You are on page 1of 10

E-LEARNING : KONSEP DAN MODELNYA DI PERGURUAN TINGGI Oleh : Sariyun Naja Anwar Abstrak Seiring perkembangan teknologi internet,

e-learning mulai dikembangkan. Hakekat elearning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. E-learning dapat digunakan dalam pendidikan jarak jauh atau pendidikan konvensional tergantung dari kepentingannya. Mengembangkan model elearning tidak sekedar menyajikan materi kuliah ke dalam internet tetapi perlu dipertimbangkan secara logis dan memegang prinsip pembelajaran. Begitu pula desain pengembangan yang sederhana, personal, cepat, serta ada unsur games akan menjadikan mahasiswa betah belajar di depan internet seolah mereka kuliah di dalam kelas. Kata kunci : Pendidikan konvensional, internet, e-learning, pendidikan jarak jauh Pendahuluan. Perkembangan teknologi informasi pada beberapa dekade terakhir berlangsung sangat cepat telah memberikan perubahan bentuk hubungan sosial, budaya dan ekonomi dunia. Selanjutnya terjadi terobosan teknologi informasi yang ditandai dengan dic+iptakannya sistem internet. Penciptaan internet ini mengubah dunia dari bersifat lokal atau regional menjadi global, karena internet terdapat sumber-sumber informasi yang dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun melalui jaringan internet. Melalui internet, kamunikasi menjadi mudah dan faktor jarak dan waktu sudah tidak menjadi masalah.[8] Internet memiliki banyak fasilitas yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pendidikan.[2] Pemanfaatan internet dalam bidang pendidikan digunakan sebagai salah satu alternatif kegiatan pembelajaran yang disebut dengan istilah e-learning. Dengan e-learning, suatu perguruan tinggi dapat menyajikan materi perkulihaan secara elektronik, baik sebagai tambahan, pelengkap maupun pengganti pembelajaran tatap muka. Dengan memanfaatkan internet untuk kegiatan pembelajaran atau e-learning paling ada beberapa dampak positifnya antara lain : dapat untuk mengakses berbagai sumber informasi dan akses nara sumber. Akses sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan online, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses materi kuliah. Sedangkan akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik.[3]

Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran diberbagai perguruan tinggi meningkat sejalan dengan meningkatnya infrastruktur telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan e-learning. Misalnya beberapa perguruan tinggi di Indonesia menawarkan program on-line course misalnya universitas Petra (www.petra.ac.id), Universitas Terbuka mengembangkan on-line tutorial (www.ut.ac.id/indonesia/tutorial.htm), Indonesia Digital Library Network mengembangkan perpustakaan elektronik (www.idln.itb.ac.id), dan lain-lain.[8] Kini sudah banyak perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan

mengembangkan model pembelajaran berbasis internet. Tulisan ini akan mencoba menjelaskan konsep e-learning dan modelnya di perguruan tinggi untuk mendukung sistem pendidikan konvensional atau sebagai alternatif kegiatan pembelajaran.

Pengertian. Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah : on-line learning, virtual-learning, web-based learning.[4] Begitu juga dengan para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. Untuk memudahkan penyebutan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning. E-learning terdiri dari dua bagian, yaitu e yang merupakan singkatan dari electronic yang bearti elektronika dan learning yang berarti pembelajaran.[4] Jadi berdasarkan kata e-learning yang kepanjangan dari electronic learning, maka e-learning berarti kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi elektronik. Dalam hal ini, yang perlu diperjelas tentang kegiatan pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat dikatakan sebagai e-learning ?. Apakah seseorang yang menggunakan komputer dalam kegiatan belajarnya dan melakukan akses berbagai informasi (materi pembelajaran) dari internet, dapat dikatakan telah melakukan e-learning ? Untuk mengatakan bahwa suatu kegiatan pembelajaran secara e-learning setidak-tidaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : [10] kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan internet, tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa, misalnya CD-ROM, telepon, audio, komputer atau bahan cetak, 2

tersedianya dukungan bimbingan bila mahasiswa mengalami kesulitan, ada lembaga yang menyelenggarakan atau mengelola kegiatan e-learning, rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari / diketahui oleh mahasiswa, sistem evaluasi terhadap kemajuan dan perkembangan belajar mahasiswa. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa e-learning merupakan kegiatan

pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet sebagai metode penyampaian isi pembelajaran, interaksi, bimbingan dan fasilitas serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya. Jadi e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional, fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. [5]

