You are on page 1of 20

PENILAIAN PROSES BELAJAR

Anggota Kelompok: Putri Ayu A. L. Frinci Andayani Risky Asarina Tanur Lubis Faisal 09416241002

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya makalah yang berjudul Penilaian Proses Belajar. Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Penilaian Hasil Belajar IPS, yang secara garis besar memuat tentang konsep penilaian proses pembelajaran dan non tes sebagai instrumen penilaian proses pembelajaran. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis tidak mungkin menyelesaiakan penyusunan makalah ini, untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif, terutama dari Ibu Taat Wulandari, M. Pd. dan teman-teman prodi IPS. Yogyakarta, 30 September 2011

Penulis

DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................................................................. 1 Kata Pengantar .................................................................................................................. 2 Daftar Isi........ ........... 3 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang .................................................................................................... 4 B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4 C. Tujuan ................................................................................................................. 4 Bab II Pembahasan A. Konsep Penilaian Proses Pembelajaran ................................................................ 5 B. Non Tes sebagai Instrumen Penilaian Proses Pembelajaran ................................. 9 Bab III Penutup A. Kesimpulan ......................................................................................................... 19 B. Saran ................................................................................................................... 19 Daftar Pustaka .................................................................................................................. 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola sekolah, lingkungan, kualitas pengajaran, kurikulum dan sebagainya (Suhartoyo, 2005). Usaha peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik (Mardapi, 2003). Sehubungan dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas proses pembelajaran itu sendiri. Dalam makalah ini, kami menyajikan beberapa hal tentang konsep penilaian prsose pembelajaran, dan alat nontes yang dapat digunakan dalam penilaian proses pembelajaran terhadap anak didik, baik itu menilai tentang kemampuan belajar, sikap, keterampilan, sifat, bakat, minat dan kepribadian.

B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep penilaian proses belajar mengajar? 2. Bagaimanakan kegunaan instrumen non tes untuk penilaian proses pembelajaran?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep penilaian proses belajar mengajar. 2. Untuk mengetahui kegunaan instrumen non tes untuk penilaian proses pembelajaran. 3. Untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan alat nontes yang dapat digunakan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Penilaian Proses Pembelajaran Proses belajar mengajar sering kali diabaikan, kurang mendapatkan perhatian jika dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Pendidikan tidak semata-mata berorientasi pada hasil, tetapi juga pada keadaan proses belajar mengajar. Karena pada dasarnya apa yang dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang oleh guru dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya penilaian proses belajar mengajar yang optimal akan cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut: 1. Kepuasan dan kebanggaan yang membutuhkan motivasi belajar intrinsik pada siswa. Motivasi intrinsik adalah semangat juang yang timbul dari dalam diri siswa sendiri. Siswa yang mempunyai prestasi yang rendah tidak akan mengeluh, tetapi cenderung mempunyai semangat untuk memperbaikinya, sebaliknya hasil belajar siswa yang baik akan semakin mendorong siswa untuk semakin meningkatkan atau setidkanya terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai 2. Menambah keyakinan akan kemampuan pada diri siswa. 3. Hasil belajar yang dicapainya akan bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk perilakunya, serta bermanfaat untuk aspek lainnya 4. Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa secara menyeluruh (komperhensif), yakni mencakup ranah kognitif (pengetahuan atau wawasan), ranah afektif (sikap dan apresiasi), ranah psikomotorik (ketrampilan atau perilaku). Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperoleh nya sedangkan ranah afektif dan psikomotorik diperoleh dariproses belajarnya, baik efek intruksional maupun efek nurturant atau efek samping dari pengajaran yang tidak diinginkan 5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama menilai hasil yang dicapainya maupum menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Dengan melihat urain diatas, maka penilaian terhadap proses belajar mengajar tidak hanya bermanfaat bagi guru, tetapi juga bagi siswa yang pada saatnya akan berpengaruh pada hasil belajar yang dicapainya. 1. Tujuan dan dimensi penilaian proses belajar-mengajar

