You are on page 1of 16

TUGAS MANDIRI ARTIKEL IMPLEMENTASI PANCASILA DI ERA SETELAH REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL Mata Kuliyah : Pancasila dan Kewarganegaraan

Disusun Oleh : Samsul Anwar NPM : 110110044

PROGRAM SISTEM INFORMASI MANAGEMEN UNIVERSITAS PUTERA BATAM 2012

BAB I PENDAHULUAN Abstrak Inti dari makalah ini membahas tentang pancasila, yang dikaitkan dalam berbagai istilah. Mulai dari pengertian sampai ke contoh yang terjadi di Negara kita selama ini. Ditahap bagian awal saya mencantumkan sejarah pancasila, dan seterusnya melakukan pembahasan. Disertai kesimpulan dan saran-saran yang mungkin sangat membantu untuk lebih baik lagi kedepannya. Bagian akhir saya mencantumkan referensi, jika Pembaca merasa penjelasan dalam makalah ini kurang lengkap. Latar Belakang Masalah Setia bangsa pasti ingin dapat berdiri dengan kukuh dan mengetahui dengan jelas tujuan dan cita-cita yang hendak dicapai. Oleh karena itu, setiap Negara membutuhkan dasar Negara yang akan menjadi pedoman bagi warna Negara dan aparatur Negara dalam bererilaku. Dasar Negara tersebut harus sesuai dengan kepribadian atau karakteristik bangsa. Di Indonesia, Pancasilalah yang menjadi dasar Negara, pandangan hidup, dan juga jati diri bangsa. Dengan berpedoman pada pancasila, bangsa Indonesia memiliki pegangan bagaimana mengenal dan memecahkan masalah yang tengah dihadapi, baik itu politik, ekonomi, social budaya, hukum, dan hankam, yang kompleks seiring dengan perkembangan jaman, Dari awal kemerdekaan sampai saat ini, tentu banyak perubahan pada diri kita dalam menyikapi pancasila. Dalam jaman modernisasi ini kita tentulah sangat berbeda-beda dalam mengamalkan pancasila. Ada yang menyikapinya dari segi positif dan ada pula yang sebaliknya. Terjadinya di era globalisasi ini tentu sangat berpengaruh dengan penduduk Indonesia. Kebanyakan dari mereka lepas dari dasar Negara kita dan mengikuti jalannya kehidupan orang asing. Namun, ada juga yang mengambil dari dampak globalisasi ini dalam segi positif. Melainkan mengembangkannya, dan tak sembarang budaya asing bisa masuk. Kita bisa menseleksinya dan dibandingkan dengan budaya kita.

Indonesia pada saat ini bisa kita katakana masih dalam proses reformasi untuk menetapkan kembali nilai-nilai pancasila. Namun, masih banyak masyarakat yang kecewa kepada instalasi-instalasi pemerintah. Hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya penyimpangan-penyimpangan terutama dalam pemikiran politik kenegaraan. Pancasila sebagai dasar Negara kadang pasang dan kadang surut, setelah melewati hal yang mengagungkan dan menakutkan pamor pancasila terus turun pasca-reformasi 1998. Meski tidak tampak jelas, pancasila pascareformasi menjadi semacam frase yang mungkin dipandang sebagai sikap konservatif semata.

Rumusan Masalah : Sesuai tugas dari mata kuliah pancasila, yang akan bahas dalam makalah ini antara lain : 1. Pancasila dalam istilah Modernisasi 2. Pancasila dalam istilah Globalisasi 3. Pancasila dalam istilah Reformasi 4. Keberadaan pancasila setelah reformasi 5. Bagaimana Pancasila seharusnya?

Pendekatan Historis Pembahasan historis Pancasila dibatasi pada tinjauan terhadap perkembangan rumusan Pancasila sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan keluarnya Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968. Pembatasan ini didasarkan pada dua pengandaian, yakni: 1) Telah tentang dasar negara Indonesia merdeka baru dimulai pada tanggal 29 Mei 1945, saat dilaksanakan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI);

