You are on page 1of 49

Celah Bibir (Bibir Sumbing) & Celah Langit-langit DEFINISI Celah Bibir dan Celah Langit-langit adalah suatu

kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut. Celah bibir (Bibir sumbing) adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung. Celah langit-langit adalah suatu saluran abnormal yang melewati langit-langit mulut dan menuju ke saluran udara di hidung. PENYEBAB Celah bibir dan celah langit-langit bisa terjadi secara bersamaan maupun sendiri-sendiri. Kelainan ini juga bisa terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya. Penyebabnya mungkin adalah mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapat menyebabkan kelainan pada janin, contohnya virus atau bahan kimia). Selain tidak sedap dipandang, kelainan ini juga menyebabkan anak mengalami kesulitan ketika makan, gangguan perkembangan berbicara dan infeksi telinga. Faktor resiko untuk kelainan ini adalah riwayat celah bibir atau celah langit-langit pada keluarga serta adanya kelainan bawaan lainnya.

GEJALA Gejalanya berupa:


pemisahan bibir pemisahan langit-langit pemisahan bibir dan langit-langit distorsi hidung

infeksi telinga berulang berat badan tidak bertambah regurgitasi nasal ketika menyusu (air susu keluar dari lubang hidung).

DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik di daerah wajah. PENGOBATAN

Pengobatan melibatkan beberapa disiplin ilmu, yaitu bedah plastik, ortodontis, terapi wicara dan lainnya. Pembedahan untuk menutup celah bibir biasanya dilakukan pada saat anak berusia 3-6 bulan. Penutupan celah langit-langit biasanya ditunda sampai terjadi perubahan langit-langit yang biasanya berjalan seiring dengan pertumbuhan anak (maksimal sampai anak berumur 1 tahun). Sebelum pembedahan dilakukan, bisa dipasang alat tiruan pada langit-langit mulut untuk membantu pemberian makan/susu. Pengobatan mungkin berlangsung selama bertahun-tahun dan mungkin perlu dilakukan beberapa kali pembedahan (tergantung kepada luasnya kelainan), tetapi kebanyakan anak akan memiliki penampilan yang normal serta berbicara dan makan secara normal pula. Beberapa diantara mereka mungkin tetap memiliki gangguan berbicara.

http://medicastore.com/penyakit/3355/Celah_Bibir__Bibir_Sumbing_&_Celah_Langitlangit.html

Epidemiologi Bibir Sumbing


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN BANDUNG 2010 BAB I PENDAHULUAN Labioschisis atau biasa disebut bibir sumbing adalah cacat bawaan yang menjadi masalah tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan status sosial ekonomi yang lemah. Akibatnya operasi dilakukan terlambat dan malah dibiarkan sampai dewasa.(3) Bibir sumbing dengan atau tanpa celah pada langit-langit, merupakan kelainan kongenital yang paling umum pada kepala dan leher di dunia. Penelitian epidemiologi untuk pencegahan terjadinya bibir sumbing masih sedikit namun teknik bedah untuk mengobatinya banyak dilakukan.
(22)

Sumbing memiliki frekuensi yang berbeda-beda pada berbagai budaya dan ras serta negara. Diperkirakan 45% dari populasi adalah non-Kaukasia.
(22)

Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah

langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000 penduduk di Jepang.(6) Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui diketahui secara pasti, hanya disebutkan terjadi satu kejadian setiap 1000 kelahiran.PKIRANRAKYAT Hidayat dan kawan-kawan di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus bibir

sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk.
(12)

Etiologi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah multifaktorial. Selain faktor genetik juga terdapat faktor non genetik atau lingkungan. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing dan celah langitlangit adalah usia ibu waktu melahirkan, perkawinan antara penderita bibir sumbing, defisiensi Zn waktu hamil dan defisiensi vitamin B6.(3),(22) Bayi yang terlahir dengan labioschisis harus ditangani oleh klinisi dari multidisiplin dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif dari berbagai aspek multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi bibir yang sumbing, masih ada masalah lain yang perlu dipertimbangkan yaitu masalah pendengaran, bicara, gigi-geligi dan psikososial. Masalah-masalah ini sama pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada akhirnya hasil fungsional yang baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga dipengaruhi oleh masalah-masalah tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner, tatalaksana yang komprehensif dapat diberikan, dan sebaiknya kontinyu sejak bayi lahir sampai remaja. Diperlukan tenaga spesialis bidang kesehatan anak, bedah plastik, THT, gigi ortodonti, serta terapis wicara, psikolog, ahli nutrisi dan audiolog.
(31)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bustami dan kawan-kawan diketahui bahwa alasan terbanyak anak penderita labioschisis terlambat (berumur antara 5-15 tahun) untuk dioperasi adalah keadaan sosial ekonomi yang tidak memadai dan pendidikan orang tua yang masih kurang.(3) Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi sebagai salah satu kegiatan pokok Puskesmas juga dilaksanakan sesuai dengan pola pelayanan Puskesmas tersebut.
(8)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut terutama ditujukan kepada golongan rawan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut yaitu: ibu hamil/menyusui, anak pra sekolah dan anak sekolah dasar serta ditujukan pada keluarga dan masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan dan perkotaan.
(8)

Dengan penyelenggaraan upaya kesehatan gigi di Puskesmas ini diharapkan tercapainya keadaan kesehatan gigi masyarakat yang layak (optimum).
(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Istilah epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari: Epi : atas, pada Demos : rakyat Logos : ilmu Maka epidemiologi sebenarnya berarti: ilmu mengenai hal-hal yang terjadi pada rakyat. Ruang lingkup epidemiologi yang semula mempelajari penyakit menular lambat laun diperluas, sehingga epidemiologi menjadi ilmu yang mempelajari factor-faktor yang menentukan frekuensi dan distribusi penyakit pada rakyat.
(11)

Definisi epidemiologi lainnya ialah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit atau kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia,

jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya.(29) Labioschisis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna samapai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral, dan jika celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral. Apabila coba kita campurkan
(32)

kedua pengertian di

atas

maka

epidemiologi bibir sumbing ialah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian dan factor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan, dan kematian akibat bibir sumbing dalam populasi manusia. Pada epidemiologi terdapat sejumlah pertanyaan penting yang harus selalu diingat, yaitu sebagai berikut : What : Apakah sebenarnya yang terjadi (atau kejadian apa)? Where : Di mana kasus bibir sumbing terjadi atau berlangsung? Lokasinya dimana? When : Kapan penyakit bibir sumbing tersebut terjadi? Apakah insidental, sepanjang tahun, atau pada waktu-waktu tertentu? Who : Siapakah yang terkena kecelakaan tersebut? Bagaimana dengan umur dan jenis kelaminnya? Apakah ia pejalan kaki, pengemudi atau penumpang kendaraan? Why : Mengapa kasus vivir sumbing dapat terjadi ? How : Bagaimana cara menanggulangi penyakit bibir sumbing tersebut? Bagaimana cara pencegahannya ? Dan lain sebagainya. 2.2 Bibir dan Langit-langit Sumbing Dari Segi Klinis

2.2.1 Etiologi Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti.

Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor genetik dan factor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga labioschisis akan mengalami labioschisis. Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila keturunan garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin (terutama asam folat) selama trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih cenderung melahirkan bayi/ anak dengan labioschisis.
(33)

Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan antara lain:


(18)

Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam hal kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam folat, vitamin C, dan Zn) Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia. Faktor genetik Kelainan ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
(18)

Pada hewan percobaan vitamin A dikenal sebagai "teratogen universal". Namun kemungkinan teratogenitas pada manusia yang mengkonsumsi suplemen vitamin A masih kontroversi.(35)

Vitamin B-6 memiliki peran vital dalam metabolisme asam amino. Defisiensi vitamin B-6 tunggal telah terbukti dapat menyebabkan langitlangit mulut sumbing dan kelainan defek lahior lainnya pada tikus percobaan. Dan Miller (1972) menunjukkan bahwa pemberian vitamin B-6 dapat mencegah terjadinya celah orofasial.
(35)

Salah satu penyebab terjadinya celah orofasial ialah heterogenitas, sebanyak sekitar 20% menyertai sindrom yang disebabkan mutasi yang spesifik. Namun juga terjadinya celah orofasil juga berhubungan dengan asam folat dan multivitamin lainnya. Beberapa mungkin memiliki etiologi karena asam folat namun sebagian lagi tidak, sehingga menyulitkan untuk mencari efeknya.(35) 2.2.2 Klasifikasi Labioschisis diklasifikasikan berdasarkan lengkap/ tidaknya celah yang terbentuk : - Komplit - Inkomplit Dan berdasarkan lokasi/ jumlah kelainan : - Unilateral - Bilateral 2.2.3 Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dari kelainan labioschisis antara lain : - Masalah asupan makanan
(4), (28), (32) (32) (18), (34)

Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis. Adanya \labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga daapt membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu. Gambar 2.1 Klasifikasi Labioschisis. - Masalah Dental Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk. - Infeksi telinga Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius. - Gangguan berbicara
(32)

Pada

bayi

dengan

labio-palatoschisis

biasanya

juga

memiliki

abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Penderita celah palatum memiliki kesulitan bicara, sebagian karena palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat bergerak sehingga selama berbicara udara keluar dari hidung.
(30)

Anak mungkin mempunyai kesulitan

untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, dan ch", dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu. 2.2.4 Penatalaksanaan Idealnya, anak dengan labioschisis ditatalaksana oleh tim labiopalatoschisis yang terdiri dari spesialistik bedah, maksilofasial, terapis bicara dan bahasa, dokter gigi, ortodonsi, psikoloog, dan perawat spesialis. Perawatan dan dukungan pada bayi dan keluarganya diberikan sejak bayi tersebut lahir sampai berhenti tumbuh pada usia kira-kira 18 tahun. Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada saat usia anak 3 bulan. Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu : 1. Tahap sebelum operasi Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang
(24) (5)

harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang terbelah. Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.
(24)

2. Tahap sewaktu operasi Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.

Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Palatoplasty dilakukan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mulai bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal atau tidak sengau sulit dicapai.
(19)

Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 89 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi.(24) Gambar 2.2 Reparasi labioschisis (labioplasti). (A and B) pemotongan sudut celah pada bibir dan hidung. (C) bagian bawah nostril disatukan dengan sutura. (D) bagian atas bibir disatukan, dan (E) jahitan memanjang sampai kebawah untuk menutup celah secara keseluruhan. 3. Tahap setelah operasi. Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak banyak bermanfaat.
(24) (33)

Gambar 2.3 Sebelum dan sesudah tindakan operasi.

