You are on page 1of 11

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Labirinitis adalah kelainan berupa peradangan pada telinga bagian dalam atau labirin. Secara klinis, kondisi ini menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran untuk derajat yang bervariasi dan dapat mempengaruhi satu atau kedua telinga. Bakteri atau virus dapat menyebabkan peradangan akut dari labirin dalam hubungannya dengan infeksi baik lokal atau sistemik. Proses autoimun juga dapat menyebabkan labirinitis. Iskemik pembuluh darah dapat menyebabkan disfungsi labirin akut yang meniru labirinitis.1 1.2 Tujuan Penulisan Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik senior di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokdan Bedah Kepala Leher RSUP H. Adam Malik Medan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi2 Labirin ( telinga dalam ) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada pars petrosa os temporal. Labirin terdiri dari : 1. Labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, vestibulum dan koklea. 2. Labirin bagian membran, yang terletak didalam labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus dan duktus endolimfatikus serta koklea. Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang berisi cairan perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan filtrasi dari darah. Didalam labirin bagian membran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria vaskularis dan diresorbsi pada sakkus endolimfatikus.

Vestibulum Vestibulum adalah suatu ruangan kecil yang berbentuk oval, berukuran 5 x 3 mm dan

memisahkan koklea dari kanalis semisirkularis. 8,9 Pada dinding lateral terdapat foramen ovale (fenestra vestibuli ) dimana footplate dari stapes melekat disana. Sedangkan foramen rotundum terdapat pada lateral bawah. Pada dinding medial bagian anterior terdapat lekukan berbentuk spheris yang berisi macula sakkuli dan terdapat lubang kecil yang berisi serabut saraf vestibular inferior. Makula utrikuli terletak disebelah belakang atas daerah ini. Pada dinding posterior terdapat muara dari kanalis semisirkularis dan bagian anterior berhubungan dengan skala vestibuli koklea. Kanalis Semisirkularis Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis : superior, posterior dan lateral yang membentuk sudut 90 satu sama lain. Masing-masing kanal membentuk 2/3 lingkaran, berdiameter antara 0,8 1,0 mm dan membesar hampir dua kali lipat pada bagian ampula. Pada vestibulum terdapat 5 muara kanalis semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior bersatu membentuk krus commune sebelum memasuki vestibulum.

Koklea Terletak didepan vestibulum menyerupai rumah siput dengan panjang 30 35 mm.

Koklea membentuk 2 - 2 kali putaran dengan sumbunya yang disebut modiolus yang berisi berkas saraf dan suplai darah dari arteri vertebralis. Kemudian serabut saraf ini berjalan ke lamina spiralis ossea untuk mencapai sel-sel sensorik organ Corti. Koklea bagian tulang dibagi dua oleh suatu sekat. Bagian dalam sekat ini adalah lamina spiralis ossea dan bagian luarnya adalah lamina spiralis membranasea, sehingga ruang yang mengandung perilimfe terbagi 2 yaitu skala vestibuli dan skala timpani. Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea yang disebut helikotrema. Skala vestibuli berawal pada foramen ovale dan skala timpani berakhir pada foramen rotundum. Pertemuan antara lamina spiralis ossea dan membranasea ke arah perifer membentuk suatu membran yang tipis yang disebut membran Reissner yang memisahkan skala vestibuli dengan skala media ( duktus koklearis ). Duktus koklearis berbentuk segitiga, dihubungkan dengan labirin tulang oleh jaringan ikat penyambung periosteal dan mengandung end organ dari N.\koklearis dan organ Corti. Duktus koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan perantaraan duktus Reuniens. Organ Corti terletak diatas membran basilaris yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ Corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam yang berisi kira-kira 3000 sel dan 3 baris sel rambut luar yang berisi kira-kira 12.000 sel. Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan horizontal dari suatu jungkat-jungkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel rambut terdapat strereosilia yang melekat pada suatu selubung yang cenderung datar yang dikenal sebagai membran tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong oleh limbus. Sakulus dan utrikulus Terletak didalam vestibulum yang dilapisi oleh perilimfe kecuali tempat masuknya saraf didaerah makula. Sakulus jauh lebih kecil dari utrikulus tetapi strukturnya sama. Sakulus dan utrikulus ini berhubungan satu sama lain dengan perantaraan duktus utrikulo-sakkularis yang bercabang menjadi duktus endolimfatikus dan berakhir pada suatu lipatan dari duramater pada bagian belakang os piramidalis yang disebut sakkus endolimfatikus. Saluran ini buntu. Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang dikelilingi oleh sel-sel penunjang yang terletak pada makula. Pada sakulus terdapat makula sakuli dan pada utrikulus terdapat makula utrikuli.
3