Penilaian terhadap proses belajar mengajar agak berbeda dengan dengan tujuan penilaian hasil belajar. Apabila penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada derajat pengusaan tujuan pengajarannya (intruksional) oleh para siswa, sedangkan tujuan penilaian proses belajar mengajar lebih ditekanakan pada perbaikan dan pengomtimalan kegiatan belajar kegiatan belajar mengajar itu sendiri, terutama efisiensi-keefektifan-prosuktivitasnya. Beberapa diantaranya adalah a) efisiensi dan keefektifan pencapain tujuan intruksional, b) keefektifan dan relevensi bahan pengajaran, c) produktivitas kegiatan belajar mengajar, d) keefektifan sumber dan sarana pengajaran, e) keefektifan penilaian hasil dan proses belajar. Sejalan dengan tujuan tersebut, dimensi penilaian proses belajar mengajar berkenaan dengan komponen-komponen yang membentuk proses belajar mengajar dan keterkaitan diantara komponen-komponen tersbut. Adapun komponen pengajaran sebagai dimensi penilaian proses belajar mengajar setidak-tidaknya mencakup: a. Tujuan pengajaran atau tujuan intruksional Dimensi ini meliputi aspek-aspek ruang lingkup tujuan, asasbilitas yang terkandung didalamnya, rumusan tujuan, kesesuaian dengan kemampuan siswa, jumlah dan waktu yang tersedia untuk mencapainya, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, keterlaksanaanya dalam pengajaran b. Komponen bahan pengajaran Aspek-aspek ini diantaranya adalah kesesuian dengan tujuan, tingkat kesulitan bahan, kemudahan memperoleh dan mempelajarinya, daya guna bagi siswa, kesesuian denganwaktu yang tersidia c. Komponen Siswa Komponen siswa meliputi: minat dan perhatian, motivasi, sikap, cara belajar, kebisaan belajar, kesulitan belajar, fasilitas belajar yang dimiliki, hubungan sosial dengan teman sekelas, masalah belajar yang dihadapi, karaktersistik dan kepribadian, kebutuhab belajar, identitas siswa dan keluraganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah d. Komponen guru Aspek-aspek ini meliputi, penguasaan mata pelajaran, ketrampilan mengajar,sikap keguruan, pengalaman mengajar, cara mengajar, cara menilaia, kemampuan mengembangkan profesinya, ketrampilan berkomunikasi, kepribadian dan ketrampilan lain yang diperlukan e. Komponen alat dan sumber belajar

Komponen ini meliputi jenis alat dan jumlahnya, daya guna, kemudahan pengadaannya, kelengkapannya, manfaatnya bagi siswa dan guru, cara mengggunkannya. f. Kompnen Penilaian Meliputi jenis alat penilaian yang digunakan, isi dan rumusan pertanyaan, pemeriksaan dan intrepretasinya, sistem penilaian yang digunakan, pelaksanaan penilaian, tindak lanjut hasi penilian, pemnafaatan hasil penilian, admnistrasi penilaian, tingkat kesulitan soal dan perencanaan penilian 2. Kriteria dalam menilai proses belajar mengajar Setelah menentukan dimensi-dimensi penilaian proses, tahap berikutnya adalah menentukan kriteria, patokan , atau ukuran dalam penilaian proses belajar- mengajar. Kreteria ini sangat penting untuk menentukan keberhasilan belajar menngajar. Beberapa kreteria yang bisa digunakan dalam menilaia proses belajar-mengajar anatara lain: a. Konsistensi belajar mengajar dengan kurikulum, yang digunakan sebagai bahan acuan pengajaran. Keberhasilan ini dapat dilihat dalam bentuk aspek-aspek sebagai berikut: - Tujuan-tujuan pengajaran - Bahan pengajaran yang diberikan - Jenis kegiatan yang dilaksanakan - Cara melaksanakan setiap jenis kegiatan - Peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan - Penilaian yang digunakan untuk setiap kegiatan b. Keterlaksanaanya oleh guru,adalah sejauh mana program yang telah direncanakan oleh guru dapat berjalan tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal: - Mengkondisikan kegiatan belajar siswa\ - Waktu yang disediakan untuk kegiatan belajar mengajar - Melaksanakan penilian proses dan hasil belajar mengajar - Menggeneralisasikan hasil belajar mengajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar berikutnya c. Keterlaksaanny oleh siswa, adalah sejauah mana siswa melakukan kegiatan belajar sesui yang direncakan guru tanpa hambatan dan kesulitan yang berarti, keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal: - Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru

- ]semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar mengajar - Tugas-tugas belajar mengajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya - Memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan guru d. Motivasi belajar siswa Hal ini dapat dilihat dalam hal: - Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran - Semnagat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya - Tangggungjawab siswa dalam mengajarkan tugas-tugas belajarnya - Reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru - Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan e. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar Keaaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: - Terlibat dalam pemecahan masalah - Melakukan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru - Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya - Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis f. Interaksi guru-siswa, hal ini berkenaan dengan komunikasi hubungan timbal balik antara siswa dengan guru atau sebaliknya dalam kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam: - Tanyajawab atau dialog antara siswa dan guru atau sebaliknya - Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual maupun kelompok - Tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya - Adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil yang dieperoleh siswa g. Kemampuan atau ketrampilan guru mengajar, merupakan penerapan semua kemampuan yang telah dimiliki dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Indikator dalam menilai kemampuan ini anatar lain adalah: - Menguasai bahan pelajaran yang disamapaikan kepada siswa - Terampil berkomunikasi dengan siswa - Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa - Terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar - Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan

h. Kualitas hasil belajar yang dicapai siswa Dalam hal ini aspek yang dilihat antara laian: - Perubahan pengetahuan,sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya - Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa - Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah instruksional yang harus dicapai - Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya Dari berbagai kriteria tersebut penilai dapat melihat bagian-bagian mana yang telah dicapai dan bagian-bagian mana yang belum dicapai untuk kemudian dilakukan tindakan dan upaya memperbaikinya. 3. Sumber data dan teknik pengumpulannya Penilaian terhadap aspek-aspek setiap komponen belajar mengajar yang dijelaskan diatas memerlukan sumber informasi atau sumber dari berbagai pihak, terutama yang terlebit dalam kegiatan belajar mengajar.Sumber tersebut terdiri dari tiga kelompok, yiatu: a. Tenaga pendidikan b. Informasi dari siswa c. Informasi dari orang tua siswa B. Non Tes sebagai Instrumen Penilaian Proses Pembelajaran Dalam penilaian proses pembelajaran dapat digunakan alat nontes. Dalam penggunaan nontes yang sering digunakan adalah kuesioner dan wawancara, skala (skala penilaian, skala sikap, skala skala minat), obseravasi, studi kasus, sosiomerti, check list, dan catatan insidental. 1. Kuesioner dan wawancara Kuesioner dan wawancara sebagai alat penilaian digunakan untuk mengetehui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain. Jika pertanyaan siswa jawab dengan lisan maka disebut wawancara, dan jika siswa jawab dengan tertulis maka disebut dengan kuesioner. a. Wawancara Kelebihan wawancara adalah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengungkap jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Hubungan lebih dapat dibina lebih baik sehingga siswa dapat dengan bebas mengungkapkan pendapatnya. Ada dua jenis wawancara yakni wawancara berstruktur dan wawancara bebas (tidak