(14)

Cara menyusui bagi ibu yang memiliki anak dengan bibir sumbing: a. Memberi tahu ibu kepentingan ASI untuk bayinya, b. Usaha untuk menutup celah atau sumbing bibir agar bayi dapat memegang puting dan areola dalam mulutnya waktu menyusui (jari ibu atau plak gigi yg khusus atau obturator), kadang-kadang payudara ibu menutup celah itu. c. Memerah susu dan memberikan kepada anaknya menggunakan cangkir atau sendok teh.(36) 2.2.5 Prognosis Kelainan labioschisis merupakan kelainan bawaan yang dapat

dimodifikasi/ disembuhkan. Kebanyakan anak yang lahir dengan kondisi ini melakukan operasi saat usia masih dini, dan hal ini sangat memperbaiki penampilan wajah secara signifikan. Dengan adanya teknik pembedahan yang makin berkembang, 80% anak dengan labioschisis yang telah ditatalaksana mempunyai perkembangan kemampuan bicara yang baik. Terapi bicara yang berkesinambungan menunjukkan hasil peningkatan yang baik pada masalah-masalah berbicara pada anak labioschisis. 2.3 Prevalensi Bibir dan Langit-Langit Sumbing Bibir sumbing langit-langit (palatum) secara rutin terkait dengan lebih dari 200 sindrom / malformasi. Insidensinya bervariasi antar kelompok etnis sebagai berikut: American Indian (3.6:10,000), Asia (3:1000), dan Amerika Afrika (0.3:1000).(9) Bibir sumbing dan / atau dengan langit-langit terbelah adalah kelainan bawaan yang sering dilihat di seluruh dunia. Rata-rata, sekitar 1 dalam setiap 500-750 kelahiran hidup menghasilkan sumbing. Selain itu, di Amerika Serikat, prevalensi untuk bibir sumbing dengan atau tanpa langit-langit
(33)

terbelah adalah 2,2-11,7 per 10.000 kelahiran. Sumbing langit-langit saja menghasilkan tingkat prevalensi 5,5-6,6 per 10.000 kelahiran.
(10)

Bibir

sumbing, langit-langit mulut, atau keduanya adalah salah satu kelainan bawaan yang paling umum dan memiliki tingkat kelahiran prevalensi berkisar dari 1 / 1000 sampai 2.69/1000 antara berbagai belahan dunia.(20) Orang Afrika Atau Afrika Amerika Satu per 2.500 Afrika Amerika dilahirkan dengan sumbing.
(27)

Afrika-

Amerika memiliki tingkat prevalensi yang lebih rendah dari bibir dan/atau langit-langit sumbing bila dibandingkan dengan orang Kaukasia. Tingkat prevalensi sebesar 0,61 per 1.000 dan 1,05 per 1.000 kelahiran hidup masing-masing dilaporkan oleh Croen, Shaw, Wasserman dan Tolarova (1998).
(7)

Di Malawi dilaporkan terdapat tingkat prevalensi yang rendah

untuk bibir sumbing dan / atau langit-langit, 0,7 per 1.000 kelahiran hidup.(23) Amerika Latin Dan Penduduk Latin Asli Amerika Latin berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, dan Karibia. Prevalensi Amerika Latin lebih rendah daripada Kaukasia dan penduduk asli Amerika, namun masih lebih tinggi daripada Afrika Amerika.
(7)

Orang latin memiliki prevalensi sumbing sebesar 9,7 per


(20)

10.000 kelahiran hidup.(15) Dalam Sucre, tingkat prevalensi bibir dan/atau langit-langit sumbing di Bolivia adalah 1,23 per 1.000 kelahiran hidup. Yordania Al Omari et al. (2004) meneliti prevalensi sumbing selama periode sebelas tahun di Yordania dan menemukan tingkat keseluruhan sebesar 1,39 per 1.000 kelahiran hidup untuk bibir dan/atau langit-langit sumbing .(1) Gambar 2.4 Bibir dan/atau langit-langit sumbing di Eropa

Amerika Serikat Hawaii adalah negara bagian Amerika Serikat yang memiliki populasi yang sangat beragam yang terdiri dari 73% orang Asia dan Kepulauan Pasifik keturunan. Forrester & Merz (2004) menemukan bahwa tingkat prevalensi bibir dan/atau langit-langit sumbing per 10.000 kelahiran hidup di Hawaii adalah: 10 pada orang Kaukasia, 16 pada orang-orang keturunan Asia Timur Jauh, 11 pada orang-orang keturunan Kepulauan Pasifik, dan 14,5 pada orang keturunan Filipina.(10) Gambar 2.5 Bibir dan/atau langit-langit sumbing di Amerika Indonesia Berdasarkan Pikiran Rakyat On Line tanggal 1 Juni 2009, disebutkan bahwa jumlah penderita bibir sumbing atau celah bibir di Indonesia bertambah 3.000-6.000 orang setiap tahun atau satu bayi setiap 1.000 kelahiran adalah penderita bibir sumbing.(25) Berdasarkan data dari Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) kepada Radar Bandung tahun 2008, bahwa sejak tahun 1979 sampai tahun 2008 operasi dan perawatan bibir sumbing mencapai 11.472 di seluruh Indonesia atau 395 orang per tahun.RADARBANDUNG Sedangkan pada tahun 2009 Ketua Pengurus

YPPCBL kepada harian Kompas menyatakan bahwa saat ini diperkirakan jumlah penderita bertambah 6.000-7.000 kasus per tahun. Namun, karena berbagai macam kendala, jumlah penderita yang bisa dioperasi jauh dari ideal. Hanya 1.000-1.500 pasien per tahun yang mendapat kesempatan menjalani operasi.
(16)

Gambar 2.6 Bibir dan/atau langit-langit sumbing di Asia, Timuh Tengah, Australia dan Oseania, Afrika

2.4 Pengaruh Lingkungan Pengaruh lingkungan juga dapat menyebabkan, atau berinteraksi dengan genetika untuk memproduksi, celah orofacial. Sebuah contoh bagaimana faktor lingkungan dapat dihubungkan dengan genetika berasal dari penelitian tentang mutasi pada gen PHF8 yang menyebabkan celah bibir / langit-langit. Ditemukan bahwa PHF8 mengkodekan demethylase lisin histone,
(17)

dan terlibat dalam regulasi epigenetik. Aktivitas katalitik PHF8


(17)

tergantung pada oksigen molekuler,

fakta yang dianggap penting

sehubungan dengan laporan mengenai kejadian peningkatan celah bibir / langit-langit pada tikus yang telah terkena hipoksia dini selama kehamilan.
(21)

Pada manusia, bibir sumbing janin dan kelainan bawaan lain juga telah
(26)

dihubungkan dengan hipoksia ibu, seperti yang disebabkan oleh misalnya ibu merokok, ibu penyalahgunaan alkohol atau beberapa bentuk
(13)

pengobatan hipertensi ibu

faktor lingkungan lain yang telah dipelajari

meliputi: penyebab musiman (seperti eksposur pestisida);. diet ibu dan asupan vitamin; retinoid - yang merupakan anggota vitamin A keluarga; obat-obatan antikonvulsan, alkohol, penggunaan rokok; senyawa nitrat, pelarut organik, paparan orangtua untuk memimpin, dan obat-obatan terlarang (kokain, heroin, dll). 2.5 Pengaruh Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi memiliki variabel-variabel yang berkaitan dengan kontribusi terhadap terjadinya bibir dan/atau langit-langit sumbing , seperti gizi, merokok, alkohol,penyakit dan infeksi. Faktor-faktor tersebut cenderung telah diteliti secara retrospektif pada beberapa negara di dunia dan studi tersebut sekarang dilakukan secara prospektif di Denmark dan Norwegia yang berhubungan dengan hasil reproduksi. Aspek lain dari gizi yang belum secara baik dipelajari adalah efek dari obesitas / kelaparan dan hal tersebut mungkin berguna untuk studi di masa depan untuk menilai

tinggi dan berat badan untuk mendapatkan ukuran indeks massa tubuh sehingga diperoleh kaitannya dengan celah orofacial. Bukti untuk prevalensi celah orofasial yang lebih banyak terjadi pada masyarakat kelas sosial ekonomi rendah masih samar-samar. 2.6 Aspek Psikologis Terhadap Individu Bibir Sumbing Memiliki bibir dan/atau langit-langit sumbing mengakibatkan masalah psikososial. Sebagian besar anak yang telah dioperasi celahnya dapat memiliki masa anak-anak yang bahagia dan kehidupan sosial yang sehat. Namun, penting untuk diingat bahwa pada remaja dengan bibir dan/atau langit-langit sumbing dapat meningkatkan risiko adanya masalah psikososial khususnya yang berkaitan dengan konsep diri, romantika, dan penampilan. Hal ini penting bagi orang tua untuk menyadari permasalahan psikososial anak remaja mereka agar dapat menghadapi masalahnya dan mengetahui di mana mencari bantuan tenaga profesional jika masalah timbul. Bukti-bukti menunjukkan bahwa masalah komunikasi berhubungan dengan bibir dan langit-langit sumbing yang tampak pada masa anak-anak. Penelitian perkembangan anak pada bibir dan langit-langit sumbing pada infant dan toddler (anak baru bisa berdiri dan berjalan), atau sejak lahir sampai usia 3 tahun, menyatakan bahwa bibir sumbing pada todler memiliki penundaan atau keterlambatan perkembangan dalam daerah bahasa ekspresif pada usia 36 bulan. Respon negatif dari orang lain, secara nyata atau hanya perasaan saja, dapat mempengaruhi kesan terhadap diri sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa pilihan untuk menarik secara individual mempengaruhi harga diri, kompentensi sosial, dan penilaian terhadap daya tarik di masa depan. Daya tarik fisik menunjukkan peran yang signifikan dalam kehidupan sosial seperti membangun hubungan kekerabatan dalam setiap tahap kehidupan, sekolah, romantika, kerja dan lain-lain. Penerimaan sosial seringkali tergantung pada fisik seseorang. Hubungan tersebut antara

kecantikan secara fisik dan penerimaan sosial merupakan hambatan pada orang dengan bibir dan langit-langit sumbing dalam berkomunikasi.
(2)

Sudah menjadi bukti bahwa terdapat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki orang dengan bibir dan langit-langit sumbing mengalami berbagai kesulitan. Oleh karena itu, keterbatasan tersebut dibangun dalam banyak periode waktu karena masalah psikologis yang dihadapi. Sebagai contoh, gangguan komunikasi pada individu dengan bibir dan langit-langit sumbing tidak dihasilkan dari gangguan bicaranya (fonasinya) namun dari masalah psikologis yang dapat mempengaruhi keseluruhan perkembangan anak. Gangguan kecemasan dan depresi dilaporkan mempunyai prevalensi dua kali lebih besar pada orang dewasa bibir dan langit-langit sumbing dibandingkan kontrol normal. Kecemasan, depresi dan palpitasi dilaporkan dua kali lebih sering pada orang bibir dan langit-langit sumbing dibandingkan dengan kontrol, dan masalah psikologis ini memiliki hubungan yang kuat dengan hal-hal menyangkut penampilan, pertumbuhan gigi, dialog, dan hasrat untuk pengobatan lebih lanjut. Masalah psikologis yang didapat oleh anak dengan bibir dan langit-langit sumbing tidak hanya terbatas pada anak/individualnya saja, tetapi juga pada orang tuanya. Penelitian menunjukkan orang tuanya dapat mengalami krisis mental, disebabkan latar belakang orang tuanya, juga stres ketika membawa anak dengan bibir sumbing.
(2)

2.7 Pencegahan 1. Menghindari merokok Ibu yang merokok mungkin merupakan faktor risiko lingkungan terbaik yang telah dipelajari untuk terjadinya celah orofacial. Ibu yang menggunakan tembakau selama kehamilan secara konsisten terkait dengan peningkatan resiko terjadinya celah-celah orofacial. Mengingat frekuensi kebiasaan

kalangan perempuan di Amerika Serikat, merokok dapat menjelaskan sebanyak 20% dari celah orofacial yang terjadi pada populasi negara itu.
(35)

Lebih dari satu miliar orang merokok di seluruh dunia dan hampir tiga perempatnya tinggal di negara berkembang, sering kali dengan adanya dukungan public dan politik tingkat yang relatif rendah untuk upaya pengendalian tembakau. (Aghi et al.,2002). Banyak laporan telah mendokumentasikan bahwa tingkat prevalensi merokok pada kalangan perempuan berusia 15-25 tahun terus meningkat secara global pada dekade terakhir (Windsor, 2002). Diperkirakan bahwa pada tahun 1995, 12-14 juta perempuan di seluruh dunia merokok selama kehamilan mereka dan, ketika merokok secara pasif juga dicatat, 50 juta perempuan hamil, dari total 130 juta terpapar asap tembakau selama kehamilan mereka (Windsor, 2002). 2. Menghindari alkohol Peminum alkohol berat selama kehamilan diketahui dapat
(35)

mempengaruhi tumbuh kembang embrio, dan langit-langit mulut sumbing telah dijelaskan memiliki hubungan dengan terjadinya defek sebanyak 10% kasus pada sindrom alkohol fetal (fetal alcohol syndrome). Pada tinjauan yang dipresentasikan di Utah Amerika Serikat pada acara pertemuan konsensus WHO (bulan Mei 2001), diketahui bahwa interpretasi hubungan antara alkohol dan celah orofasial dirumitkan oleh bias yang terjadi di masyarakat. Dalam banyak penelitian
(35)

tentang

merokok,

alkohol

diketemukan juga sebagai pendamping, namun tidak ada hasil yang benarbenar disebabkan murni karena alkohol. 3. Memperbaiki Nutrisi Ibu Nutrisi yang adekuat dari ibu hamil saat konsepsi dan trimester I kehamilan sangat penting bagi tumbuh kembang bibir, palatum dan struktur kraniofasial yang normal dari fetus.