Karakteristik e-learning. Berdasarkan pengertian e-learning, maka e-learning mempunyai karakteristik :[9] Memanfaatkan jasa teknologi internet; di mana dosen dan mahasiswa, antar mahasiswa atau antar dosen dapat berkomunikasi dengan relatif mudah; Menggunakan bahan kuliah yang dapat disimpan di server sehingga dapat diakses oleh dosen atau mahasiswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan menghendakinya; dan Tersedia jadual pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi proses belajar mengajar dapat dilihat setiap saat di komputer;

Alasan Menggunakan E-Learning. Setidaknya ada 3 (tiga) hal yang mendorong mengapa e-learning menjadi salah satu pilihan untuk kegiatan pembelajaran, yaitu : [1] Berfungsi sebagai tambahan; dalam hal ini, tidak ada kewajiban / keharusan bagi mahasiswa untuk mengakses atau memanfaatkan materi pembelajaran elektronik. 3

Sekalipun sifatnya opsional, mahasiswa yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Berfungsi sebagai pelengkap apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi kuliah yang diterima mahasiswa di dalam kelas. Sebagai pelengkap bearti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi pengayaan bagi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran konvensional. Berfungsi sebagai pengganti dengan tujuan agar mahasiswa dapat fleksibel mengelola kegiatan perkuliahan sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa.

Kelebihan E-Learning. Beberapa potensi e-learning untuk dimanfaatkan bidang pendidikan antara lain :[12] Potensi yang utama adalah dapat melakukan komunikasi antar dosen dan atau mahasiswa secara mudah melalui fasilitas internet (misalnya e-mail) secara regular atau kapan saja tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Dosen dapat merancang bahan kuliah atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet. Dosen juga dapat mengetahui apakah mahasiswa mengerjakan latihan soal setelah selesai mempelajari topik tertentu, berapa banyak soal yang dapat dikerjakan dengan betul, berapa skornya dan sebagainya. Mahasiswa dapat belajar, me-review materi kuliah atau tambahan informasi yang berkaitan dengan materi kuliah yang dipelajarinya setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan dengan melakukan akses di internet secara lebih mudah. Berubahnya peran mahasiswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif; Mahasiswa yang malu ataupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapat. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di luar kota, dsb-nya.

Kelemahan E-Learning. E-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain sebagai berikut : [12]

Kurangnya interaksi antara dosen dan mahasiswa atau bahkan antar mahasiswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya nilai dalam proses belajar dan mengajar;

Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial; Mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal; Penggunaan internet memerlukan infrastuktur yang memadai. Internet dapat dioperasikan kalau ada jaringan listrik, jaringan telepon maupun komputer. Sedangkan saat ini masih banyak tempat di Indonesia belum tersedia fasilitas internet.[6]

Penggunaan internet mahal. Untuk dapat menggunakan internet, orang harus mempunyai komputer yang dilengkapi dengan modem, listrik, fasilitas telepon, dan terhubung dengan internet provider yang dapat diperoleh melalui langganan. Peralatan tersebut memerlukan biaya yang untuk banyak orang seringkali tidak terpenuhi.

Komunikasi melalui internet sering kali lamban. Lebih-lebih kalau informasi itu mengandung gambar, chart, bagan, gambar bergerak, suara dan sebagainya. Lambatnya arus informasi ini dapat menyebabkan proses belajar menjadi membosankan.

