat Bengkel Bermotor, Alat Bengkel Tak Bermotor, dan lain-lain Alat-alat kantor dan rumah tangga: Alat Kantor, Alat Rumah Tangga, dan lain-lain. Alat-alat laboratorium: Unit Alat Laboratorium, Alat Peraga/Praktek Sekolah dan lainlain. c. Kartu inventaris gedung dan bangunan d. Kartu Inventaris aset tetap lainnya digunakan juga untuk mencatat: Buku dan perpustakaan Buku seperti Buku Umum Filsafat, Agama, Ilmu Sosial, Ilmu Bahasa, Matematika dan Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Praktis, Arsitektur, Kesenian, Olahraga Geografi, Biografi, sejarah dan lain-lain Barang bercorak kesenian/kebudayaan Barang Bercorak Kesenian, Kebudayan seperti: Pahatan, Lukisan, Alat-alat Kesenian, Alat Olahraga, Tanda Penghargaan, dan lain-lain Hewan/ternak dan tumbuhan Hewan seperti Binatang Ternak, Binatang Unggas, Binatang Melata, Ikan, dan lain-lain sejenisnya. Tumbuhan-tumbuhan seperti Pohon Jati, Pohon Mahoni, Pohon Kenari, Pohon Asem dan lain-lain sejenisnya termasuk pohon ayoman/pelindung. 3. Membuat laporan berkala. Berbeda dengan barang habis pakai yang setelah diminta untuk digunakan tidak perlu dipantau keberadaannya, untuk barang tidak habis pakai pemakain atau penempatan barang harus dicatat dengan baik dan jelas. Ini berkaitan erat dengan masalah pengamanan dan pemeliharaan yang dinyatakan dalam PP 6/2006 Pasal 8 Ayat 2 butir e bahwa: Pengguna barang wajib mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaanya. Untuk memudahkan proses tersebut, maka digunakanlah kartu inventaris ruang yang ditempatkan di setiap ruangan dan berisikan barang apa saja yang ada di ruangan tersebut dan bagaimana kondisinya. Kartu inventaris ruang mutlak harus diperbaharui untuk dapat mengetahui penambahan, pengurangan maupun pergerakan barang-barang yang berada di lingkungan sekolah. Berkaitan erat dengan masalah pemeliharaan dan keamanan, maka kartu ini diperbaharui minimal enam bulan sekali dan disaat bersamaan penanggung jawab melakukan pemeriksaan atas kondisi barang dan memastikan keberadaannya. Format kartu inventaris ruang dapat dilihat dalam bagian lampiran.

H. PENULISAN KODE BARANG


Kode yang digunakan mengacu pada Lampiran Permendagri 17/2007 untuk sekolah negeri, sedangkan untuk madrasah negeri mengacu pada Permenkeu 29/PMK.06/2010. Pada dasarnya keduanya sama-

188

Bagian 3

sama terdiri dari 14 digit, dengan kode golongan, bidang, kelompok, sub-kelompok dan sub subkelompok yang dapat dilihat dalam peraturan terkait. Contoh penulisan arti dari kode yang digunakan adalah sebagai berikut: 02.06.03.02.01.003 Kode barang mengandung arti: 02: Kode golongan barang - Peralatan dan Mesin 06: Kode bidang - Alat Kantor 03: Kode kelompok - Komputer 01: Kode sub-kelompok - Personal Komputer 01: Kode sub sub-kelompok - PC unit 0003: Kode Register Kode register merupakan kode unik yang tidak diatur secara khusus dalam peraturan perundangan, melainkan kode unik yang ditetapkan oleh masing-masing sekolah: 1. Nomor urut pencatatan dari setiap barang, pencatatan terhadap barang yang sejenis, tahun pengadaan sama, besaran harganya sama seperti meja dan kursi jumlahnya 150, maka pencatatannya dapat dilakukan dalam suatu format pencatatan dalam lajur register, ditulis: 0001 s/d 0150. 2. Nomer register juga bisa diambil dari nomor rangka/nomor produksi yang melekat pada barang yang dibeli. Misalnya: untuk komputer, bisa dilihat nomor unik yang tercantum di unit komputer tersebut dan dijadikan nomor register (cukup diambil 3-4 angka terakhir) 3. Nomor register ini dicetak dan ditempel pada barang tidak habis pakai yang relevan LAMPIRAN 1 Contoh Kartu Barang Habis Pakai Nama Sekolah Alamat Nama Barang : : :

Bagian 3

189

190
Status Tanah Luas (m2) Tahun Pengadaan/ Alamat Penerimaan Hak Tanggal Nomor Penggunaan Sertifikat Asal Usul Harga Ket. Mengetahui Kepala Sekolah Kepala Tatausaha (............................) (............................)

LAMPIRAN 2 Kartu Inventaris Tanah

Bagian 3

No

Jenis Barang/ Nama Barang

Nomor Kode Barang

LAMPIRAN 3 Kartu Mesin/Peralatan

Bagian 3

191

192

LAMPIRAN 4 Kartu Inventaris Gedung

Bagian 3

LAMPIRAN 5 Kartu Inventaris Aset Tetap Lainnya

Bagian 3

193

194

LAMPIRAN 6 Kartu Inventaris Ruang

Bagian 3

Bagian 3 Bab VI

Pelaporan

A. LATAR BELAKANG
Laporan adalah salah bentuk dari pertanggungjawaban keuangan yang utama. Pelaporan disini diartikan laporan yang wajib diserahkan oleh sekolah kepada Tim Manajemen BOS Kabupaten dan pengumuman yang harus dipajang di papan pengumuman sekolah sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat. Laporan merupakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai sumber dana tertentu (umpama saja dana BOS). Untuk itu laporan pertanggungjawaban harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Setiap kegiatan wajib dibuatkan laporan hasil pelaksanaan kegiatannya. 2. Seluruh arsip data keuangan, baik yang berupa laporan-laporan keuangan maupun dokumen pendukungnya, disimpan dan ditata dengan rapi dalam urutan nomor dan tanggal kejadiannya, serta disimpan di suatu tempat yang aman dan mudah untuk ditemukan setiap saat.

Bagian 3

195

3. Bentuknya berupa: Laporan Realisasi Penerimaan dan Penggunaan dana dari penanggungjawab/ pengelola dana di tingkat sekolah harus disampaikan kepada Dinas Pendidikan (umpama saja kepada Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota - laporan internal); laporan yang bersifat multi sumber dan juga kepada masyarakat (laporan eksternal); untuk sumber dana tertentu (umpama saja dana BOS) disesuaikan dengan persyaratan sumber dana yang bersangkutan 4. Waktu Pelaporan: laporan pertanggungjawaban keuangan tersebut disampaikan setiap triwulan, semester dan tahunan. Bab ini akan membahas tentang laporan yang wajib disusun dan dilaporkan ke berbagai pihak sesuai aturan/syarat yang berlaku berkaitan dengan dana yang diterima sekolah dari berbagai sumber. Dalam hal ini, seperti juga bab-bab terdahulu, format laporan BOS akan digunakan sebagai acuan. Keakuratan dan ketepatan waktu laporan merupakan hal yang mutlak dalam penyusunan laporan. Terdapat dua laporan utama yang harus disusun sekolah terkait dengan penggunaan dana BOS, yaitu: Laporan Realisasi Penggunaan Dana per Program (ditujukan kepada Tim Sumber Dana/BOS Kota/Kabupaten) dan Pengumuman Realisasi Penggunaan Dana (ditujukan kepada masyarakat). Masing-masing akan dibahas secara terpisah di bawah ini.

B. LAPORAN REALISASI PENGGUNAAN DANA


Berbeda dengan format-format pembukuan yang semuanya disusun untuk setiap sumber dana, maka laporan realisasi penerimaan dan penggunaan dana adalah format multi sumber yang berarti bahwa laporan ini merupakan laporan semua sumber dana yang diterima sekolah secara terintegrasi. Penerimaan dirinci per sumber dana, sedangkan pengeluaran akan dirinci per program sekolah yang selanjutnya dirinci per jenis belanja, dan masing-masing akan ditunjukkan dari sumber dana mana pengeluaran-pengeluaran tersebut dibiayai. Format Laporan Realisasi Penerimaan dan Penggunaan Dana (BOS K-2) adalah format laporan keuangan terintegrasi dan singkat/padat (condensed) dan merupakan satu-satunya laporan yang disampaikan kepada Tim Manajemen Sumber Dana (umpama saja BOS) Kabupaten/Kota. Format ini adalah format multi sumber, sehingga harus memuat laporan penerimaan dan penggunaan uang dari semua sumber dana yang diterima oleh sekolah. Kemendiknas menginginkan agar sekolah tidak terlalu dibebani dengan bermacam-macam laporan yang belum tentu sempat dibaca oleh para instansi peminta laporan. Mereka dipersilahkan untuk membaca dan mempelajari laporan terpadu BOS K-2 tersebut, dan apabila membutuhkan informasi yang lebih rinci maka semua data tersedia di sekolah bagi mereka. Format laporan BOS K-2 adalah sebagai berikut:

196

Bagian 3

Bagian 3

197

Sumber informasi untuk penyusunan format ini adalah Buku Kas Umum/BOS K-3 (yang tidak multi sumber) dari semua sumber dana yang dikelola oleh sekolah pada periode yang sama. Cara mengisi Format adalah: Kolom 2; diisi dengan nomor kode sesuai dengan kode Program Nasional, nomor Kode Program Sekolah, dan nomor kode Jenis Belanja Kolom 3; diisi dengan urutan sebagai berikut: (1) Program Sekolah, dirinci per (2) Jenis Belanja tersebut dalam uraian Buku Kas Umum (BOS K-3) dari semua sumber dana. Kolom 4; diisi dengan jumlah pengeluaran dari program sekolah dan non-program sekolah dari kolom 4 sampai dengan 9. Kolom 5; - - - - Diisi dengan jumlah pengeluaran dari non-program sekolah yang berupa jenis belanja seperti disebutkan dalam BOS K-3 yang dibiayai sumber dana rutin. Diisi dengan jumlah pengeluaran dari program sekolah dan non-program sekolah dan jenis belanjanya seperti disebutkan dalam BOS K-3 yang dibiayai sumber dana BOS Pusat. Diisi dengan jumlah pengeluaran dari program sekolah dan non-program sekolah dan jenis belanjanya seperti disebutkan dalam BOS K-3 yang dibiayai sumber dana BOS Provinsi. Diisi dengan jumlah pengeluaran dari program sekolah dan non-program sekolah dan jenis belanjanya seperti disebutkan dalam BOS K-3 yang dibiayai sumber dana BOS Kabupaten/ Kota Diisi dengan jumlah pengeluaran dari program sekolah dan non-program sekolah dan jenis belanjanya seperti disebutkan dalam BOS K-3 yang dibiayai sumber dana Bantuan Lain Diisi dengan jumlah pengeluaran dari program sekolah dan non-program sekolah dan jenis belanjanya seperti disebutkan dalam BOS K-3 yang dibiayai sumber dana Pendapatan Asli Sekolah

- -

Cara yang harus dilakukan untuk mengambil data transaksi yang sudah dibukuan dalam Buku Kas Umum (BOS K-3) adalah: Buatlah ringkasan setap Buku Kas Umum dari setiap sumber dana per program dan setiap program dirinci per jenis belanja, dengan format sebagai berikut: a. b. Sumber dana: sebutkan jenis/nama sumber dana yang bersangkutan Penerimaan 1) Nomor kode sesuai dengan yang ada di BOS K-3 2) Jumlah c. Pengeluaran: 1) nomor kode sesuai dengan yang ada di BOS K-3 2) uraian: a) program X, yang dirinci per jenis belanja b) program Y, yang dirinci per jenis belanja c) dsb. 3) isikan ringkasan tersebut ke dalam format laporan BOS K-2 d. Nomor sesuai dengan sumber dana yang ditunjukkan pada kolom 5

198

Bagian 3

C. LAPORAN PENGGUNAAN DANA (FORMAT BOS-03)


Laporan ini merupakan laporan yang harus diumumkan kepada masyarakat melalui papan pengumuman sekolah dengan cara sebagai berikut: Buatlah ringkasan setiap Buku Kas Umum dari setiap sumber dana per program dan setiap program dirinci per jenis belanja, dengan mencatumkan jenis/nama sumber dana yang bersangkutan (dibuat untuk setiap sumber dana). Masing-masing sumber dana penggunaannya akan dilaporkan dalam dua (2 kelompok) pengeluaran, yaitu: 1. Pengeluaran Umum: a. Nomor kode sesuai dengan yang ada di BOS K-3 b. Uraian: - Jenis Belanja A, yang dirinci per program sekolah - Jenis Belanja B, yang dirinci per program sekolah - dsb. 2. Pembelian barang dan jasa: Merupakan laporan rinci barang dan jasa yang telah dibeli/ dibayar dan datanya diambil dari Buku Kas Umum dari sumber dana yang bersangkutan

Format yang digunakan untuk Laporan Penggunaan Dana adalah: Laporan Penggunaan Dana Laporan Penggunaan Dana (BOS-11B) (BOS-03)

A. Pengeluaran
No 1 Jenis Pengeluaran Tanggal/Bulan 2 Jumlah (Rp) 3

B. Pembelian Barang/Jasa
No 1 Barang/Jasa Tanggal/ Bulan Nama Toko/ Penyedia Jasa 2 Jumlah (Rp) 3

Ketua Komite Sekolah,

Kepala Sekolah,

Bendahara,

Laporan ini merupakan laporan yang harus disusun untuk setiap sumber dana dalam periode tertentu. Data yang digunakan untuk menyusun laporan ini adalah data yang berasal dari Buku Kas Umum. Laporan umumnya mencakup periode tiga bulanan dan dicantumkan pada judul atas laporan. Laporan ini ditempelkan di papan pengumuman sekolah agar mudah dibaca oleh masyrakat.

LATIHAN
Dengan menggunakan hasil pembukuan transaksi pada Bab 4, susunlah Laporan Realisasi Penggunaan Dana Tiap Jenis Anggaran dan Laporan Penggunaan Dana berdasarkan sumber.

Bagian 3

199

Bagian 3 Bab VII

Pengawasan, Audit Dan Pengendalian

A. LATAR BELAKANG
Tahap yang tidak kalah pentingnya dalam siklus manajemen keuangan adalah pengendalian, pengawasan dan audit. Sesi ini secara khusus akan menjelaskan perbedaan dari pengawasan, audit dan pengendalian untuk memberikan gambaran lengkap tentang apa yang dilakukan pada masing-masing tahap, siapa yang melakukan dan apa saja yang harus dipersiapkan sekolah dalam masing-masing bagian. Bab ini tidak akan secara dalam membahas masing-masing sub-topik diatas, melainkan sebagai pengetahuan dan pengenalan dari masing-masing sub-topik sehingga dapat lebih baik mempersiapkan diri dalam menjalani pengawasa, audit maupun pengendalian. Dalam berbagai literatur, pengawasan secara umum diartikan sebagai usaha yang dilakukan dengan mengamati dan membandingkan pelaksanaan dengan rencana dan mengoreksinya apabila terjadi penyimpangan atau melakukan penyesuaian jika diperlukan. Terdapat hubungan yang

Bagian 3

200

erat antara rencana dengan pengawasan. Sedangkan Audit secara umum berarti proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam tata pemerintahan di Indonesia sendiri, audit diartikan sebagai pemeriksaan. Pengendalian dalam sector publik diartikan sebagai sebuah proses untuk memberikan jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Karena itulah system pengendalian dalam suatuorganisasi sering disebut juga sebagai pengendalian manajemen.

B. PENGAWASAN DI TINGKAT SEKOLAH


Mardiasmo dalam buku Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah menyatakan bahwa pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif (yaitu masyarakat dan DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Untuk tingkat sekolah ini berarti dilakukan oleh pihak-pihak diluar dinas pendidikan dan sekolah itu sendiri (masyarakat, LSM, dll). Cakupan pengawasan di tingkat sekolah meliputi kegiatan reviu, evaluasi, pemantauan (monitoring) dan bentuk kegiatan pengawasan lainnya. Yang merupakan fokus dari pengawasan adalah penyelenggaraan tugas dan fungsi sekolah sehingga didapat keyakinan yang memadai bahwa kegiatan di sekolah telah dilaksanakan sesuai dengan norma yang berlaku dan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Pengawasan dilakukan oleh pihak yang berada di luar organisasi, dalam ini di luar sekolah, dengan bentuk yang beragam, antara lain: 1. DPRD melakukan pengawasan ke sekolah dalam bentuk monitoring, dengar pendapat dan kunjungan kerja. 2. Tim manajemen BOS Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan pengawasan dalam bentuk melakukan reviu, monitoring dan evaluasi 3. Sekretaris provinsi/kabupaten/kota, dewan pendidikan, komite sekolah dan masyarakat melakukan pengawasan dengan melakukan monitoring terhadap sekolah. Dalam buku Panduan BOS 2011, kegiatan pengawasan disebut dengan monitoring yang dibedakan menjadi: 1. Monitoring internal adalah monitoring yang dilakukan oleh Tim Manajemen BOS Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi dan Tingkat Kabupaten/Kota. Monitoring internal ini bersifat supervisi klinis, yaitu melakukan monitoring dan ikut menyelesaikan masalah jika ditemukan permasalahan dalam pelaksanaan program BOS. 2. Monitoring eksternal lebih bersifat evaluasi terhadap pelaksanaan program dan melakukan analisis terhadap dampak program, kelemahan dan rekomendasi untuk perbaikan program. Monitoring eksternal ini dapat dilakukan oleh Balitbang atau lembaga independen lainnya yang kompeten. Komponen utama yang dimonitor antara lain: alokasi dana sekolah penerima bantuan, penyaluran dan penggunaan dana, pelayanan dan penanganan pengaduan , administrasi keuangan , dan pelaporan. Secara teknis, perbedaan mendasar dari pengawasan dan monitoring terletak adalah pada fokusnya. Pengawasan memfokuskan pada orang-orang yang mengelola program atau melaksanakan kegiatan, sementara pada monitoring fokusnya adalah pada komponen-komponen program/kegiatan.

201

Bagian 3

C. AUDIT
Audit dalam tata keuangan Negara di Indonesia identik dengan pemeriksaan dan sesuai UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara Pasal 1 nomor 1 pemeriksaan sendiri di definisikan sebagai proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektifn dan professional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Undang-undang ini membedakan pemeriksaan keuangan menjadi: 1. Pemeriksaan keuangan yaitu pemeriksaan terhadap laporan keuangan. Hasil dari pemeriksaan ini adalah berupa opini. 2. Pemeriksaan kinerja,adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan Negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aktivitas. Hasil pemeriksaan kinerja adalah berupa temuan, kesimpulan dan rekomendasi. 3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak termasuk butir 1 dan 2 di atas. Hasil pemeriksaan berupa kesimpulan. Sedangkan berdasarkan fungsinya, audit dibedakan menjadi: 1. Audit eksternal yaitu audit yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pernyataan pendapat professional mengenai tingkat kelayakan dan keandalan informasi dan laporan pertanggungjawaban yang disampaikan kepada masyarakat. Hasil dari audit eksternal berbentuk opini atau pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Audit eksternal untuk lembaga pemerintah di Indonesia dilakukan oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). 2. Audit internal adalah audit dengan tujuan membantu pihak manajemen dalam mengidentifikasi kelemahan, inefisiensi dan kegagalan dari berbagai program yang dilaksanakan. Hasil dari audit internal adalah berupa rekomendasi, simpulan dan temuan. Audit internal dilakukan oleh BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan Pemerintah), Inspektorat Jenderal di tingkat Pusat, Provinsi maupun Kota/Kabupaten. Dalam pemeriksaan, penting bagi sekolah untuk menyiapkan bukti-bukti yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan. Misalnya untuk pemeriksaan keuangan, maka bukti-bukti keuangan dan kepatuhan terhadap aturan maupun standar yang telah ditetapkan akan menjadi tolok ukur pemeriksaan dan pada akhirnya menjadi dasar pemberian opini.