a. Asam Folat Peran asupan folat pada ibu dalam kaitannya enan celah orofasial sulit untuk ditentukan dalam studi kasus-kontrol manusia karena folat dari sumber makanan memiliki bioavaibilitas yang luas dan suplemen asam folat biasanya diambil dengan vitamin, mineral dan elemen-elemen lainnya yang juga mungkin memiliki efek protektif terhadap terjadinya celah orofasial. Folat merupakan bentuk poliglutamat alami dan asam folat ialah bentuk monoglutamat sintetis. Pemberian asam folat pada ibu hamil sangat penting pada setiap tahap kehamilan sejak konsepsi sampai persalinan. Asam folat memiliki dua peran dalam menentukan hasil kehamilan. Satu, ialah dalam proses maturasi janin jangka panjang untuk mencegah anemia pada kehamilan lanjut. Kedua, ialah dalam mencegah defek kongenital selama tumbuh kembang embrionik. Telah disarankan bahwa suplemen asam folat pada ibu hamil memiliki peran dalam mencegah celah orofasial yang non sindromik seperti bibir dan/atau langit-langit sumbing. b. Vitamin B-6 Vitamin B-6 diketahui dapat melindungi terhadap induksi terjadinya celah orofasial secara laboratorium pada binatang oleh sifat teratogennya demikian juga kortikosteroid, kelebihan vitamin A, dan siklofosfamid. Deoksipiridin, atau antagonis vitamin B-6, diketahui menginduksi celah orofasial dan defisiensi vitamin B-6 sendiri cukup untuk membuktikan terjadinya langit-langit mulut sumbing dan defek lahir lainnya pada binatang percoban. Namun penelitian pada manusia masih kurang
(35) (35)

untuk

membuktikan peran vitamin B-6 dalam terjadinya vitamin B-6. c. Vitamin A

Asupan vitamn A yang kurang atau berlebih dikaitkan dengan peningkatan resiko terjadinya celah orofasial dan kelainan kraniofasial

lainnya. Hale adalah peneliti pertama yang menemukan bahwa defisiensi vitamin A pada ibu menyebabkan defek pada mata, celah orofasial, dan defek kelahiran lainya pada babi. Penelitian klinis manusia menyatakan bahwa paparan fetus terhadap retinoid dan diet tinggi vitamin A jugadapat menghasilkan kelainan kraniofasial yang gawat. Pada penelitian prospektif lebih dari 22.000 kelahiran pada wanita di Amerika Serikat, kelainan kraniofasial dan malformasi lainnya umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi lebih dari 10.000 IU vitamin A pada masa perikonsepsional.
(35)

4. Modifikasi Pekerjaan Dari data-data yang ada dan penelitian skala besar menyerankan bahwa ada hubungan antara celah orofasial dengan pekerjaan ibu hamil (pegawai kesehatan, industri reparasi, pegawai agrikulutur). Teratogenesis karena trichloroethylene dan tetrachloroethylene pada air yang diketahui berhubungan dengan pekerjaan bertani mengindikasikan adanya peran dari pestisida, hal ini diketahui dari beberapa penelitian. namun tidak semua. (35) Maka sebaiknya pada wanita hamil lebih baik mengurangi jenis pekerjaan yang terkait. Pekerjaan ayah dalam industri cetak, seperti pabrik cat, operator motor, pemadam kebakaran atau bertani telah diketahui meningkatkan resiko terjadinya celah orofasial. 5. Suplemen Nutrisi Beberapa usaha telah dilakukan untuk merangsang percobaan pada manusia untuk mengevaluasi suplementasi vitamin pada ibu selama kehamilan Usaha yang dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan. Hal ini dilakukan tahun 1958 di Amerika Serikat namun dimotivasi oleh hasil baik yang dilakukan pada percobaan pada binatang. pertama
(35)

penelitiannya kecil, metodenya sedikit dan tidak ada analisis statistik yang dilaporkan. Penelitian lainnya dalam usaha memberikan suplemen multivitamin dalam mencegah celah orofasial dilakukan di Eropa dan penelitinya mengklaim bahwa hasil pemberian suplemen nutrisi adalah efektif, namun penelitian tersebut memiliki data yang tidak mencukupi untuk mengevaluasi hasilnya.Salah satu tantangan terbesar dalam penelitian pencegahan terjadinya celah orofasial adalah mengikutsertakan banyak wanita dengan resiko tinggi pada masa produktifnya.
(35)

BAB III KESIMPULAN Bibir sumbing merupakan penyakit cacat bawaan. Penyebabnya terjadinya bibir sumbing ialah multifaktorial, seperti genetik, nutrisi, lingkungan, bahkan sosial ekonomi. Jumlah penderita bibir sumbing di Indonesia bertambah 3.000-6.000 setiap tahun atau 1 bayi setiap 1.000 kelahiran. Namun, jumlah total penderita bibir sumbing di Indonesia belum diketahui secara pasti. Penderita bibir sumbing dapat diperbaiki dengan jalan operasi, namun memerlukan biaya yang besar, sedangkan kesempatan penderita yang menjalani operasi setiap tahunnya hanya sekitar 1.500 orang, angka ini masih jauh dari idealnya sehingga tindakan-tindakan pencegahan sebaiknya lebih diutamakan.

http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/10/epidemiologi-bibir-sumbing.html

BIBIR SUMBING : Penanganan Celah Bibir (Cleft Lips) Bibir sumbing (cheiloschisis) dan Celah Langit-langit (Cleft Palate/palatoschisis)
Celah Bibir (Cleft Lips) atau Bibir sumbing (cheiloschisis) dan Celah Langit-langit (Cleft Palate/palatoschisis) atau suatu kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas serta langitlangit lunak dan langit-langit keras mulut. Kelainan ini adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung. Gangguan ini dapat terjadi bersama celah bibir dan langit-langit. Kelainan ini adalah jenis cacat bawaan yang disebabkan oleh gangguan pembentukan oragan tubuh wajah selama kehamilan. Bibir sumbing adalah kelainan bawaan yang menyebabkan banyak masalah dan merupakan tantangan khusus untuk komunitas medis. Perhatian khusus diperlukan untuk pasien dengan langit-langit mulut terbelah. Pidato produksi, makan, pertumbuhan rahang atas, dan pertumbuhan gigi adalah beberapa tahap-tahap perkembangan penting yang mungkin affected.

Beberapa dokter spesialis spesialis membentuk tim yang bekerja sama untuk meningkatkan kualitas hidup untuk pasien dengan langit-langit mulut terbelah. Otolaryngologists, oromaxillofacial ahli bedah, ahli bedah plastik, ahli gizi, dan pidato patolog adalah hanya beberapa dari anggota tim. Efek psikologis pada kedua pasien dan orang tua merupakan aspek penting yang juga perlu ditangani. Sejumlah besar pasien dengan langit-langit terbelah telah dikaitkan sindrom yang dapat menimbulkan jantung, ekstremitas, atau sistem lainnya cacat. Meskipun cacat sumbing langit-langit digambarkan ratusan tahun yang lalu, sampai hari ini, tidak ada disepakati algoritma pengelolaan untuk pasien dengan langit-langit terbelah Tercatat pertama operasi pada langit-langit mulut dilakukan dalam 500 AD untuk radang anak lidah. Selama berabad-abad, sastra dan minat clefts memiliki kekurangan karena cacat dianggap karena sifilis. Kesalahpahaman juga ada mengenai kecenderungan genetik. Pada tahun 1887, bagian berikut ini diterbitkan di Lancet: Pare pertama menggambarkan penggunaan untuk palatal obturators perforasi di 1564. Pada 1552, Jacques Houllier mengusulkan agar tepi sumbing akan dijahit bersama-sama. Namun, tidak sampai 1764 bahwa LeMonnier, seorang dokter gigi Perancis, pertama yang berhasil melakukan perbaikan velum celah. Dieffenbach menutup langit-langit mulut kedua yang keras dan langit-langit lunak pada tahun 1834. Langenbeck von pertama dijelaskan penutupan celah langit-langit mulut dengan menggunakan mucoperiosteal flaps pada 1861. Pada tahun 1868, Billroth berpikir bahwa patahan yang hamulus akan memungkinkan hasil yang lebih baik di

operasi. Modifikasi lebih lanjut dari Langenbeck von teknik berasal dari Gillies, Fry, Kilner, Wardill, Veau, dan Dorrance. Perdebatan tentang waktu penutupan menyebabkan keterlambatan perkembangan pengetahuan dan tindakan kelainan ini.. Namun, pada 1944, Schweckendiek lagi mulai menutup celah cacat pada pasien muda. Celah langit-langit adalah suatu saluran abnormal yang melewati langit-langit mulut dan menuju ke saluran udara di hidung. Pembentukan langit-langit mulut dimulai pada akhir minggu kelima gestation. Pada tahap ini, langit-langit mulut terdiri dari 2 bagian, yaitu anterior (primer) langitlangit dan posterior (sekunder) langit-langit mulut. Prominences hidung medial membentuk intermaxillary (premaxillary) segmen, yang terdiri dari langit-langit primer dan gigi seri gigi. Langit-langit primer posterior meluas ke foramen. Langit-langit mulut sekunder, yang dibentuk oleh proses palatal lateral, dimulai pada foramen tajam dan berisi bagian tulang dan bagian otot. Proses tulang langit-langit lateral muncul di sekitar minggu keenam kehamilan. Mereka terdiri dari bagian-bagian dalam menonjol berkenaan dgn rahang atas yang membentuk 2 struktur horizontal atau palatal rak, yang akhirnya adalah turunan dari lengkungan branchial pertama. Rak-rak ini awalnya di kedua sisi lidah. Ketika lidah bergerak ke bawah dalam minggu ketujuh kehamilan, proses tumbuh lateral medial. Fusion dari langit-langit keras dimulai anterior dan posterior berlanjut di minggu kedelapan usia kehamilan. Sejumlah proses yang terlibat dalam fusi dari 2 proses. Kematian sel terprogram di tepi bebas dan produksi dari lapisan lengket glikoprotein dan ideal desmosomes ikatan menyediakan antarmuka permukaan. Sisi kiri cenderung tertinggal dari sisi kanan, mengarah pada kecenderungan untuk clefts sisi kiri. Septum hidung kemudian tumbuh ke bawah ke langit-langit yang baru dibentuk. Proses selesai antara 9 dan 12 minggu kehamilan. Tulang mulai terbentuk di pertama langit-langit mulut anterior dan posterior meluas. Langitlangit lunak dan anak lidah, yang membentuk bagian posterior langit-langit sekunder, berkembang selama minggu kedelapan usia kehamilan. Veli tensor palatini yang berkembang, diikuti oleh musculus anak lidah. Struktur ini selesai pada minggu ke-17 kehamilan. Dasar genetik cacat sumbing kemungkinan besar heterogen dan multifactorial.2 resesif autosom, dominan autosom, dan X-pola pewarisan terkait telah dideskripsikan. Untuk semua orangtua, kemungkinan memiliki anak yang sumbing adalah 1 dalam 700. Dalam keluarga di mana tidak ada kerabat tingkat pertama yang terpengaruh, tingkat pengulangan untuk bibir sumbing atau langit-langit di anak-anak berikutnya adalah 2,5%. Ketika salah satu kerabat tingkat pertama dipengaruhi, tingkat kekambuhan adalah 10%. Serupa tingkat kekambuhan (10-12%) terjadi pada keturunan dari orang-orang yang lahir dengan cacat sumbing. Jika sumbing merupakan bagian dari sindrom autosomal dominan, tingkat pengulangan dapat setinggi 50%. Sebuah cacat sumbing dikaitkan dengan sindrom dalam 30% kasus. Lebih dari 400 sindrom dengan cacat sumbing sebagai salah satu ciri telah dideskripsikan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, etiologi dari langit-langit sumbing belum dipahami dengan baik, namun, beberapa bukti menunjukkan bahwa faktor-faktor eksternal dapat memainkan peran. Relatif sedikit dari sekian banyak diakui menyebabkan sumbing teratogen selera. Konsumsi alkohol dalam periode tidak embryologic mengakibatkan banyak bayi dengan

clefts. Teratogen lain yang terkait dengan selera terbelah termasuk fenitoin, retinoid, dan obatobatan terlarang (misalnya, kokain). Mekanis disebabkan clefts dapat terjadi in utero dengan cara pelampiasan langsung pada embrio. Pemetaan genetik keluarga dengan bentuk Warisan sumbing langit-langit telah menghasilkan identifikasi gen yang terlibat dalam pengembangan langit-langit mulut. Sumbing langit-langit yang terkait dengan ankyloglossia, sebuah gangguan terkait-X, itu terbukti disebabkan oleh mutasi dari gen TBX22. TBX22 adalah anggota T-kotak gen keluarga, yang merupakan faktor transkripsi vertebrata terlibat dengan arah mesoderm. Secara khusus, TBX22 dinyatakan dalam palatal sebelum ketinggian mereka di atas lidah. Mutasi gen ini menyebabkan langit-langit mulut sumbing akibat hilangnya fungsi TBX22 Etiologi (Penyebab dan Pencetus) Penyebab kasus kelainan ini disebabkan dua faktor utama; herediter (genetik) ataupun lingkungan (yang mempengaruhi).