2) Sesudah Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 tersebut, kerancuan pendapat tentang rumusan Pancasila dapat dianggap tidak ada lagi. Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang penghayatan dan pengamalannya saja. Hal ini tampaknya belum terselesaikan oleh berbagai peraturan operasional tentangnya. Dalam hal ini, pencabutan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 (Ekaprasetia Pancakarsa) tampaknya juga belum diikuti upaya penghayatan dan pengamalan Pancasila secara lebih alamiah . Tentu kita menyadari juga bahwa upaya pelestarian dan pewarisan Pancasila tidak serta merta mengikuti Hukum Mendel. Tinjauan historis Pancasila dalam kurun waktu tersebut kiranya cukup untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang proses dan dinamika Pancasila hingga menjadi Pancasila otentik. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa dalam membahas Pancasila, kita terikat pada rumusan Pancasila yang otentik dan pola hubungan sila-silanya yang selalu merupakan satu kebulatan yang utuh.

BAB II LANDASAN TEORI SEJARAH PANCASILA Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Ideology dan Dasar Negara. Dasar Negara kita, di Indonesia ini yaitu pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila, kelima sila tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradap, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penjajahan Belanda telah berakhir pada tahun 1942, yaitu tanggal 8 Maret. Saat itu Indonesia berada dibawah pimpinan Jepang, namun Bangsa Jepang tidak berlangsung lama berada di Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah melawan tentara sekutu. Untuk menarilk simpati bangsa Indonesia, supaya bisa membantu tentara Jepang. Jepang memberikan janji kemerdekaan kelak kemudian hari. Hal ini terjadi sebelum tanggal 17 Agustus, tepatnya bangsa Indonesia belum merdeka. Banyak bangsa-bangsa yang menjajah Negara Indonesia. Misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, Jepang, paling lama yang menjajah adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum kedatangan para penjajah, banyak kerajaan-kerajaan besar yang merdeka. Missal, Sri wijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore. Perjuangan bangsa Indonesia dalam mengatur siasat untuk mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda, sampai tahun 1908 selalu mengalami kegagalan. Perdana Mentri Kaiso pada tanggal 7 September 1944, karena terus terdesak, kemudian pada tanggal 29 April 1945 Jepang member janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam maklumat Gunseikan. Dalam maklumat tersebut kemudian dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugasnya yaitu untuk menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul selanjutnya untuk dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.

Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima hal, yaitu: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Persatuan Indonesia 3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu: 1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia) 2. Internasionalisme (Perikemanusiaan) 3. Mufakat atau Demokrasi 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan yang Berkebudayaan Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu: 1. Sosio nasionalisme 2. Sosio demokrasi 3. Ketuhanan Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong. Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu: 1. Ir. Soekarno 2. Ki Bagus Hadikusumo 3. K.H. Wachid Hasjim 4. Mr. Muh. Yamin 5. M. Sutardjo Kartohadikusumo 6. Mr. A.A. Maramis 7. R. Otto Iskandar Dinata 8. Drs. Muh. Hatta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu: 1. Ir. Soekarno 2. Drs. Muh. Hatta 3. Mr. A.A. Maramis 4. K.H. Wachid Hasyim 5. Abdul Kahar Muzakkir 6. Abikusno Tjokrosujoso 7. H. Agus Salim 8. Mr. Ahmad Subardjo 9. Mr. Muh. Yamin Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta. Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden. Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata ketuhanan yang berbunyi dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa

BAB IV PEMBAHASAN

Pancasila itu pada hakikatnya adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang jauh sebelum bangsa Indonesia membentuk Negara, nilai-nilai tersebut telah tercermin dan teramalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, membuktikan pula bahwa Pancasila bukanlah hasil perenungan/pemikiran seseorang, ataupun hasil sintesis paham-paham besar dunia, melainkan nilai-nilai Pancasila sudah ada dan terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila mempunyai kedudukan yang beraneka ragam bagi bangsa Indonesia. Masing-masing kedudukan harus kita pahami sesuai dengan konteksnya. Sesuai dengan tugas akhir Pancasila yang bertema Eksisitensi Pancasila, saya akan membahas tentang pancasila dalam istilah Modernisasi, Globalisasi, Reformasi, keberadaan pancasila setelah reformasi, dan sampai bagaimana pancasila seharusnya. A. PANCASILA DALAM ISTILAH MODERNISASI Pancasila sebagai dasar negara dan sebagai nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia. Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara seharusnya dijadikan sumber nilai sekaligus tolak ukur bagi penyelenggaraan negara tidak perlu untuk kita perdebatkan. Fenomena kehidupan dalam bermasyarakat dan berbangsa terasa masih jauh dr nilai-nilai luhur pancasila. Status pancasila sebagai dasar negara sudah kita sepakati sejak Indonesia merdeka. Namun, setelah kita merdeka sampai saat ini. Perilaku keseharian kita dalam bermasyarakat dan berbangsa tampaknya masih jauh dari nilai-nilai pancasila. Sejauh mana Pancasila mampu menjawab tantangan dan ujian dimensi realitas. Realitas yang menonjol di Indonesia, sebenarnya adalah kemajemukan bangsa Indonesia itu sendiri. Faktor penentunya adalah kenyataan Indonesia yang secara geografis yang sangat luas dan terdiri dari beribu pulau besar maupun kecil, yang dihuni oleh berbagai ras maupun suku bangsa, terdiri dari berbagai agama dan latar kebudayaan. Maka persoalan serius yang muncul adalah demi kepentingan berbangsa dan bernegara dimana keanekaragaman menjadi realitas serta bagaimana

menuju persatuan dan kesatuan menjadi masalah yang harus dipecahkan. Dalam hal ini Pancasila berfungsi sebagai penopang dan pengawal sub sistem norma yang ada terbukti efektif baik terhadap keberbedaan manusia kesatuan Indonesia. Yang harus dibuktikan secara terus menerus adalah sejauh mana pancasila teruji dari dimensi fleksibilitas. Ungkapan Pancasila sebagai ideologi terbuka pada dasarnya merupakan keinginan untuk menunjukan kemampuan pancasila teruji dalam dimensi fleksibilitas. Perubahan pada dasarnya merupakan hal yang manusiawi sebagai makhluk kreatif. Perubahan yang terjadi pada bangsa dan Negara Indonesia selama ini memang ada yang bersifat alamiah, akulturatif dan memang perubahan yang direncanakan. Perubahan alamiah adalah perubahan bangsa dan Negara yang tumbuh dan berkembang karena sifat bangsa dan negara itu sendiri sebagai bagian alam yang harus tumbuh dan mengalami perubahan Akulturatif karena pergaulan antarbangsa, walaupun ada akulturasi yang nyaris tidak seimbang karena dominasi kultur satu terhadap yang lain seperti dalam globalisasi. Pembangunan merupakan salah satu bentuk perubahan yang direncankan, tujuan utamanya menghapus kemiskinan. B. PANCASILA DALAM ISTILAH GLOBALISASI Suatu pedoman atau dasar Negara itu, khususnya di Indonesia yang berdasarkan pada pancasila tidak selalu ingin mempertahankan pedomannya yang hanya dahulu-dahulu saja. Dalam artian, semua masyarakat ingin mengembangkan pedoman-pedoman tersebut, dan meningkatkannya untuk menjadi lebih baik. Demikian halnya tidak semua pengaruh asing, khususnya Barat dapat diterima begitu saja. Walaupun sebagian besar diantara mereka memperoleh wawasan atau pendidikan dari Barat. Anak-anak pergerakan justru tidak berperilaku kebarat-baratan. Mereka mampu bersikap kritis terhadap budaya Barat sekaligus tradisi yang telah melembaga di masyarakat. Tatanan kapitalitas, dan yang lainnya dianggap tidak sesuai dengan masyarakat Indonesia yang modern. Kemampuan anak-anak dalam menseleksi warisan-warisan nenek moyang yang terdahulu dan warisan dunia mencerminkan kecerdasan dan cara mereka dalam memperjuangkan dan membangun masyarakat Indonesia kedepannya.