D. PENGENDALIAN DI TINGKAT SEKOLAH


Pengendalian manajemen menurut Mardiasmo (2004:45) yang dimaksud pengendalian adalah usaha untuk memberikan jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. General Accounting Office (GAO) dalam Comprehensive Audit Manual (seperti dikutip Sawyer, 1988:100) pengendalian manajemen adalah beberapa cara atau alat yang digunakan oleh manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian dalam mencapai tujuan entitas. Pengendalian manajemen meliputi beberapa aktivitas, yaitu: (1) perencanaan, (2) koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi, (3) komunikasi informasi, (4) pengambilan keputusan, (5) memotivasi orang-orang dalam organisasi agar berprilaku sesuai dengan tujuan organisasi, (6) pengendalian, dan (7) penilaian kinerja. Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa pengendalian berpusat dari, dalam dan bagi suatu organisasi. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah mendefinisikannya sebagai: proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Tindakan atau kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk dari pengendalian internal dapat berupa:
Bagian 3

202

1. reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan; 2. pembinaan sumber daya manusia; 3. pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; 4. pengendalian fisik atas aset; 5. penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; 6. pemisahan fungsi; 7. otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; 8. pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; 9. pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; 10.akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan 11. okumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting. d Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengendalian di atas, baik atasan maupun staf memiliki tugas dan kewajiban masing-masing agar system pengendalian dapat berjalan dengan baik. Bentuk pengendalian dan pelaku pengendalian yang umumnya dilakukan di tingkat sekolah adalah sebagai berikut: 1. Pembinaan: dilakukan di tingkat pemerintah pusat, provinsi, kota/kabupaten dan kecamatan oleh Kemendiknas, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota dan Koordinator tingkat kecamatan. 2. Dokumentasi yang baik dan pencatatan akurat serta tepat waktu dilakukan di tingkat sekolah/ madrasah. Pengawasan, audit maupun pengendalian adalah merupakan bagian dari siklus manajemen keuangan yang akan terus berulang. Karenanya sekolah perlu membiasakan diri untuk menganggap kegiatankegiatan tersebut sebagai bagian dari kegiatan rutin dengan mempersiapkan diri dengan cara: 1. Memastikan bahwa pengelolaan keuangan sekolah telah dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif dan bertanggungjawan sesuai peraturan yang berlaku. 2. Memastikan dilakukanya pengendalian internal yang efektif guna menjamin pencapaian tujuan, keamanan barang yang berada dalam pengelolaan sekolah, kepatuhan terhadap peraturan perundangan, perolehan dan pemeliharaan data/informasi yang handal dan pengungkapan yang wajar. 3. Menyusun dan menyampaikan laporan secara tepat waktu. 4. Memelihara catatan, dokumentasi dan bukti-bukti pendukung yang cukup, kompeten, dan relevan perlu terus dilakukan oleh manajemen sekolah.

203

Bagian 3

Referensi

Bagian 3

204

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 dan perubahannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 154/KMK.03/2007, serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007, Nomor 08/PMK.03/2008, dan Nomor 210/PMK.03/2008 Tentang Penunjukan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 Sifat dan Besarnya Pungutan serta Tata Cara Penyetoran dan Pelaporannya. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah beserta Lampiran 41 mengenai Tabel Kode Barang. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.06/2010 Tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah dan perubahannya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Panduan Pengelolaan Keuangan Daerah. Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Mimimal Pendidikan Dasar. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Pemendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah. Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah. Permendiknas Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan Operasional

205

Bagian 3

Sekolah (BOS) Tahun Anggaran 2011. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua PPN barang dan Jasa dan PPNBm. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga PPN Barang dan Jasa dan PPNBm. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBm).

Bagian 3

206

Suplemen

Materi Pendidikan Karakter Bangsa


Pendidikan Karakter di Pendidikan Dasar KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR 2011
Latar Belakang (Dasar Hukum) UU nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Permendiknas nomor 22/2006 tentang Standar Isi, Permendiknas nomor 23/2006 tentang SKL, Inpres nomor 1/2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 menyatakan/menghendaki/memerintahkan pengembangan karakter peserta didik melalui pendidikan di sekolah. UUSPN UUSPN Pasal 3 menyebutkan: Pendidikan Nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. SKL SD - SKL SMP Lulusan SD memiliki kompetensi-kompetensi berikut: Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak; Mengenal kekurangan dan kelebihan diri-sendiri; Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya; Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya; Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif; Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik; Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan meyadari potensinya; Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari; Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar; Menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan; Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air Indonesia; Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal; Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang; Berkomunikasi secara jelas dan santun; Bekerja sama dalam kelompok, tolong menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga

Suplemen

207

dan teman sebaya; Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berhitung . Lulusan SMP memiliki kompetensi-kompetensi berikut: Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja; Memahami kekurangan dan kelebihan diri-sendiri; Menunjukkan sikap percaya diri; Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas; Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional; Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif; Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif; Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya; Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; Mendeskripsikan gejala alam dan sosial; Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab; Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; Menghargai karya seni dan budaya nasional; Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya; Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik; Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun; Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat; Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana; Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah; Memiliki jiwa kewirausahaan SK/KD SELURUH MAPEL SD & SMP SK/KD memuat nilai-nilai: religiusitas kejujuran toleransi disiplin kerja keras

208

Suplemen

kreativitas kemandirian demokratis rasa ingin tahu semangat kebangsaan cinta tanah air menghargai prestasi bersahabat/komunikatif cinta damai senang membaca peduli sosial peduli lingkungan tanggung jawab INPRES NOMOR 1 TAHUN 2010 Bidang Pendidikan: Penguatan metodologi dan kurikulum Penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Terselenggaranya uji coba kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai- nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter Karakter adalah perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. Tujuan Pendidikan Karakter Meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah melalui pembentukan karakter peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Sasaran Seluruh Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia. Semua warga sekolah, terutama para peserta didik sebagai prioritas utama Pendidik berperan sebagai teladan (ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani) Contoh: Nilai-nilai yang Perlu Diinternalisasikan di SD & SMP

Suplemen

209

Berdasarkan nilai-nilai pada SKL, SK/KD, dan kewirausahaan: 25 butir nilai terbagi dalam 5 kelompok

Catatan: Dengan alasan fisibilitas penanaman, setiap mata pelajaran TIDAK harus menanamkan semua nilai karakter. Setiap mapel DAPAT memfokuskan pada penanaman nilai-nilai tertentu yang paling relevan/dekat dengan sifat isi dan kegiatan pembelajaran pada mapel ybs.

Nilai Karakter dalam Hubungan Manusia dengan Tuhan Religiusitas Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan diri sendiri kejujuran kecerdasan rasa tanggung jawab kebersihan dan kesehatan kedisiplinan berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif ketangguhan keingintahuan cinta Ilmu rasa percaya-diri kemandirian keberanian mengambil resiko berorientasi pada tindakan jiwa kepemimpinan kerja keras Nilai Karakter dalam Hubungan Antarmanusia tolong-menolong kesantunan kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain kepatuhan pada aturan-aturan sosial

210

Suplemen

menghargai karya dan prestasi orang lain demokrasi Nilai Karakter dalam Hubungan Manusia dengan Lingkungan: kepedulian terhadap lingkungan Nilai Kebangsaan: nasionalisme menghargai keberagaman Nilai-nilai Basis Pengembangan Karakter 1. religiusitas 2. kejujuran 3. kecerdasan 4. tanggung jawab 5. kebersihan dan kesehatan 6. kedisiplinan 7. tolong-menolong 8. berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif Catatan : Nilai-nilai tersebut merupakan karakter yang pada tahap awal pendidikan karakter ini diprioritaskan internalisasinya, melalui semua mata pelajaran. GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTER

Suplemen

211

Contoh: Skema Pendidikan Karakter di SD & SMP

Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Semua Mata Pelajaran

Contoh : MODEL SILABUS, RPP, dan BAHAN AJAR Untuk memfasilitasi sekolah dalam melaksanakan pendidikan karakter, Direktorat PSMP telah mengembangkan model-model silabus, RPP, dan bahan ajar (lihat lampiran). Selain itu juga telah dikembangkan Buku Panduan bagi Guru Mata Pelajaran Menggunakan BSE untuk Pendidikan Karakter.