Herediter Faktor ini biasanya diturunkan secara genetik dari riwayat keluarga yang mengalami mutasi genetik (Hukum Mendel berlaku > googling lagi ya nanti). Oleh karena itu,penting sekali saat proses anamnesa (tanya jawab) dengan pasien untuk menanyakan soal apakah ada riwayat keturunan dari keluarga soal kelainan ini. Menurut salah satu literatur, Schroder mengatakan bahwa 75% dari faktor keturunan yang menimbulkan celah bibir adalah resesif dan hanya 25% bersifat dominan. Dengan demikin misalnya dari seorang ibu menghasilkan 4 orang anak, 1 anak kemungkinan mengalami kasus kelainan bibir sumbing. Lingkungan Untuk faktor ini, bisa dilebih disudutkan lagi lebih ke aspek, faktor-faktor yang mempengaruhi seorang ibu pada masa kehamilan. Usia kehamilan yang rentan saat pertumbuhan embriologis adalah trimester pertama (lebih tepatnya 6 minggu pertama sampai 8 minggu). Karena pada saat ini proses pembentukan jaringan dan organ-organ dari calon bayi.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses kehamilan, lebih karena faktor obat-obatan yang bisa bersifat teratogen semasa kehamilan (misalnya; asetosal atau aspirin sebagai obat analgetik, ifampisin, fenasetin, sulfonamide, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibu profen dan penisilamin, diazepam, kortikosteroidm, antihistamin sebagai anti emetik-mual muntah). Oleh karena itu penggunaan obat-obatan tersebut harus dalam pengawasan yang ketat dari dokter kandungan yang berhak memberikan resep tertentu.

Faktor lain yang bisa menjadi pencetus adalah, penyakit infeksi, dan juga paparan radiasi. Dari banyaknya faktor penyebab, tentunya kebutuhan informasi dari anamnesa sangat dibutuhkan oleh praktisi ahli kasus kelainan ini (terutama juga dokter gigi) guna mendapatkan diagnosa yang tepat.

Kebanyakan aumbing dari langit-langit yang keras atau langit-langit lunak ditemukan saat lahir dan sering mengalami kesulitan makan. Menyusui dapat mempengaruhi oleh hilangnya segel lisan pada puting susu. Sumbing langit-langit mulut, terutama ketika dihubungkan dengan rahang hypoplasia (seperti dengan Pierre Robin urutan), dapat juga menyebabkan kesulitan jalan napas karena lidah prolapses melalui celah ke dalam rongga hidung dan oropharynx posterior. Parsial clefts dari langit-langit lunak atau submucous clefts dapat diabaikan dalam neonatus karena mereka mungkin asimtomatik. Perwujudan awal termasuk hidung refluks cairan atau makanan. Berbicara berkembang, hypernasal pidato atau hidung dapat mengakibatkan emisi. Indikasi Mayor clefts dari langit-langit yang keras atau langit-langit lunak diperbaiki melalui pembedahan sebelum pasien berusia 1 tahun. Contoh di mana hal ini tidak terjadi komplikasi termasuk mereka yang memiliki kondisi medis, seperti penyakit jantung bawaan atau Airway kompromi. Sumbing ditangguhkan untuk perbaikan kondisi jantung yang mungkin dikompromikan oleh perubahan di saluran napas atas perlawanan. Ketika obstruksi jalan napas atas adalah masalah utama, seperti dengan urutan Pierre Robin, seorang tracheotomy mungkin diperlukan. Perbaikan dapat dicapai dengan jalan napas yang aman. Ketika sumbing submucous hadir, indikasi untuk pembedahan keprihatinan velar kompetensi. Sering kali, keputusan untuk memperbaiki langit-langit mulut sumbing submucous ditangguhkan sampai pasien usia 4-5 tahun, ketika perkembangan bicara cukup untuk menentukan tingkat dan hypernasality efek di belahan dimengerti. Sumbing perbaikan pada usia ini mungkin melibatkan faring penutup, tergantung pada jumlah inkompetensi velopharyngeal hadir. Anatomi Peran langit-langit adalah untuk memberikan penghalang antara hidung dan lisan bagian-bagian dari saluran pernapasan. Velar tindakan dengan deglutition, pernapasan, dan pembunyian mirip dengan suatu sfingter; karena itu, mekanisme velopharyngeal sering disebut sfingter velopharyngeal. Keakraban dengan anatomi langit-langit mulut adalah penting dalam pemahaman fungsional dan bedah perbaikan. Darah dipasok ke langit-langit keras oleh arteri tulang langit-langit yang lebih besar, yang masuk melalui foramen tulang langit-langit yang lebih besar. Tulang langit-langit yang lebih kecil arteri dan saraf melewati foramen tulang langit-langit yang lebih kecil. Persarafan berasal dari cabang-cabang berkenaan dgn rahang atas dari saraf trigeminal, yang membentuk pleksus yang palatal innervates otot. Kontribusi dari saraf kranial VII dan IX masuk ke posterior pleksus. Aponeurosis yang tulang langit-langit adalah elemen struktural utama dalam velopharynx. Ini memberikan titik penahan otot, menambah tingkat kekakuan, dan berlanjut ke bagian lateral dengan tensor hamulus Veli palatini otot. The aponeurosis adalah berbentuk berlian. Lebih posterolateral, yang salpingopalatine ligamentum, fasia dari Trltsch, dan fasia internal dari pharynx (yang membentuk membran semua bagian tuba estachius) berkontribusi pada velopharynx.

Struktur normal dan fungsi dari langit-langit lunak tergantung pada m. levator gendongan. Struktur ini terdiri dari bagian-bagian dari tensor Veli palatini, palatoglossal, palatopharyngeal, dan uvular otot. Fungsional, m. levator Veli palatini, palatoglossus, dan otot-otot uvulae musculus baik mengangkat langit-langit lunak atau mengubah bentuknya. Otot-otot lain, seperti pembatas unggul, palatopharyngeus, palatothyroideus, dan salpingopharyngeus otot, terlibat dengan gerakan lateral dan posterior dinding faring. Veli tensor palatini yang terlibat terutama dengan aerasi telinga tengah. Pada pasien dengan sumbing langit-langit mulut, otot lampiran tersebut diarahkan ke anterior dan posterior melampirkan bagian tulang langit-langit mulut. Serat ini harus pembedahan reorientasi untuk mencapai fungsi palatal tepat. Klasifikasi Kelainan Ada beberapa macam kelainan yang terjadi oleh karena itu, dibuatkanlah klasifikasinya untuk mempermudah dipahami. Unilateral ; bila terdapat celah pada satu sisi Bilateral ; bila terdapat dua celah langsung pada kedua sisi Complete ; Celah terbentuk sempurna hingga menembus dasar hidung ataupun bagian dari palatum lunak dan keras tidak menyatu Incomplete ; Celah terbentuk tidak sempurna hanya sebagian kecil saja Pada bibir disebut dengan istilah Labioschizis, sedangkan pada langit-langit (palatum) disebut dengan istilah Palatoschizis contoh kasus:

Terapi Untuk mengatasi kelainan ini, terapi yang dapat dilakukan adalah pembedahan (operasi) dan rekonstruksi (bila hasil operasi mencacat wajah). Biasanya bidang disiplin ilmu yang dapat melakukan prosedur ini adalah Spesialis Bedah Mulut, tapi memang tidak menutup kemungkinan juga dilakukan oleh Bedah Plastik Perawatan Pengobatan Sebuah sumbing langit-langit mulut terutama masalah bedah, sehingga tidak ada terapi medis tertentu ada untuk kondisi. Namun, komplikasi dari sumbing langit-langit mulut, termasuk masalah-masalah menyusui, Airway obstruksi, dan otitis media, mungkin membutuhkan manajemen medis sebelum perbaikan.

Masalah menyusui Menyusui bayi dengan celah bibir dan langit-langit bisa menjadi suatu tantangan. Biasanya, sebuah tim profesional tersedia untuk membantu keluarga memenuhi tantangan ini dengan memberikan informasi tentang makanan dan kebutuhan gizi. Pidato / bahasa patolog yang mengkhususkan diri dalam memberi makan dan gangguan menelan keluarga dapat memberikan informasi mengenai posisi menyusui yang paling tepat dan peralatan yang digunakan untuk membuat makanan senormal mungkin. Evaluasi kemampuan menelan pasien untuk tanda-tanda aspirasi atau disfagia adalah bagian penting dari penilaian ini. Seorang ahli gizi dapat membantu membentuk rejimen makan yang menyediakan asupan energi yang sesuai untuk gizi dan pertumbuhan yang optimal. Secara umum, kebutuhan bayi yang baru lahir 100-150 mL ASI atau susu formula per kg berat badan per hari. Sebuah prosthodontist atau dokter gigi dapat membuat sebuah alat untuk membantu pemberian makanan bagi bayi yang tidak bisa mentolerir prefabrikasi pengumpan. Karena tidak ada pemisahan ada antara rongga mulut dan hidung, anak-anak dengan langit-langit sumbing (dengan atau tanpa celah bibir) memiliki kesulitan untuk mendapatkan tekanan intraoral memadai untuk menghisap dan mengeluarkan cairan dari puting. Hal ini dapat menyebabkan bayi mudah lelah dan menjadi tidak mau atau tidak mampu menyedot cukup lama untuk mendapatkan cukup susu. Selain itu, makanan atau cairan dapat kembali ke atas dan berlari keluar dari hidung bayi dan menyebabkan tersedak, batuk, atau meludah ke atas. Keluarga dapat membuat beberapa modifikasi untuk membantu meningkatkan lisan makan. Perubahan ini termasuk menggunakan peralatan makan sumbing khusus, baik posisi bayi selama menyusui, menyesuaikan penempatan puting, mendukung pipi, dan mengubah tingkat menyusui. Kebanyakan bayi dengan sumbing langit-langit mulut yang diberi makan dengan botol, walaupun menyusui tidak menghalangi dan dapat berusaha dalam beberapa kasus. Dengan susu botol, bayi dengan sumbing langit-langit mulut feed biasanya lebih lambat dan membutuhkan bantuan mengatur aliran cairan. Seringkali, suatu jenis mengunyah mengisap diamati dengan penggunaan puting. Berbagai botol dan puting dapat digunakan untuk membantu makan. Sebuah sumbing puting susu menyusui harus memiliki pembukaan yang cukup besar untuk memungkinkan rumus untuk mengalir dengan mudah untuk mencegah kelelahan mengisap, tetapi tidak boleh begitu besar sehingga menyebabkan tersedak. Puting harus lembut dan mampat, sehingga cairan mengalir dengan mudah. Lembut puting susu bayi prematur yang dirancang untuk digunakan dengan botol biasa sering bekerja dengan baik. Kadang-kadang, lubang di puting dirancang untuk neonatus prematur mungkin perlu diperbesar untuk meningkatkan aliran susu. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan menciptakan sebuah pembuka berbentuk X untuk membantu mengatur aliran susu formula. Memperluas pembukaan terlalu banyak dapat mengakibatkan arus bebas susu, yang dapat menyebabkan bayi tersedak. Beberapa sumbing langit-langit pengumpan yang tersedia dari beberapa produsen. Yang MeadJohnson Cleft Palate Nurser adalah yang paling umum digunakan botol dan dot untuk bayi dengan clefts. Termasuk lembut panjang potong dot dengan lubang yang melekat pada botol plastik yang fleksibel yang dapat diperas untuk meningkatkan aliran cairan. Orang yang memberi