Perdarahan Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a. auditori interna (a. labirintin) yang berasal dari a. serebelli inferior anterior atau langsung dari a. basilaris yang merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu : 1. Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli, sebagian macula sakuli, Krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan sakulus. 2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran basal dari koklea. 3. Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri spiral yang mendarahi organ Corti, skala vestibuli, skala timpani sebelum berakhir pada stria vaskularis. Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna mendarahi putaran tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus koklearis mendarahi putaran basiler koklea, sakulus dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akuaduktus vestibularis mendarahi kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke sinus sigmoid. Persarafan N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke dalam porus dari meatus akustikus internus dan bercabang dua sebagai N. vestibularis dan N. koklearis. Pada dasar meatus akustikus internus terletak ganglion vestibulare dan pada modiolus terletak ganglion spirale.

Gambar 2.1. Labirin Telinga Dalam8

2.2 Labirinitis 2.2.1 Definisi Labirinitis merupakan inflamasi pada telinga dalam yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang biasanya merupakan komplikasi penyakit telinga tengah atau komplikasi infeksi virus dari berbagai penyakit.5 2.2.2 Epidemiologi Meskipun data epidemiologi definitif masih kurang, labirinitis virus adalah bentuk paling umum dari labirinitis diamati dalam praktek klinis. Prevalensi SNHL diperkirakan 1 kasus dalam 10.000 orang, sampai dengan 40% dari pasien mengeluh vertigo atau dysequilibrium.3 Kematian yang terkait dengan labirinitis tidak dilaporkan kecuali dalam kasus sepsis meningitis atau luar biasa. Labirinitis virus biasanya ditemukan pada orang dewasa berusia 30-60 tahun dan jarang didapati pada anak-anak. Labirinitis supuratif Meningogenik biasanya diamati pada anak-anak dengan usia kurang dari 2 tahun, yang merupakan populasi paling berisiko untuk meningitis. Labirintis supuratif otogenik dapat diamati pada segala usia. Labyrinthitis serosa lebih sering terjadi anak-anak, di mana. 2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko1 Sedikit bukti langsung menunjukkan virus merupakan penyebab labirinitis , namun banyak bukti epidemiologi berimplikasi sejumlah virus sebagai berpotensi menyebabkan peradangan labirin. Labirinitis viral sering didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas.
5

Temuan histologis degenerasi aksonal dalam saraf vestibular menunjukkan etiologi virus untuk neuritis vestibular. Bakteri yang menyebabkan labirinitis adalah bakteri yang sama bertanggung jawab untuk meningitis dan otitis media. Organisme Gram-negatif yang ditemukan lebih sering ketika cholesteatoma adalah faktor menghasut. Virus penyebab yang potensial:
o o o o o o o o o o o

Cytomegalovirus Mumps virus Varicella-zoster virus Rubeola virus Influenza virus Parainfluenza virus Rubella virus Herpes simplex virus 1 Adenovirus Coxsackievirus Respiratory syncytial virus

Bakteri penyebab yang potensial:


o o o o o o o o o o

S pneumoniae Haemophilus influenzae Moraxella catarrhalis N meningitidis Streptococcus species Staphylococcus species Proteus species Bacteroides species Escherichia coli Mycobacterium tuberculosis

2.2.4 Klasifikasi
Labirinitis merupakan inflamasi pada telinga dalam yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang biasanya merupakan komplikasi penyakit telinga tengah atau komplikasi infeksi virus dari berbagai penyakit. Schuknecht (1974) membagi labirinitis bakteri atas 4 stadium: 2 1. Labirinitis akut atau toksik (serous) yang terjadi sebagai akibat perubahan kimia di dalam ruang perilimf yang disebabkan oleh proses toksik atau proses supuratif yang menembus membran barier labirin seperti melalui membran rotundum tanpa invasi bakteri. 2. Labirinitis akut supuratif terjadi sebagai akibat invasi bakteri dalam ruang perilimf disertai respon tubuh dengan adanya sel-sel radang. Pada keadaan ini kerusakan fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan irreversible. 3. Labirinitis kronik supuratif yaitu terlibatnya labirin oleh bakteri dengan respons inflamasi jaringan sudah dalam waktu yang lama. Keadaan ini biasanya merupakan suatu komplikasi dari penyakit telinga tengah kronis dan penyakit mastoid. 4. Labirinitis fibroseus yaitu suatu respons fibroseus di mana terkontrolnya proses inflamasi pada labirin dengan terbentuknya jaringan fibrous sampai obliterasi dari ruangan labirin dengan terbentuknya kalsifikasi dan osteogenesis. Stadium ini disebut juga stadium penyembuhan.