212

Suplemen

Pelaksanaan Pembelajaran

Evaluasi: Authentic Assessment

Suplemen

213

PENILAIAN KARAKTER Untuk memfasilitasi sekolah dalam melaksanakan pendidikan karakter, Direktorat PSMP telah mengembangkan rubrik penilaian sebagai berikut MK/A: Membudaya (apabila peserta didik terus- menerus memperlihatkan secara konsisten perilaku yang dinyatakan dalam indikator ) MB/B: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah mulai secara konsisten memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator ) MT/C : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi kemunculannya belum konsisten) BT/D: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator). Contoh: Pembinaan Karakter melalui Manajemen Sekolah

214

Suplemen

Contoh: Pembinaan Karakter melalui Kegiatan Kesiswaan

Suplemen

215

Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana ke dalam Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M)


Bahan suplemen ini ditujukan untuk membantu sekolah/madrasah dalam menemukenali/mengidentifikasi ancaman bencana dan mengkaji resiko dampak bencana yang dihadapi sekolah/madrasah, sebagai bagian dari proses Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M). Atas dasar penilaian resiko dampak bencana ini, sekolah/madrasah diharapkan dapat menentukan pilihan tindakan Pengurangan Resiko Bencana menurut jenis dan tingkatan ancaman bencana yang dihadapi sekolah/madrasah, untuk bisa dimasukkan ke dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rencana Kerja Sekolah (RKS) A. Tentang Ancaman Bencana di Indonesia Jenis-jenis bencana di Indonesia yang dapat mempengaruhi keamanan dan keselamatan sekolah/madrasah

Gempa Bumi adalah kejadian alam akibat pergeseran lempeng bumi atau meletusnya gunung berapi, yang berakibat pada pergerakan permukaan bumi. Gerakan permukaan bumi ini dapat meruntuhkan bangunan rumah, gedung, sekolah/madrasah, jembatan dan jalan. Gempa bumi dapat diikuti oleh bahaya tambahan seperti kebakaran, benda-benda jatuh, atau bahkan banjir akibat bendungan rusak. Gempa bumi dapat mengakibatkan jatuhnya benda-benda yang terletak di atas, meruntuhkan bangunan sekolah/ madrasah, dan menjebak murid dan guru di dalam reruntuhan bangunan.
terjadi akibat gempa bumi, letusan gunung berapi atau longsoran bawah laut. Gelombang yang terjadi menjalar dengan kecepatan dan elevasi yang tinggi di lautan dan ketika mencapai daratan dapat menjadi banjir bandang yang sangat dahsyat berakibat merusak benda-benda yang dilewatinya. Gelombang tsunami dapat menghancurkan dan menghanyutkan bangunan rumah, sekolah/madrasah, perkantoran dan bangunan publik lainnya yang terletak di pinggir pantai atau pada jalur air yang dekat dengan laut.

Tsunami adalah gelombang besar yang diakibatkan oleh adanya perubahan dasar laut atau badan air yang

Banjir adalah kejadian di mana air menggenang dalam waktu tertentu pada daerah yang biasanya tidak

digenangi air. Banjir terjadi saat kapasitas air melebihi daya tampung sungai, danau, rawa atau penampung air lainnya. Kejadian ini dipengaruhi oleh intensitas curah hujan, lamanya hujan, kondisi topografi, kondisi tanah, dan kondisi tutupan lahan. Banjir dapat menggenangi bangunan sekolah/madrasah atau menghanyutkan peralatan di dalamnya. Longsor dapat terjadi akibat gempa bumi, banjir dan letusan gunung berapi. Tanah longsor juga terjadi ketika kekuatan dari batuan atau tanah yang membentuk lereng dilampaui oleh tekanan massa lereng dan benda-benda di atasnya. Pengurangan kekuatan tanah ini dapat disebabkan oleh meningkatnya kandungan air, meningkatnya sudut kemiringan lereng, berkurangnya pohon penyangga kemiringan tanah serta bertambahnya beban di permukaan lereng. Tanah longsor dapat menimpa, menggeser atau menimbun bangunan sekolah/madrasah.

Tanah Longsor adalah pergerakan batuan atau tanah secara menurun menuju kaki suatu lereng.

bangunan publik lainnya. Kebakaran gedung dan pemukiman pada dasarnya diakibatkan oleh kelalaian manusia terutama dalam hal pemilihan bahan yang mudah terbakar, pemakaian alat-alat pembakaran yang menyalahi aturan, atau pemasangan instalasi listrik yang salah dan pemakaian alat-alat elektronik yang mengakibatkan arus pendek dan percikan api. Kebakaran dapat juga disebabkan oleh api dari kompor atau alat pemanas lainnya. Kebakaran dapat merusak bangunan sekolah/madrasah dan menjebak murid dan guru di dalam kungkungan api.

Kebakaran adalah kejadian di mana api menghanguskan bangunan rumah, sekolah/madrasah dan

216

Suplemen

B.

Analisis Resiko Memahami kondisi lingkungan sekolah/madrasah dengan melihat pada ancaman, kerentanan, keterpaparan dan kekuatan bangunan sekolah/madrasah dalam menghadapi bencana

B.1. Beberapa Pengertian Dasar Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan resiko bencana

B.2. Analisis Sederhana Resiko Bencana Sekolah/madrasah Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan YA (Y) atau TIDAK (T) . . . . . .
Suplemen

217

. . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . Untuk masing-masing ancaman di atas: Jika semua jawaban Y, sekolah/madrasah memiliki risiko yang SANGAT TINGGI Jika lebih banyak jawaban Y, sekolah/madrasah memiliki resiko yang TINGGI Jika lebih banyak jawaban T, sekolah/madrasah memiliki resiko yang SEDANG Jika semua jawaban T, sekolah/madrasah memiliki resiko yang RENDAH .

218

Suplemen

C.

Tindak lanjut hasil EDS/M tentang resiko bencana yang dihadapi sekolah/madrasah Menyikapi hasil EDS/M tentang resiko bencana

Secara umum idealnya aspek Keselamatan Sekolah (School Safety) merupakan bagian dari Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kalaupun belum menjadi standar wajib, aspek keselamatan merupakan kebutuhan mendasar bagi berlangsungnya proses belajar mengajar yang aman, nyaman dan melindungi. Bagi sekolah/madrasah yang memiliki resiko SANGAT TINGGI, TINGGI dan SEDANG dari hasil analisis sederhana di atas, maka disarankan agar sekolah/madrasah merujuk ke Suplemen tentang Pengintegrasian Tindakan Pengurangan Resiko Bencana kedalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang tersedia pada Modul Perencanaan dan Penganggaran Sekolah/Madrasah.

Suplemen

219

Pengintegrasian Tindakan Pengurangan Resiko Bencana ke dalam Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT)
Petunjuk: Lembar suplemen ini dimaksudkan untuk membantu sekolah/madrasah dalam menindak lanjuti hasil Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS) tentang Pengurangan Resiko Bencana ke dalam Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT), melalui penentuan pilihan-pilihan tindakan yang kongkrit untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan sekolah (school safety) dari resiko bencana.

A.

Menentukan Pilihan Tindakan Pengurangan Resiko Bencana Memberikan pilihan tindakan yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi resiko bencana untuk sekolah/madrasah yang memiliki resiko SANGAT TINGGI, TINGGI dan SEDANG. Ada dua kelompok pilihan tindakan yang termasuk dalam kategori Tindakan Struktural dan Tindakan Non-Struktural

B.

Menentukan Kebutuhan Pengurangan Resiko Bencana Mengidentifikasi kebutuhan kegiatan sekolah/madrasah dan program perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko bencana, untuk dimasukkan ke dalam rencana sekolah/madrasah

220

Suplemen

Jangka Pendek Evaluasi diri kerentanan bangunan, fasilitas dan lingkungan sekolah/madrasah terhadap berbagai jenis bencana Perbaikan sistem pengelolaan sekolah/madrasah agar memiliki prosedur keselamatan Penyadaran akan pemahaman pentingnya mitigasi bencana dan prosedur keselamatan Pelaksanaan kegiatan simulasi dan latihan keselamatan menghadapi bencana Jangka Menengah/Panjang Perbaikan fasilitas sekolah/madrasah agar memenuhi standar keamanan dan keselamatan menghadapi bencana Penataan ulang penggunaan ruang kelas, jalur gang, gudang dan lapangan untuk meningkatkan kemudahan mobilitas Pemindahan sebagian atau keseluruhan bangunan sekolah/madrasah ke kawasan yang lebih aman dari bencana C. Memasukkan Pengurangan Resiko Bencana ke dalam rencana sekolah/madrasah Merencanakan pemenuhan kebutuhan Pengurangan Resiko Bencana dengan menuangkan ke dalam RKS dan RKT

Langkah awal: idealnya, untuk sekolah/madrasah yang hasil analisis resiko bencana dalam EDS menunjukkan resiko yang SANGAT TINGGI, TINGGI dan SEDANG, maka unsur Keselamatan Sekolah (School Safety) harus menjadi bagian dari kondisi sekolah/madrasah yang diharapkan (bagian dari visi dan misi). Jika Keselamatan Sekolah/Madrasah merupakan bagian dari tujuan pengembangan sekolah/madrasah, maka tujuan tersebut bisa diturunkan ke dalam sasaran, kegiatan dan rencana kerja tahunan. Jangka waktu perencanaan: Pada umumnya pilihan tindakan STRUKTURAL dapat dikerjakan dalam JANGKA MENENGAH/PANJANG, sedangkan pilihan tindakan NON-STRUKTURAL dapat dikerjakan dalam JANGKA PENDEK. Di dalam mekanisme BOS, rencana jangka menengah/panjang dituangkan dalam Rencana Kegiatan Sekolah/RKS (4 tahunan), sedangkan rencana jangka pendek dituangkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT). Selanjutnya rencana-rencana tersebut dituangkan lebih lanjut ke dalam Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS). Contoh-contoh kegiatan Jangka Pendek Membentuk tim siaga bencana sekolah/madrasah Melakukan evaluasi diri kerentanan bangunan dan lingkungan sekolah/madrasah dari resiko bencana Menyusun prioritas rencana perbaikan untuk mengurangi kerentanan bangunan dan lingkungan sekolah/madrasah Menyusun dan melembagakan prosedur tetap penyelamatan saat terjadi bencana Melakukan simulasi dan pelatihan penyelamatan saat terjadi bencana Mendapatkan atau membuat poster dan melakukan kampanye penyadaran prosedur keselamatan saat bencana Mengevaluasi secara berkala peningkatan budaya keselamatan di sekolah/madrasah Contoh-contoh kegiatan Jangka Menengah/Panjang Pelebaran pintu-pintu kelas dan pintu gerbang sekolah/madrasah untuk mempermudah penyelamatan saat terjadi bencana Pembuatan rambu-rambu petunjuk arah, jalur evakuasi dan penyediaan tempat berkumpul (assembly area) Merenovasi untuk penguatan struktur bangunan inti sekolah/madrasah agar tahan gempa Pengaturan kembali tata letak ruangan dan peralatan untuk mempermudah proses penyelamatan

Suplemen

221

D.

