You are on page 1of 6

Pengertian good governance Istilah good governance merupakan wacana baru dalam kosa kata ilmu politik.

Ia muncul pada awal 1990-an. Secara umum istillah clean and good governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan public untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian good governance tidak sebatas pengelolaan lembaga pemerintahan semata, tetapi menyangkut semua lembaga baik pemerintah maupun non-pemerintah(lembaga swadaya masyrakat). Bahkan prinsip-prinsip good governance dapat pula diterapkan dalam pengelolaan lembaga social dan kemahasiswaan dari yang paling sederhana hingga yang berskala besar, seperti arisan, pengajian, organisasi kelas, hingga organisasi di atasnya. Menurut andi faisal bakti, dalam pelaksanaannya istilah good governance memiliki pengertian pengejawatahan nilai-nilai luhur dalam mengarahkan warga Negara(citizens) kepada masyarakat dan pemerintahan yang berkeadaban melalui wujud pemerintahan yang suci dan damai. Lebih jauh bakti menyatakan bahwa pemerintahan yang baik adalah sikap dimana kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang diatur oleh berbagai level pemerintah Negara yang berkaitan dengan sumber-sumber social, budaya, politik,serta ekonomi. Senada dengan Bakti, Santosa menjelaskan bahwa goog governance adalah pelaksanaan politik,ekonomi,dan atminitrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa. A. Apa itu tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good dan clean governance)? Yaitu pengelolaan pemerintahan yang professional dan akuntanbel, ketika wacana demokrasi berkembang menjadi kesadaran umum masyarakat Indonesia. Prinsip demokrasi yang bertumpu pada peran sentral warga Negara dalam proses social dan politik bertemu dengan prinsip-prinsip dasar good governance, yaitu pengelolaan pemerintah yang bersih dan berwibawa yang di rumuskan bersama oleh pemerintahan dan komponen masyarakat madani. Sejalan dengan prinsif di atas, pemerintahan yang baik itu berarti baik dalam proses maupun hasil-hasilnya. Demi tercapai kondisi social di atas,proses pembentukan pemerintahan yang berlangsung secara demokratis mutlak dilakukan. Sebagai sebuah pengelolaan lembaga Negara, clean and governance dapat terwujud secara maksimal jika di topang oleh dua unsure yang saling terkait: Negara dan masyarakat yang didalamnya terdapat sector swasta. Jika dua komponen penting ini memahami dan menyadari arti penting prinsip good governance dalam upaya pengembangan demokrasi dan kemaslahatan bersama, sikap apatisme masyarakat atas kinerja dan pelayanan public birokrasi pemerintah maupun swata dapat diperkecil secara maksimal. Untuk merealisasikan pemerintahan yang professional dan akuntable yang bersandar pada prinsipprinsip good governance, lembaga atminitrasi Negara (LAN) merumuskan Sembilan aspek dalam good governance yang harus diperhatikan yaitu: 1. Partisipasi (participation)

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. 2. Penegakan hokum (rule of law) Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan public memerlukan system dan aturan-aturan hokum. Sehubungan dengan itu, santosa menegaskan, dalam proses mewujudkan cita good governance, harus di imbangi dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter antaralain sebagai berikut: a. Supremasi hokum (the supremacy of law) b. Kepastian hokum (legal certainty) c. Hokum yang responsip d. Penegakkan hokum yang konsisten dan non-diskriminatif e. Indepedensi peradilan 3. Transparansi (transparency) Transparansi (keterbukaan untuk umum) adalah unsure lain yang menopang terwujudnya good governance yang akan menghasilkan pemerintahan yang bersih (clean governance). 4. Responsive ( responsive) Asa responsive adalah bahwa pemerintah harus responsive terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Sesuai dengan asas responsive, setiap unsure pemerintahan harus memiliki dua etika, yakni etika individual dan etika social. Kualifikasi etika individual menuntut pelaksana birokrasi pemerintah agar memiliki criteria kapabilitas dan loyalitas professional. Sedangkan etik social menuntut mereka agar memiliki sensitifitas terhadap berbagai kebutuhan public. 5. Kosensus ( consensus ) Asas ini menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga ia akan mempunyai kekuatan memaksa ( coercive power ) bagi semua komponen yang terlibat untuk melaksanaan keputusan tersebut. Paradigm ini perlu dikembangkan dalam konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah persoalan-persoalan public yang harus dipertanggung jawabkan kepada rakyat. Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipasi, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili. Untuk meningkatkan dinamika dan menjaga akuntanbilitas dari proses pengelolaan tugas-tugas pemerintah, dalam pengambilan berbagai kebijakan, jajaran birokrasi pemerintah harus mengembangkan beberapa sikap, antara lain: a. Optimistic, yakni sikap yang memperlihatkan bahwa setiap persoalan dapat diselesaikan dengan baik dan benar.