makan bayi dapat meremas botol bersama dengan bayi mengisap / bernapas irama untuk membantu menelan. Meremas timed dengan tekanan rahang yang terjadi secara alami juga dapat memfasilitasi menelan. Perangkat lain termasuk Ross Cleft Palate Nurser, diproduksi oleh Ross Laboratories, yang memungkinkan untuk aliran cairan dengan sedikit mengisap. Puting ini dapat dipersingkat untuk individualize kecepatan aliran. The Haberman Feeder, diproduksi oleh Medela, memberikan laju aliran 3 ditentukan oleh posisi puting di rongga mulut. The Haberman puting lebih besar dan lebih panjang dari kebanyakan puting susu, dan dapat dengan lembut diperas untuk membantu bayi ekstrak cairan. Untuk memudahkan aliran, 1-cara memisahkan katup puting susu dari botol. Udara diperas keluar dari puting sebelum menyusui dimulai, dan katup memungkinkan puting untuk mengisi kembali dengan cairan seperti diperas atau mengisap. Pengurangan udara di puting membantu mengurangi asupan bayi secara keseluruhan udara. Penempatan pada puting di dalam rongga mulut adalah penting. Secara optimal, puting harus diposisikan ke belakang dan di sepanjang sisi mulut di sisi noncleft (dalam kasus sepihak sumbing langit-langit). Mendukung pipi dengan lembut menekan pipi bersama-sama di sekitar puting mungkin juga meningkatkan suction lisan. Berkaitan dengan posisi, sebuah posisi semiupright, setegak mungkin, adalah yang terbaik. Posisi ini membantu mencegah makanan dan cairan dari memasuki rongga hidung. Posisi tegak juga dapat menurunkan tuba estachius refluks, yang dapat menyebabkan peradangan telinga tengah (otitis media). Pembuluh Eustachio refluks juga bisa menyebabkan anak-anak dengan otorrhea di telinga grommets. Sudut-necked botol dapat membuat makan dalam posisi tegak lebih mudah. Jika seorang ibu tertarik, ia harus didorong untuk mencoba menyusui. Jika hanya mempengaruhi celah bibir dan alveolar ridge dan bukan langit-langit, menyusui mungkin akan berhasil. Seorang bayi dengan sumbing langit-langit mulut tidak mungkin untuk memperoleh suction memadai untuk memeras susu. Namun, kesulitan bervariasi dan bergantung pada seberapa cepat dan mudah susu ibu mengalir; sekurang-kurangnya, harus menyusui berusaha untuk menentukan keberhasilannya. Bayi dengan celah bibir dan langit-langit dapat ditahan dengan bibir sumbing sisi sebelah payudara, seperti payudara yang lembut dapat membantu menciptakan segel bibir tidak dapat dicapai dengan puting biasa. Dengan bibir yang baik segel, di sisi noncleft dapat berfungsi lebih normal. Ingat untuk posisi bayi setegak mungkin. Ibu yang menyusui upaya harus menyadari tanda-tanda dehidrasi dan kebutuhan untuk mencari bantuan medis pada tanda pertama masalah. Tanda-tanda dehidrasi pada bayi termasuk kantuk dan kelesuan, buang air kecil kurang dari 10 kali per 24 jam, dan urin yang berbau kuat dan / atau gelap dan terkonsentrasi. Di samping itu, ibu harus hati-hati memantau berat badan bayi dan memperhitungkan bayi frustrasi dengan makan, mengisap kelelahan, dan tanda-tanda kelaparan ketika memutuskan untuk meneruskan atau menghentikan menyusui. Sering bersendawa ini penting karena bayi dengan clefts cenderung menerima banyak mengisap udara dengan. The gastroesophageal reflux mungkin juga akan meningkat karena asupan udara yang berlebihan. Bersendawa selama makan yang teratur dapat membantu mengurangi muntah.

Mungkin bermanfaat untuk memberi makan bayi makanan kecil dan untuk meningkatkan jumlah pemberian makan sepanjang hari, terutama jika bayi kelelahan dengan cepat dengan mengisap. Seorang ahli gizi harus dengan cermat memantau perubahan ini untuk memastikan asupan energi yang memadai untuk pertumbuhan yang optimal. Memastikan bahwa daerah bibir mulut dan bersih setelah makan dan sebelum menempatkan bayi dalam posisi berbaring adalah penting untuk mencegah tersedak. Sendok-makan dan memberi makan dan meja makanan bertekstur biasanya berkembang dalam jumlah yang sama dan perkembangan dengan urutan sebagai bayi atau anak, bahkan jika langitlangit mulut sumbing tetap terbuka. Hal yang perlu dipertimbangkan dengan sendok-makan termasuk menyajikan makanan perlahan-lahan, sehingga memungkinkan bayi untuk menghilangkan makanan dari sendok dengan menggunakan bibir, dan membiarkan bayi untuk mengatur waktu suapan berikutnya. Bertekstur dan meja untuk makanan, pengumpan harus melanjutkan dengan tingkat yang lambat presentasi dan memberikan saus atau kuah dengan bertekstur kecil makanan, seperti beras, yang cenderung tersebar di seluruh mulut. Menambahkan saus atau saus membantu potongan-potongan makanan tetap bersama-sama seperti yang diangkut melalui rongga mulut. Kebanyakan bayi dan anak-anak dengan bibir sumbing atau langit-langit belajar makan secara lisan, dengan modifikasi. Mereka menjadi mahir dalam memindahkan bolus melalui rongga mulut di seluruh belahan. Jika makanan jatuh dari hidung atau terjebak di langit-langit mulut, pengumpan seharusnya tidak menjadi terkejut karena makanan tidak mengganggu pernapasan atau menyebabkan kerusakan. Kadang-kadang, anak mungkin bersin ketika makanan memasuki rongga hidung. Makanan dapat dihilangkan dengan jari atau kapas tanpa menakut-nakuti anak. Jika pasien dengan sumbing langit-langit terus memiliki kesulitan makan bahkan dengan modifikasi yang sesuai, konsultasi lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan masalah-masalah seperti integrasi sensoris disfagia atau kesulitan. Jika kurangnya berat badan disebabkan oleh kesulitan makan adalah masalah, penggunaan slang harus dipertimbangkan. Jika masalah dengan berat badan tidak menanggapi terapi makan, seorang gastrostomy mungkin diperlukan. Obstruksi jalan napas Obstruksi jalan napas dapat hadir pada anak-anak dengan sumbing langit-langit, terutama mereka yang memiliki rahang hypoplasia (yaitu, sebuah Pierre Robin urutan). Obstruksi jalan napas bagian atas hasil dari posisi posterior lidah, yang rentan terhadap prolaps ke dalam faring dengan inspirasi. Obstruksi nasal dapat juga hasil dari lidah menonjol ke rongga hidung. Obstruksi jalan napas biasanya dikelola dengan menempatkan anak dalam posisi rentan untuk mencegah prolaps lidah. Pada kasus yang parah di mana jalan napas tidak terhalang lega dengan tindakan konservatif, yang tracheotomy mungkin diperlukan. Dalam hal ini, langkah-langkah sebagai bibir-lidah adhesi umumnya tidak efektif dan tidak dapat ditoleransi dengan baik sebagai tracheotomy. Otitis media

Otitis media adalah komplikasi umum dari suatu celah langit-langit mulut dan hadir di hampir semua anak-anak dengan unrepaired clefts. Walaupun penyakit suppurative berulang bisa menjadi masalah, komplikasi utama adalah bahwa dari efusi telinga tengah terus-menerus dengan dihasilkannya gangguan pendengaran. Manajemen medis untuk masalah ini biasanya melibatkan pengamatan yang cermat, yang harus dilakukan dalam terang komplikasi yang berkepanjangan potensi gangguan pendengaran, terutama pada anak berisiko untuk berbicara masalah karena celah langit-langit mulut. Dalam kebanyakan kasus, Grommet penyisipan untuk ventilasi telinga tengah adalah pengobatan yang lebih disukai untuk mencegah potensi masalah bicara karena gangguan pendengaran konduktif. Bedah Terapi Ada kesepakatan umum bahwa koreksi bedah sumbing langit-langit mulut yang harus dicapai bila pasien di bawah usia 1 tahun, sebelum perkembangan bicara signifikan terjadi. Potensi manfaat yang utuh velum sebagai anak mulai berbicara yang diyakini lebih besar daripada kemungkinan komplikasi dari awal penutupan, yaitu kemudian keruntuhan berkenaan dgn rahang atas lengkungan dengan resultan crossbite. Bagaimana penutupan dicapai tunduk pada beberapa variasi. Umumnya, 1-tahap penutupan dari langit-langit lunak dan / atau langit-langit keras dapat dicapai bila pasien berusia 11-12 bulan. Namun, beberapa menganjurkan 2-tahap penutupan, dengan perbaikan velum (langit-langit lunak) ketika pasien berusia 3-4 bulan. Prosedur ini menghasilkan penyempitan sumbing langitlangit mulut yang keras, memfasilitasi penutupan di kemudian hari, biasanya ketika pasien berusia 18 bulan. Mirip dengan bibir adhesi untuk beraneka bibir sumbing, 2-tahap pendekatan mungkin akan bermanfaat bila langit-langit celah sangat lebar. Ketika langit-langit mulut sumbing perbaikan ditangguhkan untuk kemudian masa kanak-kanak atau dewasa, perbaikan sering melibatkan faring penutup. Menggabungkan sebuah flap faring ke perbaikan dapat membantu menutup sebuah cacat besar dan kompensasi untuk disfungsi dan pidato velopharyngeal masalah. Tujuan perbaikan pada pasien dengan sumbing langit-langit mulut adalah memisahkan rongga mulut dan hidung; pemisahan ini melibatkan pembentukan sebuah katup yang bersifat kedap air dan kedap udara. Katup normal diperlukan untuk pidato. Perbaikan juga membantu dengan wajah pelestarian pertumbuhan dan perkembangan pertumbuhan gigi yang tepat. Tiga faktor yang dianggap perlu untuk memuaskan fungsi dari langit-langit lunak untuk pidato yang cukup panjang, mobilitas yang memadai, dan kesesuaian dari permukaan dorsal ke dinding faring. Kebanyakan ahli bedah termasuk otot m. levator dilarutkan kompleks sebagai bagian dari langitlangit mulut perbaikan. Rekonstruksi selempang otot tampak lebih penting daripada anatomi retropositioning dalam hal mendapatkan fungsi yang dinamis m. levator sling. Namun, tidak semua tim bedah telah menerima intravelar veloplasty. Jika bibir sumbing hadir, maka perbaikan dapat mendahului palatoplasty. Meskipun perbaikan awal tampaknya memiliki keuntungan dalam menurunkan kemungkinan penundaan pidato, risiko kelainan pertumbuhan wajah dan lain-masalah yang berhubungan dengan midface dapat ditingkatkan. Di masa lalu, beberapa kriteria telah terdaftar untuk pasien yang menjalani

prosedur apapun. Beberapa kriteria ini termasuk tingkat hemoglobin lebih tinggi dari 10 g / dl, berat badan, tidak adanya infeksi, dan evaluasi sebelum operasi penuh oleh seorang dokter anak. Sebelum operasi Rincian Perbaikan langit-langit mulut yang keras tidak selalu mungkin ketika langit-langit lunak diperbaiki, terutama dengan lebar clefts bilateral. Ukuran belahan dapat menurunkan sebanyak 7% dengan pertumbuhan pada pasien berusia 3-17 bulan. Ukuran dapat lebih dikurangi dengan perbaikan awal dari langit-langit lunak (pada pasien berusia 3-4 mo) yang diikuti oleh penutupan langit-langit keras pada pasien berusia hampir 18 bulan. Kenyataan ini harus dipertimbangkan dalam perencanaan waktu dan jenis perbaikan. Cacat biasanya lebih kecil daripada itu awalnya saat penutupan dilakukan setelah langit-langit lunak cacat telah sepenuhnya sembuh. Prosedur dapat dilakukan pada pasien berusia semuda 3 bulan, dengan prosedur kedua penutupan cacat ketika mereka 6-12 bulan. Sebagian besar ada perdebatan mengenai waktu perbaikan. Di masa lalu, banyak ahli bedah percaya bahwa perbaikan langit-langit keras harus ditunda sampai setelah erupsi gigi molar. Saat ini, sebagian besar pusat fokus pada penyelesaian sumbing langit-langit mulut sebelum pasien adalah 12 bulan. Perdebatan mengenai apakah sudah ada atau tidak tertunda penutupan langitlangit keras menguntungkan atau berbahaya bagi pertumbuhan wajah, tapi bukti untuk kedua sisi belum konklusif. Intraoperative Details Peneliti dalam sebuah studi multicenter survei yang melibatkan lebih dari 300 tim bedah berusaha untuk membangun landasan bersama untuk perbaikan cacat sumbing. Meskipun tidak ada satu teknik yang digunakan secara universal, sebuah trend yang telah ditetapkan terhadap penggunaan penutupan sebelumnya langit-langit mulut selama beberapa tahun terakhir. Teknik penutupan disurvei, yang Furlow prosedur teknik yang paling umum untuk penutupan celah langit-langit mulut. Teknik bedah dasar meliputi: von Langenbeck, Schweckendiek, 2-flap, 3flap (V-to-Y), dan double z-plasty reverse (Furlow) palatoplasties. Meskipun sebagian besar perbaikan tidak melibatkan otot memperbaiki gendongan, berbuat demikian memungkinkan lebih baik tuba estachius palatal dan fungsi. Deskripsi teknik utama yang digunakan untuk palatoplasty diuraikan di bawah ini. von Langenbeck teknik Pertama dijelaskan pada tahun 1861, von teknik Langenbeck menggarisbawahi pentingnya memisahkan rongga mulut dan hidung. Hampir setiap perbaikan yang dilakukan sekarang ini mencakup prinsip-prinsip awalnya termasuk dalam teknik ini. Kelepak Bipedicle mucoperiosteal baik dari langit-langit keras dan langit-langit lunak digunakan untuk memperbaiki cacat. Setelah mereka elevasi, flap medial yang maju untuk menutup celah palatal. Kelebihan dari teknik ini termasuk kurang pembedahan dan kesederhanaannya. Sebuah kelemahan dari Langenbeck von perbaikan adalah bahwa hal itu tidak meningkatkan panjang dari langit-langit, yang menghasilkan ketidakmampuan untuk menutup clefts primer dan sekunder. Kritik lain dari teknik ini meliputi terjadinya fistula anterior dan inferior resultan pidato karena langit-langit lunak pendek. Obstruksi jalan napas selama tidur tampaknya menjadi masalah

