You are on page 1of 6

Kista Epidermal

I. DEFINISI Kista epidermal atau juga disebut dengan kista sebasea adalah kumpulan material seperti keratin, biasanya putih, licin, mudah digerakkan, dan cheesy di dalam dinding kista. Jenis kista ini merupakan yang paling umum. Secara klinis, kista epidermal muncul sebagai nodul bulat, keras berwarna daging. Kista epidermal umumnya memiliki lubang kecil yang berhubungan dengan kulit namun tidak selalu tampak jelas. Kista epidermal dapat terjadi di bagian kulit mana saja, akan tetapi lebih banyak ditemui di bagian wajah, scalp, telinga, dada, dan punggung. Tulang, payudara, genital, dan intracranial jarang ditemukan pada kista epidermal. Mukosa okuler dan oral juga bisa terkena serta di konjungtiva palpebra, bibir, mukosa mulut, lidah, skrotum, dan uvula. Kista epidermal merupakan tumor jinak yang tidak perlu dihilangkan kecuali mengganggu secara kosmetik atau terinfeksi. Kista epidermal yang terinfeksi berwarna merah, bengkak, dan terasa nyeri. Bila hal ini terjadi, harus diterapi dengan antibiotik dan dieksisi bila sudah tidak mengalami inflamasi. Kunci dari penghilangan kista epidermal adalah menghilangkan seluruh dinding kista. II. EPIDEMIOLOGI Tidak ada predileksi menurut ras, namum kista epidermal lebih banyak dialami oleh individu dengan kulit gelap. Pada studi pasien Indian, 63% kista mengandung pigmen melanin. Kista epidermal lebih banyak dua kali ditemukan pada pasien pria dibanding dengan pasien wanita. Kista epidermal dapat terjadi di usia kapanpun, namun banyak ditemukan kasus pada decade ketiga sampai keempat. Kista epidermal kecil yang disebut dengan millia umum ditemukan di neonatus.

III. PATOFISIOGI Kista epidermal terjadi akibat proliferasi sel epidermal dalam ruang yang sirkumskrip pada dermis. Pada analisis kista epidermal, struktur dan pola lipidnya sama seperti pada sel epidermis. Kista epidermis mengekspresikan sitokeratin 1 dan 10. Sumber dari epidermis ini hamper selalu dari infundibulum dari folikel rambut. Inflamasi dimediasi oleh bagian berkeratin pada kista epdiermal. Pada penelitian, ekstrak keratin ini bersifat kemotaktif untuk PMN. Penilitian menyebutkan HPV (Human Papilloma Virus) dan paparan sinar UV berperan dalam pembentukan kista epidermal. Cara perubahan kista epidermal menjadi bersifat kanker belum diketahui secara pasti (walaupun jarang sekali kista epidermal berkembang menjadi tumor ganas). Pada kista epidermis dengan karsinoma, hasil imunohistokimia untuk HPV negatif, yang dapat disimpulkan HPV tidak mempengaruhi perubahan menjadi Karsinoma sel skuamosa. Iritasi kronik dan trauma berulang pada batas epitel dari kista epidermis berperan dalam transformasi keganasan, akan tetapi bagaimana hubungannya masih belum diketahui.

IV. HISTOPATOLOGI Pada pemeriksaan histopatologi, kista epidermal dibatasi dengan epitel skuamosa berlapis yang mengandung lapisan granuler. Keratin terlaminisasi ditemukan dalam kista. Respon inflamasi dapat ditemukan pada kista yang rupture. Kista yang sudah tua dapat terkalsifikasi. VI. PENYEBAB Kista epidermal terbentuk dari beberapa mekanisme. Kista dapat diakibatkan sekuestrasi dari sisa epidermal selama kehidupan embrionik, oklusi dari unit pilosebaseus, atau trauma atau implantasi bedah dengan elemen eptelial. Infeksi HPV , paparan UV, dan oklusi

kelenjar ekrin dapat menjadi faktor tambahan perkembangan kista epidermal palmoplantar. HPV juga telah teridentifikasi dalam kista epidermal nonpalmoplantar.
y

Kista epidermal kongenital dari fontanel anterior atau di bagian orogenital dapat diperkirakan oleh hasil sekuestrasi atau trapping sisa epidermal selama fusi embrionik selama perkembangan. Lesi di bibir dan mulut berkorelasi dengan fusi yang tidak sempurna dari lengkung brankial, sedangkan lesi genital disebabkan oleh penutupan tak sempurna dari lipatan genital.

Semua proses kejinakan dan keganasan yang mempengaruhi atau tumbuh dekat unit pilosebaseus dapat berujung pada oklusi atau tumbukan folikular ostia with formasi kista yang berikutnya. Kista dengan distrubusi yang bersifat acneiform umumnya akibat penyumbatan folikular. Pada manula, cedera sinar matahari yang terakumulasi dapat merusak unit pilosebaseus, menyebabkan abnormalitas seperti sumbatan komedo, hiperkornifikasi, keduanya dapat menimbulkan kista epidermal. Kondisi ini disebut juga Sindrom FavreRacouchot.