Proses kreatif para pendiri bangsa dalam menghasilkan karya besar tidak terjadi secara spontan. Kecerdasan anak-anak pergerakan dalam memperjuangkan bangsanya dilalui melalui keterlibatan dan pergulatan sejarah jamannya. Memang sebagian besar mereka dipengaruhi oleh persentuhan mereka dengan dunia pendidikan modern. Namun, tidak semua anak-anak nusantara yang mendapat pendidikan modern mampu memposisikan dirinya sebagai penyampaian informasi masyarakatnya. Hanya sebagian kecil diantara mereka yang tertarik dan terlibat dalam dunia pergerakan. Proses mereka dalam merekonstruksi Negara kebangsaan memerlukan proses yang panjang dan penuh. Karena itulah kita memiliki berbagai kerangka pemikiran praktis yang berhubungan dengan kemajuan akhlak manusia, pembangunan ekonomi, pembangunan kebudayaan, peningkatan ketahanan dan keamanan nasional, peningkatan pemerataan sosial-ekonomi, dan sebagainya. Dalam bidang pembangunan kebudayaan misalnya. Jatidiri bangsa dan semangat ke-Indonesiaan semakin tergerus, terutama di kalangan generasi muda. Sebagian besar kasus kriminal dan mayoritas penghuni penjara kita sekarang terkait dengan kasus narkoba. Ke-Indonesia-an adalah konsep yang terus berkembang. Tetapi kita tidak boleh bersikap anything goes, semua hal boleh, pantas dan silakan dilakukan. Kita tidak boleh pasif dan berpangku tangan melihat puluhan ribu generasi muda Indonesia terjebak dalam cara hidup yang kelam dan menyedihkan. Masih banyak hal lain lagi yang dapat dikatakan dalam soal tersebut. Tetapi pada intinya kita ingin mengingatkan bahwa ke-Indonesia-an harus terus dikaitkan bukan dengan sembarang hal, bukan dengan nilai-nilai yang melemahkan semangat dan kehidupan manusia sebagai makhluk yang berakal budi. Ke-Indonesia-an harus dikaitkan dengan keterbukaan yang kreatif, tolerasi yang ramah, penghargaan pada ilmu pengetahuan, penghargaan pada kejujuran, keteguhan, kesungguhan serta, yang sangat penting, kecintaan pada tanah air yang terbentang dari Sabang hingga ke Merauke. Demikian pula halnya dalam soal ekonomi. Kita menerima globalisasi dan keterbukaan sebagai sebuah keniscayaan sejarah. Kita tidak takut pada keterbukaan. Kita tidak cemas pada

globalisasi, tetapi justru kita ingin memanfaatkan kemungkinan yang ada demi kepentingan bangsa kita sendiri. Karenanya, dalam keterbukaan ekonomi, sebagaimana dalam kehidupan umumnya, kita harus selektif dan memiliki prioritas. Kita harus mendahulukan pelaku-pelaku ekonomi bangsa kita, baik swasta maupun pemerintah, sejauh mereka memang produktif dan efisien. Hal ini terutama harus diterapkan dalam beberapa bidang yang strategis, seperti sektor finansial dan perbankan, sektor energi dan sumberdaya alam, serta sektor pertanian. Pemikiran seperti ini semakin mendesak untuk kita kedepankan sekarang, mengingat begitu banyak hal yang telah salah jalan, seperti dominasi penguasaan asing dalam dunia perbankan serta dalam aset-aset produktif sumberdaya alam (khususnya minyak dan gas) di negeri kita. Tanpa harus terjebak dalam sentimen anti-asing, kelemahan tersebut harus segera kita koreksi lewat kerja politik di berbagai bidang, baik di dalam maupun di luar parlemen. Kita harus mencari cara yang lebih baik dan lebih sesuai dengan prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam sila ke-3 dalam Pancasila, yang dapat diterapkan secara modern dalam realitas ekonomi. C. PANCASILA DALAM ISTILAH REFORMASI Reformasi dalam artian sempit bias dikatakan menata kembali keadaan yang tidak baik menjadi yang lebih baik. Banayak orang salah mengartikan bahwa reformasi merupakan suatu gerakan demonstrasi yang radikal senua dibolehkan, penjarahan pelengseran penguasa tertentu. Indonesia pada saat ini bisa kita katakana masih dalam proses reformasi untuk menetapkan kembali nilai-nilai pancasila. Namun, masih banyak masyarakat yang kecewa kepada instalasiinstalasi pemerintah. Hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya penyimpanganpenyimpangan terutama dalam pemikiran politik kenegaraan, serta dalam pelaksanaan pemerintahan yang dapat kita rasakan pada saat kita rasakan pada saat sekarang ini. Banyak hal yang terjadi misalnya, maraknya tindakan kolusi, korupsi, dan nepotisme serta pemanfaatan hokum sebagai legitimasi kekuasaan dan menyingkirkan lawan-lawan politik dan ekonomisnya. Bukti-bukti diatas sudah sangatlah jelas. Sehingga perbuatan-perbuatan tersebut dapat menimbulkan konflik-konflik vertical maupun horizontal. Konflik vertical misalnya; antara