Tahapan Perancangan E-learning. Untuk merancangan e-learning, ada tahapan-tahapan yang perlu dilalui antara lain: [12] a. Analisis Kebutuhan. Dalam tahapan ini melakukan analisis apakah memang memerlukan e-learning. Pertimbangan memutuskan sistem pembelajaran konvensional menjadi sistem elearning tentu saja bukan didasarkan pada trend, ikut-ikutan teknologi internet, tetapi perlu dikaji secara matang. Untuk menjawab pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas saran orang lain. Sebab setiap perguruan tinggi menentukan teknologi pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Bila analisis kebutuhan merekomendasikan bahwa lembaga memerlukan elearning, maka langkah berikutnya melakukan studi kelayakan. b. Study kelayakan. Dalam melakukan studi kelayakan, komponen-komponen yang dinilai adalah :[7]

Apakah secara teknis dapat dilaksanakan. Misalnya apakah jaringan Internet bisa dipasang, apakah infrastruktur pendukungnya, seperti telepon, listrik, dan komputer tersedia, apakah ada tenaga teknis yang bisa mengoperasikannya; dan sebagainya.

Anggaran biaya yang diperlukan. Bandingkan biaya untuk sistem pembelajaran konvensional dengan e-learning. Melalui e-learning, biaya mendirikan bangunan kampus, buku-buku, tenaga pengajar, dan biaya operasional dapat ditekan.

Apakah dengan menerapkan e-learning secara ekonomis menguntungkan atau apakah return on investment (ROI)-nya lebih besar dari satu; dan

Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh masyarakat.

c. Rancangan materi kuliah Dalam tahapan ini menentukan rancangan materi kuliah, misalnya : Menentukan materi apa saja yang menjadi prioritas dimasukan pada model elearning sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan Menyusun tugas-tugas dan tes dari yang mudah hingga yang sulit didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan, dsb-nya. d. Tahap Pengembangan Pengembangan e-learning bisa dilakukan dengan mengikuti perkembangan fasilitas teknologi internet yang tersedia. Hal ini terjadi karena kadang-kadang fasilitas teknologi internet tidak dilengkapi dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan kuliah yang akan dipergunakan terus dikembangkan dan dievaluasi secara kontinue. Dalam pengembangan e-learning ini bisa dilakukan sendiri atau perlu kerjasama dengan instansi lain, misalnya perusahaan bidang perangkat lunak. e. Pelaksanaan dan Pengujian. Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke jaringan internet dengan menggunakan format tertentu misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus dilakukan. f. Evaluasi Sebelum program dimulai, selanjutnya dilakukan percobaan dan selanjutnya dievaluasi.

Model E-Learning. a. Jenis Model Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan yang diinginkan. Ada tiga model sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course. [3] Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana mahasiswa dan dosen sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh materi kuliah, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Web centric course adalah sistem pembelajaran dengan sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini dosen menyajikan materi kuliah melalui web yang dibuatnya untuk dipelajari mahasiswa. Dalam tatap muka, mahasiswa dan dosen lebih banyak diskusi tentang materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Dalam model ini, fungsi internet untuk memberikan pengayaan, oleh karena itu peran dosen membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan kuliah, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kegiatan lain yang diperlukan.

b. E-learning Yang Menarik Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi kuliah secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi kuliah dirancang seolah mahasiswa belajar dihadapan dosen melalui monitor komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu sederhana, personal, dan cepat. [7] Sistem e-learning yang sederhana akan memudahkan mahasiswa dalam

menggunakannya. Dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi 7

pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar mahasiswa dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya. Perancangan secara personal berarti dosen dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang dosen yang berkomunikasi dengan mahasiswa di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, mahasiswa diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Sistem e-learning ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan mahasiswa lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh dosen atau pengelola. Disamping ketiga persyaratan tadi, perlu menyisipkan teori games karena bermain games komputer sangatlah mengasyikan. Dengan membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan mahasiswa untuk mengikuti setiap langkah belajar di dalamnya seperti layaknya ketika bermain sebuah games.[7] Penerapan teori games dalam merancang materi e-learning perlu dipertimbangkan karena pada dasarnya setiap manusia menyukai permainan. Jadi e-learning perlu dirancang seolah-olah sistem pembelajaran secara konvensional dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-learning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya menggunakan bahasa yang komunikatif dan jelas dalam menguraikan materi kuliah, tersedia contoh-contoh kongkrit, latihan soal, tanya jawab, diskusi, membangkitkan motivasi, penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: dosen, ahli internet, programmer, seniman, dll.