Referensi dan Nomor Kontak Penting Jika sekolah/madrasah memiliki resiko tinggi dan perlu informasi lebih lanjut, dapat menghubungi organisasi dan institusi berikut untuk mendapatkan informasi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Koordinator Program BOS Binsar Marpaung Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Gedung E, Lantai 15 Jakarta Selatan, 10270 Tel: 021-5725061, 5725613 Fax: 021-5725613 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Koordinator DAK Rehabilitasi Sekolah Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Gedung E, Lantai 5 Jakarta Selatan, 10270 Tel: 021-5725061, 5725613 Fax: 021-5725613 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NASIONAL Pusat Data dan Informasi Dr. Sutopo Purwo Nugroho Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Tel: 021-3442734, 3442985, 3443079 Fax: 021-3505075 Email: sutopopn2011@yahoo.com

222

Suplemen

Isu Gender dalam Penyusunan Rencana Kerja Sekolah


DIREKTORAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 LATAR BELAKANG
Perhatikan hal yang berkaitan dengan millennium development goals (MDGs) dan data lama-sekolah sebagian penduduk Indonesia seperti yang dipaparkan dio bawah ini. Goal 2: mencapai pendidikan dasar bagi semua dengan tujuan bahwa pada tahun 2015 semua anak baik laki-laki maupun perempuan dapat mengenyam pendidikan dasar Goal 3: mempromosikan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan dengan tujuan untuk menghapuskan segala bentuk disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah paling lambat pada tahun 2015. Rata-rata Lama Sekolah (dalam tahun) Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun 2008

Capaian pendidikan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, baik di perkotaan maupun di perdesaan Dua hal ini merupakan bagian penting dari tumbuhkembang inisiatif pemerintah Indonesia untuk mengagendakan secara nasional upaya Pengarusutamaan Gender (PUG)

APA KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM KELUARGA?


Suatu kondisi yang setara dan seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh peluang/ kesempatan, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan, baik di dalam maupun di luar rumah tangga.

MENGAPA PERLU MENYELENGGARAKAN PUG ?


Memperoleh akses yang sama kepada sumber daya pembangunan; Berpartisipasi yang sama dalam proses pembangunan, termasuk proses pengambilan keputusan; Memiliki kontrol yang sama atas sumber daya pembangunan; dan Memperoleh manfaat yang sama dari hasil pembangunan.
Suplemen

223

KOMITMEN NASIONAL TENTANG PUG


Untuk melaksanakan PUG ini, pada tahun 2000 telah dikeluarkan Instruksi Presiden No.9 Tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam pembangunan Nasional. Melalui instruksi ini Presiden Republik Indonesia telah mengintruksikan kepada seluruh Kementerian/Lembaga serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk melaksanakan PUG ke dalam perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program yang berperspektif gender diseluruh aspek pembangunan Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025. Dalam UU tersebut peningkatan kesetaraan gender merupakan salah satu tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Ke-2 (2010-2014) Permendagri No 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di daerah Permendiknas No.84 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan PUG Bidang Pendidikan yang memberi acuan pelaksanaan PUG bidang pendidikan mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai dengan satuan pendidikan.

PUG DALAM INSTRUKSI PRESIDEN ( Inpres No.9 Tahun 2000)


Suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender (KKG) melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan sektor pembangunan

PUG DALAM PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN


(PERMEN DIKNAS NO. 84, THN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN ) Tujuan Pengarusutamaan Gender memberikan acuan bagi para pemegang kebijakan dan pelaksana pendidikan dalam menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan bidang pendidikan; mewujudkan perencanaan berperspektif gender melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan laki-Iaki dan perempuan; mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender pada satuan pendidikan dan masyarakat; mewujudkan pengelolaan anggaran pendidikan yang responsif gender; meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumber daya pembangunan.

INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (SBM)
Kesetaraan dan keadilan gender dapat diintegrasikan melalui tugas dan fungsi (tupoksi) sekolah dalam menerapkan MBS yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut : pengelolaan proses belajar mengajar perencanaan , evaluasi dan supervisi pengelolaan kurikulum

224

Suplemen

pengelolaan ketenagaan pengelolaan fasilitas pengelolaan keuangan pelayanan siswa peran serta masyarakat pengelolaan budaya sekolah Langkah Integrasi Keadilan dan Kesetaraan Gender dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) : Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah dengan memasukkan kesetaraan gender sebagai bagian integral dan eksplisit Mengidentifikasi fungsi-fungsi sekolah yang menggunakan prinsip MBS dengan mengintegrasikan masalah gender yang diperlukan untuk mencapai sasaran Melakukan analisis SWOT untuk mengetahui potensi pengembangan kesetaraan gender dalam perencanaan programdan pengembangan strategis untuk mencapai sasaran Mengidentifikasi langkah-langkah pemecahan masalah terkait dengan hambatan kesetaraan gender di sekolah akibat konstruksi sosial budaya Menyusun rencana dan program peningkatan mutu yang responsif terhadap perbedaan gender sebagai konstruksi sosial dengan memperhatikan kebutuhan gender praktis dan gender strategis Melakukan monitoring dan evaluasi dengan menggunakan indikator kesetaraan gender dan indikator kebijakan responsif gender Merumuskan sasaran mutu baru melaui reformulasi manajemen sekolah yang bias atau netral gender menuju manajemen responsif gender Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang responsif Gender : Memiliki visi dan misi yang berperspektif gender Kepala sekolah memiliki karakteristik yang profesional dan sensitif gender Karakteristik guru yang profesional dan sensitif gender Kurikulum yang seimbang dan responsif gender Lingkungan sekolah yang sensitif gender Lingkungan fisik dan pembelajaran yang ramah terhadap perbedaan gender Manajemen sekolah yang responsif gender Ada upaya mewujudkan komite sekolah responsif gender Identifikasi Isu-isu Gender di Sekolah / Perguruan Tinggi : 1. Akses terhadap semua program/kegiatan 2. Partisipasi dalam pengambilan kebijakan 3. Kontrol terhadap sumber-sumber daya 4. Manfaat dari program/kegiatan yang dilaksanakan

TUJUAN PENDIDIKAN SEKOLAH/PT YANG RESPONSIF GENDER (PSBG)


Apa Tujuan Sekolah /Perguruan Tinggi Responsif Gender (PSBG)? Mewujudkan kesempatan pendidikan yang adil dan setara adil pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, mendorong peningkatan mutu dan efisiensi melalui pemberdayaan potensi perempuan dan laki-laki secara optimal, dan memperkecil ketimpangan gender terutama pada jurusan/program studi

Suplemen

225

dan bidang kejuruan Mengapa Pendidikan Sekolah /Perguruan Tinggi Responsif Gender (PSBG)? Kebijakan sekolah cenderung netral (beberapa bias) gender, yang berdampak terhadap tingkat pemerolehan manfaat yang berbeda antara laki-laki dan perempuan (laki-laki biasanya mendapatkan manfaat lebih tinggi dibandingkan perempuan). Masih terdapat bahan ajar yang mengandung stereotipe gender yang menguatkan prilaku bias gender di masyarakat. Perilaku guru yang belum sensitif gender, yang berdampak pada bentuk-bentuk prilaku yang bias gender. Penataan sarana dan prasarana di sekolah / Perguruan Tinggi yang belum memperhatikan kebutuhan spesifik perempuan dan laki-laki. Keterwakilan anggota masyarakat dalam komite sekolah dan dewan pendidikan masih didominasi oleh laki-laki.

APA RUANG LINGKUP PENDIDIKAN SEKOLAH RESPONSIF GENDER (PSBG)?


Melakukan pengarusutamaan gender pada aspek: 1. Manajemen Sekolah, yang meliputi; Organisasi dan budaya sekolah, Sarana dan Prasarana, Administrasi Sekolah, Kebijakan dan Pengelolaan Sekolah 2. Proses Pembelajaran; perencanaan pembelajaran, penyusunan bahan ajar, prilaku guru, metode/ pendekatan dalam pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran 3. Peranserta masyarakat dalam pendidikan

SIAPA SASARAN PENDIDIKAN SEKOLAH /PT RESPONSIF GENDER ?


1. Manajer Sekolah 2. Tenaga Pendidik dan Kependidikan 3. Stakeholders pendidikan (Komite Sekolah, Penulis Bahan Ajar, Penerbit, Orang tua) 4. Peserta didik RUANG LINGKUP PENDIDIKAN SEKOLAH/ PT RESPONSIF GENDER ? 1. Manajemen Sekolah 2. Pembelajaran 3. Peran Serta Masyarakat Indikator Sekolah /Perguruan Tinggi Responsif Gender Aspek Manajemen: 1. Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peran yang yang sama atau setara dalam mengendalikan sistem pendidikan di sekolah; 2. Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peran yang sama atau setara dalam membina, mengarahkan dan melaksanakan pelayanan pendidikan di sekolah dan dapat memperoleh manfaat yang sama dari kesempatan dan peran tersebut; 3. Sekolah menghargai adanya karakter kerja, kesempatan dan tugas kultur yang berbeda antara lakilaki dan perempuan dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan tugas kedinasan;

226

Suplemen

4. Data dan informasi yang digunakan oleh guru dan kepala sekolah terpilah antara laki-laki dan perempuan, dan digunakan untuk analisis pendidikan yang berpihak pada laki-laki dan perempuan secara seimbang; 5. Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk menempati jabatan struktural dan/atau jabatan fungsional di sekolah, melakukan pengendalian terhadap program serta memperoleh manfaat yang sama; 6. Sekolah memiliki sarana-parasarana yang dapat diakses oleh serta memenuhi kebutuhan khusus laki-laki dan perempuan, seperti: kamar mandi, lapangan olahraga, alat-alat olahraga, pakaian olah raga, kamar ganti, bangsa, dsb,