b. Keberanian, yakni keberanian dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dengan penuh integritas dan kejujuran, sesuai dengan prosedur yang benar. c. Keadilan yang bertak kemurahan hati, yakni kemampuan untuk menyeimbangkan komitmen atas orang atau kelompok dengan etik. 6. Kesetaraan ( equity ) Terkait dengan asas consensus, transparansi dan responsive, clean and good governance juga harus di dukung dengan asas kesetaraan ( equity ), yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. 7. Efektivitas ( effectiveness ) dan efisiensi ( efficiency ) Untuk menunjang asas-asas yang telah disebutkan diatas, pemerintahan yang baik dan bersih juga harus memenuhi criteria efektif dan efisien yakni berdayaguna dan berhasil-guna. Criteria efektivas biasanya di ukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesarsebesarnya kepentingan masyarakat dari berbagai keelompok dan lapisan social. Agar pemerintahan itu efektif dan efisien, maka para pejabat perancang dan pelaksana tugastugas pemerintahan harus mampu menyusun perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat,dan di susun secara rassional dan terukur. Dengan perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan partisipasi masyrakat akan dapat digerakkan dengan mudah, karena program-program itu menjadi bagian dari kebutuhan mereka.

8. Akuntabilitas ( accountability ) Asas akuntabilitas adalah pertangung jawaban pejabat public terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. 9. Visi strategis ( strategic vision ) Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang. B. Mengapa itu dikatakan ( goog and clean governance )? Yaitu keterlibatan masyarakat dalam proses pengelolaan lembaga pemerintahan pada akhirnya akan melahirkan control masyarakat terhadap jalannya pengelolaan lembaga pemerintahan. Dan control masyarakat akan berdampak pada tata pemerintahan yang baik dan efektif ( good governance ) dan bersih ( clean governance ), bebas dari KKN. C. Bagaimana mewujudkan ( good and clean governance )? Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip pokok goog dan clean governance, setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksanaan prioritas program, yakni: 1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan Penguatan peran lembaga perwakilan rakyat, MPR,DPR,dan DPR, mutlak dilakukan dalam rangka peningkata fungsi mereka sebagai pengontrol jalannya pemerintahan.

2. Kemandirian lembaga peradilan 3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah Perubahan paradigm aparatur Negara dari birokrasi elitis menjadi birokrasi populasi (pelayanan rakyat) harus dibarengi dengan peningkatan propesionalitas dan integrasi moral jajaran birokrasi pemerintahan. 4. Penguatan partisipasi masyarakat madani(civil society) Parsitipasi masyarakat sipil dalam proses kebijakan public mutlak harus dilakukan dan di pasilitasi oleh Negara(pemerintahan) 5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah Pengelolaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa dapat dilakukan di semua tingkatan, baik pusat maupun daerah.

TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH (GOOD AND CLEAN GOVERNANCE) Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Dosen : Pendidikan Kewarganegaraan : Dr.Tutut Sholihah, M.Pd

Disusun oleh: Kelompok: VI Riyah Linda Mariani Romiani

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PALANGKARAYA PROGRAM KHUSUS PENINGKATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI TAHUN 2012

You might also like