Kista epidermal yang sebenarnya diakibatkan impantasi elemen epidermal pada dermis. Beberapa cedera, khususnya tipe crushing, diasosiakan dengan subungual atau kista epidermal terminal phalanges. Cedera hancur ketika membanting pintu mobil pada bagian digital sering dilaporkan. Prosedur bedah secara teori dapat menimbulkan kista epidermal. Formasi kista epidermal multipel dilaporkan setelah operasi plastik bagian hidung, pembesaran payudara, dan sedot lemak. Penggunaan cangkok dermal, cangkok miokutaneus, dan biopsy jarum juga diasosiasikan dengan timbulnya kista epidermal.

Sindrom herediter tertentu berasosisasi dengan kista epidermal, seperti Sindrom Gardner, Sindrom nevus sel basal, dan pachyonychia kongenital. Idiopathic scrotal calcinosis dapat ditemukan pada fase akhir dari kalsifikasi distrofik pada kista epidermal.

VII . PATOGENESIS Kista epidermoid mungkin timbul dari sisa-sisa folikel rambut embryologic cacat. Pada beberapa titik dalam kehidupan dewasa sel-sel epitel dari sisa-sisa mulai membuat keratin. Beberapa kista terbuka ke permukaan melalui lubang folikel tipis, tetapi meskipun asal folikular, kebanyakan tak ada kontinuitas dengan permukaan. Sebuah minoritas kecil dari kista epidermoid terjadi sebagai akibat dari implantasi traumatis fragmen epitel. Bit-bit terkubur epitel kemudian "mengumpulkan" dan mulai memproduksi keratin. Kista seperti ini disebut kista inklusi. Seperti mungkin jelas pada titik ini, terminologi lama kista "sebasea" adalah keliru, karena sel-sel yang dihasilkan kista epidermoid garis putih semipadat keratin daripada tidak berwarna, sebum berminyak. VIII . TERAPI Kista tanpa gejala tidak memerlukan perhatian medis. Mereka yang secara kosmetik tidak dapat diterima dan mereka yang berulang kali trauma dapat diobati dalam berbagai cara. Untuk lesi kecil, eksisi elips dengan penutupan jahit adalah tepat dan definitif. Beberapa kista, terutama yang pada kulit kepala, dapat "disampaikan" melalui sayatan yang sederhana, tetapi kista pecah dan penghapusan lengkap resultan dari dinding kadang-kadang mempersulit prosedur. Untuk kista yang besar, mungkin yang terbaik untuk mengiris kista dan mengekstrusi isi prosedur awal. Selama beberapa minggu berikutnya kista menyusut dalam ukuran. A, berikutnya jauh lebih kecil, penghapusan Excisional kemudian dapat dilakukan.

IX. DIAGNOSIS BANDING Kista Pilaris, Steatokistoma simpleks/multipleks, Lipoma, Kista Dermoid, Pachonychia kongenital, Sindrom Gartner, Kalsinosis Kutis, Millia.

X. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, namun bila terjadi infeksi berulang atau tidak ada respon antibiotik, pengkulturan dapat dilakukan. Bila kista epidermal ditemukan pada daerah yang tidak biasa terkena, seperti payudara, tulang, atau lokasi intracranial dapat dilakukan pencitraan dengan Ultrasonografi, Radiografi, CT Scan atau MRI. Fine-needle aspiration juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis kista epidermal di payudara. Pemeriksaan smears material yang diaspirasi dan diwarnai dengan Wright-Giemsa menunjukkan keratinosit berinti dan material keratin bergelombang. XI. PENGOBATAN Pada umumnya kista epidermal tidak memerlukan pengobatan apapun. Bila menimbulkan gangguan dapat dieksisi, atau diseksi seluruh dinding kista dengan insisi. Bila bagian dinding tertinggal, kista dapat kambuh. Destruksi kista dengan kuret, cairan kimiawi, atau elektrodesikasi memberikan hasil kurang memuaskan. Bila terjadi inflamasi, dapat dilakukan injeksi intralesi dengan triamcinolone (amcort, aristocort) yang dapat mensupresi migrasi PMN dan membuat sempit celah kapiler pembuluh darah. Antibiotik oral juga diberi bila perlu. XII. KOMPLIKASI Komplikasi sangat jarang terjadi, termasuk infeksi, scarring pada penghilangan, dan kekambuhan. Keganasan pada kista epidermal sangat jarang.

DAFTAR PUSTAKA
1

Hanson LJ. Epidermoid Cyst. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1061582

pada tanggal 15 November 2010 pada pukul 10.55 WIB


2

Brannon H. Epidermal Cyst. Diunduh dari

http://dermatology.about.com/cs/benignlesions/g/epidermcyst.htm pada tanggal 15 November 2010 pada pukul 11.11 WIB


3

Putra IB. Tumor-tumor Jinak Kulit. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3410/1/ 08E00609.pdf pada tanggal 15 November 2010 pada pukul 10.45 WIB
4

FAM A Physician. Minimal Excision Technique for Removal of an Epidermoid Cyst. Diunduh

dari http://www.aafp.org/afp/2002/0401/p1423.html pada tanggal 15 November 2010 pada pukul 10.36 WIB

You might also like