orang yang kuat dengan orang yang lemah, antara penguasa dengan rakyat, antara mayoritas dan minoritas. Sementara konflik horizontal misalnya; konflik antara pepecahan agama, antar suku, antar golongan. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa Indonesia secara umum dan pemerintah secara khusus perlukita reformasi dengan baik agar nilai-nilai dan pelaksanaan PANCASILA sesuai denganisi PANCASILA itu sendiri. Namun, pelaksanaan reformasi tentu tidak semudah seperti yang kita bayangkan, karna reformasi membutuhkan waktu dan melalui proses dalam pelaksanaanya. Agar reformasi yang kita lakukan dapat berjalan dengan baik, maka kita sebagai GENERASI-GENERASI BARU atau PENERUS BANGSA ini harus terlebihdahulu menerapkan nilai-nilai PANCASILA pada diri kita masing-masing, serta memahami nilai-nilai PANCASILA itu sendiri. Karena apapun yang ingin kita lakukan agar mendapatkan hasil yang baik haruslah diawali dengan pemahaman. Seperti yang sudah kami jelaskan diatas, perlu penataan kembali pada instilasi-instilasi pemerintahan agar konflik-konflik yang ada dapat diatasi. Seperti yang kita ketahui bahwa ini merupakan masah yang mencangkup banyak organisasi, alangkah baiknya kita melakukan REFORMASI terhadap diri kita masing-masing, karena dengan demikian akan tercipta GENERASI-GENERASI PENERUS dan memiliki bakal PANCASILA. Kami yakin bahwa orang yang mengertiarti PANCASILA lebih

berprikemanusian daripada orang yang tidak memahami nilai-nilai PANCASILA.

D. PANCASILA SETELAH REFORMASI Pancasila sebagai dasar Negara kadang pasang dan kadang surut, setelah melewati hal yang mengagungkan dan menakutkan pamor pancasila terus turun pasca-reformasi 1998. Meski tidak tampak jelas, pancasila pascareformasi menjadi semacam frase yang mungkin dipandang sebagai sikap konservatif semata. Namun, dalam konteks berbangsa hal itu merupakan fakta bahwa kredibilitas Pancasila sedang merosot," katanya, pada seminar nasional "Nasionalisme dan Pembangunan Karakter Bangsa" di Yogyakarta dua pekan sebelum peringatan Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni. Universitas Gadjah Mada mensurve pusat studi pancasila, hasilnyapun menyebutkan semangat nasionalisme dan pengetahuan kewarganegaraan terutama di kalangan generasi muda terus turun.

Pelajaran pancasila di sekolah sekarang hanya menjadi pelengkap kurikulum saja. Sehingga tidak diberikan secara serius dengan pengajar untuk peserta didik. Dampak dari situ

akhirnyakredibilitas pancasila makin merosot. keberadaan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa terus merosot pamornya. Begitu pun dengan rasa nasionalisme dan Bhin-neka Tunggal Ika. 1) "Semangat Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan nasionalisme kini semakin menurun. Ini ancaman tersendiri juga bagi demokrasi kita, untuk melakukan REFORMASI INDONESIA dapat dilakukan dengan cara melakukan perbaikan dari masing-masing individu atau kita sebagai mahasiswa/I pada khususnya. Dan kita harus yakin bahwa kita tidak saja bisa bereformasi, tetapi kita juga bisa melakukan revolusi pada diri kita masing-masing. Karena apabila GENERASI yang kita inginkan sudah tercapai maka kami sangat yakin konflik-konflik yang ada pada saat ini bisa sirna dan INDONESIA bukanlah negara berkembang melainkan NEGARA MAJU.