MENCIPTAKAN BUDAYA SEKOLAH RESPONSIF GENDER


Isu gender pada Budaya Sekolah 1. Kesenjangan gender dalam kaitan dengan partisipasi murid yang dapat ditunjukkan dengan proporsi jumlah murid di sekolah yang menyebabkan jenis kelamin laki-laki menjadi kelompok yang mendominasi dibandingkan dengan murid perempuan 2. Stereotipi atau pembakuan citra dari peran-peran laki-laki maupun perempuan yang merugikan salah satu jenis kelamin. 3. Diskriminasi terhadap jenis kelamin tertentu sehingga menghalangi untuk mendapatkan hakhaknya serta melaksanakan peran-perannya di lingkungan sekolah 4. Kekerasan berbasis gender, baik fisik, psikis maupun seksual, seperti memandang lebih rendah dan meminggirkan, pelecehan seksual, dan yang sejenisnya. Upaya Menciptakan Budaya Sekolah Responsif Gender 1. Menciptakan rasa aman dan nyaman tanpa ada kekerasan fisik, psikis, seksual berbasis perbedaan jenis kelamin 2. Memberikan penghargaan dan penghormatan sesuai dengan posisi dan perannya masing-masing 3. Menghindari terjadinya diskriminasi gender baik terhadap laki-laki maupun terhadap perempuan Standar Minimal PUG Pusat Dan Daerah
NO 1 INDIKATOR Dukungan Kebijakan/ Komitmen 2 3 4 5 6 7

Suplemen

STANDAR MINIMAL PENCAPAIAN Adanya surat keputusan Dirjen/Gubernur/ Bupati mengenai pelaksanaan PUG bidang pendidikan

Kelembagaan Focal Point Program Pendataan Anggaran Alat analisis

Adanya Pokja PUG Bidang Pendidikan di pusat dan daerah Adanya 1 orang di pusat dan daerah yang mempunyai pemahaman PUG dengan baik Adanya minimal 1 program pendidikan responsive gender Tersedianya data pendidikan terpilah menurut jenis kelamin Adanya dukungan APBD untuk program PUG Adanya salah satu alat analisis gender yang dipahami dan dipergunakan dalam perencanaan program pendidikan

227

Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Penggunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Tahun 2011-2015
PENGERTIAN
Istilah NARKOBA merupakan singkatan dari NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA dan BAHAN ADIKTIF LAINNYA. Rincian pengertian lebih lanjut dipaparkan di bawah ini.

NARKOTIKA
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

PSIKOTROPIKA
Adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syarat pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

BAHAN ADIKTIF LAINNYA


Adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan.

NARKOTIKA Jenisnya:
HEROIN dikenal dengan nama Putau atau PTW KARAKTERISTIK Merupakan narkoba yang sangat cepat menimbulkan ketergantungan. berupa serbuk putih dengan rasa pahit Dalam pasaran warnanya putih coklat atau dadu. Cara penggunaan dapat disuntikkan, dihirup dan dimakan. EFEK Menimbulkan rasa lesu, penampilan dungu, jalan mengambang, rasa senang yang berlebihan. Konsumsi dihentikan menimbulkan rasa sakit dan kejang-kejang, keram, mata berair, hidung berlendir, hilang nafsu makan dan kehilangan cairan tubuh. Menimbulkan kematian bila over dosis. GANJA dikenal dengan nama mariyuana, hashish, gelek, stick, cimeng, grass. KARAKTERISTIK Menimbulkan ketergantungan psikis yang diikuti oleh kecanduan fisik dalam waktu lama, terutama bagi mereka yang telah rutin menggunakannya.

228

Suplemen

Bentuk daun kering, cairan yang lengket minyak damar ganja EFEK Menurunkan ketergantungan monorik, peningkatan denyut jantung, rasa gelisah dan panik, perubahan persepsi tentang ruang dan waktu, depresi, halusinasi, rasa ketakutan dan agresi, rasa senang yang berlebihan. Komplikasi kesehatan pada daerah pernafasan, sistem peredaran darah dan kanker. MINUMAN BERALKOHON adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan asli pertanian ataupun secara sintetis yang mengandung karbonhidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses dengan cara pengeceran minuman yang mengandung etanol

PSIKOTROPIKA Jenisnya:
ECSTASY Dikenal dengan nama Inex, XTC, huge drig, Yupie drug, essence, darity, butterfly, black, heart, ice. KARAKTERISTIK Bentuknya berupa tablet dan kapsul warna-warni Cara penggunaannya ditelan secara langsung Mendorong tubuh melakukan aktivitas melampui batas maksimum EFEK Peningkatan detak jantung & tekanan darah, rasa senang yang berlebihan, hilangnya rasa percaya diri. Setelah efek di atas, biasanya akan terjadi perasaan lelah, cemas dan depresi yang dapat belangsung beberapa hari. Gerakan tak terkontrol, mual dan muntah, sakit kepala, hilang selera makan dan rasa haus yang berlebihan. Kematian terjadi karena tidak seimbangnya cairan tubuh, baik karena dehidrasi ataupun terlalu banyak cariran. MEMTHAMPHETAMINE dikenal dengan nama shabu-shabu atau ubas KARAKTERISTIK Bentuknya berupa kristal dan cairan Mudah larut dalam alkohol dan air Cara penggunaannya dihisap dengan bantuan alat (bong)

BAHAN ADIKTIF LAINNYA Jenisnya:


ALKOHOL refleksi motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan menggangu penalaran dan penilaian Menimbulkan prilaku kekerasan, meningkatkan resiko kecelakaan lalu lintas Gejala putus zat mulai dari hilangnya nafsu makan, sensitif, tidak dapat tidur, kejang otot, halusinasi dan bahkan kematian. Memperlambat kerja sistem saraf pusat, memperlambat
Suplemen

229

ZAT YANG MENIMBULKAN HALUSINASI Jamur kotoran kerbau, sapi kecubung Bekerja pada sistem saraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna Perubahan dan proses berfikir, hilangnya kontrol, hilang orientasi dan depresi. Karena halusinasi bisa menimbulkan kecelakaan ZAT YANG MUDAH MENGUAP Lem Aica Aibon, Thinner, Bensin, Spirtus Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat. Menimbulkan perasaan senang, puyeng, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan dan pelo. Kematian timbul akibat berhentinya pernafasan dan gangguan pada jantung.

FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOBA


FAKTOR INDIVIDU Aspek kepribadian Kecemasan dan depresi Aspek pengetahuan, sikap dan kepercayaan Keterampilan berkomunikasi Faktor emosional dan mental. FAKTOR SOSIAL BUDAYA Kondisi keluarga/orang tua Pengaruh teman sebaya FAKTOR LINGKUNGAN DI SEKOLAH Tempat berkumpulnya anak-anak sekolah Tidak ada kebijakan di sekolah tentang narkoba Tidak ada tata tertib sekolah tentang narkoba FAKTOR LAIN LINGKUNGAN Pengaruh iklan atau promosi Pengaruh dari orang di lingkungan rumah yang sering berbuat negatif

AKIBAT PENYALAHGUNAAN NARKOBA


Penyakit AIDS Paru-paru Jantung Hepatitis Over dosis Kriminalitas Kekerasan/kejahatan Putus sekolah Gangguan Jiwa

230

Suplemen

TANDA-TANDA PENCANDU NARKOBA


Tanda-tanda Fisik Mata memerah Kulit pucat-kepucatan Kelopak mata seperti berat/mengantuk Tanda-tanda dan Sikap Murung, cemas, depresi Emosional, perasa, gampang tersinggung Mudah tersinggung oleh kritikan ringan Mudah marah tanpa sebab Tidak perduli dengan perasaan orang lain Pelupa, menurunnya daya ingat Bermusuhan Tanggapan lambat

BAGAIMANA MENOLAK NARKOBA


Pelajari dahulu apakah rencana temanmu itu baik atau buruk Apabila tidak benar, cepat katakan tidak! Mengusulkan kegiatan lain Bila usulanmu tidak diterima, Pergi!!!

APA YANG DAPAT DILAKUKAN PIHAK SEKOLAH/MADRASAH


Menilai besar dan luasnya masalah Menetapkan dan melaksanakan kebijakan penanggulangan Melaksanakan kurikulum pendidikan pencegahan Program bantuan/pendukung untuk anak-anak dari TK sampai siswa Pendidikan dan pelatihan para guru tentang pencegahan narkoba Partisipasi orang tua Pendidikan terpadu antara sekolah dan masyarakat.

PENCEGAHAN
PREVENTIF: ceramah, sosialisasi penanggulangan, pameran, seminar dll. PRIMER: konseling, sosialisasi peraturan perundangan dan bahaya penyalahgunaan narkoba, memberikan pelatihan, penyebaran infomasi anti narkoba, meningkatkan kewaspadaan dan kontrol terhadap lingkungan sekolah SEKUNDER: Bekerjasama dengan pihak keluarga, tenaga pendidik, peserta didik, kegiatan pendidikan sebaya (peer education), keterampilan sosial (social skill), komite sekolah.

STRATEGI PENCEGAHAN NARKOBA DI SEKOLAH


Secara terpadu dalam pelajaran Secara terpadu dalam menejemen sekolah Secara terpadu melalui kegiatan kesiswaan
Suplemen

231

BAGAIMANA AGAR TIDAK TERJERUMUS KE NARKOBA


Dapatkan dahulu informasi/keterangan yang benar tentang bahaya narkoba dari ahlinya/yang mengetahui, seperti koran, majalah, seminar seminar, dll Persiapan diri/mental menolak untuk ditawari Belajar berkata menolak/tidak untuk narkoba Memiliki cita-cita dalam hidup dan masa depan Lakukan kegiatan positif, buat pekerjaan yang berguna untuk orang tua dan lingkungan.