signifikan dengan repair.4 Karena keterbatasan fisik dalam memperpanjang langit-langit mulut dengan teknik ini, banyak perubahan telah dibuat selama bertahun-tahun. Schweckendiek teknik Pada tahun 1950-an, Schweckendiek mulai memperbaiki dipentaskan clefts dalam mode. Dalam teknik ini, langit-langit lunak diperbaiki pertama kali ketika pasien masih muda (biasanya 3-4 mo), dan ini diikuti dengan penutupan langit-langit keras ketika mereka sudah hampir 18 bulan. Untuk sementara, sebuah obturatorius digunakan untuk memungkinkan menelan dan berbicara. Teknik ini memiliki keunggulan mencapai penutupan ketika pasien masih muda dan menyebabkan gangguan minimal pertumbuhan wajah. Namun, kerugian mencakup kebutuhan untuk operasi tambahan; pidato resultan gangguan yang tidak dapat dengan mudah dikelola, dan kebutuhan untuk sering pergantian gigi palsu, yang dapat mahal. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, perbaikan awal biasanya dilakukan pada pasien usia 3-12 bulan. Tahap kedua biasanya dilakukan bila pasien adalah 18 bulan, tapi mungkin ditunda sampai pasien 4-5 tahun. Lagi penundaan (yaitu, sampai pertumbuhan gigi primer didirikan) itu dianggap menguntungkan dalam bahwa mereka mencegah kontraksi lateral palatal arch. Saat ini, kesulitan bicara dan makan dengan penutupan tertunda diperkirakan lebih besar daripada masalah keterpaduan gigi, dan tren saat ini adalah dengan menggunakan penutupan sebelumnya. Keruntuhan berkenaan dgn rahang atas lengkungan sekarang ditangani dengan cara ekspansi palatal bila pasien masih muda. Perbaikan awal dilakukan dengan membuat sayatan di langit-langit lunak di sepanjang tepi belahan. M. levator otot, yang tidak normal posterior melekat pada tepi bebas tulang langitlangit, adalah membedah gratis dan reorientasi. A 3-penutupan lapisan mukosa hidung, m. levator otot, dan mukosa oral kemudian dilakukan. Langit-langit mulut yang dihasilkan Fistula keras tertutup di kemudian hari. Meskipun banyak metode untuk menutup langit-langit keras ada, salah satu teknik adalah penggunaan flap vomer. The mucoperiosteum dari tulang vomer meningkat pada yang lebih rendah ke arah superior. Flap ini kemudian diputar lateral untuk lampiran ke mucoperiosteal palatal flap kecil. Prosedur ini dapat memberikan penutup yang kedap air dengan ketinggian minimal palatal mucoperiosteum. Metode yang disukai melibatkan menaikkan mucoperiosteal flaps pada lisan dan hidung permukaan langit-langit keras dan penutup mereka dalam 2 lapisan di cacat. Flap yang vomer terutama berguna dengan lebar atau bilateral clefts. Vomer flaps memiliki kelemahan yang memerlukan penutupan dari 2 jahitan garis-garis pada permukaan hidung. Ketika digunakan dengan lisan mucoperiosteal flaps, maka vomer flaps yang melekat pada kelepak dibangkitkan dari permukaan hidung sumbing. Dua-teknik flap The 2-teknik flap posterior berbasis melibatkan 2 flaps yang memperpanjang panjang cacat. Berputar flap medial untuk menutup cacat. Metode ini adalah teknik yang paling umum digunakan untuk menutup clefts lengkap. Tidak ada tambahan panjang tersedia untuk penutupan

alveolar setiap cacat dengan jenis perbaikan. Keuntungan dari metode ini adalah bahwa kejadian Fistula posterior rendah. Setelah sayatan sepanjang celah margin yang telah dibuat, Veli m. levator otot palatini membedah jauh dari langit-langit mulut yang keras. Modifikasi yang mencakup infracture dari hamulus atau melucuti Veli palatini m. levator otot dari hamulus dapat dibuat; perubahanperubahan ini sangat meningkatkan rotasi medial mucoperiosteal flaps. Manuver ini juga mengurangi ketegangan penutupan di persimpangan keras dan lunak selera, membantu mencegah pembentukan fistula. Mukosa hidung Setelah dibebaskan dari hidung permukaan langit-langit mulut yang keras, langit-langit mulut dapat ditutup dalam lapisan, yaitu lapisan hidung dan mulut anterior dan hidung, berotot, dan lisan lapisan posterior. Three-flap/V-Y (Wardill-Kilner-Veau) Teknik Pada tahun 1937, Kilner dan menggambarkan secara independen Wardill reposisi Vy teknik. Teknik ini terutama digunakan untuk perbaikan clefts tidak lengkap atau sekunder clefts langitlangit. Foramen yang tajam adalah perbatasan anterior perbaikan, dan anak lidah benar-benar dibagi posterior. Teoritis keuntungan dari teknik ini adalah bahwa mendorong kembali flap menambah panjang ke langit-langit. Panjang ini sulit dicapai tanpa incising lapisan hidung perbaikan. Insisi dibuat di sepanjang pinggiran gratis dan diperpanjang belahan anterior dari puncak sumbing ke tempat gigi taring meletus. Diseksi posterior kemudian dilanjutkan di sepanjang sisi lisan bubungan alveolar ke retromolar trigonum. Mucoperiosteal flaps yang diangkat dari hidung dan lisan permukaan tulang langit-langit. Pembedahan tulang langit-langit yang lebih besar kapal dari foramen pedikel memanjang. Dalam hal kapal avulsed dan terluka, agunan yang mengalir dari langit-langit yang lebih rendah dan posterior arteri septum hidung biasanya cukup. Foramen tulang mengelilingi pembuluh dapat dibuka posterior untuk mendapatkan lebih panjang. Veli yang palatini otot tensor terangkat dari hamulus untuk membantu santai penutupan garis tengah. Billroth telah menganjurkan infracture dari hamulus, tetapi studi lebih lanjut mengungkapkan bahwa struktur ini kembali ke posisi prefracture dalam waktu 6 bulan. Seperti dalam perbaikan lain, mukosa hidung dibebaskan dari tulang langit-langit dan ditutup untuk kedua sisi, atau jika perlu, ditutup dengan menggunakan flaps vomer. Otot dan mukosa oral tertutup dalam lapisan single kedua, biasanya dalam mode horizontal. Anterior, mucoperiosteal lisan flaps yang melekat pada tutup ketiga, yang melapisi mukosa langit-langit utama. Posterior, langit-langit mulut ditutup dalam 3 lapisan: mukosa hidung, m. levator otot (yang sebelumnya dibebaskan dari tulang langit-langit), dan oral mukosa. Reverse double z-plasty Pada tahun 1986, Furlow dijelaskan teknik untuk memperpanjang velum dan untuk menciptakan otot yang berfungsi m. levator sling. Metode ini sulit untuk tampil di clefts lebar. Namun, itu dianggap sebagai metode yang baik bila celah sempit atau jika belahan submucous ada. Lawan melibatkan teknik z-plasties dari mukosa dan otot dari langit-langit lunak. Tujuannya adalah

untuk memisahkan nonfunctioning lampiran ke perbatasan posterior langit-langit yang keras dan untuk menggantikan mukosa dan otot-otot posterior. Pertama z-plasty dibuat di sisi mukosa oral, sedangkan yang kedua adalah plasty z-terbalik di sisi mukosa hidung. Potongan dibuat, dan mukosa oral adalah membedah bebas dari otot yang mendasarinya. Di sisi kiri pasien, flap mukosa lisan juga berisi otot. Di sisi kanan pasien, otot disimpan dengan mukosa hidung yang mendasarinya. 2 otot-bantalan flaps transpos posterior, sementara yang tipis flaps nonmuscular ditempatkan anterior. Teknik ini memiliki efek memutar selempang otot posterior dan memperpanjang langit-langit lunak. Salah satu potensi masalah dengan teknik ini adalah pembentukan fistula di persimpangan keras dan lunak selera. Submucous clefts Pada tahun 1825, Roux menggambarkan sumbing posterior paling umum: yang submucous sumbing. Dia menyatakan bahwa 3 faktor yang terlibat dalam deformitas ini: (1) pada membran bagian langit-langit lunak tidak hadir, (2) langit-langit pendek, dan (3) tidak normal nasofaring adalah luas. Pada tahun 1930, Dorrance menemukan bahwa cacat anatomis terjadi dengan posisi anatomis Veli palatini m. levator. Pada tahun 1956, menggambarkan Calnan klasik submucous tiga serangkai dari sumbing langit-langit, yang didefinisikan oleh anak lidah terpecah dua belah, yang palatal diastasis otot, dan takik pada permukaan posterior langit-langit mulut yang keras. Ada kontroversi mengenai apakah insiden otitis media dengan efusi meningkat pada anak-anak dengan submucous clefts. Penelitian telah menunjukkan peningkatan efusi perbaikan berikut sebuah submucous sumbing. Namun, studi lebih baru tidak menunjukkan peningkatan resolusi dari efusi setelah operasi. Tingkat velopharyngeal ada kekurangan yang dapat didasarkan pada perpindahan anterior otot. Pembedahan diindikasikan untuk pasien dengan kondisi 2 kategori: (1) belahan yang terbuka dari langit-langit lunak dengan velopharyngeal insufisiensi atau (2) cacat yang terbuka, biasanya terdeteksi pada saat kelahiran, dengan pidato hypernasal presentasi. Kadang-kadang, langit-langit mulut sumbing submucous cacat ditemukan pada saat adenotonsillectomy, baik intraoperatively atau pascaoperasi, sebagai komplikasi dengan pidato hypernasal. Teknik untuk penutupan submucous clefts adalah sama seperti yang dijelaskan di atas. Atau, ahli bedah dapat menggunakan flap faring teknik atau pharyngoplasty. Pharyngeal flap superior biasanya didasarkan pedikel kelepak mukosa dan otot pembatas yang mendasari. Tujuan keseluruhan adalah untuk menciptakan lateral port yang dapat dengan mudah dekat. Penggunaan flap faring paling baik bila pola penutupan sagital ada (yakni, ketika kontribusi terbesar velar penutup dinding lateral gerakan). Sebuah pola penutupan sagital paling sering terjadi dengan sumbing langit-langit mulut. Pharyngoplasty melibatkan 2 flaps yang diposisikan di kedua sisi pharynx dan diputar superior untuk menciptakan velar pembukaan yang lebih kecil, sehingga membantu dalam penutupan langit-langit lunak. Metode ini lebih disukai ketika sebuah mahkota melingkar atau pola penutupan ada karena tidak mengganggu gerakan posterior langit-langit. Pemilihan teknik bergantung pada pola penutupan velar sebelum operasi.