Labirinitis viral adalah infeksi labirin yang disebabkan oleh berbagai macam virus. Penyakit ini dikarakteristikkan dengan adanya berbagai penyakit yang disebabkan virus dengan gejala klinik yang berbeda seperti infeksi virus mumps, virus influenza, dll. 3 Labirinitis secara klinis terdiri dari 2 subtipe, yaitu: 3 1. Labirinitis lokalisata (labirinitis sirkumskripta, labirinitis serosa) merupakan komplikasi otitis media dan muncul ketika mediator toksik dari otitis media mencapai labirin bagian membran tanpa adanya bakteri pada telinga dalam. 2. Labirinitis difusa (labirinitis purulenta, labirinitis supuratif) merupakan suatu keadaan infeksi pada labirin yang lebih berat dan melibatkan akses langsung mikroorganisme ke labirin tulang dan membran. 2.2.5 Patofisiologi
Labirinitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Labirinitis bakteri mungkin terjadi sebagai perluasan infeksi dari rongga telinga tengah melalui fistula tulang labirin oleh kolesteatom atau melalui foramen rotundum dan foramen ovale tapi dapat juga timbul sebagai perluasan infeksi dari meningitis bakteri melalui cairan yang menghubungkan ruang subaraknoid dengan ruang perlimf di koklea, melalui akuaduktus koklearis atau melalui daerah kribosa pada dasar modiolus koklea.6 7

2.2.6 Manifestasi Klinis5 Gejala yang timbul pada labirinitis lokalisata merupakan hasil dari gangguan fungsi vestibular dan gangguan koklea yaitu terjadinya vertigo dan kurang pendengaran derajat ringan hingga menengah secara tiba-tiba. Pada sebagian besar kasus, gejala ini dapat membaik sendiri sejalan dengan waktu dan kerusakan yang terjadi juga bersifat reversible. Pada labirinitis difusa (supuratif), gejala yang timbul sama seperti gejala pada labirinitis lokalisata tetapi perjalanan penyakit pada labirinitis difusa berlangsung lebih cepat dan hebat, didapati gangguan vestibular, vertigo yang hebat, mual dan muntah dengan disertai nistagmus. Gangguan pendengaran menetap, tipe sensorineural pada penderita ini tidak dijumpai demam dan tidak ada rasa sakit di telinga. Penderita berbaring dengan telinga yang sakit ke atas dan menjaga kepala tidak bergerak. Pada pemeriksaan telinga tampak perforasi membrana timpani. Pada labirinitis viral, penderita didahului oleh infeksi virus seperti virus influenza, virus mumps, timbul vertigo, nistagmus kemudian setelah 3-5 hari keluhan ini berkurang dan penderita normal kembali. Pada labirinitis viral biasanya telinga yang dikenai unilateral. 2.2.7 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang5 Gambaran klinik dengan adanya gangguan vestibular dan kurangnya pendengaran didapati juga pada abses serebellum, miringitis bulosa dan miringitis hemoragika. Pemeriksaan telinga yang teliti diperlukan pada kasus ini seperti pemeriksaan audiogram, kultur dan CT Scan. Pada miringitis didapati rasa sakit akut di telinga sedangkan abses serebelum dapat dipisahkan dengan CT scan.2-5 Gangguan fungsi pendengaran pada labirinitis adalah suatu sensorineural hearing loss. 2.2.8 Penatalaksanaan7 Labirinitis biasanya sembuh sendiri dalam waktu satu atau beberapa minggu, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. 1. Antibiotik Antibiotik adalah pengobatan yang paling umum jika penyebabnya adalah bakteri. Seperti yang kita ketahui, infeksi virus tidak dapat diobati dengan antibiotik. Infeksi virus adalah penyebab paling umum dari labirinitis.

