You are on page 1of 5

Konsep Dokter Keluarga Dapat Diterapkan pada Sistem Kedokteran Indonesia

Di Indonesia masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan para dokter mengenai definisi dokter keluarga. Merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor 56 tahun 1996 tentang pengembangan dokter keluarga dalam Eny (2006), yaitu dokter yang menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan dasar paripurna (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) dengan pendekatan menyeluruh (holistik dan kesisteman) untuk pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap keluarga dalam kelompok masyarakat yang memilihnya sebagai mitra utama pemeliharaan kesehatan. Untuk menjadi dokter keluarga, seorang dokter terlebih dahulu harus melewati pendidikan lanjutan khusus. Menurut Dr. Sugito Wonodirekso, MS, PHK. PKK dalam Hadinata (2010), yang dimaksud dengan pendidikan lanjutan khusus adalah pendidikan lanjutan yang dirancang khusus untuk mencapai tingkat kompetensi tertentu yang lebih tinggi sebagai dokter layanan primer, yang dapat diperoleh melalui Pendidikan Kedokteran Bersinambung/ Pengembangan Profesional Bersinambung (PKB/PPB atau CME/CPD) yang terstruktur. Setelah mencapai angka kredit tertentu mereka berhak menyandang gelar Dokter Keluarga dan berwenang sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat primer dengan wewenang yang lebih luas. Tetapi, pendidikan lanjutan khusus ini tidak sama dengan pendidikan lanjutan yang ditempuh oleh dokter spesialis. Pendidikan lanjutan khusus ini, tidak menyebabkan adanya pembatasan ruang lingkup pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga tetap bertugas melayani pasien di tingkat primer tanpa memandang jenis kelamin, usia, organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Sedangkan dokter spesialis bertugas melayani pasien di tingkat sekunder dengan dibatasi oleh jenis kelamin, usia, organ tubuh, atau jenis-jenis penyakit tertentu. Karena telah melewati pendidikan lanjutan khusus terlebih dahulu sebelum mendapat gelar dokter keluarga, dokter keluarga mempunyai perbedaan dengan dokter umum. Perbedaannya antara lain terdapat pada batas kewenangan yang dimiliki oleh dokter keluarga lebih luas dibanding dengan dokter umum. Perbedaan lainnya antara dokter keluarga dengan dokter umum terletak pada tugas-tugas kedokterannya. Tugas-tugas dokter keluarga secara lebih terperinci adalah sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan. 2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.

3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit. 4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya. 5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi 6. Menangani penyakit akut dan kronik 7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS, 8. Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan 9. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya, 10. Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien, 11. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar, 12. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus (Agnilia,2008).

Tugas-tugas dokter keluarga yang demikian itu, menyebabkan dokter keluarga memiliki beberapa karakteristik dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Karakteristik pelayanan dokter keluarga dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Melayani penderita tidak hanya sebagai perorangan tetapi sebagai anggota keluarga dan bahkan sebagai masyarakat sekitarnya, 2. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, perhatian secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi keluhan yang disampaikan, 3. Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah penyakit serta mengenal dan mengobati penyakit sedini mungkin, 4. Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya, 5. Menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan (Klinik Makmur Jaya, 2010).

Adapun beberapa jenis pelayanan dokter keluarga yang sesuai dengan karakteristik pelayanan mereka adalah: 1. Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan, 2. Pemeriksaan dan Pengobatan oleh dokter,

3. Tindakan medis kecil (ringan), 4. Pemeriksaan penunjang laboratorium sederhana, 5. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, dan ibu menyusui, bayi dan anak balita, 6. Upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi, 7. Pemberian obat pelayanan dasar dan pelayanan obat penyakit kronis atas indikasi medis, Pemberian surat rujukan ke Rumah Sakit/Dokter Spesialis untuk kasus yang tidak dapat ditangani Dokter Keluarga ( Putu, 2010).

Oleh karena dokter keluarga telah melewati pendidikan lanjutan khusus tersebut, maka dokter keluarga memiliki tingkat kompetensi yang lebih dibanding dokter umum, sehingga batas kewenangan yang dimiliki dokter keluarga lebih luas dibandingkan dengan dokter umum dan dokter keluarga juga memiliki tugas-tugas serta karakteristik pemberian pelayanan kesehatan tersendiri kepada masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa dokter keluarga dapat diterapkan pada sistem kedokteran di Indonesia, karena akan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih optimal bagi masyarakat. Konsep dokter keluarga juga dapat diterapkan di Indonesia karena merujuk pada faktor ekonomi. Masyarakat Indonesia pada umumnya berpenghasilan rendah. Menurut data Badan Pusat Statistik (Agustus 2006) dalam Rahman (2010), angka kemiskinan di Indonesia masih cukup besar, yaitu sekitar 40 juta jiwa. Tingkat pengangguran mencapai 11 juta orang. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat Indonesia belum bisa mendapatkan layanan kesehatan secara maksimal. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih murah. Maka perlu diterapkan konsep dokter keluarga agar masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan yang lebih murah. Mereka tidak perlu lagi memeriksakan diri ke berbagai tempat, cukup hanya dengan pergi ke dokter keluarga saja. Jika dibutuhkan pelayanan kesehatan lanjutan yang tidak bisa ditangani dokter keluarga, maka dokter keluarga akan memberikan mereka solusi untuk dirujuk ke dokter spesialis atau rumah sakit. Sehingga, pemeriksaan yang akan mereka lakukan menjadi lebih efisien dan menghemat biaya. Selain itu, dokter keluarga juga berkewajiban melaksanakan upaya preventif kepada seluruh anggota keluarga sehingga mereka tidak terjebak pada persoalan kesehatan yang sama. Hal ini dapat menyebabkan mereka dapat menghemat pengeluaran mereka jika dibandingkan dengan mereka jatuh sakit lagi, maka mereka akan mengeluarkan biaya tambahan untuk berobat. Hal lain yang bisa menyebabkan konsep dokter keluarga dapat diterapkan di Indonesia adalah karena Kurikulum Pendidikan Dokter di Indonesia. Kurikulum yang