Apakah e-learning diperlukan di Indonesia ? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab mengingat e-learning memang merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang relatif baru di Indonesia. Untuk menjawabnya memerlukan kajian dan analisis yang mendalam dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Kalau melihat kondisi infrastruktur dan kondisi perekonomian di Indonesia terutama di daerah pedesaan, e-learning mungkin memang belum waktunya dikembangkan dan 8

digunakan. Namun kalau melihat potensi yang dimiliki oleh e-learning, rasanya perlu digali potensi itu dan memanfaatkannya sesuai dengan kondisi di Indonesia. Demi rasa keadilan dan pemerataan kesempatan belajar, memang perlu mengutamakan pengembangan sistem pembelajaran yang sesuai untuk daerah pedesaan dan daerah terpencil. Namun kalau Indonesia tidak ingin tertinggal dalam penggunaan teknologi untuk memajukan sistem pendidikan, maka harus juga memikirkan cara penggunaan teknologi itu sesuai dengan kondisi di Indonesia.[11] E-learning mungkin dapat dikembangkan dan digunakan untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di daerah perkotaan yang infrastruktur dan kondisi perekonomian masyarakatnya dapat mendukung pelaksanaan e-learning itu.

Kesimpulan Dengan pemanfaatan internet, alternatif kegiatan pembelajaran berbasis internet atau e-learning dapat dilakukan. E-learning adalah pembelajaran yang memerlukan alat bantu berupa perangkat komputer dan internet. Penggunaan teknologi e-learning bisa dipakai untuk menunjang pendidikan konvensional atau pendidikan jarak jauh tergantung dari kepentingannya. E-learning memiliki keunggulan dan kelemahan. Perancangan elearning melalui berbagai tahapan dan perlu kajian yang mendalam. E-learning dirancang seperti layaknya pendidikan konvensional. Dalam sistem pendidikan konvensional, fungsi e-learning untuk memperkaya wawasan dan pemahaman mahasiswa, serta proses pembiasaan untuk melek sumber informasi khususnya teknologi internet.

Daftar Pustaka. [1] Anung Haryono dan Abubakar Alatas, (2003), Virtual Learning / Virual Classroom Sebagai Model Pendidikan Jarak Jauh : Konsep dan Penerapnnya, Jakarta, Jurnal Teknodik Depdiknas Edisi No. 13/VII/Desember/2003 [2] Anwar, Oos M. (2000), Internet : Peluang dan Tantangan Pendidikan Nasional, Jakarta, Jurnal Teknodik Depdiknas. [3] Anwas, Oos M (2003), Model Inovasi E-Lerning Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jakarta, Jurnal Teknodik Depdiknas Edisi No. 12/VII/Oktober/2003

[4] Cisco, (2001), E-learning : Combines Communication, Education, Information, and Training. http://www.cisco.com/warp/public/10/wwtraining/elearning. [5] Kodijat, Ardito M.. (2001). On-line Services pada Industri Pendidikan. http://www.ristek.go.id/berita/ardito.htm. [6] Hartanto, A.A. dan Purbo, O.W. (2002), Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan MySQL, Elex Media Komputindo, Jakarta. [7] Purbo, Onno W. dan Antonius AH. (2002). Teknologi e-Learning Berbasis PHP dan MySQL: Merencanakan dan Mengimplementasikan Sistem e-Learning, Elex Media Komputindo, Jakarta. [8] Purbo, Onno W. (2001), Masyarakat Pengguna Internet di Indonesia. http://www.geocities.com/inrecent/project.html. [9] Rusmono dan Bambang S., (2002), Pembelajaran Berbasis Web Dan Komputer, Jakarta, Jurnal Teknodik Depdiknas Edisi No. 11/VI/Desember/2002 [10] Soekartawi, (2003), Prinsip Dasar E-learning : Teori dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta, Jurnal Teknodik Depdiknas Edisi No. 12/VII/Oktober/2003. [11] Sudirman Siahaan, E-learning (PembelajaranElektronik) Sebagai Salah Satu Altrnatif Kegiatan Pembelajran. http://www.depdiknas.go.id [12] Tri Darmayanti, et.al (2002), Penerapan E-learning Untuk Tutorial Pada Pendidikan Jarak Jauh, Jakarta, Jurnal Teknodik Depdiknas Edisi No. 11/VI/Desember/2002.

10

You might also like