2. Antihistamin Pengobatan juga dapat mencakup penggunaan Antihistamin, yang dapat mengurangi pembengkakan di sekitar infeksi, sehingga mengurangi keparahan gejala. Obat penenang dan beberapa obat anti mual juga memiliki efek ini. 3. Operasi Sayangnya, dalam beberapa kasus, beberapa pasien mungkin memerlukan pembedahan untuk mengeringkan telinga bagian dalam dan tengah. 4. Perawatan suportif Istirahat selama 3 - 5 hari pada pasien laibirinitis biasanya direkomendasikan, sampai pusing mereda. Pasien yang menderita dehidrasi muntah berulang mungkin memerlukan penggantian cairan intravena. Pasien juga disarankan untuk tidak mengemudi atau melakukan kegiatan serupa untuk 4 - 6 minggu setelah gejala akut sudah reda. Hal ini disebabkan pusing sesekali kembali muncul selama waktu ini. 2.2.9 Prognosis1 Gejala-gejala akut seperti vertigo dan mual dan muntah akan hilang setelah beberapa hari atau minggu pada segala tipe labirinitis, namun gangguan pendengaran bisa bervariasi. Labirinitis supuratif hampir selalu mengakibatkan kehilangan pendengaran permanen dan mendalam, sedangkan gangguan pendengaran terkait dengan labirinitis virus dapat sembuh. Disekuilibrium dan / atau vertigo posisi juga muncul kembali di kemudian hari. Kehilangan pendengaran permanen terjadi pada 10-20% anak dengan meningitis. Kehilangan pendengaran mendadak permanen terjadi pada sekitar 6% dari pasien dengan herpes zoster oticus yang timbul dengan gangguan pendengaran.

BAB 3 KESIMPULAN Labirin ( telinga dalam ) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada pars petrosa os temporal. Labirinitis merupakan inflamasi pada telinga dalam yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang biasanya merupakan komplikasi penyakit telinga tengah atau komplikasi infeksi virus dari berbagai penyakit. Meskipun data epidemiologi definitif masih kurang, labirinitis virus adalah bentuk paling umum dari labirinitis diamati dalam praktek klinis. Prevalensi SNHL diperkirakan 1 kasus dalam 10.000 orang, sampai dengan 40% dari pasien mengeluh vertigo atau dysequilibrium.
Labirinitis dibagi atas labirinitis lokalisata (labirinitis serosa) dan labirinitis difusa (labirinitis supuratif). Keluhan dari penyakit ini berupa gangguan vestibular, vertigo dan gangguan fungsi pendengaran sensorineural hearing loss. Gejala yang timbul pada labirinitis lokalisata merupakan

hasil dari gangguan fungsi vestibular dan gangguan koklea yaitu terjadinya vertigo dan kurang pendengaran derajat ringan hingga menengah secara tiba-tiba. Pada sebagian besar kasus, gejala ini dapat membaik sendiri sejalan dengan waktu dan kerusakan yang terjadi juga bersifat reversible. Labirinitis biasanya sembuh sendiri dalam waktu satu atau beberapa minggu, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Terapi dengan pengawasan yang ketat dan terus menerus untuk
mencegah perluasan penyakit ke intrakranial di samping itu dilakukan tindakan drainase dari labirin.

10

DAFTAR PUSTAKA 1. Boston, M.E., 2011. Inner Ear Labyrinthitis. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/856215 [Diakses 29 Desember 2011] 2. Rambe, A.Y.M., 2003. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Medan, Universitas Sumatera Utara. 3. Seventy-six cases of presumed sudden hearing loss occurring in 1973: prognosis and incidence.2000. Diunduh dari: http://www.medscape.com/medline/abstract/850455

[Diakses 29 Desember 2011] 4. Jang, C.H., 2005. A Case of Tympanogenic Labyrinthitis Complicated by Acute Otitis Media. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2823044/, 43: 545554 5. Aboet, A., 2006. Labirinitis. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20692 [Diakses 29 Desember 2011] 6. Mohamadi, 2011. Labirinitis. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 7. Labyrinthitis Treatment. 2009. Diunduh dari: http://www.labyrinthitis.co.uk/treatment.htm [Diakses 29 Desember 2011] 8. Labyrinthitis: Inflammation of the Inner Ear. 2011. Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=135632&ref=129515 [Diakses 29 Desember 2011]

11

You might also like