E. BAGAIMANA PANCASILA SEHARUSNYA? Pancasila yang menjadi dasar Negara kita sekarang ini sebaiknya memenuhi syarat : 1. PANCASILA SEHARUSNYA MENJADI KARAKTER NEGARA 2. PANCASILA SEHARUSNYA TERBUKA DALAM PERBINCANGAN DAN

PERDEBATAN Diskusi yang diselenggarakan Fraksi PDI Perjuangan MPR ini menampilkan pembicara lainnya yakni pengamat politik dari Sugeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit. Ryamizard menegaskan, Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang harus mengatur moral dan sikap Negara. "Jadi, yang primer adalah Pancasila harus tercermin dalam karakter negara. Karena itu, segala upaya yang terkait dengan pengamalan Pancasila harus terfokus pada upaya membenahi kembali karakter negara," katanya.

Sementara itu, pengamat politik dari Sugeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit menilai, bangsa Indonesia sesungguhnya gagal memahami Pancasila sebagai ideologi negara. Selama ini, kata dia, bangsa Indonesia memposisikan Pancasila sebagai sesuatu yang berbahaya, terancam, dan hanya sebagai slogan. Padahal, kata dia, Pancasila sebagai ideologi negara merupakan cita-cita cita-cita dari pendiri negara Indonesia. "Kalau Pancasila hanya menjadi slogan, berarti kita gagal memahami Pancasila sebagai ideologi," kata Sukardi Rinakit. Demikian pula dalam tataran praktis, kata dia, Pancasila belum diterapkan secara layak dan lebih cenderung sebagai korban. Contohnya konkret gagalnya Pancasila sebagai ideologi negara, menurut dia, yakni tumbuhnya radikalisme serta seringnya muncul kekerasan di tengah masyarakat. Ia menambahkan, para elite politik juga banyak yang belum memahami bahwa berpolitik itu adalah bagian dari bernegara yang berarti mematuhi amanah konstitusi. Dalam konteks ini, kata dia, penyelenggara negara seharusnya melindungi warga negaranya agar tidak terjadi aksi kekerasan dan radikalisme. "Tanpa kita sadari nilai-nilai Pancasila sudah bergeser di tengah bangsa Indonesia dengan tumbuhnya praktik liberalisasi," katanya. Jika bangsa Indonesia memahami Pancasila, kata dia, seharusnya bisa meredam gerakan liberalisasi yang saat ini mengarah kepada neo-liberalisme.

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan : Pancasila mempunyai kedudukan yang beraneka ragam bagi bangsa Indonesia. Masing-masing kedudukan harus kita pahami sesuai dengan konteksnya. Pelaksanaan Pancasila pada jaman dahulu dan sekarang sudah berbeda. Dimasa modern ini telah banyak pelanggaran-pelanggaran pancasila. Maraknya sikap-sikap yang mengakibatkan konflik dan ricuh. Beda lagi dengan pancasila yang hasil dari dampak globalisasi. Kemungkinan ada segi positifnya, dan negative. Itu tergantung dari bagaimana kita menyikapinya. Ada yang memanfaatkannya untuk hal-hal positif, dan sebaliknya. Membicarakan tentang reformasi, bangsa kita saat ini juga dalam proses reformasi. Tergantung dari pemikiran kita, dan kreatifitas generasi yang akan dating. Akankah bisa jadi lebih baik sesuai rencana untuk mereformasikannya, atau justru sebaliknya. Sebagai generasi penerus bangsa, asal kita berfikir positif dan kreatif, maka rencana kita untuk membangun pancasila ini akan berhasil. Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi membangun untuk bisa lebih baik lagi kedepannya. Pancasila masih sangat relevan dengan realitas ke-Indonesiaan. Namun, Pancasila tidak cukup sebatas diyakini. Sebagai ideologi bangsa, Pancasila semestinya terbuka diperbincangkan dan diperdebatkan agar kian membesar, masuk dalam berbagai wilayah dan sector.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://fis.um.ac.id/hariyono/2010/10/26/eksistensi-pancasila-uud-1945-di-era-globalisasi/ 2. http://icalbakrie.com/?p=1336 3. http://chumyelith.blogspot.com/2010/01/aktualisasi-pancasila-di-era.html 4. http://vjwiko.wordpress.com/2010/03/02/reformasi-pemikiran-dan-pelaksanaan-pancasila/ 5. http://freetechebooks.com/doc-2011/reformasi-pemikiran-pelaksanaan-pancasila-page5.html 6. www.pinem.info/archive/keberadaan-pancasila-setelah-reformasi 7. http://blog.tp.ac.id/pendidikan-sebagai-wahana-pembudayaan-pancasila 8. Siwah.com

You might also like