berstruktur). Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sisiwa sehingga siswa tinggal mengkategorikan jawabannya kepada alternatif jawaban yang telah di buat sehingga keuntungannya adalah mudah diolah dan dianalisis. Dalam wawancara bebas jawaban tidak perlu disiapkan sehinga keuntungannya siswa bebas berpendapat dan kekurangannya data menjadi sedikit rumit dalam menganalisisnya. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam wawancara: 1) Tahap awal pelaksanaan wawancara Buatlah situasi yang mengakrabkan sehingga siswa tidak takut dan dapat mengemukakan pendapatnya secara jujur dan bebas. 2) Penggunaan pertanyaaan Ajukan pertanyaan yang sesuai dengan tujuan wawancara. Pertanyaan diajukan secara sistematis dan bertahap. 3) Pencatatan hasil wawancara Mencatat hasil wawancara berstruktur cukup mudah sebab tinggal memberikan tanda pada alternatif jawaban. Sedangkan pada wawancara tidak terstruktur perlu mencatat pokok-pokok isi jawaban. Langkah-langkah penyusunan wawancara : 1) Perumusan tujuan 2) Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai 3) Penyusunan kisi-kisi 4) Penyusunan pedoman wawancara 5) Lembaran penilaian Kelebihan wawancara yaitu : 1) Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek 2) Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya 3) Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket. 4) Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek. Sedangkan Kelemahan wawancara: 1) Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai

10

2) Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara 3) Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara 4) Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara b. Kuesioner Kelebihan kuesioner dibanding wawancara adalah sifatnya yang praktis, hemat waktu, tenaga, dan biaya. Sedangkan kelemahannya adalah jawaban sering tidak objektif terutama pada pertanyaan yang memungkinkan siswa berpura-pura. Tujuan penggunaan kuesioner dalam pengajaran adalah: 1) Memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai bahan dalam menganalisis tingkah laku hasil dan prosesnya. 2) Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya. 3) Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan prosram pembelajaran. Kelebihan angket antara lain: 1) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang singkat. 2) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama. 3) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan Sedangkan kelemahan angket, antara lain: 1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali. 2) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail. 3) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya. 2. Skala

11

Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat dan perhatian, dan lain-lain yang disusun dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan. a. Skala penilaian Skala penilaian digunakan untuk mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui pertanyaan perilaku individu pada suatu titik kontinuum atau suatu kategori yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai terrendah. Rentangan dalam bentuk huruf (A, B, C, D) atau angka (10, 9, 8, 7, 6). Keterangan: A: baik sekali B: baik C: cukup D: kurang Skala penilaian sangat tepat untuk mengukur proses. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam skala penilaian: 1) Tentukan tujuan yang akan dicapai 2) Tentukan aspek yang akan diungkap 3) Terapkan rentangan nilai yang akan digunakan, misalnya nilai atau kategori 4) Buatlah item-item pertanyaan yang akan dinilai dalam kalimat yang singkat tetapi bermakna secara logis dan sistematis. 5) Ada baiknya menetapkan pedoman mengolah dan menafsirkan hasil yang diperoleh dari penilaian ini. Menurut bentuknya skala penilaian dibedakan menjadi:
1) Bentuk kuantitatif

Skala penilaian bentuk kuantitatif adalah skala penilaian yang perbedaan tingkatnya dibedakan dengan angka. Contoh dalam diskusi kelompok, apabila peserta memiliki sifat di bawah ini secara sempurna lingkarilah angka 10 dan apabila tidak sama sekali, lingkari angka 1. Kerjasama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Partisipasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Inisiatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2) Bentuk deskriptif

12

Skala penilaian bentuk deskriptif adalah skala penilaian yang perbedaan tingkatnya dibedakan dengan pernyataan. Contoh berilah tanda cek () di depan pernyataan yang merupakan sifat yang dimiliki peserta diskusi kelompok. Partisipasi: .. Tidak partisipasi aktif dalam kelompok .. kadang-kadang partisipasi .. berpartisipasi aktif .. sangat partisipasi dalam kelompok b. Skala sikap Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung, menolak, dan netral. Sikap pada hakekatnya adalah kecenderungan berprilaku pada seseorang. Skala sikap ditanyakan dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden, apakah pertanyaan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh karena itu pertanyaan dibagi menjadi pertanyaan positif dan negatif. Contoh ketentuan skor untuk pertanyaan positif dan negatif. Pertanyaan sikap Pertanyaan positif Pertanyaan negatif 3. Observasi Observasi dapat digunakan untuk mengukur hasil dan proses belajar mengajar, tingkah laku guru saat belajar mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat peraga pada saat guru mengajar. Melalui pengamatan dapat diketahui perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil dari kegiatan yang dilakukannya. Ada tiga jenis observasi: a. Observasi langsung Pengamatan dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat. b. Observasi tidak langsung Sangat setuju 2 5 2 1 Setuju 1 4 1 2 Tidak punya pilihan 0 3 0 3 Tidak setuju 1 2 1 4 Sangat tidak setuju 2 1 2 5