diterapkan telah berbasis kompetensi Dokter Indonesia dibidang pelayanan kesehatan primer dengan menggunakan pendekatan dokter keluarga. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan pada KIPDI III (Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia edisi III) yang difokuskan pada 7 area kompetensi utama, yaitu: 1. Area Kompetensi Komunikasi Efektif, 2. Area Kompetensi Keterampilan Klinik Dasar, 3. Area Kompetensi Penerapan Dasar Ilmu Biomedik, Klinik, Perilaku dan Epidemiologi dalam Praktek Kedokteran Keluarga, 4. Area Kompetensi Pengelolaan Masalah Kesehatan pada Individu, Keluarga dan Masyarakat, 5. Area Kompetensi Mengakases, Menilai secara Kritis Kesahihan dan Mengelola Informasi, 6. Area Kompetensi Mawas Diri dan Belajar Sepanjang Hayat, 7. Area Kompetensi Etika, Moral dan Profesionalisme dalam Praktek (UII, 2009). Seperti yang telah diterapkan pada Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, Universitas Hangtuah, dan seluruh fakultas kedokteran dari berbagai universitas yang ada di Indonesia. Jadi, dengan adanya kurikulum ini diharapkan setelah para mahasiswa kedokteran menamatkan diri mereka menjadi seorang dokter, mereka akan dibekali pengetahuan mengenai pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan dokter keluarga. 1. Selain itu, konsep dokter keluarga ini juga dapat diterapkan pada sistem kedokteran di Indonesia karena akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat luas. Menurut Affandi dalam Eny (2006), apabila dokter keluarga dapat diterapkan akan mendatangkan banyak manfaat:

Terhadap pengorganisasian pelayanan: pelayanan kesehatan akan lebih terintegrasi, karena masyarakat tidak perlu rnendatangi pelbagai fasilitas kesehatan yang berbeda-beda. Kalau dibutuhkan lebih lanjut, maka pelayanan tersebut diatur oleh dokter keluarga. Dalam keadaan yang seperti ini masyarakat tidak perlu lagi pindah dari satu fasilitas ke fasilitas kesehatan lainnya, tanpa jelas kegunaan dan indikasinya, 2. Terhadap pengorganisasian pembiayaan: biaya berobat akan lebih murah. Bahkan dapat dihindari pengulangan pemeriksaan kesehatan yang sama, tetapi juga dengan diterapkannya konsep dokter keluarga, akan dilakukan tindakan

pencegahan penyakit, yang telah diketahui bersama biayanya jauh lebih murah dari pada tindakan pengobatan penyakit, 3. Terhadap kualitas pelayanan: karena pendekatan dokter keluarga dilakukan secara menyeluruh dan lengkap, maka akan terbina hubungan antara dokter dan pasien yang lebih erat. Selanjutnya karena pemakaian fasilitas kesehatan rujukan mendapatkan pengaturan, maka dapat diharapkan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dokter keluarga, akan memberikan kontribusi positif kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.

Jadi, pada kesimpulannya konsep dokter keluarga dapat diterapkan pada sistem kedokteran di Indonesia. Penerapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yang ada. Halhal tersebut yaitu: 1. Dokter keluarga telah menjalani pendidikan lanjutan khusus terlebih dahulu, sehingga mereka memiliki tingkat kompetensi yang lebih dibanding dokter umum, 2. Faktor ekonomi masyarakat Indonesia yang masih tergolong rendah, menyebabkan masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan yang murah, 3. Kurikulum pendidikan dokter di Indonesia yang telah berbasis kompetensi Dokter Indonesia dengan pendekatan dokter keluarga, 4. Manfaat dokter keluarga jika diterapkan di Indonesia. Setelah diterapkan di Indonesia, nantinya dokter keluarga akan bertugas memberikan pelayanan kesehatan ditingkat primer yakni tempat kontak pertama dengan para pasien. Mereka bertugas memberikan pelayanan kesehatan tanpa memandang jenis kelamin, usia, organ tubuh, maupun jenis penyakit yang diderita

You might also like