APA YANG DAPAT DILAKUKAN ORANGTUA AGAR ANAK TERBEBAS DARI NARKOBA
Ikut terlibat dalam kegiatan anak-anaknya Belajar untuk berkomunikasi Memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari yang baik Buat aturan keluarga yang jelas dan tegas Kembangkan tradisi keluarga dan nilai-nilai agama Orang tua berperan sebagai pembimbing dan pendidik

10 KUNCI MENJADIKAN ANAK SUKSES


1. Menanamkan nilai-nilai agama/spiritual sedini mungkin, untuk menguatkan hati nurani 2. Mengembangkan potensi anak seoptimal mungkin 3. Mengembangkan harga diri 4. Mengajarkan kemampuan untuk bersosialisasi yang efektif 5. Mengajarkan anak untuk menunjukkan rasa kasih sayang dan kembangkan sikap sehat terhadap seksualitas 6. Hidup dalam lingkungan tetangga yang baik 7. Menerapkan standar pekerjaan dan perilaku realitas didukung oleh disiplin yang tepat 8. Ajarkan anak agar mampu dan terampil termasuk keterampilan mengatasi masalah 9. Tegakkan kemandirian 10.Mengontrol anak waktu menonton TV.

MENGATASI MASALAH TANPA NARKOBA


CURHAT kepada teman baikmu, siapa tahu dapat membantu memecahkan masalahmu. Ceritakan juga kepada ibu dan bapak, agar beliau membimbingmu untuk memecahkan masalahmu Tak salah juga mengadu kepada guru BK di sekolahmu, karena beliau tahu tentang psikologi. Jadi masalahmu bisa diselesaikan secara psikologis Jika bermasalah, jangan termenung, bertopang dagu. Isi waktumu dengan kegiatan yang bermanfaat. Mengadu dan memohon petunjuk pada Tuhan yang Maha Kuasa, agar diberikan jalan keluar menyelesaikan masalah yang kamu hadapi.

REALISASI DAN RENCANA AKSI NASIONAL P4GN


Tahun 2008 bekerjasama dengan BNN sosialisasi di Jawa Barat, DKI Jakarta (2000 siswa dan 200 guru BK SMP). Mengirimkan buku, poster, stiker, leaflet tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba ke provinsi, kabupaten/kota dan sekolah.

232

Suplemen

Tahun 2009 bekerja dengan Metro TV dan Media Indonesia ke beberapa sekolah di Jabodetabek penyuluhan tentang narkoba. Tahun 2010 sosialisasi bekerjasama dengan BNP, Kepolisian, Tokoh Agama di 3 provinsi: Banten: Medan : 1000 siswa dan 100 guru BK SMP 500 siswa dan 100 guru BK SMP Jawa Timur: 1000 siswa dan 100 guru BK SMP Tahun 2011 sosialisasi bekerjasama dengan BNP, Kepolisian, Tokoh Agama, kepada siswa dan guru BK di 5 provinsi. Tahun 2012-2015 Aksi Nasional P4GN ke seluruh sekolah.

Suplemen

234

Pengintegrasian Pendidikan Pencegahan HIV / AIDS ke dalam Kurikulum Sekolah


Petunjuk: Lembar suplemen ini ditujukan untuk membantu Sekolah/Madrasah dalam melaksanakan pendidikan pencegahan HIV dan AIDS dalam lingkungan sekolah, sebagai bagian dari proses evaluasi diri sekolah (EDS). Atas dasar evaluasi tentang ancaman HIV dan dampaknya pada masyarakat, khususnya Sekolah/ Madrasah dapat menentukan pilihan tindakan pencegahan HIV dan AIDS dalam lingkungan sekolah, untuk dapat dimasukkan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rencana Kerja Sekolah (RKS).

A.

Epidemi HIV dan AIDS di Indonesia Peta Epidemi HIV di Indonesia


Estimasi jumlah ODHA tahun 2009: 186.257 orang (Kemkes, 2009)

HIV dan AIDS merupakan fenomena gunung es dimana kasus yang dilaporkan merupakan bagian kecil dari perkiraan jumlah total orang terinfeksi HIV. Hingga Desember 2010 sejumlah total kumulatif 24.131 kasus AIDS dan 55.848 kasus HIV dilaporkan oleh 32 provinsi (Sulbar belum melapor) dan 300 Kabupaten/kota1 . Sementara itu perkiraan (estimasi) jumlah Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Indonesia adalah 186.2572 orang pada tahun 2009. Dari total kumulatif laporan kasus AIDS, berikut ini adalah 10 provinsi dengan kasus tertinggi, yaituDKI Jakarta (3.995), Jawa Timur (3.771), Jawa Barat (3.728), Papua (3.665), Bali (1.747), Kalimantan Barat(1.152), Jawa Tengah (944), Sulawesi Selatan (591), Sumatera Utara (507) dan DI. Yogyakarta (505)3. Berdasarkan cara penularan, secara kumulatif kasus AIDS adalah: 1. Heteroseksual : 52,7% : 38,3% 2. Pengguna napza suntik (IDU)

Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia sampai dengan Desember 2010, Ditjen P2PL, Kemkes RI . Laporan Estimasi Orang Dewasa yang Hidup dengan HIV dan AIDS, Kemkes RI, 2010 3. Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia sampai dengan Desember 2010, Ditjen P2PL, Kemkes RI
1. 2

235

Suplemen

3. Homoseksual

: 3% : 2,6%

4. Perinatal (orang tua ke bayi)

Berdasarkan kelompok umur, proporsi penyebarannya adalah sebagai berikut: 1. 15 19 Tahun 2. 20 29 Tahun 3. 30 39 Tahun 4. 40 49 Tahun : 3,1% : 47,4% : 31,3% : 9,4%

*Data di atas merupakan data per Desember 2010, dan dimutakhirkan setiap 3 bulan oleh Kementerian Kesehatan RI. Laporan lengkap dapat diakses di www.aidsindonesia.or.id. B. Analisis Resiko Memahami kondisi lingkungan sekolah dengan melihat pada ancaman IMS, Napza, HIV dan AIDS

B.1. Beberapa Pengertian Dasar Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi atau penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. IMS termasuk dalam kelompok Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS adalah salah satu jalan masuk HIV melalui penularan seksual. NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Napza sesuatu yang dimasukkan ke dalam tubuh baik berupa zat padat, cair, maupun gas yang merubah fungsi atau struktur tubuh secara fisik dan/atau psikis, tidak termasuk makanan, air yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh yang normal. Ketergantungan penggunaan napza mempengaruhi fungsi otak dan susunan syaraf sehingga berpengaruh pada mood serta perilaku orang tersebut. HIV adalah singkatan dari Human Immuno-deficiency Virus, yaitu virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Orang yang dikatakan positif HIV, yaitu yang dinyatakan positif setelah mengikuti tes darah. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu kondisi menurunnya kekebalan tubuh manusia karena HIV. Orang yang terinfeksi HIV tetapi belum masuk tahap AIDS dapat tetap terlihat sehat. Dengan masuknya virus HIV secara perlahan pertahanan tubuh menurun, maka berbagai penyakit yang pada orang pada umumnya tidak berbahaya, menjadi sangat berbahaya. Pada stadium inilah AIDS baru terjadi. Terkadang stadium AIDS baru terjadi bertahun-tahun setelah terinfeksi HIV. Penyakit yang muncul disebut infeksi oportunistik, seperti tuberculosis, kanker kulit, dan diare. Penularan dan Pencegahan IMS dan HIV: HIV menular melalui 4 cara, yaitu: berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi HIV tanpa menggunakan kondom, menggunakan alat suntik bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV, transfusidari darah yang tercemar HIV, dan dari Ibu yang terinfeksi HIV pada bayi yang dikandungnya, dilahirkan atau disusuinya. HIV dapat dicegah dengan: tidak melakukan hubungan seks selain dengan suami/istri, bersikap saling setia, menggunakan kondom pada setiap hubungan seks beresiko dan tidak menggunakan napza. Bagi Ibu hamil dengan HIV dapat mengikuti program pencegahan dengan profilaksis. Seseorang yang terinfeksi HIV hanya dapat diketahui dengan tes darah yang sebelumnya Suplemen 236 melalui konseling dan tes HIV secara sukarela.

HIV dapat dicegah dengan: tidak melakukan hubungan seks selain dengan suami/istri, bersikap saling setia, menggunakan kondom pada setiap hubungan seks beresiko dan tidak menggunakan napza. Bagi Ibu hamil dengan HIV dapat mengikuti program pencegahan dengan profilaksis. Seseorang yang terinfeksi HIV hanya dapat diketahui dengan tes darah yang sebelumnya melalui konseling dan tes HIV secara sukarela. HIV tidak menular dengan: berhubungan sosial; bersalaman, bermain bersama, menggunakan toilet bersama, berenang, dan gigitan nyamuk. Karena itu seorang anak yang terinfeksi HIV tidak dengan mudah menularkan HIV kepada teman maupun orang lain. Kemana harus merujuk: Jika seseorang beresiko terinfeksi IMS, HIV dan AIDS dapat dirujuk ke layanan kesehatan terdekat, misalnya klinik atau Puskesmas.
B2. Analisis Sederhana Resiko HIV/AIDS Di Lingkungan Sekolah Jawablah Pertanyaan di bawah ini dengan mamberi tanda cek (v) pada kolom YA atau TIDAK .

237

Suplemen

Keterangan: Bila semua jawaban YA, sekolah memiliki resiko yang SANGAT TINGGI Bila lebih banyak jawaban YA, sekolah memiliki resiko yang TINGGI Bila lebih banyak jawaban TIDAK , sekolah memiliki resiko yang SEDANG Bila semua jawaban TIDAK sekolah memiliki resiko yang RENDAH C. : 25 YA : >15 YA : < 10 YA : 0 YA

Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Tentang Ancaman HIV dan AIDS yang dihadapi Sekolah

Aspek keterbukaan informasi tentang pencegahan HIV dan AIDS sangat penting bagi terciptanya perilaku siswa untuk menuju gaya hidup sehat dan bertanggungjawab yang didasari etika dan moral. Bagi Sekolah/Madrasah yang memiliki resiko SANGAT TINGGI, TINGGI dan SEDANG dari hasil analisa sederhana di atas, maka disarankan agar Sekolah/Madrasah merujuk ke Suplemen tentang Pengintegrasian pendidikan pencegahan HIV dan AIDS ke dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang tersedia pada Modul Perencanaan dan Penganggaran Sekolah/Madrasah.
Suplemen

238

Pengintegrasian Pendidikan Pencegahan HIV Dan AIDS ke dalam Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana Tahunan (RKT)
A. Menentukan Pilihan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Memberikan pilihan tindakan yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi resiko infeksi HIV untuk Sekolah yang memiliki resiko SANGAT TINGGI, TINGGI dan SEDANG. Ada dua kelompok tindakan yang termasuk dalam katagori Tindakan Struktural dan Tindakan Non Struktural.