13

Dilakukan menggunakan alat seperti mikroskop untuk mengamati bakteri, dan surkanyata untuk mengamati pori-pori. c. Observasi partisipasi Pengamat harus melibatkan diri dalam kegiatan yang dilakukan oleh siswa sehingga lebih bisa objektif. Contoh pedoman observasi: Topik diskusi :................................................................................. Kelas/ semester : ................................................................................. Bidang studi : ................................................................................. Nama siswa yang diamati: ................................................................................. Aspek yang diamati Hasil pengamatan Tinggi Sedang Kurang Memberikan pendapat untuk memecahkan masalah Memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain Mengerjakan tugas Tanggungjawab sebagai anggota kelompok Sebagai alat evaluasi, observasi digunakan untuk: a. Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa. b. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok. c. Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data Sifat Observasi Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu: a. Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran b. Direncanakan secara sistematis c. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan d. Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: a. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak. b. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting c. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket d. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Ket

14

Kelemahan Observasi, antara lain: a. Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan. b. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang. c. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya. Langkah-langkah menyusun observasi : a. Merumuskan tujuan b. Merumuskan kegiatan c. Menyusun langkah-langkah d. Menyusun kisi-kisi e. Menyusun panduan observasi f. Menyusun alat penilaian 4. Studi kasus Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari kasus anak nakal. Untuk mengungkapkan masalah tersebut diperlukan data pengalaman individu pada masa lalunya, lingkungan yang membentuknya, dan kaitan variabel-variabel yang berkenaan dengan kasusnya. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti orang tua, teman dekatnya, guru, maupun dirinya sendri. Kelebihan studi kasus adalah subjek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh Kekurangan Studi kasus adalah informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, maksudnya untuk individu yang bersangkutan, dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. 5. Sosiometri Sering kita temui siswa yang kurang bisa menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi hal tersebut baik intern maupun ekstern. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyesuaikan dirinya dengan teman-temannya adalah dengan cara sisiometri. Sisiometri dapat dilakukan dengan cara menugaskan kepada siswa untuk memilih salah satu atau dua temannya yang

15

paling dekat. Tuliskan nama pilihan tersebut pada kertas kecil kemudian digulung dan dikumpulkan oleh guru kemudian dibuat sisiogram. Contoh sosiogram: 1. Mashuri 2. Suhar 3. Rivai Nana Keterangan: y Nana adalah pemilih, ditulis paling bawah y Mashuri adalah pilihan pertama y Suhar adalah pilihan kedua y Rivai adalah pilihan ketiga Dari data tersebut dapat diketahui bagaimana hubungan antarsiswa di kelas tersebut secara keseluruhan sehingga dapat diketahui kadar hubungan sosial diantar mereka. Dapat diketahui juga kedudukan setiap siswa antara yang paling disukai dan yang paling tidak disukai. Kelebihan metode tersebut adalah: a. Lebih memberikan bukti kinerja siswa sebagai bahan penilaian. b. Lebih adil dalam menilai. c. Membangun cara bepikir kritis. d. Meningkatkan kemampuan siswa baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. e. Siswa lebih terlibat dalam pengerjaan tugas-tugasnya. Kekurangannya: a. Lebih banyak waktu yang dibutuhkan siswa untuk memberikan bukti sebagai bahan penilaian. b. Lebih banyak waktu yang dibutuhkan guru untuk mendapatkan bukti bahan penilaian yang didapatkan dari keterlibatan dalam proses pengerjaan tugas yang dikerjakan siswa dan dari hasil akhir pekerjaan siswa. 6. Daftar Cek (Check List) Daftar check adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap kejadian yang betapapu kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang dapat dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal memberikan tanda centang () pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan penilaiannya. Manfaat daftar cek adalah membantu guru mengingat-ingat apa yang harus diamati, dan dapat memberikan informasi