Mencangkok tulang alveolar Mencangkok tulang alveolar merupakan bagian integral dari clefts perbaikan yang melibatkan anterior rahang atas. Mendirikan serikat kurus dapat membantu untuk mencegah keruntuhan segmental berkenaan dgn rahang atas, untuk menutup fistula oronasal, dan untuk mendorong letusan gigi. Terlepas dari apakah perbaikan adalah awal atau terlambat, si bayi harus dilengkapi dengan sumbat dalam bulan pertama setelah kelahiran. Mencangkok tulang pada pasien lebih muda dari 2 tahun dianggap primer, dan sekunder mencangkok terjadi sesudahnya. Bahan cangkok dapat diperoleh dari pinggul, tulang iga, tungkai, atau meja luar tengkorak. Walaupun morbiditas dapat eksis di berbagai situs donor, manfaat menutup kesenjangan berkenaan dgn rahang atas lebih besar daripada potensi resiko. Prosedur operasi melibatkan mukosa meningkatkan pedikel di kedua sisi berkenaan dgn rahang atas cacat. Dengan penggunaan salah satu donor yang dijelaskan situs, graft tulang dari cancellous ditempatkan ke dalam saku. Flap mukosa tertutup dalam mode sederhana. Sering kali, depresi dari basis Alar segera diperbaiki pada prosedur penyelesaian. Pascaoperasi Pascaoperasi sumbing langit-langit mulut yang diperhatikan meliputi perbaikan manajemen dan analgesia saluran. Memperbaiki perubahan langit-langit mulut hidung / lisan Airway dinamika dan dapat menimbulkan masalah pada periode pasca-operasi langsung, terutama pada anak-anak dengan urutan Pierre Robin. Efek abadi narkotika yang digunakan untuk anestesi juga dapat mengubah saluran napas atas dinamika. Karena penempatan jalan napas oral dapat mengganggu perbaikan langit-langit mulut, sebuah pengikat dari chromic 2-0 (atau sutera) jahitan ditempatkan melalui lidah anterior untuk mengizinkan maju traksi di lidah, sementara pasien berada di daerah postanesthesia. Jahitan ini akan dihapus setelah anak sadar penuh dan mampu mempertahankan saluran udara atas. Analgesia adekuat penting dalam periode pasca-operasi untuk memungkinkan pasien untuk kembali ke kegiatan mereka secepat mungkin. Namun, penggunaan analgetika harus diimbangi dengan risiko dan selanjutnya napas oversedation kompromi. Umum, asetaminofen dengan kodein cukup untuk tujuan ini. Analgesik dapat dilanjutkan seperti yang diperlukan untuk selama 7-10 hari pascaoperasi dengan sedikit masalah; yang paling umum adalah efek samping sembelit. Pada bayi dan anak-anak muda, lengan kekangan atau tidak-tidak digunakan saat si anak tanpa pengawasan untuk mencegah penempatan jari di dalam mulut karena hal ini dapat mengganggu perbaikan. Diet dalam periode pasca-operasi pada umumnya terbatas pada cairan dan makanan lunak yang tidak memerlukan mengunyah. Penggunaan botol adalah puting dihindari karena dapat mengganggu perbaikan. Penggunaan sendok juga dihindari untuk alasan yang sama. Makan dicapai dengan menggunakan salah satu cangkir (bukan gelas minum) atau Breck pengumpan (kateter karet merah menempel pada jarum suntik). Normal diet dan menyusui dapat dilanjutkan setelah 10-14 hari, tergantung pada jenis perbaikan. Pada 3 minggu, semua makanan dan pembatasan makan dihapus.

Kesehatan gigi terbaik adalah dilakukan oleh berkumur dengan air bersih, dengan merawat pasien untuk menghapus semua makanan dikumpulkan partikel. Penggunaan hidrogen peroksida harus dihindari karena dapat menghambat penyembuhan. Setelah 5-7 hari, hati-hati menyikat gigi mungkin akan dilanjutkan. Begitu keluar dari rumah sakit, pasien harus memiliki tindak lanjut kunjungan pada 7-10 hari dan pada 3 minggu. Jika fistula kecil atau kerusakan luka dicatat dalam periode ini, menunggu setidaknya 6 bulan sebelum penutupan mencoba disarankan. Keterlambatan ini memungkinkan untuk luka maksimal contracture dan untuk reestablishment suplai darah ke jaringan.
Ada tiga tahap penanganan bibir sumbing yaitu tahap sebelum operasi, tahap sewaktu operasi dan tahap setelah operasi.

Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang terbelah. Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maksila) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba. Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna. Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila

gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8 9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak banyak bermanfaat

Komplikasi
Obstruksi jalan napas Seperti disebutkan sebelumnya, pascabedah obstruksi jalan napas adalah komplikasi yang paling penting dalam periode pasca-operasi langsung. Situasi ini biasanya hasil dari prolaps dari lidah ke oropharynx sementara pasien tetap dibius dari anestesi. Intraoperative penempatan lidah tarikan jahitan membantu dalam pengelolaan situasi ini. Obstruksi jalan napas juga dapat menjadi masalah berkepanjangan karena perubahan pada saluran napas dinamika, terutama pada anak-anak dengan rahang kecil. Dalam beberapa kasus, penempatan dan pemeliharaan tracheotomy diperlukan perbaikan langit-langit mulut sampai selesai. Pendarahan Intraoperative perdarahan adalah komplikasi yang potensial. Karena kaya suplai darah ke langitlangit, yang memerlukan transfusi darah yang signifikan dapat terjadi. Ini dapat berbahaya pada bayi, dalam total volume darah yang rendah. Sebelum operasi penilaian tingkat hemoglobin dan platelet adalah important.6 Injeksi epinefrin sebelum insisi dan langit-langit intraoperative hidroklorida oxymetazoline penggunaan material kemasan yang basah dapat mengurangi kehilangan darah. Untuk mencegah kehilangan darah pascaoperasi, wilayah demucosalized langit-langit harus dikemas dengan Avitene atau agen hemostatic serupa. Palatal fistula Luka dehiscence (palatal fistula) dapat terjadi sebagai komplikasi dalam periode pasca-operasi langsung, atau dapat menjadi masalah yang tertunda. Sebuah Fistula palatal dapat terjadi di mana saja di sepanjang belahan asli situs. Insiden ini telah dilaporkan setinggi 34%, dan tingkat keparahan sumbing asli telah terbukti berkorelasi dengan risiko terjadinya fistula. Complete dehiscence jarang, tetapi segera reclosure harus dicoba jika hal itu terjadi. Fistula kecil yang terjadi di daerah luka maksimal ketegangan yang lebih umum. Ini biasanya terjadi di persimpangan primer dan sekunder selera anterior atau di persimpangan keras dan lunak selera posterior.

Pascabedah celah langit-langit fistula dapat dikelola dalam 2 cara. Pada pasien tanpa gejala, prostesis gigi dapat digunakan untuk menutup cacat dengan hasil yang baik. Seorang pasien dengan gejala mungkin membutuhkan pembedahan. Miskin pasokan darah, terutama pasokan anterior, adalah alasan utama kegagalan penutupan fistula. Oleh karena itu, penutupan dari anterior atau posterior persisten fistula tidak harus dicoba lebih cepat dari 6-12 bulan setelah operasi, ketika suplai darah memiliki kesempatan untuk membangun kembali sendiri. Saat ini, banyak pusat-pusat menunggu sampai pasien yang lebih tua (paling tidak 10 y) sebelum mencoba fistula perbaikan. Jika metode penutupan sederhana gagal, jaringan vascularized flaps, seperti lidah anterior flap, mungkin diperlukan untuk penutupan. Kelainan Midface Perawatan sumbing langit-langit di beberapa lembaga telah berfokus pada awal intervensi bedah. Salah satu efek negatif berkenaan degan rahang atas pertumbuhan dapat pembatasan persentase tertentu pasien. Selera yang diperbaiki pada usia dini mungkin memiliki penurunan anterior atau posterior dimensi, lengkung gigi yang lebih sempit, atau ketinggian yang tidak normal. Kontroversi besar yang ada di topik ini karena penyebab hypoplasia, apakah itu perbaikan atau dampak dari celah itu sendiri pada primer dan sekunder pusat-pusat pertumbuhan di wajah pertengahan, adalah tidak jelas. Sebanyak 25% dari pasien dengan unilateral diperbaiki sumbing langit-langit mungkin perlu orthognathic operasi. LeFort osteotomies dapat digunakan untuk memperbaiki midface hypoplasia, yang mengakibatkan cacat malocclusion dan rahang. Daftar Pustaka
1. Habel A, Sell D, Mars M. Management of cleft lip and palate. Arch Dis Child. Apr 1996;74(4):360-6. 2. Hodges PL. Cleft palate and velopharyngeal function. In: Selected Readings in Plastic Surgery. Vol 5. Dallas, Tex:. 1989:1-29. 3. Jones MC. The Genetics of Cleft Lip and Palate: Information for Families. 2000. 4. Kapetansky DI, Millard DR. Techniques in Cleft Lip, Nose, and Palate Reconstruction. Philadelphia, Pa:. Lippincott-Raven;1987. 5. Marsh JL, Grames LM, Holtman B. Intravelar veloplasty: a prospective study. Cleft Palate J. Jan 1989;26(1):46-50. 6. Moore MD, Lawrence WT, Ptak JJ, Trier WC. Complications of primary palatoplasty: a twenty-one-year review. Cleft Palate J. Apr 1988;25(2):15662. 7. Endriga MC, Kapp-Simon KA. Psychological issues in craniofacial care: state of the art. Cleft Palate Craniofac J. Jan 1999;36(1):3-11. 8. Eppley BL, Sadove AM. Management of alveolar cleft bone graftingstate of the art. Cleft Palate Craniofac J. May 2000;37(3):229-33. 9. Gaggl A, Schultes G, Karcher H. Aesthetic and functional outcome of surgical and orthodontic correction of bilateral clefts of lip, palate, and alveolus. Cleft Palate Craniofac J. Sep 1999;36(5):407-12. 10.Gosain AK, Conley SF, Marks S, Larson DL. Submucous cleft palate: diagnostic methods and outcomes of surgical treatment. Plast Reconstr Surg. Jun 1996;97(7):1497-509. 11.Netter FH. Atlas of Human Anatomy. Summit, NJ: CIBA-GEIGY Corp;1989.

12.Orr WC, Levine NS, Buchanan RT. Effect of cleft palate repair and pharyngeal flap surgery on upper airway obstruction during sleep. Plast Reconstr Surg. Aug 1987;80(2):226-32. 13.Pensler JM, Bauer BS. Levator repositioning and palatal lengthening for submucous clefts. Plast Reconstr Surg. Nov 1988;82(5):765-9. 14.Samanich J. Cleft palate. Pediatr Rev. Jun 2009;30(6):230-2. Lidral AC, Moreno LM, Bullard SA. Genetic Factors and Orofacial Clefting. Semin Orthod. Jun 2008;14(2):103-114. . 15.Pigott RW. Objectives for cleft palate repair. Ann Plast Surg. Sep 1987;19(3):247-59. 16.Posnick JC. The treatment of secondary and residual dentofacial deformities in the cleft patient. Surgical and orthodontic therapy. Clin Plast Surg. Jul 1997;24(3):583-97. 17.Rintala AE, Ranta R. Spontaneous narrowing of the palatal cleft during the first year of life: a quantitative study. Scand J Plast Reconstr Surg Hand Surg. 1987;21(1):35-8. 18.Schultz RC. Cleft palate fistula repair. Improved results by the addition of bone. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. Jan 1989;115(1):65-7. 19.Seibert RW, Wiet GJ, Bumsted RM. Cleft palate. In: Cummings CW, ed. Otolaryngology Head and Neck Surgery. 3rd ed. St. Louis, Mo: Mosby;1998. 20.Semb G. Effect of alveolar bone grafting on maxillary growth in unilateral cleft lip and palate patients. Cleft Palate J. Jul 1988;25(3):288-95. 21.Shprintzen RJ, Bardach J. Cleft Palate Speech Management. St Louis, Mo: Mosby;1995. 22.Stal S, Klebuc M, Taylor TD, et al. Algorithms for the treatment of cleft lip and palate. Clin Plast Surg. Oct 1998;25(4):493-507, vii. 23.Stark DB. Nasal lining in partial cleft palate repair. Plast Reconstr Surg. 1963;32:75. 24.Vandeput JJ, Droogmans B, Tanner JC. Closure of palatal fistulas using a dermis-fat graft. Plast Reconstr Surg. May 1995;95(6):1105-7. 25.Witt PD, Marsh JL. Advances in assessing outcome of surgical repair of cleft lip and cleft palate. Plast Reconstr Surg. Dec 1997;100(7):1907-17. 26.Witzel MA, Salyer KE, Ross RB. Delayed hard palate closure: the philosophy revisited. Cleft Palate J. Oct 1984;21(4):263-9. 27.Johnson CY, Honein MA, Hobbs CA, Rasmussen SA. Prenatal diagnosis of orofacial clefts, National Birth Defects Prevention Study, 1998-2004. Prenat Diagn. May 19 2009; 28.Maclean JE, Hayward P, Fitzgerald DA, Waters K. Cleft lip and/or palate and breathing during sleep. Sleep Med Rev. Jun 4 2009; 29.Vlastos IM, Koudoumnakis E, Houlakis M, Nasika M, Griva M, Stylogianni E. Cleft lip and palate treatment of 530 children over a decade in a single centre. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. Jul 2009;73(7):993-7. 30.Eley KA, Goodacre TE. Are routine pre-operative blood tests required in children undergoing primary cleft lip and/or palate repair?. J Plast Reconstr Aesthet Surg. Jun 19 2009;[ 31.[Guideline] Cunningham M, Cox EO. Hearing assessment in infants and children: recommendations beyond neonatal screening. Pediatrics. Feb 2003;111(2):436-40. 32.Bardach J, Morris HL. Multidisciplinary Management of Cleft Lip and Palate. Philadelphia, Pa:. WB Saunders Co;1990.