Tindakan Struktural:Upaya yang memerlukan perubahan-perubahan fisik Menyediakan ruangan yang ramah remaja untuk remaja dapat berkumpul dan berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi remaja tanpa merasa jengah, dan dihakimi. Tempat ini menyediakan informasi, layanan konseling yang nyaman, dan punya hubungan (berupa rujukan) dengan tim kesehatan terdekat. Tindakan Non Struktural:Upaya yang memerlukan perubahan-perubahan Non Fisik Penyusunan skema dan prosedur penanggulangan HIV di Sekolah Pelatihan tim manajemen sekolah, guru dan siswa tentang informasi HIV dan AIDS dasar Pelatihan bagi guru tentang konseling HIV dan AIDS Pembuatan materi KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terkait HIV dan AIDS Pembuatan poster Pelatihan untuk pendidik sebaya

B.

Menentukan Kebutuhan Menghadapi Ancaman HIV dan AIDS Mengidentifikasi kebutuhan kegiatan sekolah dan program perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengurangi ancaman HIV dan AIDS untuk masuk dalam rencana sekolah

Jangka Pendek 1. 2 3. 4. Penyadaran pentingnya pengetahuan HIV dan AIDS bagi guru, orang tua dan siswa Tersedianya SDM yang mampu memberikan informasi HIV dan AIDS yang benat Membentuk dan melatih siswa untuk menjadi pendidik sebaya dalam rangka pendidikan pencegahan HIV dan AIDS. Menyediakan referensi/ buku sumber tentang HIV dan AIDS

Jangka Menengah/ Panjang 1. 2. 3. Adanya kebijakan sekolah yang mendukung upaya pencegahan HIV. Adanya kurikulum sekolah tentang pendidikan kesehatan reproduksi remaja, napza dan HIV dan AIDS Membina kerjasama dengan pihak-pihak luar termasuk sistem rujukan dalam upaya pencegahan HIV,

239

Suplemen

C.

Memasukkan Pendidikan Pencegahan HIV dan AIDS ke dalam Rencana Sekolah Merencanakan pemenuhan kebutuhan pendidikan pencegahan HIV dan AIDS dengan menuangkannya ke dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS).

Langkah Awal: Idealnya, untuk sekolah-sekolah yang hasil dari analisa resiko terhadap ancaman HIV dan AIDS di sekolah menunjukkan resiko yang SANGAT TINGGI, TINGGI dan SEDANG, maka unsur Kenyamanan sekolah harus menjadi bagian dari kondisi sekolah yang diharapkan (tercermin dalam Visi dan Misi). Jika Kenyamanan sekolah merupakan bagian dari tujuan Pengembangan sekolah, maka tujuan tersebut bisa dijabarkan dalam sasaran, kegiatan dan rencana kerja tahunan. Jangka waktu Perencanaan: Pada umumnya pilihan tindakan STRUKTURAL dapat dikerjakan dalam Jangka MENENGAH/PANJANG, sedangkan pilihan tindakan NON-STRUKTURAL dapat dikerjakan dalam JANGKA PENDEK. Dalam mekanisme BOS, rencana jangka menengah/panjang dituangkan dalam Rencana Kegiatan Sekolah/ RKS (4 tahunan), sedangkan rencana jangka pendek dituangkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT). Selanjutnya rencana-rencana tersebut dituangkan lebih lanjut ke dalam Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS). Contoh Kegiatan Jangka Pendek 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Contoh Jangka Panjang 1. 2. 3. Menyusun Renstra yang memuat nafza dan bahayanya serta pendidikan pencegahan HIV dan AIDS Pengalokasian dana Menjalin kemitraan dengan pihak luar yang terlibat dengan program-program pencegahan HIV dan AIDS, misalnya Dinas pemerintah terkait, layanan kesehatan dan lembaga peduli AIDS.

Membuat Kebijakan Sekolah tentang larangan merokok, napza dan sanksinya Menyamakan pemahaman tentang faktor-faktor yang menyebabkan semua warga sekolah sangat rawan tertular HIV Menyiapkan para guru tentang pencegahan HIV dan AIDS berdasarkan pendekatan kecakapan hidup Mengembangkan kurikulum yang memuat tentang kesehatan reproduksi dan perilaku orang yang mengidap HIV dan AIDS Menyediakan guru dan ruang untuk Bimbingan Konseling bagi siswa yang bermasalah Sosialisasi tentang Kesehatan reproduksi, bahaya IMS, HIV dan AIDS, dan napza kepada seluruh warga sekolah termasuk komite sekolah Melakukan sosialisasi tentang bahaya IMS, HIV dan AIDS, sertanapza kepada siswa baru pada waktu MOS (masa orientasi studi) Menyediakan buku-buku referensi/ film tentang IMS, HIV dan AIDS, Napza, Kesehatan Reproduksi Mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan mengenai berbagai permasalahan HIV dan AIDS dan pelaksanaan kurikulumnya Membuat poster dan melakukan kampanye penyadaran tentang bahaya napza dan HIV dan AIDS, perlunya menerapkan gaya hidup sehat.


Suplemen

240

D.

Referensi dan Nomor Kontak Penting Jika Sekolah/Madrasah ingin informasi lebih lanjut, dapat menghubungi lembaga dan organisasi berikut untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Nara Sumber Tingkat Pusat No 1. 2. Lembaga Kementerian Kesehatan Kementerian Sosial Jabatan Kepala Sub Direktorat Usia Sekolah Kepala Bidang Pelayanan Sosial PLHIV, Kepala Bidang Pencegahan dan penyalahgunaan obat Kepala Bidang Evaluasi dan Monitoring Direktur Perlindungan Hak Reproduksi Remaja

3. 4. 5.

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional BKKBN

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Narasumber dari Pemerintah di Tingkat Provinsi


No A. 1. Kepulauan Riau Dinas Pendidikan Provinsi Lembaga Jabatan Kabid Pendidikan dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Nonformal Wakil Kepala Sekretariat Koordinator Program Kabid Pendidikan Menengah, Kepala Menengah Kepala Sekretariat Sekretaris Dinas Pendidikan Kepala Sekretariat Kepala Puskesmas Sekretaris Kepala Bidang Koordinator Program Staf Pembantu Sekreataris Kabid Pendidikan dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Pemuda dan Olah raga dasar, Seksi Pendidikan Pendidikan

2. 3. B. 1.

Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Komisi Penanggulangan AIDS Tingkat Kota Provinsi Kalimantan Barat Dinas Pendidikan Provinsi

2. 3. 4. 5. 6. 7. C. 1. 2. 3. 4. D. 1.

Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Dinas Pendidikan Kota Pontianak Komisi Penaggulangan AIDS Kota Pontianak Pusat Kesehatan Masyarakat Pontianak Badan Narkotika Kota Pontianak Dinas Kesehatan Kota Provinsi Bali Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Komisi Penaggulangan AIDS Kota Denpasar Provinsi Maluku Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

241

Suplemen

1. 2. 3. 4. D. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. E. 1 2.

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Komisi Penaggulangan AIDS Kota Denpasar Provinsi Maluku Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi Dinas Pendidikan Kota Ambon Komisi Penanggulangan AIDS Kota Ambon Dinas Kesehatan Kota Ambon Biro Sumber daya manusia DKI Jakarta Dinas Pendidikan Provinsi Komisi Penaggulangan AIDS

Kepala Bidang Koordinator Program Staf Pembantu Sekreataris Kabid Pendidikan dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Pemuda dan Olah raga Sekretaris Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Bencana Kepala Bidang Pendidikan dasar dan Menengah Sekreataris Staf Kepala Pendidikan dan Kesehatan Kepala Bidang sumber Kegiatan Belajar siswa Asisten Teknis

Narasumber dari Lembaga non Pemerintah di Tingkat Provinsi No A. 1. 2. B. 1. C. 1. D. 1. 2. E. 1. 2. 3. Lembaga Kepulauan Riau Yayasan Batam Pengembangan Pariwisata Direktur Manajer Pencegahan Kepala Unit Pendidikan, Kepala Seksi Sekolah Menengah Direktur dan koordinator Program Remaja Jabatan

Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda Provinsi Kalimantan Barat PKBI Provinsi Bali PKBI Provinsi Maluku

LP2B (Lembaga Pengabdian Pemuda Kepala Bangsa) LPPM DKI Jakarta Yayasan Pelita Ilmu YAKITA Direktur Program Manajer Direktur

Forum Indonesia Untuk Transparansi Koordinator analisis Anggaran (FITRA)

Suplemen

242

INFORMASI DAN PENGADUAN MASYARAKAT Program BOS HOTLINE: 177 Menghubungi: Tingkat SD Alamat Web Telp Faksimil Email : www.ditptksd.go.id : 0-800-140-1276 (bebas pulsa), 021-5725632 & 021-5725641 : 021-5725635 : bos@ditptksd.go.id Tingkat SMP Alamat Web Telp Faksimil Email : www.dit-plp.go.id : 0-800-140-1299 (bebas pulsa) 021-5725980 : 021-5731070 & 021-5725645 : bos@dit-plp.go.id

Mengisi: Format BOS 07 untuk Kritik dan Saran dan Format BOS 8 untuk Pengaduan

You might also like