16

kepada stakeholder. Namun, penilai harus waspada kemungkinan perilaku penting yang belum tercakup dalam daftar cek, karena penilai jangan terlalu kaku dengan apa yang sudah tertulis pada daftar cek tersebut. Contoh 1: Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok: Nama siswa SB B C K 1. Ali Marzuki Keterangan: SB= sangat baik, B=baik, C=cukup, K=kurang, SK=sangat kurang. Contoh 2: Daftar cek tentang kebiasaan belajar Nama: ................................. Kelas:................................... Umur: ................................. Sekolah: .............................. No. Aspek yang dinilai Pertemuan 1 P2 1. Kegiatan diskusi 2. Membuat rangkuman 3. Latihan 4. Belajar sendiri 5. Belajar kelompok 6. Tanya-jawab 7. Catatan Insidental (anecdotal Records) No. SK

P3

P4

Dst.

Catatan insidental adalah catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secraa perseorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenaan dengan tingkah laku peserta didik. Catatan tersebut biasanya berbunyi: a. Tanggal 23 Februari 2011, Gita berkelahi dnegan Galih, karena Gita berkata, Galih anak pungut. b. Tangal 05 Maret 2008, Gita berkelahi dengan Gina, karena menudug Gina mengambil uang Gita. Catatan insidental semacam ini mungkin belum berarti apa-apa bagi keperluan penialaian Gita, tetapi setelah dihubungkan dengan data-data yang lain sering kali memberikan petunjuk yang berguna. Catatn ini dapat dibuat di buku khusus atau pada kartu-kartu kecil, sehingga memudahkan dalam panafsirannya. Contoh: Kartu Catatan Insidental Hari/tanggal/bulan/tahun: Rabu, 21 April 2008 Nama Peserta Didik : Gita Nama SD/kelas : SD Negeri II Palembang/Kelas V. Nama Observer : Anggi Tempat observasi : Di dalam kelas Catatan: Peristiwa: Gita berkelahi dengan Galih, karena Gita berkata: galih anak pungut. Kesimpulan sementara: Gita membuat orang tidak senang.

17

Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan catatan insidental, uru perlu memperhatikan hal-hal berikut ini. a. Tetapkan terlebih dahulu peserta didik yang sangat memerlukan penyelidikan. Dalam hal apakah penyelidikan itu harus dilakukan. b. Setiap kegiatan pencatatan suatu peristiwa hendaknya diambil kesimpulan sementara dari beberapa kegiatan pencatatan. c. Fokus perhatian guru adalah tingkah laku peserta didik yang dianggap perlu diselidiki.

18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar mengajar. Tujuan penilaian proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah untuk mengetahui kegiatan belajar-menagajar, terutama efisiensi, keefektifan, dan produktivitasnya dalam memncapai tujuan pengajaran. Dimensi penilaian proses belajar mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses belajar-mengajar seperti tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metode dan alat, kegiatan belajar siswa, kegiatan mengajar guru dan penilaian. Kriteria yang digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain adalah konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum, keterlaksanaannya oleh guru, keterlaksanaannya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan siswa, interaksi guru siswa, kemampuan atau keterampilan guru, kualitas belajar siswa. Sumber data dalam penilaian tersebut adalah guru, siswa, tenaga kependidikan lainnya, dan juga orang tua siswal penilaiannya menggunakan alat-alat bukan tes (non tes) seperti kuesioner, wawancara, observasi, skala penilaian dan sosiometri. B. Saran Hendaknya penilaian proses ini dapat konsisten dijalankan sebagaimana mahasiswa Pendidikan IPS sebagai seorang guru kelak saat mengajar nanti. Sehingga kita tidak hana bertumpu pada penilaian hasil yang cenderung tidak mencerminkan kemampuan siswa secara nyata.

19

DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi pmebelajaran, Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Rosda Karya. Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

20

You might also like