33.Blumenfeld Z, Blumenfeld I, Bronshtein M. The early prenatal diagnosis of cleft lip and the decision-making process. Cleft Palate Craniofac J. Mar 1999;36(2):105-7. 34.Braybrook C, Doudney K, Marano AC. The T-box transcription factor gene TBX22 is mutated in X-linked cleft palate and ankyloglossia. Nat Genet. Oct 2001;29(2):179-83. 35.Christensen K. The 20th century Danish facial cleft population epidemiological and genetic-epidemiological studies. Cleft Palate Craniofac J. Mar 1999;36(2):96-104. 36.DeLuke DM, Marchand A, Robles EC, Fox P. Facial growth and the need for orthognathic surgery after cleft palate repair: literature review and report of 28 cases. J Oral Maxillofac Surg. Jul 1997;55(7):694-7; discussion 697-8. http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/02/bibir-sumbing-penanganancelah-bibir-cleft-lips-bibir-sumbing-cheiloschisis-dan-celah-langit-langit-cleftpalatepalatoschisis/

bedah-plastik.com - Anak-anak dengan cacat sumbing bibir (cleft lip, labioschizis, cheiloschizis) terlahir bukanlah akibat kutukan, atau akibat dosa turunan dari orang tua mereka. Ini adalah kelainan bawaan dalam bentuk ketidakutuhan (celah) pada bibir akibat gangguan proses penyatuan sisi kiri dan kanan janin saat di dalam kandungan. Celah dapat terbatas pada bibir, namun tidak jarang celah meluas sampai ke gusi dan langit-langit rongga mulut. Seringkali terjadi kelainan sumbing bibir ini ada bersamaan dengan kelainan-kelainan bawaan lahir lainnya.

Penyebab kelainan ini sampai kini belum bisa diidentifikasi pasti, namun menilik sebaran penderita kebanyakan berasal dari golongan ekonomi lemah, diduga kuat faktor gizi saat kehamilan serta faktor kelelahan atau cedera fisik saat kehamilan memiliki pengaruh besar menciptakan kelainan ini pada janin dalam kandungan.

Dalam hal persiapan operasi, bayi / anak akan dievaluasi untuk menilai kemampuan Prasyarat dan daya tahan tubuhnya terhadap tindakan operasi. yang lazim digunakan untuk menyatakan kesiapan atau kelayakan seorang bayi / anak boleh dioperasi adalah Ralph Millards rule of ten: yaitu berat badan anak lebih dari 10 pounds atau sekitar 5 kg atau usia bayi / anak lebih dari 10 minggu, kadar Hemoglobin darah lebih dari 10 gr % menunjukkan kemampuan oksigenasi anak baik, serta hitung jumlah sel darah putih kurang dari 10.000 per mL menunjukkan anak dalam daya tahan tubuh baik. Bilamana prasyarat ini terpenuhi, maka anak akan terjamin suatu operasi yang aman, dengan risiko pembiusan dan risiko pembedahan yang minimal serta prediksi kesembuhan yang baik.

Bilamana prasyarat tersebut belum terpenuhi, operasi ditunda dengan beberapa petunjuk diberikan kepada orang tua untuk diikuti selama masa perbaikan kondisi anak. Misalnya: (1) Petunjuk memberi minum secara hati-hati agar pasien bayi tidak tersedak, antara lain dengan dot khusus atau dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak. (2) Selain itu, celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang rahang atas yang tidak semestinya, karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. (3) Orang tua agar melengkapi imunisasi pada bayi / anaknya sesuai dengan program, hal ini penting agar pada saat operasi bayi / anak berada dalam kondisi daya tahan tubuh yang baik.

Secara normal, anak mulai berlatih bicara pada usia 5-6 bulan dan terus berkembang sampai usia 2 tahun saat kemampuan bicara anak akan lengkap dan berhenti. Atas pertimbangan itu, operasi bibir (labioplasty) ideal bila dilakukan pada usia 3-6 bulan sampai 2 tahun. Jika koreksi anatomi bibir sudah sempurna pada usia 6 bulan, pengucapan huruf bibir (B, F, M, P, V, W) tidak terganggu. Bila koreksi anatomi bibir dilakukan lewat dari usia 2 tahun maka ada risiko pengucapan huruf bibir tak sempurna dan menetap (meskipun masih dapat ditoleransi). Tahap berikutnya bila ada celah langit-langit, operasi langit-langit (palatoplasty) harus dilakukan sebelum usia 2 tahun, dengan waktu ideal sebelum usia 18 bulan. Hal ini terkait apabila diperlukan operasi ulangan (bilamana tersisa celah pada operasi sebelumnya) dapat tuntas dilakukan sebelum usia 2 tahun. Keterlambatan koreksi anatomi langit-langit menyebabkan anak akan sengau secara permanen. Segera setelah operasi langit-langit program harus berlanjut dengan terapi wicara (speech therapy) untuk melatih anak bicara tanpa sengau dan mengucapkan huruf-huruf yang baik. Tanpa terapi wicara, anak akan tetap sengau dan terbiasa melafalkan pengucapan yang salah meskipun celah pada langitlangit sudah tertutup rapat. Untuk penderita bibir sumbing dan celah langit-langit yang datang untuk operasi ketika usia sudah melebihi batas usia optimal, keberhasilan operasi hanya mencapai tujuan estetis anatomi bibir dan langitlangit saja sedangkan secara fungsi perbaikan pengucapan tidak akan tercapai, seperti suara yang tetap sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna. Tindakan terapi wicara (speech therapy) pun tidak akan banyak bermanfaat.

http://www.bedah-plastik.com/cleft.html

(Foto: thinkstock) Jakarta, Deskripsi

Bibir sumbing (cleft lip) dan celah pada langit-langit (cleft palate) adalah salah satu cacat lahir yang sering dijumpai. Sumbing (cleft) adalah kondisi terbelah pada bibir atas, atau pada atap mulut (langit-langit) atau keduanya. Bibir sumbing dan celah pada langit-langit merupakan hasil dari perkembangan struktur wajah pada bayi yang belum lahir tidak menutup sepenuhnya.

Bibir sumbing dan celah pada langit-langit umumnya terjadi sebagai cacat lahir, tetapi juga dapat terkait dengan serangkaian minimal. Penyebab Wajah dan tengkorak seorang bayi terbentuk selama 2 bulan pertama di dalam rahim. Biasanya, jaringan yang membentuk bibir dan langit-langit akan mengalami penutupan. Namun pada bayi dengan bibir sumbing atau celah pada langit-langit, fusi (penutupan) tidak pernah terjadi atau hanya terjadi sebagian, sehingga meninggalkan sebuah lubang atau celah. operasi dapat kondisi genetik. Pada kebanyakan fungsi normal dan bayi, mengembalikan mencapai

penampilan atau estetika yang normal dengan jaringan parut atau bekas luka

Pada kebanyakan bayi, tidak ditemukan penyebab yang pasti. Namun, para peneliti percaya bahwa kebanyakan kasus bibir sumbing dan celah pada langitlangit 1. disebabkan oleh interaksi Faktor faktor genetik dan lingkungan. genetik

Entah ibu atau ayah bisa mewariskan gen yang menyebabkan celah atau sumbing, baik sebagai cacat terisolasi atau sebagai bagian dari sindrom yang mencakup celah atau sumbing sebagai salah satu tandanya. Dalam beberapa kasus, bayi mewarisi gen yang membuat mereka lebih mungkin untuk berkembang menjadi sumbing. Kemudian lingkungan menjadi sebuah pemicu yang menyebabkan sumbing 2. terlarang dan virus tertentu Faktor telah dikaitkan dengan terjadi. lingkungan perkembangan yang

Janin yang terkena paparan asap rokok, alkohol, obat-obatan tertentu, obat-obatan menyebabkan Gejala Biasanya, celah di bibir atau di langit-langit segera diidentifikasi saat lahir. Bibir sumbing dan celah pada langit-langit dapat mempengaruhi satu atau kedua sisi wajah. Celah (clefts) dapat muncul hanya sebagai takik kecil di bibir atau dapat memanjang dari bibir melalui gusi atas dan langit-langit ke bagian bawah hidung. Celah yang terjadi pada otot langit-langit lunak (palatum molle) yang tersembunyi di bagian belakang kurang umum terjadi. Karena tersembunyi, celah jenis ini tidak dapat didiagnosis sedini mungkin. sumbing.

Bibir sumbing dan celah pada langit-langit biasanya tampak pada saat lahir, dan dokter dapat memulai koordinasi perawatan pada waktu itu. Namun, celah pada submukosa dapat dikaburkan oleh lapisan mulut dan tidak terdiagnosis sampai kemudian Adapun ketika tanda tanda dan dan gejalanya, gejala antara berkembang. lain:

1. Beberapa bayi dengan bibir sumbing atau celah pada langit-langit mengalami masalah 2. Gassiness dan pada regurgitasi yang saat berlebihan dari makan. hidung.

Perawatan Perawatan bibir sumbing dan celah pada langit-langit membutuhkan rencana yang komprehensif sejak lahir hingga dewasa, seperti rekonstruksi sering melibatkan serangkaian operasi ketika anak tumbuh. Sebuah tim dokter spesialis sangat diperlukan karena kondisi ini sering mempengaruhi area lain dari kesehatan anak. Tim dokter spesialis tersebut, dapat terdiri oleh:

1. Dokter Anak 2. Dokter bedah plastic 3. Dokter bedah mulut 4. Dokter gigi spesialis anak 5. Ortodonti 6. Dokter spesialis THT (otolaryngologist) 7. Auditori atau spesialis pendengaran
Tujuan perawatan adalah untuk memastikan kemampuan anak untuk dapat makan, berbicara, mendengar dan bernapas dan untuk mencapai penampilan atau estetika wajah yang normal. Perawatan melibatkan operasi untuk memperbaiki cacat dan terapi Operasi Pembedahan untuk memperbaiki bibir sumbing dan celah pada langit-langit didasarkan pada cacat tertentu. Setelah perbaikan awal celah, dokter dapat merekomendasikan tindak lanjut operasi untuk meningkatkan kemampuan bicara atau memperbaiki penampilan atau estetika bibir dan hidung. Operasi biasanya dilakukan dalam urutan ini: untuk memperbaiki kondisi terkait.

1. Perbaikan bibir sumbing Ketika usia 10 minggu-3 bulan

2. Perbaikan celah pada langit-langit Ketika usia 6-18 bulan 3. Follow-up pasca operasi Ketika usia 2 tahun-remaja akhir
http://www.detikhealth.com/read/2011/09/09/094634/1718740/770/bibir-sumbingdan-celah-pada-langit-mulut

You might also like